Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Keperawatan Fakultas Olahraga dan

Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo pada tanggal 2 April 2019.

Universitas Negeri Gorontalo merupakan Universitas yang dikembangkan

atas dasar perluasan mandat (wider mandate) dari IKIP Negeri Gorontalo, yang

terdiri dari 10 fakultas salah satunya adalah Fakultas Olahraga dan Kesehatan, dan

terdiri dari 5 jurusan yang salah satunya yaitu Jurusan Keperawatan yang

didirikan pada tahun 2008. Untuk pertama kalinya Program Studi Ilmu

Keperawatan telah terakreditasi C dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan

Tinggi (BAN-PT) tahun 2013, kemudian pada tahun 2014 telah mendapatkan izin

untuk menyelenggarakan program Profesi Ners. Pengembangan Program Studi

terus dilakukan seperti melakukan kegiatan-kegiatan seminar nasional maupun

internasional untuk meningkatkan kinerja dan kualitas mahasiswa, hingga saat ini

Program Studi Ilmu Keperawatan telah mendapatkan akreditasi B (baik) untuk

Program Studi S1 Keperawatan dan Ners dari badan Akreditasi Mandiri

Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) pada tanggal 5 November 2017.

Program Studi Ilmu Keperawatan terletak sangat strategis berada di kampus

1, depan auditorium, gedung kesehatan lantai 3. Dosen pengajar di Program Studi

Ilmu Keperawatan sebanyak 40 terdiri dari tenaga dokter dan perawat yang

berkompeten dan mempunyai keahlian dibidangnya, dengan lulusan S1, S2,

Spesialis dan ada juga yang sementara melajutkan studi S3.

39
Gedung keperawatan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang

perkuliahan seperti beberapa ruang kuliah terdiri dari 2 kelas di gedung kesehatan

yang dilengkapi dengan AC dan 3 kelas berada di gedung Pendidikan kedokteran

serta dilengkapi dengan beberapa fasilitas laboratorium seperti laboratorium

KMB, Gawat darurat, Maternitas & Anak, Gerontik & Komunitas, dimana setiap

laboratorium mempunyai alat-alat medis yang lengkap dan memadai dalam proses

perkuliahan. Selain itu, terdapat ruang seminar untuk ujian proposal dan skripsi

serta perpustakaan yang dapat dipergunakan oleh seluruh mahasiswa jurusan

keperawatan untuk mencari berbagai referensi baik jurnal maupun buku-buku dan

ditunjang oleh akses internet yang baik yang bisa di akses oleh mahasiswa untuk

mencari materi pembelajaran. Program Studi Ilmu Keperawatan saat ini telah

memiliki 2 ruang dosen sebagai pusat operasional dan pengendalian kegiatan

akademik dan administrasi.

Berdasarkan data dari Jurusan Keperawatan tahun 2019 memiliki

mahasiswa reguler yang aktif kuliah sejumlah 629 orang yang terdiri dari

semester 1 sampai 8. Semester 2 Jurusan Keperawatan Universitas Negeri

Gorontalo dipilih menjadi objek penelitian, karena semester 2 tergolong

mahasiswa baru dan belum pernah mendapatkan pembelajaran PBL serta

perubahan metode pembelajaran dari tahun sebelumnya. Jumlah mahasiswa

semester 2 yaitu sejumlah 109 orang dan yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah 103 orang.

4.1.2 Karakteristik Responden

40
Dalam penelitian ini responden sejumlah 103 orang yang terdaftar menjadi

mahasiswa aktif semester 2. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh

gambaran mengenai karakteristiknya meliputi jenis kelamin, usia, jalur masuk

PTN, dan tempat tinggal. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin
No Jenis Kelamin Jumah (%)

1. Laki-laki 11 10.7
2. Perempuan 92 89.3

Total 103 100


Sumber : Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 4.1 diatas pada kategori karakteristik jenis kelamin dapat

dilihat sebagaian besar responden pada penelitian ini adalah perempuan sejumlah

92 orang (89,3%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 11 orang (10.7%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


No Usia Jumlah (%)
1. 17 6 5.8
2. 18 50 48.5
3. 19 44 42.7
4. 20 3 2.9
Total 103 100
Sumber : Data Primer, 2019.

Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat bahwa

sebagian besar responden berada pada usia 18 tahun dengan jumlah responden 50

orang (48,5%), 17 tahun 6 orang (5.8%), 19 tahun 44 orang (42.7%), dan 20 tahun

3 orang (2.9%).

41
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jalur
Masuk PTN
No Jalur Masuk PTN Jumlah (%)
1. SNMPTN 34 33
2. SBMPTN 58 56.3
3. Mandiri 10 9.7
4. ADik 1 1

Total 103 100


Sumber : Data Primer, 2019.

Distribusi karakteristik responden berdasarkan jalur masuk PTN

mahasiswa Jurusan Keperawatan dapat dilihat ditabel 4.1 bahwa yang terbanyak

adalah mahasiswa yang masuk seleksi melalui jalur SBMPTN dengan jumlah

responden 58 orang (56,3%), SNMPTN 34 orang (33%), Mandiri 10 orang (9.7%)

dan ADik 1 orang (1%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat


Tinggal
No Jenis Kelamin Jumah (%)

1. Kos 40 38.8
2. Rumah 63 61.2

Total 103 100


Sumber : Data Primer, 2019.

Distribusi karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal bahwa

didapatkan sebagian besar mahasiswa semester 2 bertempat tinggal dirumah

sejumlah 63 orang (61,2%), dan 40 orang (38.8) bertempat tinggal di kos.

Tabel 4.5 Distribusi Tingkat SDL Mahasiswa Semetser 2 Jurusan Keperawatan


Universitas Negeri Gorontalo

42
No Tingkat SDL Jumlah (%)
1. Tinggi 89 86.4
2. Sedang 14 13.6
3. Rendah 0 0
Total 103 100
Sumber : Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel diatas Gambaran Tingkat SDL Mahasiswa Semeter 2

Jurusan Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo sebagian besar dalam kategori

tinggi dengan jumlah 89 orang (86,4%), sedangkan kategori sedang sejumlah 14

orang (13.6%), dan tidak ada yang mempunyai kategori rendah.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Self Directed Learning Berdasarkan Karakteristik Responden

Berdasarkan jenis kelamin hasil penelitian menunjukkan bahwa yang

memiliki tingkat SDL tertinggi adalah responden yang berjenis kelamin

perempuan dengan presentase 89.3% atau berjumlah 92 orang dan diantaranya 78

orang (75.7%) memiliki kategori SDL tinggi dan 14 orang (13.6%) berada pada

tingkat SDL sedang, walaupun pada hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh

laki-laki memiliki tingkat SDL yang tinggi akan tetapi berdasarkan hasil statistik

dari data keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat SDL perempuan lebih tinggi

dari laki-laki.

Menurut Aruan (2013) adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan

perempuan menyebabkan adanya perbedaan pada prestasi sekolah, nampak bahwa

perempuan lebih konsisten dari pada laki-laki. Kenyataan bahwa secara konsisten

wanita mengerjakan tugas tugas yang ada lebih giat dan tekun, dibandingkan

dengan laki-laki dan bakat-bakat atau kemampuan yang di test menunjukkan

43
bahwa dalam kemampuan intelektual. Sehingga perlu digali lebih lanjut tentang

faktor-faktor yang menyebabkan hal ini.

Pendapat ini selaras dengan hasil yang didapatkan peneliti melalui jawaban

kuesioner oleh 15 dari 92 orang (16,3%) mahasiswa berjenis kelamin perempuan

menjawab item pernyataan nomor 8 bahwa mereka selalu mengatur waktu khusus

untuk belajar, dibandingkan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki

hanya 1 dari 11 orang (9.1%) yang selalu mengatur waktu khusus untuk belajar.

Penelitian lain yang mendukung yakni oleh Afandi, (2013) yang berjudul

Gambaran Kesiapan Self-Directed Learning lulusan Program Studi Pendidikan

Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Faktor-faktor yang Berhubungan. Di

dalam penelitian tersebut di jelaskan bahwa perempuan secara statistik

mempunyai skor SDL rata-rata lebih tinggi dari laki-laki. Keadaan ini

menunjukkan bahwa perempuan lebih siap untuk belajar secara mandiri dari pada

laki-laki. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan pandangan (stereotipe),

dimana anak perempuan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dalam

membantu orang tuanya dalam mengerjakan tugas rumah, karena tugas-tugas

tersebut, anak perempuan dapat cepat menjadi dewasa sehingga merekapun lebih

cepat menjadi dewasa sehingga perempuan akan lebih cepat mandiri di banding

laki-laki termasuk mandiri dalam hal belajar, dalam hal ini perempuan memiliki

kesadaran dan ketekunan belajar yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua responden laki-laki

memiliki tingkat SDL yang tinggi, peneliti berasumsi bahwa salah satu faktor

yang membuat SDL dari laki-laki itu tinggi, salah satunya adalah jika dilihat

44
berdasarkan tempat tinggal responden, 7 dari 11 orang (63.6%) bertempat tinggal

di rumah, Tempat tinggal merupakan salah satu faktor eksternal yang

mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Lingkungan yang baik dan nyaman

bagi individu akan mendukung upaya pembelajaran SDL yang baik. Dukungan

dan kontrol orang tua secara langsung sangat mempengaruhi dari aktivitas belajar

seseorang.

Penelitian yang mendukung hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Faizah, (2015) dengan judul “Hubungan antara Self-Directed Learning Readiness

(SDLR) dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret, hasil yang didapatkan bahwa berdasarkan jenis

kelamin rerata skor antar laki-laki dan perempuan, dimana mahasiswa yang

berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat SDL yang lebih tinggi dari perempuan.

Perlu digali lebih lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan hal ini.

Kesimpulan dari hasil berdasarkan jenis kelamin penelitian ini bila dilihat

dari kondisi karakteristik mahasiswa Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo,

nampak perempuan lebih aktif dalam perkuliahan dan lebih cepat dalam

memahami pembelajaran serta rajin dalam menyelesaikan tugas tugas kuliah yang

ada jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut didukung dengan hasil

wawancara pada observasi awal yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa

responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengatakan bahwa

mereka mempunyai rencana pembelajaran, manajemen waktu yang baik,

pengulangan materi yang telah mereka dapatkan, dan mencari materi yang akan

mereka hadapi pada pertemuan kuliah selanjutnya, dibandingkan dengan laki-laki

45
menyatakan bahwa mereka kurang dalam perencanaan belajar, beberapa

mahasiwa menyatakan bahwa mereka akan belajar tergantung dari mood mereka

sendiri. Kondisi ini menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat SDL seseorang. Faktor biologis antara laki-laki

dengan perempuan yang tidak sama menimbulkan perbedaan dalam pelaksanaan

dan pencapaian hasil belajar. Kondisi ini dapat dilihat pada wanita lebih rajin dan

tekun jika dibandingkan dengan laki-laki (Naeimi, 2012).

Berdasarkan usia responden hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

pada penelitian ini berusia antara 17-20 tahun dan responden terbanyak

merupakan responden yang berusia 18 tahun sejumlah 50 orang dan sekaligus

yang memiliki tingkat SDL tertinggi (48.5%) terdiri dari 41 orang yang memiliki

tingkat SDL tinggi (39.8%) dan 9 orang memiliki tingkat SDL sedang (8.7%).

Mahasiswa termuda pada semester 2 berusia 17 tahun berjumlah 6 orang (5.8%)

dan seluruhnya memiliki tingkat SDL tinggi. Kemudian mahasiswa yang berusia

19 tahun yang memiliki tingkat SDL tinggi sebanyak 40 orang (38.8%) dan yang

memiliki tingkat SDL sedang berjumlah 4 orang (3.9%) sehingga total 44 orang

(42.7%) untuk usia 19 tahun. Dan untuk mahasiswa yang berusia 20 tahun

berjumlah 3 orang (2.9%) dengan yang memiliki tingkat SDL tinggi sejumlah 2

orang (1.9%) dan 1 orang berada pada tingkat SDL sedang (1%). Hasil

menunjukkan dengan bertambahnya usia tidak menampilkan tingkat SDL yang

semakin meningka. Usia dalam kategori dewasa merupakan puncak puncak

tingkat SDL seseorang (Monkaresi, 2015).

46
Sugianto (2016) menyatakan bahwa bertambahnya usia berhubungan

dengan bertambahnya skor SDL individu. Terlihat adanya hubungan antara usia

dengan skor SDL. Kesiapan SDL seseorang semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya usia karena dengan bertambahnya pengalaman sehingga akan

melakukan evaluasi terhadap pembelajarannya. Dilihat dari penelitian

sebelumnya, semakin tinggi bertambah usia dari responden maka semakin tinggi

skor SDL atau semakin tinggi kesiapan SDL dari responden.

Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah hasil penelitian

yang dilakukan oleh Ambarsarie (2016) yang berjudul Analisis Sef Directed

Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Semester 2 Tahun

Ajaran 2015/2016 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Bengkulu, dimana hasil yang didapatkan bahwa mahasiswa yang usianya lebih tua

memiliki skor SDL lebih rendah dari usia lebih muda. Hasil ini tidak sesuai

dengan teori mengenai SDL yang mengemukakan bahwa SDL seseorang akan

meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Menurut teori di atas bila dikaitkan dengan hasil penelitian ini, seharusnya

responden dengan usia lebih tinggi makan akan mempunyai skor SDL yang

tinggi, tetapi pada kenyataannya tidak semua responden dengan usia lebih tinggi

mempunyai kesiapan SDL yang tinggi. Hasil yang berbeda ini dimungkinkan oleh

karena kesiapan SDL tiap individu memiliki batasan tertentu, rendahnya SDL

dapat disebabkan oleh karena kurangnya tingkat pemicu kemunculan dari

kesiapan SDL pada masing-masing individu.

47
Berdasarkan jalur masuk PTN responden hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden terbanyak merupakan lulusan dari jalur SBMPTN sebanyak 58

orang (56.3%) dengan 47 orang (45.6%) yang memiliki tingkat SDL tinggi, dan

11 orang (10.7%) pada tingkat SDL sedang, kemudian urutan tertinggi setelah

SBMPTN adalah mahasiswa dari jalur SNMPTN berjumlah 34 orang (33%) dan

diantaranya 33 orang (32%) memiliki tingkat SDL tinggi dan 1 orang (1%) berada

pada tingkat SDL sedang. Jalur masuk berikutnya yaitu jalur Mandiri berjumlah

10 orang (9.7%), 9 orang diantaranya memiliki tingkat SDL tinggi (8.7%) dan 1

orang berada pada tingkat SDL sedang (1%). Dan jalur masuk terakhir yaitu jalur

ADik atau Program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi berjumlah 1 orang

(1%) dan berada pada tingkat SDL sedang.

Walaupun masuk universitas melalui seleksi yang berbeda-beda dari setiap

responden, tetapi pada saat pendaftaran harus mengikuti seleksi yang ketat seperti

seleksi nilai raport SMA dan mengikuti ujian tes tertulis. Maka seharusnya semua

mahasiswa bisa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan skor kesiapan SDL

yang tinggi pada saat sudah menempuh perkuliahan karena mereka telah lulus

untuk masuk ke universitas dan sudah melewati dengan berbagai seleksi yang

merupakan usaha dari belajar mereka masing-masing.

Menurut Fathilla (2018) dalam penelitian “Hubungan Efikasi Diri terhadap

Self Directed Learning Readiness Mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung” menyatakan bahwa Individu yang memiliki keyakinan

terhadap kemampuan diri (efikasi diri) yang tinggi akan mampu mengatasi

persoalan yang dihadapi sehingga tingkat SDL lebih tinggi dibandingkan dengan

48
individu yang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah. Dan jenis pendekatan

belajar yang diterapkan oleh individu menentukan keberhasilan yang akan

diperoleh. Individu melakukan pendekatan belajar deep learning akan mampu

mengoptimalkan SDL sehingga akan memperoleh hasil belajar yang baik.

Selain itu, Monkarensi (2015), menyatakan bahwa individu yang memiliki

target pencapaian yang tinggi memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga akan

melakukan SDL secara optimal melalui pencarian informasi untuk kebutuhan

belajarnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun jalur masuk Universitas oleh

setiap mahasiswa berbeda-beda tetapi yang menentukan hasil belajar yang baik

adalah memiliki target pencapaian yang tinggi, keyakinan terhadap kemampuan

(efikasi diri) tiap individu dan bagaimana tiap individu tersebut melakukan

pendekatan belajar yang baik sehingga akan mampu mengoptimalkan SDL dari

setiap individu tersebut.

Berdasarkan tempat tinggal responden, hasil penelitian diperoleh data

bahwa responden terbanyak bertempat tinggal dirumah, yakni sebanyak 63 orang

(61.2%) dan yang memiliki tingkat SDL tinggi berjumlah 56 orang (54.4%)

sedangkan yang memiliki tingkat SDL sedang berjumlah 7 orang atau 6.8%. Dan

mahasiswa yang bertempat tinggal di kos sejumlah 40 orang (38.8%) diantaranya

33 orang (32%) memiliki tingkat SDL tinggi dan 7 orang (6.8%) berada pada

tingkat SDL sedang. Tempat tinggal merupakan salah satu faktor eksternal yang

mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Lingkungan yang baik dan nyaman

bagi individu akan mendukung upaya pembelajaran SDL yang baik.

49
Menurut Huriah (2018), salah satu faktor yang mempengaruhinya ialah

pola asuh orang tua, dimana keluarga merupakan tempat pendidikan anak yang

pertama dan utama, sehingga orang tua menjadi orang pertama yang

mempengaruhi, mengarahkan dan mengontrol pendidikan anaknya. Faktor lain

yaitu mood dan kesehatan, mood dan kesehatan dianggap berpengaruh terhadap

kesiapan SDL mahasiswa. Mood atau suasana hati yang baik dan kesehatan yang

baik akan memepengaruhi keinginan mahasiswa untuk belajar secara mandiri.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana mahasiswa yang

bertempat tinggal dirumah lebih banyak memiliki skor SDL kategori tinggi.

Mahasiswa yang bertempat tinggal dirumah masih mendapatkan kontrol dari

orang tua, demikan hal dengan mood dimana mahasiswa yang tinggal bersama

keluarga tentu suasana hati lebih bahagia dari mahasiswa yang tinggal di kos dan

jauh dari orang tua, dengan lingkungan dan suasana hati yang baik dapat

mepengaruhi motivasi dan aktivitas seseorang dalam melaksanakan pembelajaran

mandiri.

4.2.2 Gambaran Self-Directed Learning Pada Mahasiswa Keperawatan Semester


II Universitas Negeri Gorontalo
Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

mahasiswa Jurusan Keperawatan Univesitas Negeri Gorontalo berada dalam

kategori tingkat SDL tinggi dengan jumlah 89 orang (86,4%), sedangkan kategori

sedang sejumlah 14 orang (13.6%), dan tidak ada yang mempunyai kategori

rendah.

Rusman (2011) menjelaskan beberapa karakterstik mahasiswa yang

memiliki tingkat SDL yang tinggi. Pertama mahasiswa sudah mengetahui dengan

50
pasti tujuan belajarnya yang ingin dicapai dalam keinginan belajarnya, pernyataan

ini selaras dengan hasil jawaban pernyataan kuesioner nomor 31, jawaban

terbanyak responden (44.7%) adalah bahwa mereka sering lebih suka mengatur

tujuan pembelajaran mereka sendiri dan yang menjawab selalu lebih suka

mengatur tujuan pembelajaran mereka sendiri adalah sebanyak 28.2%. Kemudian

karakteristik yang kedua yaitu, sudah dapat memilih sumber belajarnya sendiri

dan mengetahui dimana bahan-bahan belajar yang diinginkan dapat ditemukan.

Pernyataan ini juga sesuai dengan jawaban item pernyataan nomor 38, rata-rata

jawaban responden (42,7%) sering melakukan pencarian atau menemukan

informasi yang bermanfaat bagi mereka. Dan karakteristik yang ketiga adalah

dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

pembelajarannya atau untuk melakukan pemecahan masalah pada waktu

menemukan kendala-kendala, pernyataan ini juga selaras dengan jawaban item

pernyataan nomor 13, dimana jawaban terbanyak dari responden (44.7%) mereka

yakin pada kemampuan mereka untuk mencari informasi dalam pembelajaran.

Penelitian yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Saputra, (2015) yang berjudul Korelasi Self-Directed Learning

Readiness (SDLR) Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung Tahun Ajaran 2014/2015, hasil yang

didapatkan bahwa 126 dari 190 orang mahasiswa memiliki tingkat SDL yang

tinggi dengan persentase 66.3%, orang yang memiliki tingkat SDL sedang

sejumlah 64 orang (33.7%) dan tidak ada mahasiswa yang memiliki tingkat SDL

rendah.

51
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian tersebut dan bahkan tingkat

SDL dari penelitian ini lebih tinggi dari penelitian tersebut, peneliti berasumsi

beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat SDL mahasiswa semester 2 Jurusan

Keperawatan UNG adalah dosen atau tim pengajar yang berkualitas dalam

melaksankan model pembelajaran, sarana prasarana yang menunjang baik

perpustakaan serta akses internet sehingga mahasiswa dapat mencari sumber

belajar baik off line maupun online, lingkungan jurusan yang rapi dan bersih

membuat pembelajaran yang nyaman, serta memiliki beberapa Lab yang lengkap

dan bisa di akses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan mereka.

4.3 Keterebatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak tersedianya waktu untuk

melakukan penelitian sehingga harus mengambil waktu perkuliahan untuk

melakukan penelitian, waktu penelitian yang dilakukan cukup terbatas sehingga

peneliti harus menyesuaikan dengan waktu kuliah responden, maka dibutuhkan

cara mengatur waktu yang tepat, agar penelitian bisa selesai tepat waktu dan tidak

mengganggu perkuliahan. Dan pada saat pelaksanaan penelitian ada beberapa

sampel yang tidak hadir pada saat penelitian.

52

Anda mungkin juga menyukai