Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PEMBELAJARAN BERBICARA

“Faktor yang memengaruhi Efektivitas Berbicara


dan Kecemasan dalam Berbicara”
Dosen Pengampu
Drs.Supriasi, M.Pd

Oleh :

Dewi Melinda Sari

NPM 176210189

6D
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIAUNIVERSITAS ISLAM RIAU

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah Nya akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini
membahas tentang “Faktor yang Memengaruhi Efektivitas Berbicara Dan
Kecemasan Dalam Berbicara”
. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan
makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih  kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari sepenuh nya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang. Akhir kata semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis khusus nya dan pembaca pada umum nya.

Pekanbaru, 4 Mei 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...............................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN..........................................................................................................4

2.1 Faktor yang Memengaruhi Efektifitas Berbicara..........................................4

2.2 Kecemasan dalam Berbicara.........................................................................8

BAB III

PENUTUP..................................................................................................................11

3.1 kesimpulan...................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara merupakan kemampuan atau kesanggupan seseorang dalam
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan
gagasan dan perasaannya secara lisan kepada orang lain. Kegiatan berbicara merupakan
kegiatan yang kompleksdan berbeda dari ketiga aspek keterampilan berbahasa lainnya.
Hal ini disebabkan selama kegiatan berbicara seseorang tidak hanya mengekspresikan,
mengungkapkan ide/gagasan dan perasaan kepada orang lain, tetapi lebih jauh lagi
berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologi, semantik, dan linguistik. Kegiatan berbicara juga memanfatkan otot dan
jaringan tubuh manusia untuk menunjang maksud dan tujuan berbicara.
Kecemasan saat berbicara di depan umum adalah sebuah keadaan yang wajar saja
terjadi, bahkan dikatakan sebagai bagian dari pengalaman berbicara di depan publik,
namun ketika kecemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa Anda
barulah hal ini menjadi suatu masalah. Karena ketika performa anda terganggu hal
tersebut menunjukkan ketidakmampuan diri dalam menghadapi situasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas dalam berbicara?
2. Apa saja kecemasaan dalam berbicara?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Faktor Yang Memengaruhi Efektivitas Berbicara

4
Berbicara merupakan kemampuan atau kesanggupan seseorang dalam
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan
gagasan dan perasaannya secara lisan kepada orang lain. Kegiatan berbicara merupakan
kegiatan yang kompleksdan berbeda dari ketiga aspek keterampilan berbahasa lainnya.
Hal ini disebabkan selama kegiatan berbicara seseorang tidak hanya mengekspresikan,
mengungkapkan ide/gagasan dan perasaan kepada orang lain, tetapi lebih jauh lagi
berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologi, semantik, dan linguistik. Kegiatan berbicara juga memanfatkan otot dan
jaringan tubuh manusia untuk menunjang maksud dan tujuan berbicara.
Secara umum faktor yang mempengaruhi keefektifan berbicara ada dua yaitu
faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.
1. Faktor kebahasaan
a. Ketetapan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa


secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian
pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing-
masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai
dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran.

b. Penempatan tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai


Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik
tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.
Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan,
nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan
dan keefektifan berbicara tentu berkurang.

c. Pilihan Kata (Diksi)

5
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan
akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal
oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata
yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum
dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran
komunikasi.

d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan


Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar
menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya
terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat
efektif, kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

2. Faktor Non Kebahasaan


Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti yang
sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan. Bahkan
dalam pembicaraan formal, faktor nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan
berbicara. Berikut yang termasuk faktor nonkebahasaan yang memengaruhi keefektifan
berbicara.

a. Sikap Pembicara
 Seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika berbicara maupun
menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan bersemangat dalam
berbicara.

b. Pandangan Mata
Seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan matanya kepada
semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat dalam pembicaraan. Pembicara

6
harus menghindari pandangan mata yang tidak kondusif, misalnya melihat ke atas, ke
samping, atau menunduk.

c. Keterbukaan
Seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur dalam mengemukakan
pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan bersedia menerima kritikan dan
mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru atau tidak dilandasi argumentasi
yang kuat

d. Gerak-Gerik dan Mimik yang Tepat


Seorang pembicara dituntut mampu mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik
anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu
perlu dihindari penggunaan gerak-gerik yang tidak ajeg, berlebihan, dan bertentangan
dengan makna kata yang digunakan.

e. Kenyaringan Suara
Seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara yang nyaring sesuai
dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi akustik. Kenyaringan yang
terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan berisik sedangkan kenyaringan yang
terlalu rendah akan menimbulkan kesan melempem, lesu dan tanpa gairah

f. Kelancaran
Seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya dengan lancar.
Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar menangkap keutuhan isi paparan
yang disampaikan. Untuk itu perlu menghindari bunyi-bunyi penyela seperti em, ee, dll.
Kelancaran tidak berarti pembicara harus berbicara dengan cepat sehingga membuat
pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya

g. Penguasaan Topik

7
Seorang pembicara dituntut menguasai topik yang dibicarakan. Kunci untuk
menguasai topik adalah persiapan yang matang, penguasaan materi yang baik, dan
meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri. dan Penalaran, seorang pembicara
dituntut mampu menunjukkan penalaran yang baik dalam menata gagasannya sehingga
pendengar akan mudah memahami dan menyimpulkan apa yang disampaikannya.

2.2 Kecemasan dalam Berbicara

Kecemasan saat berbicara di depan umum adalah sebuah keadaan yang wajar saja
terjadi, bahkan dikatakan sebagai bagian dari pengalaman berbicara di depan publik,
namun ketika kecemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa Anda
barulah hal ini menjadi suatu masalah. Karena ketika performa anda terganggu hal
tersebut menunjukkan ketidakmampuan diri dalam menghadapi situasi.
Gejala kecemasan saat berbicara di depan publik dapat dirasakan secara fisiologis
dan juga psikologis, untuk fisiologis dapat berupa keluarnya keringat pada tubuh dan
juga telapak tangan, kemudian detak jantung yang semakin cepat, ketegangan otot, serta
gemetarnya tubuh terutama pada kaki, dan suara yang bergetar. Sedangkan untuk
keadaan psikologis sendiri di dalam pikiran muncul ketakutan yang irasional, tidak
mampu untuk berkonsentrasi dan rasa tidak tenang. Kecemasan berbicara mempunyai
makna keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang yang
dipengaruhi rasa cemas karena khawatir, takut, dan gelisah. Biasanya gejala ini dialami
bila harus bekerja di bawah pengawasan orang lain.
Factor-faktor penyebab kecemasan berbicara yaitu:
1.      Kurang mempersiapkan diri dan materi yang akan di presentasikan.
2.      Harapan yang terlalu tinggi.
3.      Pengalaman buruk di masa lampau yang menjadi ketakutan tersendiri.
4.      Pembicara di hantui rasa takut.
5.      Pembicara di hadapkan dengan situasi baru.
Semua gejala tersebut merupakan reaksi alamiah kepada ancaman. Begitu
seseorang menghadapi ancaman ia berusaha untuk melawan atau melarikan diri.

8
Sedangkan kecemasan berbicara dialami bila seseorang tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Ia tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan, dan ia tidak dapat
memperkirakan apa yang diharapkan pendengar. Ia menghadapi sejumlah
ketidakpastian. Untuk hal itu latihan dan pengalaman sangat menentukan. Pengetahuan
tentang retorika akan memberikan kepastian kepadanya untuk memulai, melanjutkan,
dan mengakhiri pembicaraan. Latihan-latihan akan memberikan pengalaman, sehingga
ia dapat memastikan atau paling tidak menduga reaksi para pendengar.
Kecemasan berbicara bisa terjadi juga apabila ia tahu akan dinilai. Penilaian
dapat mengangkat ataupun dapat menjatuhkan harga dirinya. Kecemasan berbicara
dapat juga menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai
pembicara-pembicara yang baik. Hal ini terjadi bila pembicara berhadapan dengan
situasi yang asing dan ia tidak siap.
Cara-cara mengatasi kecemasan berbicara dapat kita lakukan dengan
meningkatkan pengetahuan kita tentang retorika persiapan, penyusunan, dan
penyampaian pidato. Pengetahuan retorika memberikan kepastian kepada kita tentang
apa yang harus dilakukan, dan apa kira-kira reaksi pendengar pada apa yang kita
bicarakan.
Teknik-teknik untuk mengatasi gejala kecemasan berbicara adalah dengan
memancing respons dari hadirin pada permulaan berbicara. Dengan memberikan
lelucon, dengan mengajukan pertanyaan yang memancing, atau dengan melibatkan
hadirin dalam kegiatan. Anda dapat memutuskan perhatian pada hadirin dengan
pemahaman, pendengaran, dan reaksi mereka dengan pembicara untuk membuat para
pendengarnya senang.
Ketika kita berbicara, kita biasanya menggunakan unsur kebahasaan dan unsur
nonkebahasaan. Unsur kebahasaan dinyatakan oleh gramatika, leksis, dan pilihan-
pilihan intonasi. Sedangkan unsur nonkebahasaan dinyatakan dengan gerak-gerik tubuh.
Gerak tubuh mencakup semua gerak-gerik tubuh yang bermakna saat kita berbicara.
Misalnya perubahan air muka, anggukan kepala, kepalan tangan, gerak bibir, angkat
bahu, gerakan jari-jari tangan, dan sebagainya. Ilmu yang mempelajari gerak tubuh yang
bermakna ini disebut kinetik.

9
Gerak tubuh biasa juga disebut bahasa tubuh. Gerak tubuh biasanya menyertai
penyajian pesan yang disajikan secara lisan. Gerak tubuh berfungsi sebagai penjelas
atau penegas makna pesan, dapat juga berfungsi sebagai pelancar komunikasi lisan tatap
muka.Gerak tubuh dikatakan bermakna apabila gerak tubuh itu memenuhi syarat
tertentu. Gerak tubuh harus sesuai dengan isi pesan, gerak tubuh harus komunikatif,
mudah dicerna, dan mudah dipahami. Gerak tubuh harus ilustratif, mengantar,
mengarahkan, dan mengalirkan pikiran ke arah makna pesan.
Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan normal sudah berpotensi 
terampil berbicara. Potensi tersebut akan menjadi suatu kenyataan bila dipupuk, dibina,
dan dikembangkan melalui latihan yang sistematis, terarah, dan berkesinambungan.
Berbicara di muka umum, entah itu berkhotbah, mengajar, berpidato atau memberi
sambutan, sering mendatangkan stress bagi orang mendapat mandat itu. Sedapat
mungkin kita biasanya berusaha menghindar. 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas berbicara terbagi menjadi dua, yaitu


faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan terdiri dari :

a. Ketetapan Ucapan
b. Penempatan tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai
c. Pilihan Kata (Diksi)
d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Sedangkan faktor nonkebahasaan :

a. Sikap Pembicara

10
b. Pandangan Mata
c. Keterbukaan
d. Gerak-Gerik dan Mimik yang Tepat
e. Kenyaringan Suara
f. Kenyaringan Suara
g. Penguasaan Topik

Factor-faktor penyebab kecemasan berbicara yaitu:


1.      Kurang mempersiapkan diri dan materi yang akan di presentasikan.
2.      Harapan yang terlalu tinggi.
3.      Pengalaman buruk di masa lampau yang menjadi ketakutan tersendiri.
4.      Pembicara di hantui rasa takut.
5.      Pembicara di hadapkan dengan situasi baru.

DAFTAR PUSTAKA

http://kopiprestasipelajar.blogspot.com

http://julianto.blogspot.com

11

Anda mungkin juga menyukai