Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai.
Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan
kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal
sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan
diutamakandalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan
mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut.
Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak
serta perilaku keseharian.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai
membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar,
pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif
pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan
berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera
diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan
berasal dari ajaran spiritualitas Islam.
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tecermin dalam aturan muamalatdan
dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu Islam adalah
agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan
keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin
menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki
tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman
ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.

1.2 Rumusan masalah


1. apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. apakah yang dimaksud dengan iman dan takwa?
3. bagaimana pelaksanaan iman dan takwa dalam kehidupan modern?

1.3 tujuan
1. mendeskripsikan pengertian filsafat
2. mendeskripsikan mengenai pengertian iman dan takwa
3. mengetahui penerapan iman dan takwa dalam kehidupan modern

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Filsafat ketuhanan dalam islam


            Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

            Sedangkan Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan


akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama
tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di
dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk
menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.

            Dalam filsafat Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi
semesta alam.

            Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia ituwahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.  Menurut al-
Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husnaartinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.  Semua nama tersebut mengacu pada
Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas.  Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim)
           
            Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia.
Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang di ridhoi-
Nya.”

            Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi
Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar
al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama
bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi
berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Filsafat ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

2
            Menurut para mufasir(ahli agama), melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq [96]:1-5),
Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai
hal termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah
tentang diri-Nya”

            Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). 

Artinya :   
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).

            Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji
keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi.
Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia
memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat
keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 
artinya :
  Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya
kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan
kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" surah Az-
Zumar [39]:8.
Artinya :   Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan
tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
(surah Luqman [31]:32).

spekulasi adalah membuat suatu keputusan dengan pengetahuan dan pengalaman


yang kita miliki dan keyakinan untuk mendapatkan yang diinginkan, dengan pemikiran yang
matang walaupun kadang hasil yang diterima tidak sesuai harapan.

            Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan
tersebut belum sampai mengubah Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk

3
menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari berfikir rasional
hingga agnostisisme (ada teorinya) dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan
dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.

2.2 Keimanan dan Ketakwaan

a. Pengertian iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian,
rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh
setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu –
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :

‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن ُدو ِن‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬


َ ‫ ْال َع َذ‬  َ‫يَ َروْ ن‬ ‫إِ ْذ‬ ‫ظَلَ ُموا‬  َ‫الَّ ِذين‬ ‫يَ َرى‬  ْ‫ َۗولَو‬ ِ ‫هَّلِل‬ ‫ًّا‬jk‫ ُحًب‬ ‫أَ َش ُّد‬ ‫آ َمنُوا‬  َ‫ َوالَّ ِذين‬  ِۖ ‫هَّللا‬  ِّ‫ َكحُب‬ ‫يُ ِحبُّونَهُ ْم‬ ‫أَ ْندَادًا‬ ِ ‫هَّللا‬
‫اب‬
ِ ‫أَ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوأَ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال َع َذا‬
‫ب‬
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-
Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian,
iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta
dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy

1)        Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :


‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua
ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :
‫ بالقلب والعمل باألركان‬j‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق‬
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota
tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].

2)        Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :


‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬
“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan.
Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].

4
3)        Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
‫ وهو التكلّم‬،‫ وقول اللسان‬،‫ وهو االعتقاد‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
‫ فإذا زالت هذه‬.‫ وعمل الجوارح‬،‫ وهو نيته وإخالصه‬،‫ عمل القلب‬: ‫ والعمل قسمان‬.‫بكلمة اإلسالم‬
‫ لم تنفع بقية األجزاء‬،‫ القلب‬j‫ وإذا زال تصديق‬،‫ زال اإليمان بكماله‬،‫األربعة‬
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati,
yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan
syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan
hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam
hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal.
35].
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan
tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

b. Wujud Iman

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim
yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu
secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau
amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa,
kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya
didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1.    Ilahiyah           : Hubungan dengan Allah
2.    Nubuwwah     : Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3.    Ruhaniyah      : Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4.    Sam’iyah         : Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

c. Tanda – Tanda Orang beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

5
1.   Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari      syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya
untuk segera   melaksanakannya (al-Anfal: 2).
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka.  dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka
2.      Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran:
120 al-Maidah: 12
[5:12] Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami
angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku
beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik {406} sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya
sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah
tersesat dari jalan yang lurus.
at-Taubah: 52
[9:52] Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari
dua kebaikan {646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan
kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami
menunggu-nunggu bersamamu."
Ibrahim: 11
[14:11] Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia
seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu
melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang
mukmin bertawakkal.
3.      Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya
al-Anfal: 3
“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya”

Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk
membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:
3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-
Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.

6
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki
maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.

d.    Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang
apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :

1.    Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2.     Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan
sehari-hari seorang manusia.
3.    Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang
banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah
bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4.    Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah
mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa
yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga
bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

e.    Koheresi Keimanan dan Ketakwaan


Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang
keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat,
dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran
atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas
bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal
ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-
Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan,
tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan
dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-
hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid

7
adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat  asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

2.3 Implementasi Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern

a.  Implementasi Iman itu mencakup tiga hal :


1. Ikrar dengan hati artinya menyakini bahwa tuhan itu memang ada.
2. Pengucapan dengan lisan, mengucapkan 2 kalimat syahadat
3. Pengamalan dengan anggota badan misalnya menjalan sholat, zakat.
           
            Implementasi Takwa  itu mudah diucapkan/ ditulis tapi sangat SULIT dilaksanakan.
tapi itulah tantangan yang diberikan kepada kita untuk hidup didunia..

b. Cara Menjalankannya
> Pahami secara mendalam dan laksanakan kewajiban 5 Rukun Iman & 6 Rukun   Islam.
> dan segeralah bertobat apabila salah & khilaf.

c. Manfaat Implementasi iman dan Takwa


            Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda


b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konseku
g. Iman memberikan keberuntungan
h. Iman mencegah penyakit.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Sedangkan Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan
manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran
tentang Tuhan.
Sedangkan Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan
sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
Wujud Iman ada 4, yakni:
1)        Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2)        Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3)        Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4)         Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

Tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:


1.        Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya
untuk segera melaksanakannya.
2.        Senantiasa tawakal
3.        Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga
4.        Menafkahkan rezki yang diterimanya
5.         Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6.        Memelihara amanah dan menepati janji
7.        Berjihad di jalan Allah dan suka menolong
8.         Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin
Adapun manfaat implementasi iman dan takwa yaitu:
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konseku
g. Iman memberikan keberuntungan
h. Iman mencegah penyakit.

Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-
apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar
perintah dan menjauhi larangan.
Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat
tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Mappasessu, Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar:airlangga
Abu AL- Jauzaa’. Definisi Iman. http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/definisi-iman.html
Mariana Ramadhani. Konsep Ketuhanan dalam
Islam.http://marianaramadhani.wordpress.com/coretan-kuliah/konsep-ketuhanan-dalam-
islam/
Muchamad Syihabulhaq. Definisi
Takwa.http://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/definisi-taqwa/
Saepul Anwar. Keimanan dan
Keyakwaan.http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011-
SAEPUL_ANWAR/Bahan_Kuliah_%28Power_Point,_dll
%29/Pendidikan_Agama_Islam/BAB_03_KEIMANAN_DAN_KETAKWAAN.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai