PENDAHULUAN
1.3 tujuan
1. mendeskripsikan pengertian filsafat
2. mendeskripsikan mengenai pengertian iman dan takwa
3. mengetahui penerapan iman dan takwa dalam kehidupan modern
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam filsafat Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi
semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia ituwahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-
Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husnaartinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada
Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia.
Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang di ridhoi-
Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi
Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar
al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama
bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi
berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Filsafat ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
2
Menurut para mufasir(ahli agama), melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq [96]:1-5),
Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai
hal termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah
tentang diri-Nya”
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172).
Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).
Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji
keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi.
Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia
memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat
keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8
artinya :
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya
kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan
kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" surah Az-
Zumar [39]:8.
Artinya : Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan
tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
(surah Luqman [31]:32).
Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan
tersebut belum sampai mengubah Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk
3
menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari berfikir rasional
hingga agnostisisme (ada teorinya) dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan
dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.
a. Pengertian iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian,
rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh
setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu –
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
4
3) Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
وهو التكلّم، وقول اللسان، وهو االعتقاد، قول القلب: والقول قسمان.حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل
فإذا زالت هذه. وعمل الجوارح، وهو نيته وإخالصه، عمل القلب: والعمل قسمان.بكلمة اإلسالم
لم تنفع بقية األجزاء، القلبj وإذا زال تصديق، زال اإليمان بكماله،األربعة
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati,
yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan
syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan
hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam
hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal.
35].
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan
tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
b. Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim
yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu
secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau
amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa,
kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya
didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1. Ilahiyah : Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah : Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah : Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Sam’iyah : Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i
5
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya
untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2).
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka. dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran:
120 al-Maidah: 12
[5:12] Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami
angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku
beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik {406} sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya
sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah
tersesat dari jalan yang lurus.
at-Taubah: 52
[9:52] Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari
dua kebaikan {646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan
kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami
menunggu-nunggu bersamamu."
Ibrahim: 11
[14:11] Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia
seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu
melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang
mukmin bertawakkal.
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya
al-Anfal: 3
“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya”
Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk
membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:
3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-
Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
6
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki
maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.
d. Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang
apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan
sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang
banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah
bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah
mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa
yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga
bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.
7
adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
b. Cara Menjalankannya
> Pahami secara mendalam dan laksanakan kewajiban 5 Rukun Iman & 6 Rukun Islam.
> dan segeralah bertobat apabila salah & khilaf.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Sedangkan Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan
manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran
tentang Tuhan.
Sedangkan Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan
sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
Wujud Iman ada 4, yakni:
1) Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2) Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3) Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4) Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i
Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-
apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar
perintah dan menjauhi larangan.
Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat
tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Mappasessu, Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar:airlangga
Abu AL- Jauzaa’. Definisi Iman. http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/definisi-iman.html
Mariana Ramadhani. Konsep Ketuhanan dalam
Islam.http://marianaramadhani.wordpress.com/coretan-kuliah/konsep-ketuhanan-dalam-
islam/
Muchamad Syihabulhaq. Definisi
Takwa.http://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/definisi-taqwa/
Saepul Anwar. Keimanan dan
Keyakwaan.http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011-
SAEPUL_ANWAR/Bahan_Kuliah_%28Power_Point,_dll
%29/Pendidikan_Agama_Islam/BAB_03_KEIMANAN_DAN_KETAKWAAN.pdf
10