Anda di halaman 1dari 3

016343364

ADI SUTIANTO DS
UPBJJ SAMARINDA
ADMINISTRASI KEUANGAN
SOAL
1. Jelaskan makna dari otonomi daerah dalam pengelolaan keuangan daerah! (Dengan
berdasar pada teori. Silahkan pergunakan BMP dan juga teori dari sumber lain)
2. Tentukan satu contoh Pemerintah Daerah, lalu silahkan anda kemukakan bagaimana
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah di pemerintah daerah tersebut !
(Untuk dapat menjawab soal 4 ini, anda harus mengemukakan terlebih dahulu siapa
saja pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah beserta tugasnya, dengan
berdasarkan dasar hukum. Selanjutnya, anda kemukakan contoh di satu pemerintah
daerah, kekuasaan pengelolaan keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh jabatan
yang mana)
3. Tentukan satu contoh pemerintah daerah, lalu silahkan anda kemukakan bagaimana
proses penyusunan anggaran di daerah tersebut. Selanjutnya, kemukakan oleh Anda
bahwa penyusunan anggaran tersebut merupakan anggaran berbasis kinerja (dengan
menganalisis berdasarkan teori anggaran berbasis kinerja)

JAWABAN

1. Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan


akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi, daerah dituntut untuk mencari
alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya
bantuan dan bagian (sharing) dari pemerintah pusat dan menggunakan dana publik sesuai
dengan prioritas dan aspirasi masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, peranan investasi
swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (enginee of growth). Daerah juga
diharapkan mampu menarik investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari aspek pelaksanaan, pemerintah daerah dituntut mampu menciptakan sistem
manajemen yang mampu mendukung operasionalisasi pembangunan daerah. Salah satu
aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah
pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Daerah atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah.
Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan sebagai
alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan
datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk
memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit
kerja. Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan APBD hendaknya difokuskan
pada upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan aktivitas yang menjadi preferensi
daerah yang bersangkutan. Untuk memperlancar pelaksanaan program dan aktivitas yang
telah direncanakan dan mempermudah pengendalian, pemerintah daerah dapat membentuk
pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility centers) sebagai unit pelaksana.
Untuk memastikan bahwa pengelolaan dana publik (public money) telah dilakukan
sebagaimana mestinya, perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil kerja pemerintah daerah.
Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak internal yang dapat dilakukan oleh internal auditor
maupun oleh eksternal auditor, misalnya auditor independen. Untuk menciptakan
transparansi dan akuntabilitas publik, pemerintah daerah perlu membuat laporan keuangan
yang disampaikan kepada publik. Pengawasan dari semua lapisan masyarakat dan
khususnya dari DPRD mutlak diperlukan agar otonomi yang diberikan kepada daerah
tidak “kebablasan” dan dapat mencapai tujuannya.
2. Seperti halnya dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah baik tingkat provinsi,
kota/kabupaten pun juga menyusun perencanaan dan pengelolaan anggaran yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun ke depan. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri
(Permendagri) 13 tahun 2006 disebutkan bahwa semua Penerimaan Daerah dan
Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran
daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan
penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau
Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
Mengenai koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
Ayat (2) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yaitu Sekretaris Daerah selaku koordinator
keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mempunyai tugas koordinasi di
bidang :
a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
b. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD;
e. Tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah;
dan
f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
Di Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Bupati dijabat oleh Drs. H. Ismunandar, dan
Sekretaris Daerah adalah DRs. H. Irawansyah. Pengelola keuangan daerah adalah
Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Timur yaitu Drs. H. Irawansyah.
3. Dalam penyusunan anggaran kabupaten, pemerintah mengadakan musyawarah rencana
pembangunan kabupten bersama dengan anggota DPRD. Data yang disampaikan
pemerintah berasal dari data musrenbangdes yang telah dihimpun oleh kecamatan masing-
masing. Data usulan itu adalah prioritas di setiap desa atau kecamatan.

Anda mungkin juga menyukai