RATIO
Kelompok 10 :
1. Danan Dwiyaksa
2. Kaifa Atta
3. M. Ilham Mahendra
PENGERTIAN
BenefitCost Ratio merupakan salah satu metode
kelayakan investasi. Pada dasarnya perhitungan
metode kelayakan investasi ini lebih menekankan
kepada benefit (manfaat) dan perngorbanan (biaya/
cost) suatu invetasi, bisa berupa usaha, atau proyek.
Benefitcost ratio analysis secara matematis
merupakan perbandingan nilai ekuivalen semua
benefit terhadap nilai ekuivalen semua biaya.
Perhitungan ekuivalensi bisa menggunakan salah satu
dari beberapa analisi
ANALISIS BENEFIT COST RATIO
Untuk kriteria pengambilan keputusan untuk alternatif tunggal adalah dengan cara melihat nilai dari B/C
apakah besar dari sama dengan satu atau kecil dari satu.
Jika B/C ≥ 1 , maka alternatif investasi atau proyek layak (feasible), diterima
Jika B/C < 1 , maka alternatif investasi atau proyek tidak layak (not feasible)
Contoh alternatif tunggal :
Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli peralatan baru seharga Rp.35.000.000.
Dengan peralatan baru itu bisa dilakukan penghematan sebesar Rp.500.000 per tahun selama 5 tahun.
Pada akhir tahun ke 5 peralatan itu memiliki nilai jual sebesar 40.000.000. apabila tingkat pengembalian
9% per tahun. Apakah pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaian :
Dengan menggunakan pendekatan present worth maka semua biaya dan benefit ditarik ke present
B/C = PWbenefit/PWcost
B/C= 0,79
Karena kurang dari 1 maka investasi pembelian peralatan baru tidak layak atau tidak menguntungkan
BENEFIT COST RATIO DENGAN INKREMENTAL
Analisis Benefit Cost Ratio banyak merupakan alternatif yang jumlahnya lebih dari satu.
Untuk menghitung analisis alternatif banyak maka harus dilakukan secara inkremental
seperti pada rate of return.
Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai B/C nya yaitu:
1. Jika dari 2 alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C ≥1, maka alternatif dengan
biaya yang lebih besarlah yang dipilih
2. jika dari dua alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C<1, maka alternatif
dengan biaya yang lebih kecil yang dipilih
Contoh
Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatannya. Dual alternatif
mesin dengan usia pakai masing-masing sama yaitu 10 tahun ditawarkan kepada perusahaan :
MESIN Harga beli Keuntungan per tahun Nilai sisa di akhir usia pakai
Dengan MARR 15% per tahun, tentukan mesin yang harus dibeli
Penyelesaian :
urutan alternatif : Do Nothing (DN), Mesin X, Mesin Y
Membandingkan DN(Do Nothing) dengan mesin X
Tahun DN(1) Mesin X(2) Inkremental
3 = 2-1
0 0 -3.000.000 -3.000.000
1-9 0 700.000 700.000
10 0 1.700.000(nilai sisa + keuntungan 1.700.000
pertahun)
B/C = 1,24
Nilai B/C ≥ 1, pembelian Y layak dilakukan, namun sebelum itu, untuk kasus dengan banyak alternatif yang bertipikal mutually exclusive, maka jika
2 alternatif menghasilkan Nilai B/C ≥ 1, maka lihat cost yang paling tinggi. Maka dengan perhitungan B/C dan nilai cost yang tinggi, alternatif jatuh
pada alternatif Y.
Ada 3 parameter penting lain yang digunakan dalam analisis benefit cost ratio
1. Net Present Value
Net Present Value atau sering disingkat dengan NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas
yang masuk dengan nilai sekarang dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu. NPV atau
Net Present Value ini mengestimasikan nilai sekarang pada suatu proyek, aset ataupun investasi
berdasarkan arus kas masuk yang diharapkan pada masa depan dan arus kas keluar yang disesuaikan
dengan suku bunga dan harga pembelian awal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa NPV
adalah Nilai Sekarang dari Aset yang dikurangi dengan harga pembelian awal.
Contoh Soal
Manjemen Perusahaan AAZZ ingin membeli mesin produksi untuk meningkatkan jumlah produksi produknya.
Harga Mesin produksi yang baru tersebut adalah sebesar Rp. 150 juta dengan suku bunga pinjaman
sebesar 12% per tahun. Arus Kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp. 50 juta per tahun selama 5 tahun.
Apakah rencana investasi pembelian mesin produksi ini dapat dilanjutkan?
Penyelesaiannya :
Diketahui :
Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi nilai NPV-nya adalah sebesar Rp. 30,24 juta.
Internal rate of return
IRR merupakan suatu nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga yang dapat dihasilkan oleh
investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku umum (suku bunga pasar atau Minimum
Attractive Rate of Return/MARR).
Fungsi IRR dipakai dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak. Oleh karenanya biasanya dipakai
acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum Acceptable Rate of Return (MARR). MARR
adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh investor.
Untuk bisa memperoleh hasil akhir dari IRR kita harus mencari discount rate yang menghasilkan NPV positif, kemudian
setelah itu cari discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Anda bisa menggunakan rumus IRR dibawah ini :
Keterangan: IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1=Net Present Value bernilai positif
NPV2= Net Present Value bernilai negative
IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu:
1) IRR < SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara
finansial.
2) IRR = SOCC, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada dalam
keadaan break even point.
3) IRR > SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.
Contoh soal :
Pabrik Pak Budi mempertimbangkan usulan investasi senilai Rp 130.000.000 tanpa nilai sisa.
Pendapatan arus kas per tahun RP 21.000.000 selama 6 tahun. Diasumsikan RRR sebesar 13%.
Hitunglah IRR.
Jawab:
Dicoba dengan faktor diskonto 10%:
NPV = (Arus kas x Faktor Diskonto) – Investasi Awal
NPV = (21.000.000 x 5.8979) – 130.000.000 = Rp 659.000
Dicoba dengan faktor diskonto 12%
NPV = (21.000.000 x 5,7849 ) – 130.000.000
NPV = Rp – 6.649.000
Karena NPV mendekati nol, yaitu Rp. 659.000,00 dan -Rp. 6.649.000,00
Artinya tingkat diskonto antara 10% sampai 12%, untuk menentukan ketepatannya kita perlu
melakukan interpolasi. Caranya adalah sebagai berikut:
Selisih Bunga Selisih PV Selisih PV dengan OI
10% 130.659.000 130.659.000
12% 123.351.000 130.000.000
2% 7.308.000 659.000
659.000
IRR = 10% + 𝑥 2%
659.000+6.649.000
IRR = 10,18%
PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun
adalah $ 22.500, maka payback periodnya adalah :