Anda di halaman 1dari 4

BAHAN TALKING POINTS UNTUK MEDIA

TENTANG
PENINGKATAN KASUS DIFTERI

 Akhir-akhir ini ada kecenderungan munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri
di beberapa negara berkembang, termasuk di Indonesia. KLB Difteri adalah
ditemukannya minimal satu kasus Difteri klinis di suatu wilayah kabupaten/ kota.

 Difteri merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diptheriae yang menyerang faring, laring atau tonsil. Difteri
menimbulkan gejala dan tanda berupa demam + 38º C, munculnya
pseudomembran di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan dan tak
mudah lepas serta mudah berdarah, sakit waktu menelan, serta leher
membengkak seperti leher sapi (bullneck,) akibat pembengkakan kelenjar getah
bening di leher. Selain itu terjadi pula sesak nafas disertai suara mendengkur
(stridor).

 Bakteri penyebab Difteri mengeluarkan toxin (racun) yang mengakibatkan


komplikasi berupa miokarditis (peradangan dinding jantung), kelumpuhan
susunan syaraf tepi dan pusat, serta gagal ginjal. Kematian dapat terjadi karena
sumbatan jalan nafas, akibat lapisan tebal di tenggorokan. Toxin yang dihasilkan
bakteri ini dapat menyebabkan kematian karena menimbulkan kerusakan sel
syaraf yang mengatur pernafasan atau merusak otot jantung. Untuk pengobatan
diberikan antibiotika dan antitoxin ADS (Anti Difteri Serum).

 Pencegahan utama Difteri adalah imunisasi dan Indonesia telah melaksanakan


Program imunisasi - termasuk imunisasi Difteri - sejak lebih 5 dasa warsa yang
lalu. Vaksin untuk imunisasi Difteri ada 3 jenis, yaitu : vaksin DPT-HB-Hib, vaksin
DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi Difteri diberikan
melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin
DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan. Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan
(booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin DPT-HB-Hib; pada
anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis vaksin DT,  lalu pada murid
kelas-2 diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan 1
dosis vaksin Td.  Sedangkan, pada wanita usia subur (calon pengantin dan ibu
hamil) diberikan 1 dosis vaksin Td atau bila status imunisasinya tidak lengkap
diberikan 2 dosis vaksin Td dengan jarak 1 bulan.

 Keberhasilan pencegahan Difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh


cakupan imunisasi, yaitu minimal 95%. Selain itu, kualitas vaksin dan kualitas
rantai dingin harus baik, dan cara pemberian vaksin harus tepat dan benar.

1
 Munculnya KLB Difteri dapat terkait dengan adanya immunity gap, yaitu
kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu
daerah. Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok
yang rentan terhadap Difteri, karena kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau
tidak lengkap imunisasinya. Akhir-akhir ini, di beberapa daerah di Indonesia,
muncul penolakan terhadap imunisasi. Penolakan ini merupakan salah satu
faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi
dan kualitas layanan imunisasi yang baik sangat menentukan keberhasilan
pencegahan berbagai penyakit menular, termasuk Difteri.

 Munculnya KLB Difteri juga dapat terjadi karena berkurangnya populasi bakteri
Difteri di lingkungan. Adanya bakteri Difteri di lingkungan bermanfaat untuk
memberikan booster kekebalan secara alamiah. Akan tetapi, booster kekebalan
alamiah dapat terjadi pada seseorang jika orang tersebut pernah mendapat
imunisasi dasar sebelumnya. WHO menganjurkan agar dilakukan imunisasi
ulang dengan vaksin Td setiap 10 tahun. Pemerintah sedang mempersiapkan
pemberian imunisasi ulang ini untuk mencegah munculnya KLB Difteri di masa
mendatang.

 Ada 3 jenis kasus Difteri, yaitu kasus konfirmasi Difteri, kasus carrier Difteri, dan
kasus kontak Difteri :
 Kasus konfirmasi Difteri adalah orang dengan gejala klinis Difteri dan hasil
laboratorium apus tenggoroknya menunjukkan hasil positif
Corynebacterium diphtheriae.
 Kasus carrier Difteri adalah kontak kasus yang tidak menunjukkan gejala
Difteri, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan positif untuk
Corynebacterium diphtheriae. Carrier kronis dapat menularkan penyakit
sampai 6 bulan. Kasus carrier harus mendapat pengobatan antibiotika
sampai hasil laboratoriumnya menunjukkan negatif.
 Kasus kontak Difteri adalah orang serumah dengan kasus Difteri;
tetangga; teman bermain; teman sekolah – termasuk guru; teman kerja
yang kontak erat dan kemungkinan terpapar percikan ludah kasus Difteri.
Kasus kontak harus diberikan antibiotika untuk mencegah Difteri dan
dilakukan pengamatan selama 7 hari.

 Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan terutama anak,
Akan tetapi dapat juga menyerang orang dewasa yang belum pernah mendapat
imunisasi Difteri atau telah mendapat imunisasi Difteri tetapi tidak lengkap.

 Masa inkubasi Difteri adalah 2 – 5 hari dengan masa penularan beragam. Dapat
selama 2 minggu, kurang dari 2 minggu, atau lebih dari 4 minggu. Penularan
terjadi melalui droplet infection (percikan ludah) dari kasus Difteri atau carrier.
Terapi antibiotik yang efektif dapat mengurangi penularan.
2
 Difteri merupakan penyakit serius dengan angka kematian rata-rata 5 – 10 %
pada anak usia kurang 5 tahun. Artinya dari setiap 100 anak yang sakit
Difteri,sekitar 5 sampai 10 orang di antaranya dapat meninggal dunia. Pada
orang dewasa di atas 40 tahun, angka kematian mencapai 20 %.

 Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan bulan


November 2017, kasus Difteri dilaporkan dari 95 kabupaten/kota yang terletak di
20 provinsi di Indonesia. Ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya KLB Difteri
di wilayah kabupaten/kota-nya selama bulan Oktober dan November 2017, yaitu
(1) Sumatera Barat, (2) Jawa Tengah, (3) Aceh, (4) Sumatera Selatan, (5)
Sulawesi Selatan, (6) Kalimantan Timur, (7) Riau, (8) Banten, (9). DKI, (10)Jawa
Barat, dan (11)Jawa Timur.

 Dalam menyikapi terjadinya peningkatan kasus Difteri, masyarakat dianjurkan


untuk : 
 Memeriksa status imunisasi masing-masing untuk mengetahui apakah status
imunisasinya sudah lengkap atau belum, sesuai jadwal dan umur. Jika
belum lengkap, agar dilengkapi,
 Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (sehari-hari dan seterusnya),
mempergunakan masker bila sedang batuk-pilek, berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat bila merasa ada gejala Difteri, melaporkan ke Puskesmas
terdekat bila mengetahui ada seseorang yang menunjukkan gejala Difteri,
mematuhi petunjuk minum obat antibiotika bagi kontak kasus Difteri dan
kasus carrier Difteri.
 Tidak mengunjungi pasien Difteri yang dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit
atau Puskesmas, agar tidak tertular. 
 Mendukung dan bersikap kooperatif jika di tempat tinggalnya diadakan ORI
(Outbreak Response Immunization) oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat.

 Dalam menyikapi terjadinya peningkatan kasus Difteri, maka Dinas Kesehatan


Kabupaten/ Kota bersama Puskesmas perlu : 
 Segera melakukan penyelidikan epidemiologi bila diduga terjadi KLB Difteri.
Bila benar ada KLB Difteri, segera melakukan Outbreak Response
Immunization di wilayah Puskesmas/Kecamatan yang merupakan lokasi
terjadinya KLB Difteri. ORI dilakukan sebanyak tiga kali putaran tanpa
memandang status imunisasi. Yang diberikan ORI adalah penduduk yang
berusia bayi sampai berusia sama dengan usia kasus Difteri tertua pada saat
KLB (atau penduduk yang ditentukan berdasarkan hasil kajian epidemiologi)
dan populasi rentan di wilayah KLB Difteri tersebut, 

3
 Memberikan obat profilaksis pada kasus kontak Difteri dan kasus carrier
Difteri. Obat harus diminum sampai habis. Untuk memastikan obat diminum
sampai habis, perlu menunjuk pemantau minum obat yang berasal dari tokoh
masyarakat. 
 Meningkatkan cakupan imunisasi, termasuk imunisasi Difteri, secara merata
di seluruh wilayah kerja Dinas Kabupaten/ Kota dengan target >90%.
 Memantau secara berkala kualitas vaksin dan rantai dingin sesuai dengan
Standard Operating Procedure Program imunisasi; 
 Melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat tentang penyakit Difteri
dan cara pencegahannya, serta mengenai pentingnya imunisasi agar
masyarakat paham dan tidak menolak imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai