(Penetapan Kadar Urea dan Penetapan Kadar Protein dengan metode biuret)
Disusun oleh :
(Penetapan Kadar Urea dan Penetapan Kadar Protein dengan metode biuret)
ABSTRAK
Tubuh secara normal akan memiliki mekansme untuk menjaga keseimbangan tubuh
untuk menjaga kelangsungan makhluk hidup. Telah dilakukan analisis urea dan protein
dalam serum dengan metode urease dan biuret terhadap probandus laki-laki dan
perempuan pada kondisi puasa dan setelah makan. Secara khusus, Percobaan kali ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, makanan tinggi karbohidrat,
makanan tinggi lemak, dengan kondisi biokimia pada saat puasa dan kondisi setelah makan.
Literatur menunjukkan bahwa proses normal yang terjadi adalah metabolisme dalam
menyimpan dan menggunakan energi dan cadangan energi. Tubuh saat puasa akan
cenderung membongkar cadangan energi dan ketika setelah makan, tubuh akan
menyimpan kelebihan energi itu dalam beberapa bentuk.
A. Pendahuluan
Percobaan kali ini bertemakan Analisis Metabolisme Puasa dan Setelah makan
dengan sub tema Penetapan Kadar Urea dengan urease dan Penetapan Kadar
Protein dengan metode biuret. Protein merupakan nutrien tenaga yang utama bagi
manusia dan sangat erat kaitannya dengan asam amino alfa. Sejumlah asam amino
dibentuk sebagai hasil pemecahan protein, kelebihan asam amino akan disimpan
dalam hati untuk mengeluarkan unsur nitrogen.Protein berlebih dalam tubuh tidak
disimpan tapi disekresikan terutama dalam urine. Urea merupakan molekul dari
amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati. Menurut
Dahliani (1995) bahan dasar urea adalah ammonia, karbondioksida dan kadar urea
dalam darah orang dewasa adalah 1,8 – 4,0 mg/L. Jika kuantitas urea melebihi batas
normal akan mengakibatkan tingginya kadar urea yang umumnya terjadi pada
penderita gagal ginjal kronis. Oleh karena itu sangat dibutuhkan analisis kandungan
urea untuk keperluan diagnosa. Salah satu contoh analisis yang dapat dilakukan
adalah penentuan kadar urea dalam larutan serum.
Percobaan kali ini memiliki tujuan agar dapat menjelaskan aspek biokimia yang
terjadi pada kondisi lapar dan setelah makan juga agar dapat melakukan
pemeriksaan parameter biokimia terkait dengan metabolisme.
B. Metode
Prinsip penetapan kadar protein dalam serum dengan metode biuret adalah
pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi
dengan pereaksi biuret dimana yang membentuk kompleks adalah protein dengan
ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi
intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein
yang terdapat dalam serum tersebut 2.
Penetapan kadar urea secara enzimatis dengan urease dan glutamat. Urea
dihidrolisis menjadi ion ammonium dan karbondioksida dengan bantuan enzim
urease.
Urea + 2 H2O -- NH4+ + 2 HCO-
Amonium direaksikan dengan -ketoglutarat dengan adanya NADH, membentuk
L-Glutamat yang dikatalisis oleh GLDH. Yang diukur adalah penurunan serapan NADH
pada panjang gelombang 340nm. Karena dalam reaksi NADH akan berubah menjadi
NAD+. Semakin rendah nilai absorbansi berarti semakin banyak NADH yang
digunakan untuk reaksi, berarti kadar urea semakin tinggi. Nilai absorbansi
berbanding terbalik dengan kadar urea.
CARA KERJA
D. Diskusi
Percobaan ini diperoleh hasil bahwa pada probandus yang dipuasakan 6-8 jam
seharusnya diperoleh kadar protein yang masih kecil karena cadangan energi dari
protein hanya akan dipecah jika sumber cadangan lain telah habis. Kadar normal
protein dalam tubuh adalah 6-8 gram/dL. Diperoleh hasih pada uji kadar protein
probandus wanita pada kondisi puasa 4,62 gram/dL kemudian mengalami kenaikan
menjadi 15,172 g/dL 45 menit kemudian mengalami penurunan menjadi 5,51 g/dL
Setelah 2 Jam. Hal ini sudah sesuai dengan literatur. Sedang kadar protein pada
probandus laki-laki kondisi puasa 12,8 g/dL turun menjadi 10,16 g/dL stelah 45
menit, turun setelah 2 jam menjadi 4,71 g/dL. Hal ini tidak sesuai dengan literatur.
Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode biuret karena biuret mudah
digunakan untuk analisis serum. Metode biuret akan mendeteksi adanya ikatan
peptida yang berikatan dengan CU2+.
Sebuah Cu2+ akan berikatan dengan ikatan peptida protein sehingga
menghasilkan absorbansi besar. Semakin rendah kadar protein, semakin rendah
asam amino. Berarti semakin tinggi kadar asam amino makin tinggi Cu2+ yang
berikatan dengan ikatan peptida.
Penetapan kadar urea dalam darah berdasar literatur seharusnya pada kondisi
puasa mengalami peningktan, setelah 45 menit makan mengalami penurunan dan
setelah 2 jam mengalami kenaikan. Pada probandus wanita, pada kondisi puasa
diperoleh kadar 606 mg/dL. Kemudian mengalami penurunan menjadi 6,06 mg/dL
setelah 45 menit makan dan naik menjadi 25,757 mg/dL pada 2 jam setelah makan.
Kandungan urea apda saat puasa lebih dari normal, karena pada saat puasa
tubuh akan memetabolisme protein. Digunakan waktu 30 detik karena pada saat itu
NADH belum berikatan maksimal dengan amonia. Pada detik ke 180 diukur juga
kerena pada saat itu NADH sudah berikatan maksimal dengan Amonia.
E. Kesimpulan
1. Aspek biokimia protein pada kondisi puasa mengalami penurunan karena
digunakan sebagai sumber energi (walaupun tidak maksimal) kemudian naik
pada waktu ke 45 menit dan turun kembali pada 2 jam. Aspek Biokimia urea
pada saat puasa seharusnya mengalami kenaikan sebagai metabolisme
protein. Kemudian mengalami penurunan pada menit ke 45 dan akhirnya
naik pada 2 jam.
2. Diperoleh hasil pada probandus wanita, kadar protein 4,625 g/dL naik
menjadi 15,172 g/dL (45 menit) turun menjadi 5,51 g/dL (2 jam). Kadar urea
16,06 g/dL (puasa) , 6,06 g/dL ( 45 menit) dan naik menjadi 10,606 g/dL (2
jam). Pada probandus laki-laki kadar protein 12,896 g/dL (puasa) 10,16 (45
menit) dan 4,71 g/dL (2 jam). Kadar urea menunjukkan hasil 24,24 g/dL
(puasa), 10,606 g/dL (45 menit) dan 10,606 g/dL (2 jam)
F. Refrensi
1. Dahliani, R.A. 1995. Pengaruh hemodialisa terhadap kadar ureum pada penderita
gagal ginjal di bagian instalasi patologi klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
2. Khairi.Perbandingan Metode potensiometri menggunakan biosensor urea
dengan metode spektrofotometri untuk penentuan urea. 2009;Jurnal Sains kimia
Vol 9 (2) 68-72
3. Mayes, P.A. Lipid dengan makna fisiologis yang penting. Dalam murray, R.K,
Granner D.K, Rodwell V.W. Biokimia Harper 22th edition Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.1997