Pennsylvania State University. Dalam artian tertentu, kekhawatiran merupakan salah satu cara manusia berusaha menyelesaikan suatu masalah dari ancaman atau berusaha mengantisipasi bahaya, sebelum bahaya itu muncul dan tidak selamanya menjadi hal yang negatif. Kekhawatiran merupakan salah satu bentuk respon natural tubuh seorang manusia yang menerima rangsangan bahaya dan membuatnya memilih “fight-or-flight” action dari respon yang diterimanya.
Kekhawatiran yang berhasil mampu menghasilkan refleksi yang
konstruktif ketika menghadapi suatu masalah, dan bahkan bisa menghasilkan suatu penyelesaian yang baik. Sumber : https://hellosehat.com/wp-content/uploads/2018/03/5-Ciri-Ciri-Fisik-yang-Menjadi- Pertanda-Gangguan-Kecemasan.jpg
Dan sekarang tentang kecemasan. Memangnya apa penyebab
seseorang menjadi cemas? Kecemasan merupakan salah satu bentuk reaksi kewaspadaan terhadap ancaman bahaya. Bila rasa takut memicu otak emosional, maka rasa kecemasan akan muncul dan berusaha memusatkan pemikiran pada ancaman tersebut. Dari pembahasan singkat tersebut, definisi yang bisa kita ambil tentang perbedaan kekhawatiran dan kecemasan adalah pada fokusnya.
Seorang yang khawatir cenderung terfokus pada
permasalahannya. Sedangkan seorang yang merasa cemas cenderung terfokus pada ancaman atau bahayanya.
Misalnya terdapat suatu wabah penyakit A di daerah B, Andrew
dan Bernard adalah seorang yang tinggal di daerah B. Andrew merasa terancam dan terus berpikir tentang masalah wabah penyakit tersebut, mengapa wabah penyakit tersebut bisa muncul dan darimana muasalnya. Sedangkan Bernard termasuk orang yang sangat takut dengan penyakit tersebut. Ia sangat tidak ingin terkena penyakit tersebut dan terus membayangkan gejala yang ia mungkin rasakan jika menderita penyakit tersebut. Dari contoh tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa yang dirasakan Andrew adalah kekhawatiran dan yang dirasakan Bernard adalah kecemasan.
Namun dari pembahasan sisi positif tersebut, mengapa stigma
negatif muncul di masyarakat tentang kecemasan dan kekhawatiran ini? Kecemasan atau kekhawatiran yang kurang tepat adalah yang tidak terkontrol sehingga penyelesaian akan masalah atau ancaman tersebut tidak menemukan titik ujung. Kecemasan yang tidak baik menyebabkan seseorang teralihkan pandangannya dan hanya terfokus pada bahayanya saja, sedangkan Kekhawatiran yang tidak baik adalah kekhawatiran yang tidak mampu menemukan solusi yang tepat karena hanya terfokus pada satu penyelesaian masalah. Sumber : https://hellosehat.com/wp-content/uploads/2016/05/Bagaimana-mengatur-perasaan- cemas-1024x681.jpg?x96420
Kekhawatiran atau kecemasan yang tidak teratasi dan bahkan
menumpuk hingga kronis, pada tingkatan tertentu mampu menimbulkan fobia, obsesi, kompulsif, serta mudah panik. Pada masing masing gangguan ini, kekhawatiran atau kecemasan tampil dalam pola pola yang berbeda. Untuk kasus fobia, kecemasan terpaku pada situasi yang ditakutkan. Bagi penderita obsesi, kekhawatiran terpusat dengan bagaimana mencegah bencana yang ditakutkan. Sedangkan bagi penderita mudah panik, kecemasan terpaku pada ketakutan akan kematian atau pada kepanikan itu sendiri. Pada setiap penyakit ini, ciri khasnya adalah kecemasan atau kekhawatiran tampil dalam skala yang sangat berlebihan.
Menurut pengamatan peneliti, kecemasan muncul dalam 2
bentuk :
a. Kognitif (Akibat adanya pikiran yang merisaukan )
b. Somatif ( Mengakibatkan gejala fisiologis, seperti jantung
berdebar atau ketegangan otot ) Sumber : https://static.inilah.com/data/berita/foto/2429085.jpg
Menurut Thomas D. Borkovec seorang ahli Psikologi dari
Pennsylvania State University berikut beberapa solusi yang bisa dilakukan.
1. Dalam kecemasan fisiologis salah satu caranya adalah
dengan terus menerus membayangkan permasalahannya dibandingkan dengan memikirkan bencana. Dalam artian meningkatkan kekhawatiran untuk menekan kecemasan. 2. Melatih Kesadaran Diri (Peka akan adanya serangan kekhawatiran sedini mungkin), yaitu dengan cara melatih memantau tanda tanda kecemasan, mampu mengidentifikasi situasi pemicu kecemasan, serta mengidentifikasi perasaan yang mempengaruhi kerja tubuh. 3. Melatih menerapkan metode relaksasi yang dapat diterapkan ketika awal terjadi serangan kecemasan dan mempraktekkannya setiap hari. 4. Aktif melawan pikiran pikiran yang merisaukan atau bersikap kritis terhadap pengandaian mereka. Bentuknya seperti “Apakah besar kemungkinan kejadian buruk itu akan terjadi? Apakah mutlak hanya satu alternatif cara untuk menyelesaikan masalah tersebut? Adakah langkah konstruktif yang bisa diambil ? Sungguh bermanfaatkah membayangkan terus menerus kejadian tersebut?” 5. Menggunakan obat penenang diri jika penderita sudah mengalami kecemasan kronis maupun obsesi kompulsif yang bisa membahayakan dirinya sendiri. Tentunya penggunaan obat ini merupakan alternatif terakhir dan harus persetujuan dokter atau psikiater.
Kekhawatiran akan semakin redup jika selalu dilawan sehingga
daya persuasinya tidak akan semakin besar. Melawannya adalah dengan cara memikirkan lebih dari satu gagasan konstruktif untuk menyelesaikan masalah sehingga tidak terhanyut dalam satu kondisi yang tidak bisa diterima.