Anda di halaman 1dari 12

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

DAN MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN RELASI


1. Konsep-Konsep Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan komunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain. Pentingnya komunikasi bagi
manusia tidaklah dapat dimungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Oleh
karena itu, setiap individu perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan
komunikasi mereka.
A. Definisi Komunikasi
Berikut ini disajikan beberapa definisi komunikasi dari beberapa ahli.
1) Definisi Hovland, Janis, dan Kelley
Hovland, Janis, dan Kelley menyatakan bahwa komunikasi adalah
proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal
untuk mengubah tingkah laku orang lain [ CITATION For81 \l 1033 ]. Pada
definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan
sebagai suatu hal.
2) Definisi Forsdale
Louis Forsdale, ahli komunikasi dan pendidikan, menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan
tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sietem dapat didirikan, dipelihara,
dan diubah. Pada definisi ini, komunikasi juga dipandang sebagai suatu
proses [ CITATION For81 \l 1033 ].
3) Definisi Seiler
Komunikasi adalah proses yang mana simbol verbal dan non verbal
dikirimkan, diterima, dan diberi arti [ CITATION Sei88 \l 1033 ].
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara
pengirim (sender) dan penerima (receiver) untuk mengubah tingkah laku. Si
pengirim pesan dapat berupa seorang individu, kelompok, atau organisasi.
Penerima pesan dapat berupa individu, seseorang anggota organisasi, seorang
kepala bagian, pimpinan, kelompok orang dalam organisasi, maupun
organisasi secara keseluruhan.
Istilah proses berarti komunikasi itu berlangsung melalui tahap-tahap
tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah, dan tidak ada henti-hentinya.
Proses komunikasi merupakan proses timbal balik yang saling
mempengaruhi. Perubahan tingkah laku berarti terjadi perubahan dalam diri
individu mungkin dalam aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
B. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi
yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan
komponen lainnya [ CITATION Muh14 \l 1033 ]. Salah satu model komunikasi
yang banyak digunakan adalah model komunikasi dari Claude Shannon atau
lebih dikenal dengan model Shannon-Wever.

Sumber
Informasi Transmitter Penerima Tujuan
Penyandian Signal Penerimaan Penginterpretasian
pesan signal pesan

Sumber gangguan

Gambar 1. Model Komunikasi Shannon dan Wever [ CITATION For81 \l


1033 ]
1) Sumber Informasi (Information Source)
Dalam komunikasi manusia yang menjadi sumber informasi
adalah adalah otak. Pada otak terdapat kemungkinan message atau
pesan yang tidak terbatas jumlahnya. Tugas utama otak adalah
menghasilkan suatu pesan atau suatu set kecil pesan dari berjuta-juta
pesan yang ada. Dalam setiap kejadian, otak harus memilih pesan
yang tepat atau cocok dengan situasi. Proses pemilihan ini seringkali
merupakan perbuatan yang tidak disadari manusia.
2) Transmitter
Pemilihan transmitter bergantung pada jenis komunikasi yang
digunakan. Kita dapat membedakan dua macam komunikasi yaitu
komunikasi tatap muka dan komunikasi menggunakan mesin. Pada
komunikasi tatap muka yang menjadi transmitter-nya adalah alat-alat
pembentuk suara dan dihubungkan dengan otot-otot serta organ tubuh
lainnya yang terlibat dalam penggunaan bahasa non verbal.
Sedangkan transmitter pada komunikasi menggunakan mesin adalah
alat itu sendiri seperti telepon, radio, televisi, foto, dan film.
3) Penyandian (Encoding) Pesan
Penyandian (encoding) pesan diperlukan untuk mengubah ide
dalam otak ke dalam suatu sandi yang cocok dengan transmitter.
Dalam komunikasi tatap muka, signal yang cocok dengan alat-alat
suara adalah berbicara. Signal yang cocok dengan otot-otot tubuh dan
indera adalah anggukan kepala, sentuhan, kontak mata, dan
sebagainya. Pada komunikasi menggunakan mesin, alat-alat yang
digunakan sebagai perluasan dari indera penyandian pesan juga
berasal dari tubuh tetapi diperluas melalui jarak jauh dengan
transmitter.
4) Penerima dan Decoding
Istilah penerima dan decoding atau penginterpretasian pesan
seperti berlawanan dengan istilah penyandian pesan. Pada komunikasi
tatap muka kemungkinan transmitter menyandikan pesan
menggunakan alat-alat suara dan otot-otot tubuh. Penerima dalam hal
ini adalah alat-alat tubuh yang sederhana yang sanggup mengamati
signal Misalnya telinga, menerima dan menguraikan sandi
pembicaraan; mata, menerima dan menguraikan sandi gerakan badan
dan kepala. Jelaslah jika seorang individu pada komunikasi tatap
muka kekurangan satu atau lebih organ tubuh maka penerimaan pesan
akan menjadi macet.
5) Tujuan (Destination)
Komponen terakhir dari model komunikasi Shannon-Wever
adalah tujuan (destination) yang dimaksud oleh si komunikator. Pada
komunikasi manusia, destination adalah otak manusia yang menerima
pesan yang berisi bermacam hal, ingatan, atau pemikiran mengenai
kemungkinan dari arti pesan. Penerima pesan telah menerima signal
mungkin melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, dan
sebagainya kemudian signal itu diuraikan dan diinterpretasikan dalam
otak.
6) Sumber Gangguan (Noise)
Dalam model komunikasi Shannon-Wever, terlihat adanya
faktor sumber gangguan pada waktu memindahkan signal dari
transmitter kepada si penerima. Misalnya ketika anda berbicara
dengan teman di jalan kedengaran suara mobil lewat atau teriakan
anak-anak lain yang semuanya itu dapat mengganggu pembicaraan
anda sesaat. Contoh lainnya ketika guru anda sedang menjelaskan
pelajaran, tetapi anda justru tertarik untuk memainkan game online.
Akibatnya anda akan tertinggal materi yang disampaikan dan menjadi
tidak paham. Gangguan seperti suara mobil, teriakan anak-anak, atau
game online dinamakan noise.
C. Komponen Dasar Komunikasi
Terdapat beberapa komponen atau elemen dalam proses komunikasi
[ CITATION Muh14 \l 1033 ] yang dijelaskan sebagai berikut.
1) Pengirim Pesan
Pengirim pesan adalah pihak yang mengirim pesan. Oleh sebab itu
sebelum pengirim mengirim pesan, si pengirim harus menciptakan dulu
pesan yang akan dikirimkannya. Menciptakan pesan adalah menentukan
arti apa yang akan dikirimkan kemudian menyandikan/encode arti tersebut
ke dalam satu pesan. Sesudah itu baru dikirim melalui saluran.
2) Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.
Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat
secara tertulis seperti surat, buku, memo, majalah, sedangkan pesan secara
lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui alat seperti
telepon, radio, dan sebagainya. Pesan non verbal dapat berupa isyarat,
gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.
3) Saluran
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari pengirim ke penerima.
Channel yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan
suara yang dapat kita lihat dan dengar. Akan tetapi alat dengan apa cahaya
atau suara itu berpindah mungkin berbeda-beda. Misalnya ketika dua
orang berbicara tatap muka, gelombang suara dan cahaya di udara
berfungsi sebagai saluran. Tetapi jika pembicaraan itu melalui surat yang
dikirimkan, maka gelombang cahaya sebagai saluran yang memungkinkan
kita dapat melihat huruf pada surat tersebut. Selain itu, kita dapat
menerima pesan melalui indera penciuman, pengecap, dan peraba.
4) Penerima Pesan
Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan
isi pesan yang diterimanya.
5) Balikan
Balikan adalah respon yang diterima pengirim pesan, yang
dikirimkan oleh penerima pesan. Dengan adanya reaksi ini, pengirim dapat
mengetahui apakah pesan yang dikirim telah diinterpretasikan sama
dengan apa yang dimaksud. Bila arti pesan yang dimaksudkan pengirim
pesan diinterpretasikan sama dengan oleh si penerima berarti komunikasi
tersebut efektif.
D. Prinsip Komunikasi
Terdapat empat prinsip dasar komunikasi [ CITATION Sei88 \l 1033 ] yang
dijelaskan sebagai berikut.
1) Komunikasi adalah Suatu Proses
Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan seri kegiatan
yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan
selalu berubah-ubah. Komunikasi juga bukanlah suatu barang yang dapat
diteliti.
2) Komunikasi adalah Sistem
Komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan tiap komponen
mempunyai fungsi masing-masing. Tugas dari tiap komponen itu
berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Bila
terdapat gangguan pada satu atau lebih komponen maka akan berpengaruh
pada proses komunikasi secara keseluruhan.

3) Komunikasi bersifat Interaksi dan Transaksi


Yang dimaksud istilah interaksi adalah saling bertukar komunikasi.
Misalnya Rani berbicara kepada Susi mengenai suatu hal, kemudian Susi
memberikan reaksi atau komentar terhadap hal tersebut. Begitu
selanjutnya berlangsung secara teratur.
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi yang kita lakukan tidak
seberatur itu prosesnya. Banyak dalam percakapan tatap muka kita terlibat
dalam proses pengiriman pesan secara simultan tidak terpisah pada contoh
di atas. Dalam keadaan demikian komunikasi tersebut bersifat transaksi.
Sambil menyandikan pesan kita juga menginterpretasikan pesan yang
diterima. Misalnya dalam proses pengajaran di kelas, sambil guru
menyampaikan pesan kepada peserta didik atau sedang menjelaskan
pelajaran peserta didik pun menyampaikan pesan kepada guru dalam
bermacam bentuk. Jadi komunikasi yang terjadi antar manusia dapat
berupa interaksi dan transaksi.
4) Komunikasi dapat Terjadi Disengaja maupun Tidak Disengaja
Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan mempunyai
maksud tertentu dikirimkan kepada penerima. Misalnya seorang pimpinan
bermaksud mengadakan rapat dengan kepala-kepala bagiannya. Apabila
pemimpin tersebut mengirimkan undangan rapat kepada kepala-kepala
bagiannya, maka itu dinamakan komunikasi yang disengaja. Kadang-
kadang ada juga pesan yang sengaja dikirimkan kepada orang yang
dimaksudkan tetapi sengaja tidak diterima oleh orang tersebut. Misalnya
orang tua yang sengaja berbicara atau menasehati anaknya tetapi anak
tersebut tidak mau mendengarnya. Ada juga situasi komunikasi yang tidak
sengaja tetapi diterima orang lain dengan sengaja. Misalnya dalam situasi
kelas yang hening tiba-tiba seorang peserta didik berdiri maju ke depan
mengambil kapur untuk mengisap tinta penanya. Gerakan peserta didik
yang tidak disengaja sebagai pesan itu diterima peserta didik-peserta didik
lainnya sebagai pesan karena tiba-tiba temannya yang lain memperhatikan
geraknya yang menimbulkan bermacam-macam interpretasi bagi mereka.

2. Komunikasi Efektif
Komunikasi akan dapat berjalan dengan efektif manakala ada beberapa
aturan dan kaidah yang diikuti[ CITATION Mul00 \l 1033 ], yaitu sebagai berikut.
1) Komunikator menghargai setiap individu, orang, maupun kelompok yang
dijadikan sasaran komunikasi. Hal ini mensyaratkan bahwa seseorang yang
melakukan komunikasi bisa menempatkan diri, tidak menganggap dirinya
sebagai orang yang paling tahu dan paling benar.
2) Komunikator harus mampu menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi orang lain. Setiap orang yang melakukan komunikasi harus mampu
mendengar dan siap menerima masukan apapun dengan sikap yang positif.
Hal ini akan sangat sulit dilakukan manakala orang tersebut tidak dapat
dikritik atau tidak siap menerima kritik. Menerima kritik memang tidak
mudah tetapi kemampuan untuk menerima apapun masukan dengan sikap
baik akan membawa pengaruh positif pada orang tersebut.
3) Pesan diterima oleh penerima pesan dan dapat didengarkan dengan baik. Hal
ini berkaitan dengan media yang digunakan. Seringkali orang melakukan
komunikasi dengan individu maupun kelompok, tetapi pesan tidak dapat
dipahami karena media atau alat yang digunakan tidak mendukung. Misalnya,
suara ditelepon putus-putus, atau microphone yang mendengung, atau suara
ditelepon yang terlalu lemah. Beberapa hal tersebut mengakibatkan penerima
pesan kesulitan memahami isi pesan. Akibatnya selain tidak respon, pemberi
pesan justru tidak akan didengarkan atau diperhatikan.
4) Kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi. Hampir
mirip efeknya dengan permasalahan media yang rusak, maka bagian ini
berkaitan dengan kejelasan isi pesan itu sendiri. Misalnya apabila pemberi
pesan menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh penerima pesan,
maka jelas akan sulit bagi penerima pesan untuk memahami isi pesan dan
akhirnya umpan balik juga tidak akan muncul. Demikian juga bila pemberi
pesan tidak jelas dalam menyampaikan pesan akibat penggunaan bahasa
yang tidak sesuai dengan latar belakang penerima pesan, maka akan
muncul berbagai interpretasi. Akhirnya isi pesan akan bergeser, dan
komunikasi tidak dapat mencapai tujuannya.
5) Berkaitan dengan sikap rendah hati dan mau mendengarkan orang lain. Hal
ini berkaitan dengan karakter dan sikap individu masing-masing, baik
pemberi maupun penerima pesan. Termasuk di dalam sikap dan sifat ini
adalah kerelaan untuk rendah hati, menghargai, dan mau mendengarkan orang
lain.
3. Komunikasi Organisasi
A. Definisi Komunikasi Organisasi
Organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang
dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama[ CITATION Wri77 \l 1033 ]. Organisasi merupakan suatu sistem,
mengkoordinasi aktivitas, dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum
[ CITATION Muh14 \l 1033 ] . Dikatakan suatu sistem karena organisasi itu terdiri
dari bagian yang saling bergantung satu sama lain. Setiap organisasi
memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja
menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Untuk
mengkoordinasi suatu organisasi tentu saja tidak akan lepas dari komunikasi
efektif yang terjadi.
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah
[ CITATION Gol86 \l 1033 ]. Menurut Redding dan Sanborn bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks [ CITATION Mas08 \l 1033 ] . Yang termasuk dalam bidang ini
adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan
pengelola, komunikasi downward/komunikasi dari atasan ke bawahan,
komunikasi upward/ komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi
horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya,
mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program [ CITATION
Mas08 \l 1033 ].
B. Aliran Komunikasi Organisasi
1) Komunikasi ke bawah
Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam kelompok atau
organisasi ke tingkat yang lebih bawah. Pola itu digunakan oleh pimpinan
kelompok dan atasan untuk menetapkan sasaran, memberikan instruksi
pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur ke bawahan,
menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian, dan mengemukakan
umpan balik tentang kinerja [ CITATION Muh14 \l 1033 ].
2) Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas mengalir ke tingkat yang lebih tinggi dalam
kelompok atau organisasi. Komunikasi ini digunakan untuk memberikan
umpan balik ke atasan, menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke
sasaran dan menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi [ CITATION
Muh14 \l 1033 ].
3) Komunikasi horizontal
Ketika komunikasi terjadi di antara anggota kelompok kerja yang
sama, diantara anggota kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara
manajer pada tingkat yang sama, atau diantara setiap personel yang secara
horizontal disebut komunikasi horizontal [ CITATION Muh14 \l 1033 ].
4) Komunikasi Lintas Saluran
Kebanyakan organisasi, muncul keinginan pegawai untuk berbagi
informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak
menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Mereka melintasi garis
fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan yang
mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan mereka [ CITATION Muh14 \l
1033 ].
4. Keterampilan Komunikasi Guru
Dalam bidang pendidikan, komunikasi juga sangat penting perananannya.
Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan memiliki keterampilan komunikasi
yang efektif dan efisien sehingga terjadi suasana dan hubungan harmonis antara
guru dengan peserta didik. Raka Joni [ CITATION Soe95 \l 1033 ] menyatakan
keterampilan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran mencakup 4
kemampuan pokok, yaitu sebagai berikut.

A. Kemampuan guru mengembangkan sikap positif dalam kegiatan


pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari:
1) mengenali kelebihan dan kekurangan diri peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran,
2) membantu peserta didik menumbuhkan kepercayaan diri dalam kegiatan
pembelajaran,
3) membantu memperjelas pikiran dan perasaan sehingga dapat dipahami
orang lain dan dapat bertukar pikiran dalam kegiatan pembelajaran,
B. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan
pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari:
1) menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat peserta didik,
2) menunjukkan sikap luwes dalam menyesuaikan diri,
3) menerima peserta didik sebagaimana adanya,
4) menunjukkan sikap sensitif, responsif dan simpatik terhadap perasaan
kesukaran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran,
5) menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar terhadap peserta
didik.
C. Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh
dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari:
1) menunjukkan kegairahan dalam memberi materi atau mengajar,
2) merangsang minat peserta didik untuk belajar,
3) memberi kesan kepada peserta didik bahwa guru menguasai bahan materi
yang diajarkan dan menguasai bagaimana mengajar (metode/strategi).
D. Kemampuan guru untuk mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan ini terdiri dari:
1) mengembangkan hubungan yang sehat dan serasi dalam kegiatan
pembelajaran,
2) memberikan tuntutan agar interaksi antar peserta didik serta antar guru
dengan peserta didik terpelihara dengan baik dalam kegiatan
pembelajaran,
3) menguasai perbuatan yang tidak diinginkan atau menyimpang dalam
kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Forsdale, L. (1981). Perspective on Communication. New York: Random House.

Goldhaber, G. M. (1986). Organizational Communication. Iowa Wm: Brown


Publisher.

Masmuh, A. (2008). Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktik.


Malang: UMM Press.

Muhammad, A. (2014). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, D. (2000). Human Communication. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Seiler, W. J. (1988). Introduction to Speech Communication. California: Addison


Wesley Publishing Company.

Soeharto, K. (1995). Komunikasi Pembelajaran. Surabaya: SIC.

Wright, R., & Grandfort. (1977). The nature of Organization. Helsinki: Institute
for Human Communication.

Anda mungkin juga menyukai