FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA 2020 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin dan mineral adalah zat gizi mikro yang berperan penting dalam berbagai tahapan metabolisme serta pemeliharaan fungsi tubuh. Hingga kini masalah kekurangan vitamin dan mineral merupakan masalah utama yang banyak dialami negara berkembang, termasuk Indonesia. Kurniasih et al. (2010) menyebutkan, jenis mineral yang menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah yodium, zat besi, dan seng (zinc). Jenis mineral lain seperti kalsium hanya dianggap sebagai masalah bagi kelompok tertentu, misalnya orang yang secara klinis terkait dengan resiko penyakit. Kalsium berperan penting dalam proses pembentukan tulang dan gigi yang normal. Kalsium juga berperan dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot, metabolisme sel, serta pengiriman isyarat dari saraf ke sel (Bredbenner et al. 2007). Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh atau pada orang dewasa biasa disebut osteoporosis (Almatsier 2006). Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh dan berfungsi penting sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, alat angkut elektron di dalam sel serta komponen dari berbagai enzim. Kekurangan zat besi juga berkaitan erat dengan anemia gizi besi yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dengan jumlah penderita mencapai 1,2 milyar orang di seluruh dunia (Rolfes & Whitney 2008). Depkes (2008) menyebutkan dalam Riskesdas 2007, hingga tahun tersebut prevalensi anemia nasional masih 11,9%. Penyebab utama kekurangan kalsium dan zat besi adalah ketidakcukupan jumlah kalsium dan zat besi dalam diet serta ketersediaan biologis (bioavailabilitas) kalsium dan zat besi yang rendah dalam makanan (Rolfes & Whitney 2008). Oleh karena itu, diperlukan pemecahan masalah gizi berbasis makanan (food base approach). Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan produk pangan inovatif yang dapat menjadi sumber zat gizi mikro. Salah satunya berupa umbi-umbian seperti yakon, yang diharapkan tidak hanya dapat membantu memenuhi kebutuhan energi saja, tapi juga dapat menjadi pangan sumber kalsium dan zat besi. Umbi yakon merupakan tanaman asli dari pegunungan andes yang memiliki sumber Fruktooligosakarida (FOS) terbesar dibanding tanaman lain. FOS merupakan tipe gula yang memliki nilai kalori yang lebih rendah dibandingkan jenis gula lainnya yaitu sekitar 25 – 35 % dari kalori normal karbohidrat (Ivan, 2005). Ikatan antar unit fruktosa penyusunnya terdapat ikatan yang tidak dapat dipecah oleh enzim pencernaan, yaitu ikatan β (2-1) sehingga digolongkan dalam ingredient food atau bahan pangan yang tidak memiliki gizi tapi mempuyai manfaat bagi pencernaan. Oleh sebab itu FOS digunakan sebagai prebiotik yang berperan baik bagi mikroba (Franck, 2002). Hasil fermentasi oleh mikroba menghasilkan Asam Lemak Rantai Pendek (ALRP) akan menurunkan pH kolon dan meningkatkan kelarutan mineral sehinnga merangsang ephitelium usus untuk meningkatkan kapasitas peyerapan (Katharina, 2002). Didalam tubuh manusia selain memerlukan makronutrient seperti karbohidrat, lemak dan protein juga memerlukan mikronutrient vitamin mineral. Mineral yang penting untuk tubuh adalah Fe dan Ca. Meskipun demikian perlu disertai dengan pengetahuan tentang bioavailabilitasnya karena total kalsium dan zat besi yang tinggi dalam suatu produk belum menjamin jumlah kalsium dan zat besi yang dapat diserap oleh tubuh akan tinggi juga. Selain itu, pada kehidupan sehari-hari hampir tidak ada makanan yang dikonsumsi secara tunggal, melainkan bersama dengan jenis makanan atau minuman lain (Popkin et al. 2006). Zat gizi ataupun non-gizi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi (disajikan) bersamaan dapat saling berinterkasi secara positif maupun negatif dalam saluran pencernaan (Poerwadi 2011). Interaksi tersebut dapat mempengaruhi ketersediaan biologis (bioavailabilitas) zat-zat gizi (Heaney 2001). Namun diet tinggi serat pangan juga mengakibatkan efek fisiologis yang negatif. Diantara efek negatif yang ditimbulkan adalah penurunan ketersediaan mineral (Yuanita, 2010). Hal berbeda terjadi pada serat pangan larut seperti Fruktooligosakarida (FOS) yang justru meningkatkan absorpsi beberapa mineral di usus besar sehingga akan meningkatkan bioavailabilitas mineral. Umbi Yakon dapat diolah menjadi produk makanan seperti selai, sirup, teh dan minuman herbal. Dalam proses pengolahan dapat mengurangi efek positif dari pangan tersebut. Hal itu disebabkan proses perebusan. Untuk lama perebusan dapat mengurangi ketersediaan FOS akibat dari pemutusan ikatan α dan β sehingga nilai gula pereduksi yang didapat semakin tinggi (Glibowski, 2011). Hal tersebut dapat menjadi informasi bagi para produsen dalam proses pengolahan terutama perebusan agar menjaga efek posifif FOS dalam Umbi Yakon sebagai bahan pangan yang dapat meningkatkan penyerapan mineral Fe dan Ca sehingga manusia tidak mengalami defisiensi mineral Fe dan Ca. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai bioavailabilitas kalsium dan zat besi pada umbi yakon terhadap pengaruh lama perebusan. B. Rumusan Masalah Berdasasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh lama perebusan Umbi Yakon terhadap total kalsium dan zat besi, bioavailabilitas kalsium dan zat besi serta total kalsium? 2. Berapa bioavailabilitas kalsium dan zat besi secara in vitro serta total kalsium dan zat besi pada umbi yakon? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bioavailabilitas kalsium (Ca) dan zat besi (Fe) secara in vitro pada umbi yakon. Tujuan khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kandungan energi, kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, total serat makanan, kalsium, zat besi, zink, fosfor pada umbi yakon. 2. Mengetahui total kalsium dan zat besi, bioavailabilitas kalsium dan zat besi serta total kalsium dan zat besi pada umbi yakon D. Manfaat Penelitian Mafaat dari haris penelitian yang telah dilakukan yaitu: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada konsumen mengenai bioavailabilitas kalsium dan zat besi dari umbi yakon terhadap pengaruh lama perebusan sehingga dapat mengoptimalisasikan konsumsi pangan sumber kalsium dan zat besi. E. Definisi Operasional 1. Umbi yakon : memiliki sumber Fruktooligosakarida (FOS) terbesar dibanding tanaman lain. FOS merupakan tipe gula yang memliki nilai kalori yang lebih rendah dibandingkan jenis gula lainnya yaitu sekitar 25 – 35 % dari kalori normal karbohidrat. Ikatan antar unit fruktosa penyusunnya terdapat ikatan yang tidak dapat dipecah oleh enzim pencernaan, yaitu ikatan β (2-1). 2. Kalsium : Kalsium berperan penting dalam proses pembentukan tulang dan gigi yang normal, pembekuan darah, kontraksi otot, metabolisme sel, serta pengiriman isyarat dari saraf ke sel. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh atau pada orang dewasa biasa disebut osteoporosis 3. Zat besi : Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh dan berfungsi penting sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, alat angkut elektron di dalam sel serta komponen dari berbagai enzim. Kekurangan zat besi juga berkaitan erat dengan anemia gizi besi 4. Proses perebusan : proses perebusan dapat mengurangi ketersediaan FOS akibat dari pemutusan ikatan α dan β sehingga nilai gula pereduksi yang didapat semakin tinggi. 5. Bioavailabilitas kalsium : ketersediaan biologi yang menunjukkan proporsi kalsium yang tersedia untuk digunakan dalam proses metabolis terhadap kalsium yang dikonsumsi 6. Bioavailabilitas zat besi : jumlah zat besi dari bahan pangan yang ditransfer dari lumen usus ke dalam darah. F. Asumsi Penelitian Untuk menghindari hasil penelitian yang bias serta menjaga kemungkinan ketidaksempurnaan dalam melakukan penelitian ini, maka perlu diasumsikan sebagai berikut: 1. Umbi yakon yang digunakan memiliki kandungan yang sama. 2. Umbi yakon yang digunakan berasal dari pohon dan mempunyai umur yang sama. G. Batasan Masalah Pada penelitian ini dibatasi pada permasalahan berikut untuk menutupi kemunkinan masalah yang melebar. 1. Umbi yakon yang digunakan berasal dari daerah yang sama 2. Lama penyimpanan umbi yakon sebelum digunakan yaitu selama selama 3 hari
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis