JIP Vol. 2 No. 1 April 2017, mempublikasikan 6 (enam) artikel yang berbasis penelitian
dengan topik Analisis Kebijakan Publik, Pelayanan Publik, dan Persepsi masyarakat terhadap
keputusan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Artikel yang telah terkirim ke JIP diproses dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh
dewan editor. Artikel direview oleh peer-review yang telah dipilih oleh editor dengan
mengutamakan komptensi bidang keilmuan reviewer. Metode yang digunakan oleh dalam
mereview yaitu blind review.
Jumlah total artikel yang telah diterima oleh tim editor JIP berjumlah 12 (dua belas)
artikel. Dengan pemilihan artikel yang sudah layak dipublikasikan tentunya tidak
subyektifitas dari pengelola jurnal. Melainkan pertimbangan-pertimbangan dari tim editor
beserta tim reviewer.
Tertanda,
Editor in Chief JIP
DAFTAR ISI
Hlm
Analisis Jejaring Pengurangan Resiko di Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Gunung Slamet 1-11
(Agus Setio Widodo)
Integritas Birokrat Garis Depan (Street Level Bureucrats) Dalam Pelayanan
Kesehatan Gratis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Makkasau Kota
12-18
Parepare
(Edyanto)
Demokrasi di Malang: Menggali Kontribusi Masyarakat Sipil Dalam
Pengembangan Demokrasi Lokal 19-36
(Ratnaningsih Damayanti, Rachmad Gustomy, Muhtar Haboddin)
Community Development Dengan Internalisasi Nilai Budaya Maritim di
Provinsi Kepulauan Riau Untuk Memperkuat Provinsi Berbasis Kemaritiman 37-51
(Suhardi Mukhlis, Rendra Setyadiharja)
Pemahaman Kebijakan Kesehatan Masyarakat Bidang Ibu dan Anak Pada
Pelaksana Lapangan di Jawa Barat 52-60
(Cucu Sugyati, Diah Fatma Sjoraida, Rully Khairul Anwar)
Pandangan Masyarakat Terhadap Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
(Studi Pada Pendidikan Dasar di Kota Tanjungpinang) 61-83
(Rendra Setyadiharja, Neng Suryanti Nengsih)
JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Volume 2– Nomor 1, April 2017, (Hlm 1-11)
Analisis jejaring pengurangan risiko di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Slamet
Abstract
Simple observation of events for the disaster in Indonesia is almost always showed the same
picture is a condition in which reactive attitude and spontaneous, unplanned as shown by society
and government. There is a general tendency that people do not know how to act or addressing
disaster. Regional preparedness in the face of natural disasters is very important. Slamet mountain
with an altitude of 3,428 meters above sea level is the highest mountain in Central Java and the
second highest in Java. Population data in the area of Mount Slamet and surrounding areas are
included in Kawasan Rawan Bencana (disaster-prone areas) is approximately 215 953 inhabitants.
Seeing the extent of the area affected by the eruption of Mount Slamet threats can not be taken
lightly. This study aimed to explore the networking model for effective disaster risk reduction in
disaster-prone areas of Mount Slamet. Networking model for disaster risk reduction is a very
important information in order to overcome the impact of the eruption of Mount Slamet.
Keyword: Disaster risk education; networking model; mount Slamet
Abstrak
Pengamatan sederhana terhadap kebencanaan di Indonesia hampir selalu menunjukkan
gambaran yang sama yaitu suatu sikap reaktif dan spontan, tidak terencana seperti yang
ditunjukkan oleh masyarakat dan pemerintah. Ada kecenderungan umum bahwa orang tidak tahu
bagaimana harus bertindak atau menangani bencana. Kesiapan daerah dalam menghadapi
bencana alam sangat penting. Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan
laut merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Jawa. Data
kependudukan di kawasan Gunung Slamet dan sekitarnya yang termasuk dalam Kawasan Rawan
Bencana (KRB) adalah sekitar 215 953 jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi model
jaringan untuk pengurangan risiko bencana yang efektif di daerah rawan bencana Gunung Slamet.
Model untuk pengurangan risiko bencana adalah informasi yang sangat penting dalam rangka
mengatasi dampak letusan Gunung Slamet
itu maka informan penelitian ini dibagi batuan kerikil dan awan panas. Adapun
kedalam dua kelompok, yaitu informan potensi ancaman sekunder yaitu ancaman
utama dan informan triangluasi sebagai hujan abu yang menyelimuti radius
kelompok pemeriksaan silang. Informan puluhan kilometer dari puncak dan
utama adalah informan kunci yang turunnya lahar dingin pasca letusan pada
dianggap memahami, dan terlibat sungai-sungai yang berhulu di lereng
langsung dalam pengurangan risiko Gunung Slamet.
bencana Gunung Slamet, yaitu Ketua Pihak PVMKG (Pusat Vulkanologi,
BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)
Daerah) dan SKPD (Satuan Kerja melalui pos pengamatan Gunung Slamet
Perangkat Daerah) terkait di kabupaten di Desa Gambuhan Pemalang telah mem-
Banyumas, Purbalingga, Tegal, Pemalang buat Peta Daerah Bahaya atau Peta
dan Brebes. Namun demikian pada Kawasan Rawan Bencana (KRB). Peta
tulisan ini sendiri data lebih banyak Daerah Bahaya Gunung Slamet dibagi
didapatkan dari sumber data sekunder menjadi 2 zona, yaitu Daerah Bahaya
yaitu telaah literatur. (Kawasan Rawan Bencana II) dan Daerah
HASIL DAN PEMBAHASAN Waspada (Kawasan Rawan Bencana I).
Kawasan Rawan Bencana II (Daerah
Pengurangan risiko bencana (PRB)
Bahaya) adalah daerah yang letaknya
merupakan sebuah upaya sistematis
terdekat dengan sumber bahaya, se-
untuk mengidentifikasi, mengkaji dan
hingga kemungkinan akan terlanda oleh
mengurangi risiko-risiko bencana. PRB
bahaya langsung, berupa luncuran awan
bertujuan untuk mengurangi kerentanan
panas, aliran lava dan lontaran
sosial ekonomi terhadap bencana dan
piroklastik serta lahar hujan. Kawasan
menangani bahaya-bahaya lingkungan
Rawan Bencana I (Daerah Waspada)
maupun bahaya-bahaya lain yang me-
adalah kawasan yang letaknya lebih jauh
nimbulkan kerentanan (Twigg, 2007).
dari sumber bahaya. Daerah ini mungkin
Hasil penelitian berikut akan mem-
akan terlanda hujan abu, pasir dan lapili.
berikan deskripsi tentang dinamika
Melihat luasnya wilayah terdampak
jejaring aktor dalam kegiatan peng-
maka ancaman bencana letusan Gunung
urangan risiko di kawasan rawan
Slamet tidak bisa dianggap ringan. Data
bencana (KRB) Gunung Slamet.
kependudukan di daerah Gunung Slamet
Data pada pos pengamatan Gunung
dan sekitarnya yang termasuk kedalam
Slamet di Desa Gambuhan Kabupaten
daerah KRB (kawasan rawan bencana) I
Pemalang (2015) menyebutkan setidak-
dan KRB (kawasan rawan bencana ) II
nya terdapat 2 (dua) macam potensi
dihuni oleh sekitar 215.953 jiwa (Pusat
ancaman bencana kegunungapian yang
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
dihadapi oleh masyarakat sekitar Gunung
Geologi, 2014). Jumlah penduduk ini
Slamet, yaitu ancaman primer dan
tersebar di sejumlah kecamatan di
ancaman sekunder. Potensi ancaman
wilayah Kabupaten Tegal, Brebes,
primer merupakan letusan gunung api
Purbalingga, Banyumas dan Pemalang.
tipe stromboli yang mencapai radius 10
Bencana alam tidak mungkin diatasi
kilometer dari puncak berupa material
sendiri oleh pemerintah daerah, apalagi
dalam prakteknya batasan jaringan karena tingkah laku aktor dan kebijakan
seringkali tidak ada atau ambigu yang dihasilkan mempunyai arti penting
(Riyanto, 2013:56). dan juga berpengaruh terhadap
Dalam ilmu sosial, istilah networks konsolidasi policy makers. Kebijakan
pertama kali dipakai pada tahun 1940-an manajemen bencana sendiri pasti ber-
dan 1950-an untuk menganalisis dan kaitan dengan banyak aktor.
memetakan hubungan, kesalingterkaitan Penelitian ini mencoba melihat be-
dan dependensi personal. Kata networks berapa hasil penelitian terdahulu yang
mengandung dua arti yaitu pertama, dianggap relevan dengan topik kajian
berarti menjalin kontak untuk mendapat menyangkut jejaring aktor dan
keuntungan dan arti kedua berasal dari manajemen bencana dalam konteks
bahasa teknologi komputer yakni administrasi publik. Berbagai penelitian
komputer yang saling berhubungan terdahulu itu penulis pilih untuk
(Parson, 2011:186-187). Selanjutnya menambah pemahaman dan perbanding-
Klijn (1999:30) menjelaskan an serta referensi.
networks dapat diartikan dari beberapa Ana Campos G., Niels Holm-Nielsen,
sudut pandang. Klijn menge-mukakan Carolina Díaz G., Diana M. Rubiano V.,
networks sebagai kluster organisasi yang Carlos R. Costa P., Fernando Ramírez C.
berhubungan satu sama lainnya, yaitu and Eric Dickson. 2011, Analysis of
sekumpulan organisasi atau seperangkat Disaster Risk Management: A Contribution
hubungan organisasi. Aldrich dan Watten to the Creation of Public Policies. The
lebih melihat netwoks sebagai suatu World Bank Columbia dan GFDRR (Global
sistem, yaitu totalitas keseluruhan unit Facility for Disaster Reduction and
yang saling terhubung dengan relasi Recovery). Fokus penelitian diarahkan
tertentu yang pasti. pada variabel: 1) Peran Administrasi
Dalam konteks kebencanaan, apapun Territorial dalam manajemen Bencana,
bentuknya, bencana selalu membawa 2). Peran Administrasi Sektoral dalam
derita, menimbulkan korban harta dan Manajemen Bencana dan 3). Tanggung-
nyawa, menghancurkan tatanan sosio- jawab Sektor Publik dan Privat dalam
ekonomi, membentuk pribadi-pribadi manajemen Bencana. Penelitian yang
yang traumatis dan banyak hal lain yang dilakukan di Kolumbia ini menghasilkan
mengindikasikan kerentanan diri sebagai kesimpulan sebagai berikut: 1). Kemajuan
sebuah bangsa. Seringnya situasi bencana konseptual yang menjelaskan hubungan
melanda kondisi masyarakat, men- antara manajemen bencana dan pem-
jadikannya sebagai common and public bangunan belum tercapai pada level ke-
problem yang menuntut kehadiran bijakan, apalagi menyatu sebagai bagian
tindakan intervensi kolektif sebagaimana integral dari administrasi publik 2).
menjadi domain administrasi publik. Risiko bencana semakin bertambah di
Dalam jaringan aktor dinyatakan wilayah perkotaan dan perdesaan seiring
bahwa segala hal dapat dilihat sebagai dengan minimnya pelaksanaan,
keterkaitan antar aktor (open system). monitoring dari perangkat dan pe-
Peran aktor merupakan salah satu kunci laksana perencanaan kebijakan dan
penting keberhasilan administrasi publik buruknya manajemen pengairan.
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini diantaranya mengenai aktor yang terlibat
maka sama - sama mengkaji manajemen serta perannya, bentuk kerjasama dan
risiko bencana dalam konteks faktor pendukung dan penghambat dalam
administrasi publik. Perbedaannya kerjasama antar aktor dalam penanganan
terletak pada pendekatan teoritik di- pengungsi erupsi Gunung Kelud.
mana Ana Campos et.al lebih menyoroti Pemerintah (BPBD Kabupaten Malang)
pada aspek pembuatan kebijakan publik sebagai aktor pengambil keputusan, aktor
dan peran administrator, sedangkan swasta (PT. Semen Indonesia) sebagai
peneliti akan melihatnya dengan pen- fasilitator pemberi bantuan logistik ke-
dekatan teori jejaring aktor dikaitkan butuhan di pengungsian dan Masyarakat
dalam pengurangan risiko bencana. Per- berperan sebagai partisipator. Penangan-
bedaan lainnya adalah kalau pada an terhadap dampak ekonomi, sosial dan
peneitian terdahulu hanya menyoroti budaya di masyarakat serta pengurang-
peran administrator maka penelitian ini an rumor yang timbul pada saat kondisi
akan meneliti relasi dan peran para aktor darurat dapat menjadi perhatian penting
yang beraneka ragam dalam pengurangan untuk para pembuat sekaligus peng-
risiko bencana. ambil keputusan untuk membangun
Pavita Wulan Andadari, Jurnal mekanisme penanggulangan bencana dan
Administrasi Publik Universitas penanganan pengungsi yang terpadu,
Brawijaya Vol. 1 Nomor 8 tahun 2011, efektif dan efisien.
Kerjasama Antar Aktor Dalam Penangan- Menurut Smith (2007), ada dua konsep
an Pengungsi Erupsi Gunung Kelud (Studi paradigma yang digunakan dalam
Pada Badan Penanggulangan Bencana penelitian bencana dari perspektif ilmu
Daerah Kabupaten Malang). Penulis sosial, yaitu paradigma perilaku dan
meyakini bahwa penyelenggaraan paradigma struktural. Paradigma
penanggulangan bencana adalah se- perilaku menekankan pada penyebab
rangkaian upaya yang meliputi pe- geografis dari bencana dan penggunaan
netapan kebijakan pembangunan yang teknologi untuk mengurangi kerusakan
berisiko timbulnya bencana, kegiatan yang disebabkan oleh dampak bencana.
pencegahan bencana, tanggap darurat, Paradigma perilaku kurang memperhati-
dan rehabilitasi (UU No. 27 Tahun 2007). kan keadaan sosial daerah yang dilanda
Dampak yang ditimbulkan dari bencana bencana. Sebaliknya, paradigma
alam yang terjadi adalah adanya orang struktural menekankan pada pengaruh
atau kelompok orang yang terpaksa atau struktur sosial tempat melekatnya
dipaksa keluar dari tempat tinggalnya individu dan kelompok (Bolin, 1998,
untuk jangka waktu yang belum pasti Smith, 2007) serta mengakui bahwa
sebagai akibat dampak buruk bencana bencana adalah pengaruh alam atau
yang umumnya disebut pengungsi. Hasil masyarakat yang mengintensifkan
dari riset ini ternyata Pemerintah tidak masalah kehidupan ekonomi dan sosial
dapat berperan secara tunggal oleh sebab sehari-hari (Hutton dan Haque, 2004).
itu diperlukan keterlibatan aktor Non- Namun terlepas dari apapun paradigm
pemerintahaktor dan masyarakat untuk yang digunakan dalam memahami ter-
melakukan kerjasama. Rumusan masalah jadinya bencana, dampak sosial yang
sekitarnya maka bencana erupsi gunung- Gunung Slamet. Jaringan kerja aktor
api dapat terjadi sewaktu-waktu. Ber- menghasilkan kekuatan, semakin besar
dasarkan tugas dan fungsinya Pusat jaringan terbentuk baik dari kualitas
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi maupun kuantitas maka semakin besar
termasuk BPPTKG (Balai Penyelidikan pula kekuatan yang dihasilkannya dan
dan Pengembangan Teknologi Ke- mampu menciptakan pengurangan risiko
bencanaan Geologi) sebagai salah satu bencana yang efektif di kawasan rawan
unitnya turut berperan dalam manajemen bencana (KRB) Gunung Slamet.
krisis bencana erupsi. Pada fase
Prakejadian peranannya dapat meliputi Rekomendasi
langkah - langkah penilaian risiko Efektifitas pengurangan risiko
bencana, pemetaan daerah kawasan bencana ditentukan oleh banyak faktor
rawan bencana, pembuatan peta risiko maupun aktor. Untuk itu ke depan perlu
dan membuat simulasi skenario bencana. adanya sebuah kajian atau riset yang
Tindakan lain yang perlu dilakukan tidak hanya meneliti tentang konstruksi
adalah pemantauan gunungapi dan aktor tetapi juga berbagai alasan yang
menyusun rencana keadaan darurat. melatarbelakangi keterlibatan atau
Adapun pada saat fase kritis maka sudah ketidakterlibatan aktor dalam pengurang-
harus dilakukan tindakan operasional an risiko bencana, dan juga meneliti
berupa pemberian peringatan dini, model jejaring aktor yang terbentuk.
meningkatkan komunikasi dan prosedur Selain itu berbagai diskusi dan pemikiran
pemberian informasi, menyusun rencana yang melatarbelakangi munculnya
tanggap darurat yang berupa penerapan statement tentang faktor penentu
dari tindakan rencana keadaan darurat keberhasilan manajemen bencana secara
dan sesegera mungkin mendefinisikan luas sangatlah penting untuk diperhati-
perkiraan akhir dari fase kritis. kan.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Ana Campos G., Niels Holm-Nielsen,
Carolina Díaz G., Diana M. Rubiano
Hasil penelitian menunjukkan V., Carlos R. Costa P., Fernando
bahwa terbentuk jaringan aktor dari Ramírez C. and Eric Dickson. 2011.
kegiatan pengurangan risiko bencana di Analysis of Disaster Risk
kawasan rawan bencana Gunung Slamet, Management: A Contribution to the
Creation of Public Policies. The
yaitu Forum Slamet. Jaringan aktor terdiri
World Bank Columbia dan GFDRR
dari aktor yang relatif sama namun aktor (Global Facility for Disaster
tersebut bersifat dinamis sehingga Reduction and Recovery)
kadangkala bersama dalam satu jaringan
kerja dan di era yang lain berada di APEKSI. 2008. Model Kerjasama Antar
jaringan kerja lainnya. Forum Slamet Daerah. Laporan Akhir APEKSI dan
Program Pascasarjana Program
sebagai sebuah jaringan aktor merupakan
Studi Ilmu Politik Konsentrasi
elaborasi dari aktor-aktor pemerintah, Politik Lokal dan Otonomi Daerah
swasta maupun masyarakat yang peduli Universitas Gadjah Mada
terhadap pengurangan risiko bencana Yogyakarta
Denzin, Norman K. 1970. The research Majalah Gema BNPB, 2012. Fokus Berita,
act: A theoretical introduction to Visi, Komitmen dan kemiteraan
sociological methods. Aldine dalam Penanggulangan Bencana di
Publishing Company. Chicago Indonesia, (Ketangguhan dalam
Menghadapi Bencana) ISSN 2088-
Domai, Tjahjanulin (2010) Kebijakan 6527 Edisi Agustus 2012 Vol. 3 No.
Kerjasama Antardaerah: Perspektif 2
Sound Governance. Jenggala Pustaka
PROFIL SINGKAT
Utama. Surabaya,
Penulis bernama Agus Setio Widdodo,
Frank, Flo & Anne Smith. The Partnership kelahiran Kabupaten Pemalang, tanggal 26
Handbook. Minister of Public and Agustus 1974. Penulis merupakan dosen
Government Services, Canada, 2000. Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP
Universitas Pancasakti Tegal dan mahasiswa
Program Doktor Administrasi Publik
Kusumasari, Bevaola. 2014. Manajemen
Universitas Diponegoro Semarang.
Bencana dan Kapabilitas Pemerintah
Lokal. Penerbit Gava Media. Selain mengajar penulis aktif sebagai peneliti
Yogyakarta khususnya dibidang kebijakan publik dan tata
kelola pemerintahan.
Edyanto
1
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Sorong.
* Korespondensi Penulis. E-mail: edypapua10@gmail.com,
Abstrak
Integritas diperlukan dalam pelayanan publik dalam rangka mencegah terjadinya patologi
administrasi di jajaran birokrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan integritas birokrat
garis depan (Street level bureucrats) dalam pelayanan kesehatan gratis di Kota Parepare dilihat
dari Standar Operating Prosedure (SOP). Metode penelitian yang dipakai adalah metode dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan analisis dokumen. Penentuan informan penelitian dilakukan secara accidental yaitu
teknik penentuan informan yang dilakukan secara prinsip kebetulan. Data dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis taksonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Integritas birokrat
garis depan (street level bureucrats) dalam pelayanan pasien rawat jalan program kesehatan
gratis yang dilihat berdasarkan SOP dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip pelayanan
menunjukkan sudah maksimal. Hal ini terlihat dari terlaksananya prinsip-prinsip pelayanan
dengan baik, kecuali prinsip kejujuran. Mengenai Integritas street level bureucrats dalam
pelayanan pasien rawat inap program kesehatan gratis yang dilihat berdasarkan SOP dan
dihubungkan dengan prinsip-prinsip pelayanan menunjukkan bahwa,petugas pelayanan
memberikan kemudahan dalam masalah prosedur pelayanan kesehatan gratis.
Bureaucrats integrity the Front Lines Within Free Health Care in General Hospital
(Hospital) ANDI Makkasau Parepare
Abstract
Integrity is required in the public service in order to prevent the occurrence of administrative
pathology within the bureaucracy. This study aimed to describe the integrity bureaucrats front line
(Street level bureucrats) in health services in Parepare views of Standard Operating Procedure
(SOP). The research method used is a method with a qualitative descriptive approach. Data was
collected through interviews, observation and document analysis. Determination of informants
research conducted by accidental that technique must be performed in principle informant chance.
Data were analyzed using taxonomic analysis techniques. The results showed that the front-line
bureaucrats Integrity (street level bureucrats) in outpatient care free health program which is
viewed by SOP and linked with the principles of service show is maximal. This is evident from the
implementation of the principles of good service, except the principle of honesty. About Integrity
street level bureucrats in service inpatient free health program which is viewed by SOP and linked
with the principles of service shows that, of service personnel provide ease in a matter of procedure
free health service.
Keywords: integrity, Street level bureaucrats, free health services
jelasan, kepastian waktu, akurasi, ke- sehatan gratis tanpa memandang latar
lengkapan sarana dan prasarana, ke- belakang status ekonomi. Padahal ke-
jujuran, kecermatan, kedisiplinan, ke- adilan sosial tidak hanya berkaitan
sopanan dan keramahan, keamanan dan dengan kita memperoleh pelayanan ke-
kenyamanan. Untuk mendapatkan sehatan sesuai kebutuhan medisnya
gambaran mengenai integritas street level tetapi juga kewajiban membayar sesuai
bureucrats dalam pelayanan pasien dengan kemampuan ekonominya, adapun
kesehatan gratis rawat jalan di Rumah mengenai kepastian waktu dalam men-
Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota dapatkan pelayanan kesehatan gratis,
Parepare yang dilihat dari Standar pada umumnya mereka merasa bahwa
Operating Prosedure dengan mengguna- petugas memberikan kepastian waktu
kan indikator yaitu, prosedur pelayanan, dalam hal prosedur pelayanan
perilaku petugas pelayanan, sarana dan administrasi.
prasarana. Perilaku aparat pelayanan publik
Prosedur pelayanan Mengenai perilaku petugas pe-
Sesuai dengan prosedur pelayanan, layanan kesehatan terhadap pasien
pasien yang ingin mendapatkan pelayan- kesehatan gratis di Rumah Sakit Andi
an kesehatan gratis di Rumah Sakit Makkasau Kota Parepare, maka peneliti
Umum Daerah Andi Makkasau Kota menggunakan prinsip tidak diskriminatif,
Parepare harus melalui tahap demi tahap kejujuran, kecermatan, kedisiplinan, ke-
dalam pengurusan tersebut. Ke- sopanan, dan keramahan. Berdasarkan
sederhanaan merupakan prosedur pe- pengamatan peneliti, terlihat bahwa pe-
layanan publik yang tidak berbelit-belit, tugas pelayanan kesehatan yang bertugas
mudah dipahami dan mudah dilaksana- di Poliklinik sudah maksimal dalam me-
kan. Berdasarkan hasil observasi peneliti layani pasien kesehatan gratis. Hal ini ter-
terhadap kesederhanaan prosedur pe- lihat dari perilaku petugas yang tidak
layanan pasien program kesehatan gratis, membeda-bedakan antara pasien ke-
menunjukkan bahwa prinsip ke- sehatan gratis dengan pasien umum,
sederhanaan telah terpenuhi dalam pe- pelayanan pasien kesehatan gratis
layanan pasien program kesehatan gratis. dengan pasien umum disatukan dalam
Mengenai kejelasan prosedur dalam satu ruangan. Berdasarkan hasil
mendapatkan pelayanan kesehatan gratis, observasi dan wawancara menunjukkan
pada umumnya merasa bahwa prosedur bahwa kejujuran petugas untuk men-
pelayanan untuk mendapatkan layanan jelaskan mengenai kejelasan biaya dalam
kesehatan gratis di Poliklinik Rumah mendapatkan pelayanan kesehatan gratis
Sakit Umum Andi Makkasau cukup jelas. adalah masalah yang dikeluhkan oleh
Akan tetapi, timbul image bahwa sebagian pengguna layanan kesehatan
masyarakat yang mampu juga bisa men- gratis, petugas pelayanan tidak men-
dapatkan pelayanan kesehatan gratis. Hal jelaskan tentang jenis obat yang mana
ini dikarenakan persyaratannya yang yang gratis. Para pasien mengira bahwa
cukup mudah, hanya dengan melampir- dengan pelayanan kesehatan gratis,
kan foto copy KTP dan Kartu Keluarga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya
sudah bisa menikmati pelayanan ke- lagi, tetapi kenyataannya mereka tetap
Abstrak
Hampir 2 (dua) dekade setelah masa reformasi perlu dilihat kembali bagaimana peran
masyarakat sipil dalam pengembangan demokrasi, khususnya demokrasi lokal. Penelitian ini
berfokus pada konstribusi masyarakat sipil dalam demokrasi di Malang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menggali kontribusi mereka dalam pengembangan demokrasi lokal. Konsepsi
masyarakat sipil yang dipergunakan ialah masyarakat sipil versi Alexis de Tocqueville, yaitu
masyrakat sipil sebagai asosiasi sukarela untuk membatasi kekuasaan negara. Metode penelitian
yang dipergunakan adalah metode kualitatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah
masyarkat sipil di Kota Malang dikelompokkan kedalam 6 isu utama, yaitu penanganan terhadap
anak jalanan, isu kesehatan, isu pemerintahan, isu perempuan, dan isu buruh, dan isu pendidikan.
Kontribusi masyarakat sipil dalam demokrasi di Kota Malang adalah Pertama, mereka
menyediakan basis pembatas kekuasaan negara. Kedua, masyarakat sipil melengkapi peran partai
politik dalam mendorong partisipasi, meningkatkan efektifitas dan ketrampilan berdemokrasi
serta mendorong pemahaman tentang kewarganegaraan. Ketiga, membangun saluran di luar
partai politik untuk mengartikulasikan, menampung dan merepresentasikan kepentingan
perempuan, buruh, dan kelompok marginal seperti LGBT dan anak jalanan.
Kata kunci: Masyarakat Sipil; Demokrasi; Malang
Abstract
Nearly two decades after the government reform needs to be seen again at how the role of
civil society in the development of democracy, specially local democracy. This study focuses on the
contribution of civil society in the development of democracy in Malang. The purpose of this study is
to seek civil society contribution in the development of local democracy. Conception of civil society
that is used is the civil society version of Alexis de Tocqueville, that is civil society as a voluntary
association. The research method used is a qualitative method. The results obtained from this study
is the civil society in Malang grouped into six major issues, that are street children, health,
development and governance, women, labor, and education issues. The contribution of civil society
in a democracy in Malang is firstly, they provide the basis of state power divider. Second, civil
society complements the role of political parties in encouraging participation, increase the
effectiveness and democratic skills and encourage understanding of citizenship. Third, building a
channel outside the political parties to articulate, accommodating and representing the interests of
women, workers, and marginal groups such as LGBT and street children.
Keywords: Civil Society; Local Democracy; Malang.
terlibat dalam kegiatan politik, dan oleh kontrol atas pemerintah dan aparat
merupakan kelas yang mementingkan negara.
dunia pribadi yang sangat berbeda Nampak jelas perbedaan antara
dengan masyarakat politik. ranah negara, masyarakat sipil, dan
Beberapa ratus tahun kemudian, masyarakat politik. Ketiga institusi ini
ketika Thomas Hobbes dan John Locke memilih ruang lingkup dan cakupan
menawarkan teorinya tentang negara, wilayah kerja yang berbeda-berbeda.
mereka menjelaskan bahwa masyarakat Sedangkan pandangan Adam Smith
sipil adalah masyarakat yang melakukan tentang masyarakat sipil juga patut
kontrak sosial dengan negara. Mereka dicatat. Bagi Smith, masyarakat sipil
harus rela diatur dan tunduk kepada sebagai individu-individu yang saling
negara karena negara memiliki tujuan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan
yang baik, yaitu menyelamatkan mereka melalui mekanisme pasar. Sikap
masyarakat sipil dari sifat jahat mereka individu yang bersosialisasi untuk
sendiri. Pada masa ini pembagian antara memenuhi kebutuhan menunjukkan
ranah negara dengan masyarakat sipil adanya sipilitas. Sipilitas dimaknai
sudah jelas. sebagai simpati yang ditunjukkan pada
Pembagian antara ranah negara orang lain untuk menengai self love
dengan masyarakat sipil sebenarnya mereka. Fenomena ini bersifat subjektif.
bukanlah monopoli dari pemikiran Perkembangan konsepsi masyarakat
Hobbes dan Locke. Pemikiran politik sipil yang terakhir adalah masyarakat
kontemporer, Alfred Stepan (1996) dalam sipil dipahami sebagai ruang asosiasi
salah satu karya juga menjelaskan relasi sukarela. Urgensi asosiasi berakar pada
negara, masyarakat sipil dan masyarakat pemikiran liberal untuk membatasi
politik. kekuasaan negara. Demokrasi modern
Negara didefinisikan sebagai dianggap berpotensi untuk memunculkan
administratif, legal, birokratis, dan koersif depotisme demokrasi. Negara terjamin
yang berkesinambungan dan berusaha legitimasinya melalui proses pemilihan,
mengelola aparat negara, menyusun memiliki kekuasaan atas orang lain yang
hubungan antara kekuasaan sipil dan telah memilihnya. Akibatnya, lembaga
pemerintah, dan menyusun hubungan sosial dilumpuhkan oleh lembaga politik.
dalam masyarakat politik dan civil society. Demokrasi yang ada dalam masyarakat
Masyarakat sipil adalah arena tempat dilumpuhkan oleh mekanisme
berbagai gerakan sosial serta organisasi administratif dan politis dari negara.
sipil dari semua kelas berusaha me- Masyarakat sipil memberi kekuasaan
nyatakan diri mereka dalam suatu pada negara sekaligus menjadi korban
himpunan dapat mengespresikan diri dan kekuasaan tersebut (Chandoke, 2002:
memajukan berbagai kepentingan. 115-161). Dalam bahasa Tocqueville
Selanjutnya, masyarakat politik dimaknai disebut “the formal institutions of
sebagai arena tempat masyarakat democracy and capitalism left individuals
bernegara mengatur diri secara khusus helpless against the electoral power of the
dalam kontestasi politik untuk memper- majority as expressed through the actions
of the State”
Untuk mengatasi potensi tirani ini Penelitian ini terinspirasi dari karya
Tocqueville menawarkan tiga macam Tocqueville “Democracy in American”
cara, yaitu pertama, mendistribusikan yang berbasis pengamatannya di Amerika
kekuasaan ke berbagai lembaga pada 1831-1832. Menurutnya, ke-
pemerintahan. Kedua, menyelenggarakan berhasilan demokrasi di Amerika tidak
pemilihan secara periodik untuk men- hanya terletak pada mekanisme pem-
cegah monopoli. Ketiga, mengontrol bagian kekuasaan pada negara, tetapi
lembaga kekuasaan oleh asosiasi suka- juga pada kemampuan masyarakatnya
rela. Asosiasi-asosiasi sosial, kultural, membangun asosiasi-asosiasi sukarela
profesional, dan religius dalam yang mandiri dan mampu membatasi
masyarakat sipil memiliki kapasitas kekuasaan negara dalam kehidupan
untuk menjaga kekuasaan negara di sehari-hari.
bawah kontrolnya. Asosiasi sukarela ini Keberadaan asosiasi sukarela yang
oleh Tocqueville disebut berpedan kuat akan mengisi aspek-aspek yang tidak
sebagai independent eye of society yaitu bisa dijalankan oleh negara dalam level
dengan memberikan kontrol kepada mikro. Keberadaan asosiasi sukarela ini
negara melalui kehidupan sehari-hari. menciptakan inisiatif sosial dan ke-
Asosiasi sukarela mengikat individu- mandirian yang tinggi. Demokrasi se-
individu di dalamnya melalui hubungan- harusnya tidak hanya menciptakan
hubungan mikro. Hal ini dapat me- pemerintahan yang cakap, tetapi juga
munculkan solidaritas dan kewaspadaan menciptakan asosiasi-asosiasi sukarela
terhadap persoalan-persoalan yang yang mampu mendorong aktivitas sosial
mereka hadapi. yang pada akhirnya mampu menciptakan
Asosiasi sukarela merupakan kontrol terhadap kekuasaan negara.
jawaban atas dilema liberalisme. Asosiasi Sedangkan ilmuwan politik dari
sukarela berbasis pada prinsip kebebasan LIPI, AS Hikam (1996:3) mendefinisikan
atau kesukarelaan untuk memilih. masyarakat sipil atau civil society sebagai
Dengan kata lain tidak boleh ada paksaan wilayah-wilayah kehidupan sosial yang
dari individu untuk mengikuti asosiasi ini. terorganisasi dan bercirikan antara lain
Asosiasi sukarela merangkul individu kesukarela (voluntary), keswasembadaan
yang terisolasi sehingga asosiasi ini dapat (self generating), keswadayaan (self
dijadikan sebagai alat individu untuk supproting), kemandirian tinggi terhadap
mencapai kepentingannya serta belajar negara, dan taat hukum. Menurutnya, ada
untuk mengidentifikasikan diri dengan dua arena penting masyarakat sipil, yaitu
komunitas. Pluralitas dalam asosiasi menyatakan ekspresi diri dalam bentuk
sukarela adalah alat untuk mem- organiasi sipil yang bebas dan otonom
pertemukan kepentingan pribadi dan dan menyatakan diri dalam bentuk
kepentingan publik sekaligus jaminan kebebasan berpendapat. Hal ini di-
melawan penyelenggaraan kekuasaan karenakan pada dasarnya masyarakat
secara penuh oleh negara. Pluralitas sipil berusaha untuk mengimbangi
menurut de Tocqueville adalah jaminan hegemoni negara dan memperkokoh
terbaik dari demokrasi (Chandoke, 2002: posisi dan kemandirian masyarakat.
162-163. Pandangan ini berpijak pada tradisi
model Eropa Timur, dimana kehadiran program mereka adalah menolong rakyat
masyarakat sipil semata-mata di- miskin.
orientasikan untuk menentang kehadiran Kedua, masyarakat sipil tipe
Negara (Mas’oed, 2002: 152). reformis ini dipengaruhi oleh ideologi
Asosiasi sukarela memberikan modernisasi dan developmentalisme.
kontribusi pada perkembangan Tema mereka adalah meningkatkan
demokrasi. Asosiasi sukarela membuat partisipasi masyarakat dalam
individu saling berinteraksi satu sama pembangunan. Korupsi yang terjadi di
lain dan menjaga kebebasan berserikat pemerintahan dianggap sebagai sebab
dan berkumpul. “feelings and opinions are utama “keterbelakangan” yang terjadi di
recruited, the heart is enlarged, and the masyarakat. Ketiga, masyarakat sipil tipe
human mind is developed only by the transformatif mempertanyakan para-
reciprocal influence of men upon one digma mainstream yang ada dan ideologi
another (Tocqueville)”. yang tersembunyi di dalamnya. Mereka
Asosiasi sukarela adalah wadah berusaha mencari paradigma alternatif
keberadaban, sehingga apabila yang menyebabkkan persoalan-persoalan
masyarakat ingin menjadi beradab, maka sesial ekonomi politik di masyarakat.
jalan yang terbaik adalah menumbuhkan Caranya adalah dengan melakukan
seni berasosiasi. Asosiasi-asosiasi suka- pendidikan politik rakyat untuk
reka merupakan wadah pengembangan memunculkan keadaan kritis sebagai
nilai-nilai kewargaan yang berbasis pada jalan masuk perubahan.
kemandirian dan ketaatan hukum serta Tiga tipe kelompok masyarakat sipil
ditujukan untuk menciptakan public tersebut merupakan hasil studi yang
goods. Kemandirian dan ketaatan hukum dilakukan Mansour Fakih pada berbagai
sangatlah dijunjung tinggi atas ke- masyarakat sipil di Indonesia dari masa
beradaan masyarakat sipil dalam negara Orde Baru. Pengelompok ini berpijak
demokrasi. pada corak dan bentuk ideologi
Mansour Fakih (1996) merupakan masyarakat sipil ketika melakukan kerja
generasi awal yang memiliki konsentrasi advokasi di lapangan. Pilihan politik
dalam mengamati masyarakat sipil di masyarakat dalam memerankan diri
Indonesia. Dalam bukunya yang bertajuk apabila sebagai konformisme, reformasi,
Masyarakat Sipil untuk Transformasi dan transformisme bisa dibaca sebagai
Sosial, ia mengelompokkan paradigma strategi mereka untuk survival dalam
masyarakat sipil di Indonesia ke dalam konteks politik Orde Baru yang terkenal
tiga kelompok, yaitu konformisme, sentralistik represif dan menerapkan
reformasi, dan transformisme. Pertama, sistem politik korporatisme.
masyarakat sipil tipe konformis bekerja Studi masyarakat sipil selanjutnya
berdasarkan kepada paradigma bantuan tidak lagi bertitik-tolak pada pe-
karitatif, berorientasi pada proyek, dan ngelompokkan sebagaimana ditulis
bekerja sebagai organisasi yang me- Mansour Fakih. Hasil pengamatan
nyesuaikan diri dengan sistem dan Suharko (2005: 282) menunjukkan
struktur yang ada. Motivasi utama bahwa atmosfir politik yang terbuka dan
demokratis paska Orde Baru semakin
pada 1996. Kedua, pada masa reformasi kelola pemerintahan daerah. Isu besar
(1998-1999), ada dua masyarakat sipil yang diusung yakni kesehatan, pendidik-
yang dibentuk yaitu Mitra Wanita Pekerja kan, buruh, pembangunan dan
Rumah Indonesia (MWPRI) dan Malang pemerintahan, perempuan, dan anak
Corruption Watch (MCW). Sisanya jalanan. Dari data yang diperoleh,
sebanyak 11 masyarakat sipil lahir pasca terdapat masyarakat sipil yang hanya
reformasi yang berentang dari tahun fokus pada satu isu, tetapi juga terdapat
2002 sampai dengan tahun 2015. masyarakat sipil yang fokus lebih dari
Nampak jelas disparitas kelahiran satu isu.
masyarakat sipil di Kota Malang. Pada Masyarakat sipil yang bergerak
masa pemerintah Orde Baru hingga tahun dalam isu kesehatan adalah Yayasan
1999 ternyata pertumbuhan masyarakat Sadar Hati dan Sahabat Anak Kanker
sipil di Kota Malang tidak menggembira- Malang. Masyarakat sipil yang bergerak di
kan. Dikatakan demikian, karena hanya bidang pendidikan adalah Jaringan Ke-
empat masyarakat sipil yang muncul pada manusiaan Jawa Timur, Save Street Child,
periode ini. Hal ini menunjukkan potret Lembaga Pendidikan Sosial (LPS) Ibu
buram pembentukan masyarakat sipil di Pertiwi, LKSA Harapan Umat, dan Aliansi
Kota Malang pada masa sebelum Masyarakat Miskin Malang. Isu buruh di
reformasi. Pasca tahun 1998-1999 tingkat lokal juga banyak menjadi fokus
hingga sekarang, pertumbuhan asosiasi yang bergerak di tingkat lokal. Di
masyarakat sipil mengalami kenaikan Malang, yang fokus pada isu buruh adalah
yang signifikan yakni 11 buah. Jumlah ini Malang Corruption Watch (MCW), In
menunjukkan angin segar kehadiran Trans Institute, dan DPC Konfederasi
masyarakat sipil dalam pentas politik Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.
lokal. Geliat masyarakat sipil di Kota Pada isu pembangunan dan
Malang menunjukkan proses politik pemerintahan, termasuk isu korupsi, tak
demokrasi sedang berjalan. Proses ini luput dari sorotan masyarakat sipil di
tentu perlu didukung dalam kerangka tingkat lokal. Di Malang yang fokus pada
membangun demokrasi local yang meng- isu korupsi adalah MCW. Kehadiran MCW
haruskan terjadinya partisipasi publik dengan menyuarakan isu pemberantasan
yang luas dalam pembentukan dan pe- korupsi sangat penting karena persoalan
ngawasan pelaksanaan kebijakan publik korupsi merupakan musuh kita bersama.
di tingkat lokal (Suyanto, 2014: 17). Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir,
Semakin kompleks kondisi persoalan korupsi sudah menyebar
masyarakat, semakin banyak permasalah- secara luas dan terdesentralisasi secara
an yang ada di Kota Malang, dan semakin sempurna1. Selanjutnya, permasalahan
terbuka pemerintah Kota Malang, maka seperti ketidakmerataan pembangunan
semakin banyak masyarakat sipil yang
ada di kota ini. Dari kelima belas
masyarakat sipil yang diteliti, terpetakan 1
Muhtar Haboddin dan Fathur Rahman, Gurita
beberapa isu yang diusung oleh Korupsi Pemerintah Daerah, Jogjakarta, Kaukaba,
masyarakat sipil tersebut. Isu-isu yang 2013; Ahmad Imron Rozuli, Muhtar Haboddin, dan
Joko Purnomo (ed). Memahami Kompleksitas
diusung sangat membumi dalam tata
Korupsi, Malang: FISIP Press, 2016.
maupun evaluasinya menjadi salah satu masyarakat sipil ini bergerak dalam
hal yang membuat masyarakat sipil di bidang nirlaba, mereka tetap membutuh-
tingkat lokal tertarik untuk mendalami- kan dana untuk tetap dapat menjalankan
nya. Mereka yang bergerak di isu ini program dan menggaji pengurus. Di
adalah PATTIRO, In Trans Institute, dan Malang, terdapat beberapa macam cara
PPOTDA. yang digunakan oleh masyarakat sipil ini
Isu tentang perempuan adalah isu dalam mendanai program-program
lain yang pasti ada di setiap daerah. Di mereka. Berdasarkan temuan penelitian,
tingkat lokal, mereka yang fokus pada isu terdapat enam sumber pendanaan, yaitu
pemberdayaan perempuan adalah Mitra berasal dari donor pribadi, pemerintah
Wanita Pekerja Rumah Indonesia dan dalam negeri, pemerintah luar negeri, non
RUMPUN. Kekerasan dalam rumah tangga pemerintah dalam negeri, non
(KDRT) sering dialami oleh istri. pemerintah luar negeri, dan kegiatan
RUMPUN tidak hanya sebatas mem- usaha mandiri masyarakat sipil tersebut.
berdayakan perempuan, masyarakat sipil Sebagian besar dari mereka memper-
ini juga bergerak dalam isu KDRT. gunakan lebih dari satu sumber pendana-
Isu perempuan dengan segala an. Sebagai contoh masyarakat sipil men-
problematikanya merupakan isu abadi dapatkan pendanaan dari pemerintah
yang selalu aktual. Perempuan pada daerah dan donor pribadi.
tataran praktik selalu dijadikan objek Ada beberapa hal yang mendasari
kekerasan dan biasa menerima ketidak- mereka hanya memiliki satu sumber
adilan dalam bidang pekerjaan. Karena pendanaan. Pertama, masyarakat sipil ini
itu dengan melakukan pembelaan kepada masih muda dan belum ada legalitas
kaum perempuan diharapkan harkat dan sehingga sulit untuk memperoleh kerja-
martabatnya bisa sejajar dengan kaum sama pendanaan dari lembaga lain.
pria. Karena itu, melalui masyarakat sipil Sebagai contoh adalah Sahabat Anak
pembedaayaan kepada kaum perempuan Kanker Malang dan Aliansi Masyarakat
dalam bidang ekonomi, politik, hukum, Miskin Malang. Kedua, masyarakat sipil
dan budaya menjadi keharusan dan ini mempertahankan posisi kemandirian
menjadi tanggungjawab negara untuk lembaga. Asosiasi seperti ini contohnya
memberikan perlindungan (Arivia, 2006: adalah In Trans Institute dan DPC
3) . Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Isu tentang anak jalanan tidak Indonesia. Ketiga, masyarakat sipil ini
hanya menjadi tugas pemerintah. berusaha terus bekerja sama dengan
Masyarakat Sipil melihat perlu adanya pemerintah dan mendukung program
keterlibatan mereka dalam menangani pemerintah, contohnya adalah PPOtoda.
masalah anak jalanan. Masyarakat sipil Masyarakat sipil yang memiliki dua
yang bergerak yang fokus dalam isu ini atau lebih sumber pendanaan, merupa-
adalah Griya Baca, Save Street Child, dan kan kombinasi dari semua jenis pendana-
Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur. an yang ada. Untuk melaksanakan
Dana adalah hal yang sangat penting program kerja, masyarakat sipil tidak
dan krusial bagi eksistensi sebuah cukup hanya mengandalkan dana dari
organisasi masyarakat sipil. Walaupun usaha mandiri saja, melainkan perlu ada
bantuan dana dari pihak lain, misalnya Indonesian Parliament Centre, Yayasan
donor pribadi. Masyarakat sipil juga TIFA, PT Sun Life, dan Rotary
dapat bekerja sama dengan pemerintah, Metropolitan Jakarta Club.
baik dalam negeri maupun luar negeri Untuk pemerintah luar negeri, ber-
dalam hal pendanaan. Dari sisi non bagai negara sudah pernah memberikan
pemerintah, terdapat sektor swasta baik dana kepada masyarakat sipil di Kota
dalam negeri maupun luar negeri yang Malang. Paling banyak adalah Amerika
memiliki dana Corporate Social Serikat dan Australia melalui USAID dan
Responsibility (CSR) yang dapat diakses AUSAID. Selain lembaga-lembaga pe-
oleh masyarakat sipil di Malang. Selain nyandang dana perwakilan negara tadi,
itu, kerja sama antar masyarakat sipil, terdapat The Asia Foundation, European
baik dalam negeri maupun luar negeri Foundation, ILO, UNIFEM, dan ASEAN
juga mampu memberikan sumber Foundation yang juga pernah mem-
pendanaan program jika mereka memiliki berikan dana untuk program masyarakat
isu yang sama. sipil di Kota Malang.
Dari semua sumber pedanaan, Pada level internasional, banyak
berikut ini merupakan hasil identifikasi lembaga yang pernah terlibat dalam
sumber pendanaan yang diterima oleh program kerja masyarakat sipil di
masyarakat sipil di Kota Malang. Untuk Malang. Mereka terdiri dari dua macam,
donor dari pemerintah dalam negeri, yaitu berasal dari swasta yang men-
banyak anggaran dari APBN yang dapat dirikan lembaga penyandang dana dan
dikucurkan untuk program masyarakat sesama masyarakat sipil di negara lain.
sipil. Pemerintah Daerah yang paling Penyandang dana yang berasal dari
sering terlibat dalam pendanaan perusahaan swasta luar negeri adalah
masyarakat sipil di Kota Malang adalah Global Fund, The Ford Foundation, Oxfam
Dinas Sosial Kota Malang. Disusul Dinas Hong Kong, Gate and Melinda Foundation.
perindustrian dan perdagangan dan Penyandang dana yang berasal dari LSM
Lembaga Zakat Kementrian Agama dari uar negeri adalah Mercy Relief
Malang. Di tingkat pusat, yang pernah (Singapura), American Red Cross,
terlibat dalam pendanaan masyarakat Norwegian Red Cross, dan Save The
sipil di Kota Malang adalah Kementrian Childrem (Amerika Serikat). Access, FNV,
Sosial, Kementrian Pendidikan, Kedutaan IWE, E-Homakers dan ISIF Asia Tenggara.
Besar Jepang, dan Lembaga Zakat milik Usaha mandiri oleh masyarakat sipil
PLN. di Malang dilakukan dengan iuran
Untuk lembaga non pemerintah di anggota, menjual hasil kerajinan anggota-
dalam negeri tercatat ada dua macam, nya, membuat usaha percetakan, melaku-
yaitu pihak swasta melalui dana CSR. kan usaha ekspor, membuka jasa per-
Dana CSR ini ada yang dikelola sendiri sewaan alat-alat dan menyediakan jasa
oleh perusahaan dan ada pula dana CSR fotografer. Semua ini dilakukan dalam
yang dikelolakan kepada lembaga kerangka mendapatkan pendanaan.
pengelola dana terpisah. Masyarakat Sipil
di Kota Malang pernah menerima dana
untuk operasional program kerja dari
Terkait di bidang politik dan yang relatif rumit juga, seperti yang
pemerintahan, dari keempat kelompok disampaikan oleh Tri Wijayanti berikut
masyarakat sipil, tidak teridentifikasi ini:
adanya upaya-upaya secara politik “Kalau dana itu kita harus buat
berkaitan dengan anak jalanan. Masing- proposal dulu, dan itu memang
masing kelompok ini bekerja sendiri- ribet banget. Makanya ga semua
LSM mau ngajuin itu. Kalau udah
sendiri, tidak ada pengorganisasian.
dapet pun kita harus buat Laporan
Dapat disimpulkan bahwa dalam isu anak Pertanggungjawaban. LPJnya itu
jalanan tidak ada jaringan yang mem- juga lebih ribet lagi. Itulah kenapa
persatukan mereka sehingga isu anak nggak semua LSM dapet dana itu3.”
jalanan menjadi isu besar. Tidak ada Dengan rumitnya proses tersebut,
konsorsium atau kerja sama antar masyarakat sipil yang fokus pada isu anak
masyarakat sipil yang bergerak dalam isu jalanan ini lebih suka menjaring donasi
anak jalanan. dari donatur, khususnya donatur
Isu anak jalanan selain terkait individu. Dengan adanya donor individu
dengan isu pendidikan juga dekat dengan yang berganti-ganti, artinya tidak ada
isu kesehatan, kemiskinan, dan ke- dominasi. Tidak adanya kerja sama
kerasan. Anak jalanan adalah kelompok pendanaan dengan pemerintah, baik
masyarakat yang rentan terkenan dalam negeri maupun luar negeri. Tidak
tindakan kekerasan seksual, penyakit adanya kerja sama yang terus-menerus
seksual, pekerja di bawah umur, ke- dengan lembaga donor tertentu memiliki
kerasan terhadap anak, dan lain-lain. dampak yang signifikan terhadap
Terdapat banyak asosiasi yang bekerja masyarakat sipil. Masyarakat sipil yang
pada isu anak jalanan di Kota Malang fokus pada isu anak jalanan ini akan lebih
namun tidak ada kerjasa sama atau independen. Masyarakat sipil lebih bebas
jejaring antar asosiasi. Hal ini dapat membuat program yang akan dilaksana-
diartikan bahwa walaupun isu ini kan untuk anak jalanan. Tidak ada
penting, namun bukan mejadi isu program yang bersifat donor driven
prioritas oleh masyarakat sipil di Kota sehingga program yang dilaksanakan
Malang. betul-betul mempertimbangkan kebutuh-
Anak jalanan adalah salah satu dari an anak jalanan.
kelompok Penyandang Masalah Ke- Masyarakat sipil pada isu anak
sejahteraan Sosial (PMKS), yang mana jalanan ini jumlahnya banyak. Mereka
Dinas Sosial adalah instansi yang ditunjuk bergerak dalam program dengan
oleh pemerintah pusat untuk menangani paradigma karitatif. Hal yang tidak
permasalahan anak jalanan di tingkat ideologis ini justru menarik donor-donor
lokal. Dari keempat asosiasi ini, tidak ada individu untuk menyumbangkan dana
satu pun yang bekerja sama dengan Dinas dalam pelaksanaan program. Karena
Sosial. Pendanaan dari pemerintah mem- masyarakat ini lebih independen, ke-
butuhkan pengajuan proposal dengan berlanjutan dari program kerja akan lebih
proses yang relatif rumit. LSM yang
menerima dana untuk program harus 3
Wawancara dengan Tri Wijayanti, Ketua Griya Baca
membuat laporan pertanggungjawaban
pada Mei 2016.
terjamin. Dalam program yang bersifat Malang tidak membatasi keberadaan dan
karitatif ini masyarakat sipil hadir karena isu yang dikaji oleh masyarakat sipil atau
negara tidak hadir dalam manangani LSM di Kota Malang. Terdapat banyak isu
persoalan anak jalanan. Dalam hal ini yang menjadi fokus dari masyarakat sipil
masyarakat sipil mengambil alih peran di kota Malang. Penelitian ini men-
negara, sama sekali tidak bekerja sama dapatkan enam isu utama yang diusung
dengan negara, dan negara dianggap oleh masyarakat sipil di Kota Malang,
gagal dalam melaksanakan tugasnya yaitu penanganan terhadap anak jalanan,
memelihara anak-anak miskin dan isu kesehatan, isu pemerintahan, isu
terlantar ini. perempuan, dan isu buruh, dan isu
Banyaknya jumlah masyarakat sipil pendidikan. Hal ini menunjukkan tidak
yang bergerak pada isu masyarakat sipil ada isu khas Malang yang diusung oleh
ini ternyata tidak menjamin adanya masyarakat sipil.
kapasitas kolektif. Hal ini dikarenakan Masyarakat sipil yang bergerak
masyarakat sipil pada isu anak jalanan dalam isu penanganan anak jalanan,
tidak memiliki modal sosial antar kesehatan, dan pendidikan adalah LSM
masyarakat sipil, tidak memliki trust yang program kerjanya karitatif, minim
antar masyarakat sipil, dan tidak muatan ideologis dan politis. Hal ini
berjaringan. membuat LSM masuk ke dalam tipe
konfronmisme. Masyarakat sipil yang
Masyarakat sipil dalam isu anak
bergerak dalam bidang pemerintahan
jalanan ini memusatkan perhatian pada
terbagi ke dalam 2 tipe yaitu tipe
pemberdayaan masyarakat, yaitu me-
reformis dan tipe transformatif.
ningkatkan kesejahteraan anak jalanan
Masyarakat sipil tipe reformis mem-
dengan menyediakan pendidikan
promosikan reformasi tata kelola
alternatif dan permainan. Masyarakat
pemerintahan yang berasal dari lembaga
sipil tidak berminat melakukan kontak
donor luar negeri. Program yang di-
dengan pemerintah. Program-program
laksanakan berasal dari lembaga donor
yang dilaksanakan yang bersifat karitatif
dan tidak sesuai kebutuhan masyarakat.
ini membuat masyarakat sipil masuk ke
Masyarakat sipil tipe transormatif mem-
dalam tipe yang disebut oleh Manosur
buat sekolah-sekolah ideologi anti
Fakih (1996) sebagai tipe konformisme.
mainstream yang ditujukan kepada
Dalam konteks demokrasi di Kota Malang,
masyarakat.
masyarakat sipil telah mampu mem-
Dari sekian banyak asosiasi
bangun saluran di luar partai politik
sukarela di Kota Malang, hampir tidak
untuk mengartikulasikan, menampung
ada/jarang sekali kerja sama antar
dan merepresentasikan kepentingan,
asosiasi sukarela. Artinya masyarakat
khususnya untuk menyediakaan akses
sipil hanya bekerja sama dengan pihak
pendidikan dan hiburan bagi kelompok-
yang memungkinkan memberi pendana-
kelompok marjjinal seperti anak jalanan.
an. Masyarakat sipil kurang mampu
SIMPULAN berjejaring sesama mereka dan fokus
Di Kota Malang terdapat banyak pada isu masing-masing.
asosiasi sukarela. Pemerintah Kota
Abstrak
Poros maritim adalah salah satu paradigma pembangunan yang sangat dibutuhkan oleh
wilayah yang berbasis kemaritiman seperti Provinsi Kepulauan Riau. Dengan paradigma
pembangunan tersebut ekspektasinya adalah pembangunan di wilayah berbasis maritim akan
merasa lebih adil dan sesuai dengan karakter wilayah maritim tersebut dibanding pembangunan
yang seolah diseragamkan dengan paradigma kontinental. Budaya kemaritiman seyogyanya
adalah budaya asli Indonesia, dimana Indonesia adalah Negara Kepulauan. Hal paling esensi
adalah masyarakat di wilayah maritim harus meresapi kembali budaya maritim. Dengan
penguatan nilai-nilai budaya maritim akan lebih memperkokoh semangat pembangunan di
wilayah maritim, dengan kembali mengenal jati diri kemaritiman maka akan semakin baiklah
kualitas sumber daya manusia yang memang memahami sikap dan nilai-nilai kemaritiman
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian konseptual yang kemudian melahirkan konsep
community development dengan internalisasi nilai-nilai budaya maritim khususnya bagi
masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau. Dengan memadukan konsep budaya maritim dan konsep
community development maka penelitian ini akan menghasilkan sebuah konsep untuk penguatan
masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau yang outputnya adalah kesadaran memiliki wilayah
maritim, dan kemudian akan lahirlah semangat mempertahankan wilayah maritim tersebut
dengan segala karakteristik daerah yang kemudian akan memperkuat Provinsi Kepulauan Riau
sebagai provinsi berbasis kemaritiman.
Kata kunci: Budaya, Maritim, Community Development
Abstract
Poros maritime development paradigm is one that is needed by the region-based maritime
like Kepulauan Riau Province. With the development paradigm is expected that development in the
area of maritime-based will feel more fairly and in accordance with the character of the maritime
areas of development as compared with the uniform continental paradigm. Maritime culture is the
culture of native Indonesia, to which Indonesia is a state of the islands. The most essential thing is
the region's maritime community must permeate back to the culture. Strengthening maritime
cultural values will further strengthen the spirit of development in the maritime area. By returning
to know the identity of maritime then will the better the quality of human resources is to
understand the attitudes and values. This research is a conceptual birth to the concept of
community development with the internalisation of the values of maritime culture, especially for
people in the Kepulauan Riau Province. By integrating the concept of maritime culture and the
concept of community development, this research will produce a concept for strengthening
communities in Riau Islands province whose output is consciousness has the maritime area, and
then will be born the spirit of maintaining the maritime area with all the characteristics of the area
that later would reinforce Kepulauan Riau Province as a maritime-based province.
Keywords : Culture, Maritime, Community Development
provinsi Kepulauan Riau dengan kebijakan sebagainya (Maryaeni, 2005). Oleh karena itu
ini menghadapi suatu paradigma pem- penelitian ini merupakan penelitian dengan
bangunan yang akan lebih disesuaikan jenis kualitatif dengan strategi kebudayaan
dengan karakteristik kedaerahan. Tentunya interaksi simbolik dimana data yang di-
untuk melakukan pembangunan di Provinsi hasilkan berusaha memahami makna, motif,
Kepulauan Riau, pemerintah dan masyarakat wawasan dan ideologi budaya masyarakat
harus memahami benar kondisi sosio kultural sejalan dengan nilai yang diinternalisasikan.
daerah tersebut. Sehingga pembangunan Penelitian ini juga mampu digolongkan ke
yang dilakukan justru tidak menghancurkan dalam penelitian dengan content analysis
sosio kultural masyarakat itu sendiri. methodology dengan pendekatan interaksi
Kebijakan pemerintah pusat dengan poros simbolik. Dalam penelitian content analysis
maritim harus disambut dengan pemahaman peneliti melakukan Analisis isi dengan teknik
yang holistik terhadap konsep daerah membuat kesimpulan yang valid dari teks
maritim itu sendiri oleh masyarakat, swasta (atau bahan bermakna lainnya) dengan
dan juga pemerintah. Masyarakat dan konteks penggunaan yang sesuai
pemerintah Provinsi Kepulauan Riau harus (Krippendorff, 2004).
sadar untuk kembali meraih kejayaan dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
laut. Sehingga pembangunan akan berjalan
sesuai dengan harapan. Jika tidak demikian, Konsep Budaya Maritim
maka bagaimana pun kebijakan yang di- Secara sederhana budaya maritim,
cetuskan oleh pemerintah pusat untuk merupakan sebuah bentuk aktualisasi dari
wilayah maritim tidak akan juga mem- sebuah kebudayaan. Oleh karena itu memang
perbaiki kondisi wilayah maritim. tak bisa dilepaskan dari definisi kebudayan
Dengan momentum suksesi pemerintah terlebih dahulu sebelum kita jauh membahas
daerah di Provinsi Kepulauan Riau pada apa yang dimaksud dengan budaya maritim.
tanggal 9 Desember 2015 silam, merupakan Menurut Supartono (2001) menyatakan
sebuah momentum yang tepat untuk bahwa kebudayaan merupakan kata yang
merubah paradigma masyarakat dalam pem- berasal dari kata budhi (tunggal) atau
bangunan Provinsi Kepulauan Riau kedepan budhaya (majemuk) yang diartikan sebagai
khususnya pada konteks community hasil pemikiran atau akal manusia. Selanjut-
development di Provinsi Kepulauan Riau nya menurut Koentjaraningrat (Supartono,
untuk lebih memahami nilai-nilai budaya 2001) menyatakan bahwa kebudayaan
kemaritiman lebih holistik yang kemudian adalah keseluruhan gagasan dan karya
dijadikan semangat dalam rangka mem- manusia yang harus dibiasakan dengan
bangun masa depan provinsi berbasis belajar serta keseluruhan dari hasil budi
maritim ini. pekertinya. Kebudayaan juga merupakan
manifestasi dari kehidupan setiap orang dan
METODE
kehidupan setiap kelompok orang (Peursen
Penelitian ini merupakan penelitian dalam Supartono, 2001).
kualitatif yang menghasilkan data berupa Kebudayaan itu memiliki wujud
tulisan, rekaman secara lisan dan berbagai sebagaimana dikatakan oleh
data yang bisa ditransposisikan sebagai teks Koentjaraningrat (Supartono, 2001) yaitu:
(Maryaeni, 2005. Penelitian ini menggunakan 1. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
pendekatan kebudayaan dimana penelitian gagasan, nilai-nilai, norma-norma
yang meneliti gejala kemanusiaan, baik yang peraturan dan sebagainya,
mengacu pada sikap, konsepsi, ideologi, 2. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan
perilaku, kebiasaan, karya kreatif dan berpola dari manusia dalam masyarakat,
3. Sebagai benda hasil-hasil karya manusia. menjadi sebuah identitas yang akan menguat-
Kebudayaan juga yang menjadikan kan konsep “kita”.
manusia menciptakan perbedaan antara Setelah masyarakat memahami konsep
konsep “kita” dan “mereka” yang kemudian “kita” maka pendapat lain untuk penguatan
membentuk sebuah identitas. (Lamont: nilai budaya berdasarkan konsep Mukhlis
Turner, 2001). Dimana selanjunya Lamont (2013) yaitu harus tahu diri terhadap
(Turner, 2001) menjelaskan bahwa dengan peranan dan jabatan, sadar akan diri dimana
identitas kebudayaan masyarakat akan harus tercipta kesadaran indrawi, rasional,
bertindak beberapa hal yaitu menetapkan spiritual dan juga tauhid, tahu dan sadar akan
batas-batas simbolik, bersikap kolektif kenikmatan dan keuntungan yang telah
berdasarkan identitas nasional, bersikap diperoleh yang kemudian diaktualisasi
pribadi, ketidaksamaan, dan resistensi, dan dengan sikap merendahkan diri, pemalu atau
kemudian pembatasan dan rasisme (Lamont penyegan, suka damai atau toleran,
dalam Turner, 2001). Masyarakat dengan sederhana, periang, mempertahankan harga
kebudayaan akan menetapkan batas simbolik diri, dan memiliki harga diri akan
dimana menetapkan garis antara orang, kebudayaan itu yang diaktualisasi dalam
kelompok dan membedakan dengan lainnya. bentuk akal budi dan berilmu, budi pekerti
Perbedaan itu dapat diungkapkan melalui yang halus, komunikasi yang baik, dan baik
ketabuan, identitas budaya, sikap dan dalam pengambilan keputusan.
praktik-praktik, dan lebih umumnya melalui Kebudayaan maritim merupakan salah
pola suka dan tidak suka. (Lamont dan satu bagian yang termasuk dalam
Molnar dalam Turner, 2001), selanjutnya kebudayaan. Karena kebudayaan maritim
masyarakat akan bersikap kolektif sesuai berasal dari hasil pemikiran yang berasal dari
dengan karakter nasional dimana masyarakat masyarakat yang hidup di wilayah perairan
akan memilah antara “kita” dan “mereka”, dan pesisir pantai. Kebudayaan maritim
bersikap kolektif atas nama “kita” dan dapat juga dikatakan sebagai kebudayaan
memperkuat identitas budaya atas nama kelautan. Baiquni (2014) menyebutnya
“kita” (Crozier, Inkeles, dan Lamont dalam sebagai paradigma kepulauan (archiphelago
Turner, 2001). Dengan identitas ini paradigm) yang kemudian diterjemahkan
masyarakat digerakkan atas nama kebudaya- yaitu cara pandang suatu teori atau praksis
an atau kultural (Narwoko dan Suyanto, yang mendasarkan pada kemajemukan
2004). Kebudayaan itu akan diperkuat masyarakat, keragaman ekosistem, dan
dengan sebuah proses yang disebut dengan kompleksitas wilayah kepulauan. Selanjutnya
internalisasi, dimana Narwoko dan Suyanto Baiquni (2014) menjelaskan bahwa
(2004) menjelaskan internalisasi adalah paradigma kepulauan terkait dengan
sebuah proses yang dikerjakan oleh pihak inspirasi atau ilham untuk menemukan jati
yang tengah menerima proses sosialisasi, dan diri teori, konteks historis, pergumulan
sosialisasi selanjutnya menurut Narwoko dan persoalan pembangunan dan praksisnya,
Suyanto (2004) adalah proses dimana serta mengajukan kerangka paradigma baru.
individu masyarakat belajar mengetahui dan Paradigma kepulauan diletakkan dalam
memahami tingkah pekerti yang harus konteks wilayah kepulauan yang dapat
dilakukan, dan yang tak harus dilakukan. Jadi dilacak dari sejarah peradaban nusantara,
untuk menjadikan nilai-nilai budaya itu pasang surut perkembangan peradaban
terinternalisasi dalam masyarakat, maka nusantara selalu dinamis dengan pusat-pusat
masyarakat harus melalui proses yang kekuangan yang bergeser dan berubah dari
disebut dengan sosialisasi yang kemudian satu pulau ke pulau yang lainnya (Baiquni,
akan menginternalisasi kebudayaan itu 2014).
Budaya maritim jika dalam konsep masyarakat untuk berpartisipasi dalam peng-
Wijaya (2015) adalah budaya bahari maka ambilan keputusan untuk meraih keputusan
dapat dijabarkan bahwa budaya bahari itu hidup yang lebih panjang (ICMM, 2002).
seperti adalah teknologi pelayaran meng- Dalam melakukan community
arungi samudera raya, tanpa kompas development maka hal yang harus diperkuat
magnetik atau elektronik seperti sekarang. terlebih dahulu adalah melakukan penguatan
Keberanian dan kecakapan puncak sang modal sosial (Anderson dan Miligan dalam
nakhoda adalah keberanian dan keterampilan Fulbright, Anderson dan Aupos, 2006). Se-
mengarungi lautan dan mengemudikan kapal lanjutnya Anderson dan Miligan dalam
di tengah badai dan topan dengan selamat ke Fulbright, Anderson dan Aupos (2006) men-
seberang. Ia harus pandai membaca isyarat jelaskan bahwa modal sosial adalah proses
alam, membaca tanda-tanda zaman. Ke- yang spesifik antara masyarakat dan
beranian dan kecakapan itu didukung oleh organisasi yang bekerja saling berkolaborasi
keluhuran budi dan kearifan jiwa, dengan dalam satu atmosfir kejujuran, yang meng-
menjunjung tinggi kaidah-kaidah keselarasan arahkan masyarakat untuk mencapai sebuah
dengan alam, etika bahari, rerambu tujuan yaitu manfaat yang saling meng-
samudera. Jika petaka tak terduga tiba, dan untungkan. Modal sosial bukan me-
kapal tertimpa bencana, yang terlebih dahulu repsentasikan kegiatan individu, melainkan
diselamatkan adalah kaum terlemah, bayi dan adalah sebuah interaksi sosial yang me-
perempuan, orang sakit dan penumpang, ningkatkan dan mendukung interaksi antar
awak kapal kemudian, terakhir sang nakhoda, masyarakat (Anderson dan Miligan dalam
itupun jika ada kesempatan. Jika tidak, ialah Fulbright, Anderson dan Aupos, 2006).
juru selamat, ia martir, ialah tumbal, ialah Kemudian Anderson dan Miligan dalam
korban, ialah pahlawan, ialah syuhada. Fulbright, Anderson dan Aupos (2006) men-
Dengan berdasarkan konsep Wijaya di atas, jelaskan bahwa ada strategi yang harus
maka dapat disimpulkan bahwa budaya dilakukan untuk membangun modal sosial
bahari itu adalah budaya yang menge- dalam rangka community development yaitu:
depankan keberanian, kecakapan, ke- 1. Kepercayaan sosial dan interaksi,
terampilan menghadapi berbagai masalah, 2. Partisipasi politik dalam menyalur-
budaya yang pandai membaca tanda ke- kan aspirasi politik,
hidupan, tanda-tanda zaman, dengan ke- 3. Kepemimpinan publik dan ke-
luhuran budi dan kearifan jiwa dan budaya terlibatan dalam kelompok, klub-
melayani dan mendahulukan rakyat dan klub, diskusi lokal terkait per-
kaum yang lemah baik dalam kondisi yang soalan masyarakat,
baik ataupun darurat, dan budaya rela 4. Memberikan sumbangan kepada
berkorban demi kepentingan umum. kelompok-kelompok tertentu,
5. Keterlibatan berdasarkan keikhlas-
Konsep Comunnity Development an dan penuh tanggung jawab
Pembangunan sumber daya manusia sebagai anggota, partisipan, pen-
juga akan berkaitan dengan community donor dan relawan,
development dimana pengertian pembangun- 6. Kesamaan keterlibatan dalam
an sumber daya manusia jika dikaitkan komunitas yang berbeda.
dengan proses community development Jika kita berbicara konsep community
adalah sebuah proses peningkatan ke- development maka masyarakat hidup dalam
mampuan dan efektivitas dari sebuah organisasi yang disebut dengan organisasi
masyarakat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sebagai anggota masyarakat dan
masyarakat, meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan hidup
menguatkan identitas budaya jika mengenal masyarakat pada tujuan luhur yang
diri siapa yang dimaksud “kita” tersebut. diharapkan yang dalam konteks ini adalah
Konsep “kita” akan membentuk suatu provinsi berbasis maritim yang kuat.
semangat untuk bersatu, bertindak kolektif Penguatan paradigma kepulauan pertama
dalam atmosfir kejujuran, yang akan menurut Baiquni (2014) adalah menyadari
mengarahkan masyarakat pada suatu tujuan bahwa kita merupakan suatu jalinan wilayah
sosial yang saling menguntungkan (Anderson kepulauan. Dengan menyadari ini, kita akan
dan Miligan dalam Fulbright, Anderson dan memahami bahwa kita bertempat dan
Aupos, 2006). berjalan di wilayah yang berbasis kelautan
Dalam sebuah buku juga Tenas Effendi dan kepulauan. Tentunya pola pikir kita tidak
(2006) mengatakan bahwa konsep tahu diri akan sama dengan pola pikir yang sifatnya
dapat dilihat dari nasihat berikut. continental.
Yang dikatakan tahu diri, Menyadari sebagai masyarakat yang
tahu hak dan kewajiban, hidup dalam jalinan wilayah kepulauan
tahu hutang serta beban, tentunya kita harus mengenal dan
tahu adat jadi pegangan,
mengetahui bahwa masyarakat Provinsi
tahu syarat jadi sandaran,
tahu sunnah jadi pedoman, Kepulauan Riau hidup di wilayah yang
tahu pusaka jadi warisan, terbentang dalam bentuk gugusan pulau-
tahu ico dengan pakaian, pulau, hidup dalam wilayah yang lebih
tahu adab dengan sopan, dominan wilayah laut dibanding wilayah
tahu dimana tempat makan, daratannya, kemudian wilayah kelautan yang
tahu dimana tempat berjalan, memiliki banyak sumber daya kelautan yang
tahu hidup berkesudahan,
besar seperti ikan, terumbu karang,
tahu mati berkekalan,
pemandangan laut yang terbaik dan harus
Berdasarkan nasihat dari Tenas Effendi juga mengetahui bahwa Provinsi Kepulauan
tersebut dapat diketahui bahwa ketika kita Riau memiliki posisi strategis yang saling
ingin mengenal diri kita sebagai masyarakat berhadapan dengan Malaysia, Singapura,
berbudaya maritim, kita harus mengenal apa Thailand, Vietnam dan bahwa juga Cina.
hak dan kewajiban kita di Provinsi berbasis Dengan mengenali diri kita sebagai
maritim ini. Hak dan kewajiban berkenaan masyarakat maritim dengan segala potensi
dengan apa yang harus dilakukan atau apa tersebut kita akan mampu menguatkan
kontribusi kita di Provinsi Kepulauan Riau identitas “kita” dihadapan bangsa lain, dan
ini. Untuk menciptakan sebuah kontribusi dengan demikian kita mampu
yang berarti kita harus mengenal siapa dan memperjuangkan mana yang hak dan mana
dimana kita berjalan dan bertapak. yang kewajiban kita kepada Negara. Dengan
Untuk mengenal diri sebagai mengenali diri sebagai masyarakat maritim
masyarakat berbudaya maritim, maka hal kita juga harus sadar akan status dan peran,
yang pertama dilakukan adalah pola pikir sadar status sebagai masyarakat maritim
masyarakat haruslah merupakan pola pikir yang kemudian menjalankan peran kita
yang berbasis maritim, atau jika kita sebagai masyarakat maritim dengan
mengunakan istilah Baiquni (2014) yaitu melakukan pengelolaan sumber daya maritim
paradigma kepulauan. Konsep “kita” harus dengan optimal.
diperkuat dengan penguatan paradigma Tanpa mengenal diri sebagai
terlebih dahulu yang kemudian akan masyarakat maritim yang hidup di wilayah
memperkuat identitas dan dengan kuatnya kepulauan, yang memiliki sumber daya alam
identitas akan memperkuat community bawah laut yang luar biasa, yang memiliki
development yang akan mengarahkan posisi strategis, maka masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau akan terus larut dalam dipertahankan bukan saja dipertahankan
pembangunan yang bersifat continental yang oleh TNI sebagai kepanjangan tangan
selama ini menjadi paradigma pembangunan pemerintah, namun kedaulatan itu akan
di Indonesia. Dengan paradigma yang seolah dipertahankan oleh seluruh masyarakat yang
menyamaratakan pembangunan dengan telah mengenal bahwa mereka hidup di
wilayah pusat, maka masyarakat Kepulauan provinsi berbasis maritim yang harus
Riau tidak akan pernah tahu untuk meng- dipertahankan segala potensinya.
optimalkan potensi kelautan yang justru luar
biasa jika memang pembangunan dilakukan Community Development dengan Pe-
dengan berbasis maritim. ningkatan Kesadaran Diri sebagai
Masyarakat Berbudaya Maritim
Namun dengan adanya poros maritim
Proses community development se-
dengan paradigma pembangunan “dari
lanjutnya setelah melakukan peningkatan
pesisir ke kota”, maka wilayah kepulauan
sikap mengenal diri yaitu peningkatan
akan mendapatkan suatu kesempatan untuk
kesadaran diri. Setelah masyarakat Provinsi
membangun sebagaimana mestinya dengan
Kepulauan Riau mengenal akan identitasnya
karakter wilayah kepulauan demi penguatasn
sebagai masyarakat berbudaya maritim yang
provinsi berbasis maritim. Untuk meng-
hidup pada gugusan pulau-pulau dengan
hadapi kebijakan poros maritim, maka
segala potensi bawah dan atas laut yang luar
community development terlebih dahulu yang
biasa, maka proses selanjutnya adalah
harus diperkuat agar masyarakat dapat
menciptakan kesadaran bahwa semua itu
terlibat dengan modal sosialnya menuju
telah menjadi sebuah modal bagi kehidupan
tujuan yang masyarakat tersebut harapkan.
yang harus terus dikembangkan. Jika dalam
Dengan penguatan sikap mengenal diri
proses pengenalan diri dimulai dari pe-
sebagai masyarakat maritim, akan menguak
rubahan paradigma pada masyarakat. Maka
kembali kesadaran masyarakat Kepulauan
pada proses peningkatan kesadaran ini
Riau, bahwa indentitas “kita” sebagai
adalah menyadari akan perjalanan sejarah
masyarakat maritim adalah memiliki gugusan
yang telah membawa kita kepada suatu
kepulauan dengan potensi laut yang luar
identitas budaya sebagai bangsa yang
biasa, dan posisi yang sangat strategis yang
berbudaya maritim.
mampu memperkuat pembangunan Provinsi
Secara sederhana, kita semua
Kepulauan Riau demi mencapai masyarakat
mengetahui dan pernah mendengar kata-kata
yang sejahtera. Dengan menyadari dua hal
dari sebuah lagu yaitu “nenek moyangku
ini, kita akan mengetahui dan mampu meng-
seorang pelaut, gemar mengarungi luas
optimalkan apa yang seharusnya terjadi
samudera, menerjang ombak tiada takut,
dalam pembangunan di Provinsi Kepulauan
menepuh badai sudah biasa. Lagu ini
Riau. Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau
terkesan sederhana bagi masyarakat, atau
harus dibangun berbasis kemaritiman, pem-
hanya sebuah lagu anak-anak. Namun bagi
bangunan potensi kelautan, pembangunan
masyarakat yang hidup dan berbudaya
potensi bawah laut, pengembangan
maritim. Lagu ini memiliki makna filosofis
pariwisata, pembangunan produksi sumber
yang mendalam yang kemudian akan
daya keluatan dan tak hanya itu, dengan
menguak rasa kesadaran diri sebagai
mengenal identitas sebagai masyarakat
masyarakat yang memiliki identitas sebagai
martitim, maka akan mampu memperjuang-
bangsa bahari.
kan daerah maritim dan mempertahankan
Untuk menguak rasa kesadaran
wilayah teritorial, dengan demikian usaha
tersebut, maka pertama harus kita buka
untuk mencaplok wilayah kelautan yang akan
kembali lembaran sejarah yang menyatakan
mengusik kedaulatan wilayah maritim akan
bahwa kita pernah jaya di laut, yang Berdasarkan buku Sejarah Melayu
kemudian melahirkan semboyan jalasveva (Dahlan, 2014) juga mengatakan bahwa
jayamahe yang artinya dilaut kita jaya. Melaka merupakan sentral perdagangan
Berdasarkan catatan sejarah yang pernah kita berbasis maritim tiga jurusan yaitu ke dan
ketahui bersama, bahwa pada bangsa kita dari India, China, dan kawasan lainnya di Asia
pernah berdiri kerajaan maritim yang besar Tenggara. Selain itu tempat berdagang
dan gemilang dan salah satu bukti bahwa kita rempah-rempah bangsa yang berasal dari
pernah jaya dari laut, yaitu Kerajaan Maluku, Sulawesi, Jawa, Borneo, Sumatera,
Sriwijaya dan Kerajaan Melaka. Sulawesi, dan Sulu Mindanou Filipina, dan
Berdasarkan catatan seorang pe- bahkan juga secara berantai sampai juga
ngelana yang pernah berkunjung ke Sriwijaya barang-barang dagangan tersebut ke Eropa
yang bernama I-Tsing, Sriwijaya merupakan (Dahlan, 2014).
kerajaan yang berperadaban tinggi, lebih Perdagangan berbasis maritim ini
kurang 1000 pendeta yang menuntut ilmu merupakan aktualisasi dari sebuah proses
dan belajar di Sriwijaya, dan kemudian pada pengenalan dan kesadaran akan jati diri
kurun waktu 955 M, Mas’udi menuliskan sebagai bangsa yang hidup berbudaya
bahwa Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan maritim. Sehingga segala potensi saat itu
besar dengan hasil bumi, kapur barus, kayu dapat dijalankan dengan optimal. Dua catatan
gaharu, cengkeh, kayu cendana dan pala sejarah singkat tadi berusaha menguak
(Jalasena, 2012). kembali kesadaran diri masyarakat Provinsi
Selain Kerajaan Sriwijaya masih ada Kepulauan Riau sebagai masyarakat ber-
Kerajaan Malaka yang merupakan Kerajaan budaya maritim. Jika kita bayangkan hari ini,
Maritim yang merupakan sebuah kerajaan apakah kita sudah sadar akan potensi-potensi
Melayu yang gemilah pada kurun waktu kelautan dan kebaharian yang Provinsi
1400-1511 M. Dimana wilayah kekuasaannya Kepulauan Riau miliki. Kebijakan poros
membentang luas tidak hanya semenanjung maritim tentunya tidak akan berjalan dengan
Malaya termasuk Riau bahkan hampir optimal jika masyrakat yang hidup dalam
seluruh Pulau Sumatera, Pattani Thailand, kawasan berbasis maritim tidak mengetahui
Brunei, Sarawak, Kalimantan sebelah Barat, dan sadar akan segala potensi yang di-
namun juga menjalin kerja sama dengan milikinya. Sehingga akan ragu dan akan
Kerajaan Majapahit di Tanah Jawa. Pada terkesan gamang untuk mengeksplorasi
zaman itu pembangunan ekonomi sudah segala potensi dan kekuatan yang dimiliki.
dijalankan dengan berbasis kemaritiman Untuk menghadapi poros maritim yang
yaitu perdagangan dengan negara-negara dicetuskan oleh pemerintah pusat maka ada
lainnya. Mempertimbangkan wilayah Malaka beberapa usaha kesadaran yang harus
sangat strategis, dan Kerajaan Malaka ditingkatkan sebagaimana dijelaskan oleh
memanfaatkan dengan menciptakan pem- Marsetio (2014) yaitu:
bangunan ekonomi berbasis maritim yaitu 1. Kesadaran persatuan dan kesatuan
melakukan cukai yang dikenakan kepada yang kokoh antara wilayah
kapal-kapal dagang yang melewati selat kepulauan yang ada pada provinsi
Malaka, pelabuhan dan aktivitas dagang pada berbasis maritim,
saat itu sama seperti pelabuhan transito di 2. Kesadaran generasi muda yang
Singapura saat ini. Selain itu Kerajaan Melaka berwawasan maritim, karakter dan
juga melakukan perkongsian dagang dengan jiwa bahari yang kokoh,
pedagang Persia, Arab, India, dan China 3. Kesadaran kepemimpinan nasional
(Dahlan, 2014). dan daerah yang harus fokus pada
sektor kelautan,
4. Kesadaran pentingnya pendidikan proses modal sosial akan semakin kuat dan
yang berbasis kelautan, proses community development dapat ter-
5. Kesadaran menjaga lingkungan capai, dan sikap melayani, mendahulukan
hidup dalam aspek lingkungan kepentingan umum dibanding kepentingan
kelautan, golongan atau pribadi.
6. Kesadaran untuk membangun Dengan peningkatan kesadaran akan
industri berbasis maritim, hal-hal di atas, maka identitas provinsi
7. Kesadaran untuk berinovasi dan Kepulauan Riau sebagai provinsi berbasis
mencari domain bisnis berbasis maritim akan semakin kuat, yang didukung
maritim. oleh kesadaran masyarakatnya sebagai
Tujuh langkah itu merupakan langkah masyarakat yang hidup berbudaya maritim.
untuk menguak kesadaran yang harus di-
ciptakan dalam rangka community Community Development dengan Pe-
development untuk memperkuat provinsi ningkatan Rasa Kesadaran akan Ke-
untungan sebagai Masyarakat Berbudaya
berbasis maritim. Selain itu perlu juga
Maritim
penguatan jiwa kebaharian yang sebagai- Community Development juga tak dapat
mana dikatakan oleh Wijaya (2015) yaitu diperkuat jika rasa akan keuntungan atau
keberanian dan kecakapan puncak sang yang kita sebut dengan rasa syukur tidak ada.
nakhoda adalah keberanian dan keterampilan Rasa syukur ini yang akan mengimbangi rasa
mengarungi lautan dan mengemudikan kapal tahu akan mengenal diri dan juga kesadaran
di tengah badai dan topan dengan selamat ke diri. Jika kenal dan sadar tanpa rasa syukur
seberang. Ia harus pandai membaca isyarat akan lahirlah sebuah sikap yang arogan,
alam, membaca tanda-tanda zaman. Ke- sombong bahkan jika dikaitkan dengan
beranian dan kecakapan itu didukung oleh pembangunan berbasis maritim akan lahirlah
keluhuran budi dan kearifan jiwa, dengan masyarakat dan pemimpin yang otoriter dan
menjunjung tinggi kaidah-kaidah keselarasan individualistis, yang justru akan merusak
dengan alam: etika bahari, rerambu budaya dan identitas itu sendiri. Rasa ke-
samudera. Jika petaka tak terduga tiba, dan sadaran keuntungan atau dengan kata lain
kapal tertimpa bencana, yang terlebih dahulu rasa syukur itu adalah terkait dengan segala
diselamatkan adalah kaum terlemah, bayi dan potensi yang telah kita miliki baik secara
perempuan, orang sakit dan penumpang, budaya, potensi kelautan dan sumber daya
awak kapal kemudian, terakhir sang nakhoda, lainnya. Rasa syukur kita terhadap hal-hal ini
itupun jika ada kesempatan. Jika tidak, ialah akan menyebabkan pengelolaan potensi dan
juru selamat, ia martir, ialah tumbal, ialah sumber daya keluatan akan optimal dan
korban, ialah pahlawan, ialah syuhada. Sikap tepat, dan memperkecil tindak korup dan
yang perlu disadari sesuai dengan jiwa destruktif yang akan menghasilkan tindakan
kebaharian di atas adalah, keberanian dan yang melanggar hukum seperti illegal fishing,
keterampilan membaca isyarat alam dengan pengeboman terumbu karang, pukat harimau,
memahami dan menyadari potensi yang eksploitasi hasil laut ilegal dan lain sebagai-
dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau, nya. Aplikasi rasa syukur ini adalah tercip-
kemudian mampu membaca tanda-tanda tanya pengelolaan segala potensi keluatan
zaman, artinya mampu mengelola potensi dengan tepat.
bisnis dan input-input yang mampu Rasa syukur kita adalah terkait dengan
mendatangkan keuntungan bagi pembangun- wilayah geografis kita sebagai negara
an secara umum dan masyarakat secara kepulauan yang kemudian menjadikan kita
khusus, namun harus didasari oleh negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana
keluhuran, kejujuran dan kearifan sehingga secara geografis kita terletak di antara benua
Asia dan Benua Australia. Kemudian bangsa memanfaatkan pelabuhan dan kondisi
Indonesia memiliki wilayah perairan seluas geografis yang telah diberikan. Oleh karena
2.7 juta kilometer persegi atau 70% dari luas itu pemerintah lewat poros maritim harus
NKRI. Dengan demikian Indonesia merupa- menjadikan pelabuhan sebagai titik awal
kan sebuah negara Maritim dan bukanlah pembangunan. Kemudian hal ini harus
negara agraris, karena daratan yang tersisa didukung oleh pemerintah daerah yang
hanya 30% atau hanya berkisar 1,9 juta kemudian melibatkan masyarakat dalam
kilometer persegi. Maka Indonesia harus proses pembangunan. Masyarakat yang telah
menyadari bahwa laut sebagai media terbentuk rasa pengenalan diri dan
pemersatu dan juga sebagai media kesadaran diri sebagai masyarakat maritim
penghubung antara satu wilayah atau bahkan harus memperkuat modal sosial untuk
negara lainnya. Sehingga dengan demikian mencapai sebuah tujuan yaitu kesejahteraan
sudah selayaknya jika paradigma dan pembangunan yang optimal di provinsi
pembangunan yang dilakukan adalah berbasis maritim. Masyarakat harus ikut
berbasis maritim atau kelautan bukan berpartisipasi dalam pengelolaan
berbasis kontinental sebagaimana selama ini pembangunan yang memang harus dimulai
terjadi. Sudah seharusnya Indonesia fokus dari pelabuhan. Pelabuhan bukan saja media
akan pembangunan kelautan dimana komunikasi atau angkutan antar pulau, akan
kedaulatan Indonesia juga salah satunya tetapi juga media bisnis yang berbasis
berasal dari laut. Jika tak menyadari hal ini, kelautan, sehingga pelabuhan dagang harus
maka kedaulatan kita dari sisi keluatan bisa diciptakan dan dibangun. Atau menetapkan
terampas oleh negara lain seperti Pulau cukai terhadap kapal-kapal dagang yang
Simpadan dan Ligitan. Begitu juga Provinsi lewat di perairan Kepulauan Riau. Termasuk
Kepulauan Riau. Wilayah provinsi Kepulauan bisnis potensi laut yang ada harus juga
Riau juga lebih didominasi oleh wilayah dikelola dengan baik oleh masyarakat
lautan, dan merupakan wilayah yang tempatan sebelum dimanfaatkan atau
tersusun dari gugusan pulau-pulau yang juga diambil oleh pihak lainnya. Dari
berbatasan langsung dengan Singapura, pelabuhanlah, kita mampu mengawasi laut-
Malaysia, Thailand, Vietnam dan juga Cina. laut kita, menjaga kedaulatan kita di batas
Sudah selayaknya juga dengan kondisi seperti garis pantai terluar, maka sudah selayaknya
ini, Pemerintah dan masyarakat Provinsi pembangunan memang dimulai dari pesisir.
Kepulauan Riau menyadari bahwa laut adalah Cara kedua dalam mengaplikasikan
sumber kehidupan dan pemersatu sekaligus rasa syukur kita terhadap wilayah maritim
jati diri. Dengan rasa syukur terhadap yang telah diberikan kepada kita adalah
geografis yang telah diberikan kepada membuka jalur perdagangan bebas yang
Provinsi Kepulauan Riau, maka sudah melibatkan berbagai negara lain di dunia.
selayaknya kita bertindak dan berperilaku Setelah pelabuhan dioptimal dengan baik,
sesuai dengan apa yang telah diberikan maka pintu masuk sumber ekonomi harus
kepada kita, yaitu berbasis kemaritiman. juga dimulai dari laut, dengan melakukan
Rasa syukur dengan keadaan atau membuka perdagangan bebas.
geografis ini dapat diaktualisasi dengan Pelabuhan-pelabuhan peti kemas harus
banyak cara, beberapa caranya antara lain, dibangun dalam rangka memperkuat ekspor
pertama adalah memanfaatkan pelabuhan impor barang ke dalam dan keluar negeri.
sebagai media perhubungan, transportasi dan Namun harus diperkuat dengan cukai
juga bisnis. Hal inilah yang menyebabkan sehingga daerah mendapatkan keuntungan
Kerajaan Sriwijaya dan Malaka mencapai yang signifikan. Hal inilah yang dilakukan
puncak kegemilangan dengan cara tepat oleh Kerajaan Sriwijaya dan Malaka pada
zamannya. Dalam konteks ini penguatan sepantasnya pelabuhan menjadi pintu depan
lembaga free trade zone harus fokus dan dalam konteks pembangunan di daerah
sepenuh hati. Agar pengelolaan pelabuhan khususnya berbasis maritim.
dapat dilakukan dengan optimal.
Cara ketiga dalam mengaplikasikan Community Development dengan
rasa syukur kita terhadap wilayah maritim Pembentukan Harga Diri atau Marwah
sebagai Masyarakat Berbudaya Maritim
yang telah diberikan kepada kita adalah
memperluas fungsi pelabuhan yaitu dengan Dalam proses community
cara penyediaan tempat berlabuh yang aman development, setelah masyarakat dikuatkan
dan nyaman bagi kapal-kapal yang ingin dalam aspek pengenalan harga diri,
beristirahat, perbaikan atau menunggu kesadaran diri dan kemudian kesadaran akan
tempat sandar, penyediaan pelabuhan keuntungan sebagai bangsa yang berbudaya
bongkar muat yang efisien, penyediaan maritim, maka aspek selanjutnya yang akan
mengintegrasikan ketiga aspek tadi adalah
galangan kapal yang mumpuni, penyediaan
pembentukan harga diri atau marwah
pengisian bahan bakar dan air tawar yang sebagai masyarakat yang berbudaya maritim.
kompetitif, mewajibkan penggunaan kapal Mengapa pembentukan harga diri atau
pandu bagi kapal yang akan melintasi jalur marwah perlu dibentuk untuk memperkuat
sempit, penyediaan keperluan awak kapal community development, harga diri atau
seperti tempat rekreasi, wisata dan pusat marwah merupakan sebuah kebutuhan
pembelanjaan, penyediaan akses informasi individu atau masyarakat dalam sebuah
organisasi atau komunitasnya. Harga diri
yang cepat dan manajemen pelabuhan.
atau marwah jika berdasarkan teori Maslow
Dari penjelasan di atas, maka (Lianto, 2013) adalah sebuah kebutuhan akan
pelabuhan menjadi salah satu objek yang penghargaan dimana masyarakat berbudaya
harus disadari akan mendatangkan banyak maritim ingin diketahui dan dihargai oleh
keuntungan bagi daerah dan community pihak lainnya. Selain itu juga merupakan
development harus diperkuat dengan cara sebuah kebutuhan yang sifatnya aktualisasi
diri, dimana masyarakat berbudaya maritim
menyadarkan masyarakat bahwa pelabuhan
ingin diketahui oleh orang lain, diakui
merupakan pintu masuk sekaligus awal serta sepenuhnya dengan karakteristik dan
sebuah potensi dari pembangunan wilayah kemampuannya. Dengan penghargaan diri
maritim. Oleh karena itu jika kebijakan poros dan aktualisasi diri, masyarakat di provinsi
maritim ingin berjalan dengan optimal maka berbasis maritim ingin daerahnya diakui,
pelabuhan menjadi salah satu objek dihargai, dihormati dan diyakini
pembangunan yang harus diperhatikan keberadaannya.
Sebagaimana masyarakat di Provinsi
sehingga perdagangan bebas, dan
Kepulauan Riau, selama ini merasa selalu
pengelolaan sumber kelautan dapat berjalan dipinggirkan, selalu tidak dipedulikan oleh
dan akan mendatangkan keuntungan bagi pemerintah pusat, dan kadang Provinsi
provinsi berbasis maritim. Pembangunan Kepulauan Riau masih dianggap Provinsi
wilayah kelautan memang harus dimulai dari Riau yang sebenarnya telah lebih kurang 13
mengoptimalkan pelabuhan sebagai pintu tahun berpisah. Namun pemerintah pusat
gerbang untuk masuk ke wilayah berbasis masing mengganggap Provinsi Kepulauan
Riau adalah Provinsi Riau. Hal ini akan
maritim. Dengan demikian pelabuhan bukan
mengusik kedaulatan berupa pengakuan dari
lagi pintu keluar atau pintu belakang yang pihak lain sebagai sebuah provinsi maritim.
justru tidak diperhatikan yang kemudian Bahkan sering juga wilayah perairan
melahirkan kejahatan dilautan, seperti Kepulauan Natuna dan Kepulauan Anambas
penyeludupan, illegal fishing, pengeboman dianggap tidak memiliki wilayah padahal
terumbu karang dan pukat harimau. Agar disinilah kedaulatan bangsa Indonesia jika
dipandang dari garis pantai dan pantai
kejahatan di laut ini hilang maka sudah
terluar. Selain itu, terkadang pemerintah sebagai bangsa maritim akan kuat jika kita
pusat selalu ego dengan pembangunan yang mengenal diri sebagai bangsa berbudaya
bersifat kontinental yang cenderung maritim yang hidup dalam gugusan pulau
menyamaratakan pembangunan wilayah dengan segala potensi sumber daya kelautan
kepulauan sama dengan wilayah pusat yang yang luar biasa, kemudian kita menyadari diri
semua akses, sarana dan prasarana tersedia, sebagai bangsa yang berbudaya maritim
tanpa melihat bagaimana sebenarnya kondisi dengan mengambil pelajaran dari sejarah
wilayah kepulauan. bangsa maritim yang hidup di masa silam
Hal-hal inilah yang terkadang yang kemudian akan menjadikan kita sadar
mengusik jiwa dan identitas masyarakat di dan bertindak untuk mengoptimalkan segala
Provinsi Kepulauan Riau sebagai masyarakat potensi yang telah diberikan kepada kita.
di provinsi berbasis maritim, karena Selanjutnya kita mensyukuri sebagai rasa
bagaimana pun kebutuhan penghargaan dan sadar akan keuntungan yang kita miliki
aktualisasi diri sangat dibutuhkan dalam sebagai daerah maritim yang dengan rasa
rangka penguatan wilayah maritim yang di syukur itu masyarakat dan pemerintah akan
dalam wilayah tersebut juga terdapat batasan bersinergi dalam melakukan pembangunan
kedaulatan Republik Indonesia. Namun pada segala potensi seperti pelabuhan,
terkadang tak dapat disalahkan pihak sumber daya kelautan, kedaulatan daerah
pemerintah pusat, mungkin selama ini perbatasan, pariwisata, dan posisi strategis.
masyarakat Kepulauan Riau kurang Kebijakan poros maritim yang
mengenal diri mereka sebagai bangsa diciptakan oleh pemerintah pusat menjadi
maritim yang berimbas pada tidak suatu kesempatan emas bagi masyarakat
mengenalnya potensi dan sumber daya yang maritim untuk memiliki dan membentuk
dimiliki. Kemudian juga kurangnya kesadaran harga diri dan marwah yang kemudian akan
akan kesejarahan yang dimiliki oleh bangsa lahir semangat memperkuat provinsi
maritim, dimana hal tersebut merupakan Kepulauan Riau ini sebagai provinsi maritim,
sebuah kearifan lokal bangsa maritim itu selain itu akan mampu memudahkan
sendiri. Tanpa mengenal sejarah bangsa pemerintah Republik Indonesia untuk
maritim, maka masyarakat maritim tidak memelihara kedaulatan maritiim khususnya
akan pernah tahu akan potensinya sebagai di wilayah yang berada di daerah perbatasan,
bangsa maritim, ataupun dengan kata lain seperti Kabupaten Anambas dan Kabupaten
mengenal sejarah namun tak pernah Natuna.
menangkap sebuah kesadaran untuk belajar Dengan pembentukan serta
dari sejarah maka sama saja kita hanya penguatan harga diri dan marwah sebagai
menjadikan sejarah sebagai sebuah kenangan masyarakat maritim, maka kita akan sadar
indah yang tak akan pernah terulang kembali. dan akan terus memperkuat serta
Jika ini terjadi maka kita juga akan sulit menegakkan kedaulatan bangsa maritim
mengenal siapa “kita” dalam konsep Lamont “kita” sebagai sebuah identitas bangsa
(Turner, 2001) yang merupakan identitas. maritim yang berbudaya maritim
Kemudian hal yang perlu diperkuat adalah sebagaimana konsep yang dirumuskan oleh
rasa kesadaran akan keuntungan atau rasa Rektor IPB (2015) yaitu pertama kita adalah
syukur yang akan membuat kita bertindak bangsa maritim yang memiliki potensi geo-
mengoptimalkan sumber daya yang telah kita fisik yaitu letak yang sangat strategis antara
peroleh dari Tuhan baik secara geografis dan beberapa wilayah negara asing seperti
geopolitik, dan kurangnya rasa syukur ini Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina,
terkadang kita tidak bertindak untuk Vietnam dan Cina, dengan posisi letak yang
mengoptimalkan sumber daya tersebut, sangat strategis kita akan mampu
melainkan kita mengelolanya dengan salah mengetahui dan memperkuat kedaulatan
atau bahkan disia-siakan sehingga segala bangsa, ekonomi, politik dan wilayah agar
sumber daya itu tidak memberikan manfaat kita tak mudah dipengaruhi namun justru
apapun bagi masyarakat maritim tersebut. mendapatkan keuntungan bagi wilayah
Harga diri atau marwah akan maritim yang kita miliki, kedua, kita adalah
terbentuk ketika tiga aspek tadi dilengkapi bangsa maritim yang memiliki geo-politik
dan terinternalisasi. Harga diri atau marwah dan geo-strategis yaitu posisi strategis yang
memiliki nilai politik yang tinggi dari aspek Membangun community development
ekonomi regional dan internasional dan dengan penguatan nilai-nilai budaya maritim
pertahanan kawasan maupun internasional, harus dimulai dengan membangun suatu
dengan demikian kita akan melakukan sikap mengenal akan diri sebagai masyarakat
diplomasi politik dan ekonomi dengan tepat yang berbudaya maritim. Dengan mengenal
dan cermat sehingga diplomasi tersebut diri maka masyarakat akan sadar dan akan
memang menguntungkan bagi wilayah bertindak dengan tindakan yang sesuai
regional dan juga nasional, ketiga, kita adalah dengan statusnya sebagai masyarakat
bangsa maritim yang memiliki geo-kultural maritim kemudian diaktualisasi dalam peran-
yang kuat dan khas dari sisi pengelolaan peran strategis sebagai masyarakat yang
sumber daya yang berbasis kebaharian, etnis terlibat dalam memperkuat provinsi
yang berbudaya maritim, dan teknologi yang Kepulauan Riau sebagai provinsi berbasis
khas yang bertahan sejak zaman nenek maritim. Kemudian diikuti dengan memiliki
moyang sampai sekarang dalam koridor kesadaran akan diri sebagai masyarakat
budaya maritim, dengan hal ini maka maritim yang memperoleh kejayaan di lautan
masyarakat maritim akan menjaga identitas seperti sebuah semboyan jalasveva jayamahe
kulturalnya sehingga tak mudah dipengaruhi atau pun mengingat kembali bahwa nenek
oleh kultural bangsa lain terutama yang moyang kita dahulu adalah bangsa pelaut
sifatnya destruktif, keempat, kita adalah yang meraih kejayaan dan kegemilangan di
bangsa maritim yang memiliki geo-ekonomi lautan yang dibuktikan dengan perjalanan
yang sangat luar biasa seperti yang dapat sejarah pada masa silam. Sikap yang
diperbaharui seperti perikanan dan kelautan, selanjutnya adalah kita sadar akan segala
tidak dapat diperbaharui, seperti potensi yang telah diberikan Tuhan sebagai
pertambangan dan sumber daya alam, fungsi bonus geografis pada Provinsi Kepulauan
perhubungan laut seperti transportasi laut, Riau yang memiliki potensi kelautan baik
dan jasa lingkungan seperti pariwisata. bawah laut, atas laut dan juga segala potensi
Dengan menyadari hal ini masyarakat kebaharian yang juga terdapat di daratannya.
maritim akan mengelola dengan optimal Dengan rasa sadar dan syukur akan potensi
segala potensi geo-ekonomi tersebut, dan tersebut maka kita akan melakukan
terakhir adalah kita adalah bangsa maritim pengelolaan secara optimal sehingga
yang memiliki ideologi sebagai bangsa mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan
maritim yang berparadigma kelautan dan masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau.
kebaharian, berwawasan nusantara yang Selanjutnya hal terakhir yang harus dibentuk
berbasis kelautan yang akan memperkuat jati adalah pembentukan harga diri dan marwah
diri sebagai masyarakat yang berbasis yang kuat sehingga kedaulatan kita sebagai
maritim. bangsa maritim tidak dapat diusik oleh
Dengan penguatan harga diri dan bangsa lain. Atau kita akan terus menegakkan
marwah sebagai masyarakat berbudaya kedaulatan sebagai bangsa maritim yang
maritim dalam lima aspek tadi, maka proses memiliki segala potensi yang mampu
community development akan berjalan menguntungkan banyak pihak baik secara
optimal sehingga melahirkan semangat regional dan juga nasional. Dengan empat
kebaharian sebagai masyarakat maritim yang tingkatan proses tersebut maka community
akan terus mempertahankan, memperkuat, development dapat dijalankan dengan baik
dan menegakkan kedaulatan wilayah maritim dan dengan catatan keempat tingkatan
khususnya di Provinsi Kepulauan Riau proses penguatan nilai tersebut harus
sebagai provinsi yang berbasis maritim yang menjadi konsensus yang akan memperkuat
kuat dan tangguh dalam lingkup regional dan modal sosial dalam mencapai tujuan bersama
juga nasional bahkan internasional dalam yang lebih baik dan sejahtera khususnya di
rangka mendukung kebijakan poros maritim Provinsi Kepulauan Riau yang diharapkan
yang juga akan memperkuat kedaulatan juga menjadi provinsi maritim yang kuat,
Negara Kesatuan Republik Indonesia. tangguh dan bermarwah. Dengan momentum
kebijakan poros maritim, maka sudah
SIMPULAN DAN SARAN
selayaknya empat proses internalisasi
Simpulan budaya maritim kita perkuat demi
Pemahaman Kebijakan Kesehatan Masyarakat Bidang Ibu dan Anak Pada Pelaksana
Lapangan di Jawa Barat
Abstrak
Kajian ini berupaya membuat analisis sistematis yang mendalam terhadap urgensi
pemahaman unsur pelaksana dalam implementasi kebijakan kesehatan masyarakat terutama
bidang ibu dan anak di wilayah Jawa Barat, Indonesia. Kajian deskriptif-kualitatif ini
menghadirkan pembahasan tentang bagaimana unsur-unsur pelaksana kesehatan masyarakat
berinteraksi dengan masyarakat di Provinsi Jawa Barat sehingga pengetahuan dan keterampilan
mereka sangat diperlukan. Dengan teori implementasi kebijakan dan interaksionisme, didapatkan
data bahwa (a) pelayanan dan jaringan kerja sama di lembaga kesehatan masyarakat, di
lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah cukup seragam dan terlaksana dengan baik;
(b) dalam melaksanakan kewajibannya aparat pelaksana sangat memahami kebijakan publik di
bidang kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu dan anak; sehingga dapat melaksanakan
fungsi mereka untuk melayani masyarakat. Namun demikian, kurangnya petugas kesehatan yang
langsung menangani kesehatan ibu dan anak dirasakan sehingga kajian ini merekomendasikan
untuk diadakannya pelatihan-pelatihan berjenjang dan insentif-insentif bagi petugas kesehatan,
terutama mereka yang melakukan pelayanannya secara sukarela.
Kata kunci: Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Ibu-Anak, Implementasi Kebijakan Publik;
The Understansing on Policy of Mother and Child Public Health by The Field Officers in Jawa
Barat
Abstract
This study analyses systematically in-depth understanding of the urgency of implementing
elements in the implementation of public health policies, especially in the field of mother and child
in West Java, Indonesia. This qualitative descriptive study presents a discussion of how the elements
interact each other in implementing public health community in West Java province so that their
knowledge and skills are indispensable. With the implementation of policies and interactionism
theory, obtained the data that (a) service and network cooperation in public health institutions, in
the Provincial Government of West Java was sufficiently uniform and performing well; (B) the
implementing agency to perform its obligations were perfectly understand of public policy in the
field of public health, particularly maternal and child health; so that they can carry out their
functions to serve the community. However, the lack of health care workers who directly address
maternal and child health was felt that this study recommends the convening of a tiered training
and incentives for health workers, especially those who do voluntary services.
Keywords: Public Health, Mother-Child Health, Public Policy Implementation;
anak, balita, makanan pendamping ASI, anak- kesehatan seperti transplantasi jantung,
anak kekurangan gizi, kesehatan siswa, ginjal, penemuan organ buatan, serta
Keluarga Berencana, pelayanan publik yang kemajuan di bidang radiologi (Dever, 1984).
buruk), arahan perawatan kesehatan (pasien Dalam konteks ini, harus ada pertimbangan
miskin dan tingkat darurat 1), epidemiologi kearifan lokal termasuk norma-norma, nilai-
dan pencegahan wabah, serta promosi nilai dan keyakinan dalam masyarakat. Hal
kesehatan dan pengembangan masyarakat)." ini akan mempengaruhi seseorang dalam
Dalam upaya untuk memuaskan tindakan termasuk dalam upaya untuk
masyarakat dengan layanan mereka, memanfaatkan pelayanan kesehatan.
pemerintah membuat BUMN (Badan Usaha Selanjutnya, faktor yang berhubungan
Milik Negara), yaitu Badan Pelayanan dengan organisasi adalah struktur dan proses
Jaminan Sosial (BPJS). Namun, keberadaan, yang memberikan kebijakan untuk organisasi
struktur, jasa dan cara operasionalnya masih pelayanan kesehatan dan lingkungan
perlu disosialisasikan. Di sinilah pihak yang sekitarnya yang mempengaruhi proses pe-
berkepentingan dengan kesehatan rawatan kesehatan. Faktor-faktor ini adalah
masyarakat baik departemen kesehatan ketersediaan sumber daya, akses geografis,
pemerintah atau BPJS harus menyebarkan akses sosial serta karakteristik dari struktur
struktur baru layanan. Yang paling besar dari dan proses perawatan (Dever, 1984).
sosialisasi kepada masyarakat tentu para Sementara itu, Gordon (1986:20)
petugas layanan. Dan itu juga merupakan mengatakan bahwa implementasi kebijakan
beban yang harus diembah oleh pelaksana berkaitan dengan berbagai kegiatan yang
lokal kebijakan kesehatan masyarakat, yaitu bertujuan untuk realisasi program. Jadi,
masyarakat itu sendiri yang menjadi relawan. menurut Pressman dan Wildavsky (1973), M.
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat Howlett dan Ramesh (1995) dan Gordon
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik (1986), pelaksanaan kebijakan publik
Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan memiliki prasyarat, yaitu:
bahwa setiap orang berhak untuk 1) Pelaksanaan kebijakan publik berisi
mendapatkan perawatan medis, dan dalam tujuan;
Pasal 34 ayat (3) dinyatakan bahwa negara 2) Dalam kebijakan publik ada sesuatu yang
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas mendasari munculnya ide kebijakan;
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan 3) Kebijakan publik berisi serangkaian
umum yang layak. kegiatan yang bertujuan untuk realisasi
Menurut Azwar (1996), ada syarat- program;
syarat pelayanan kesehatan dasar yang harus 4) Dalam realisasi program, itu adalah tugas
dipenuhi untuk dianggap sebagai pelayanan dari administrator pemerintah
kesehatan yang baik, yaitu: (birokrasi) untuk menafsirkan, mengatur
1) Tersedia dan berkelanjutan. dan melaksanakan kebijakan;
2) Diterima dan masuk akal. 5) Menerapkan kebijakan membutuhkan
3) Mudah diakses, terutama dari sudut berbagai instrumen dan sumber daya.
lokasi. Berdasarkan pendapat seperti dikutip
4) Mudah dijangkau, terutama dari di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksana-
perspektif biaya. an administrasi kebijakan, di mana berbagai
5) Berkualitas. aktor, organisasi, prosedur dan teknik
Faktor sosial budaya terdiri dari bekerja sama kebijakan berjalan untuk
teknologi dan nilai-nilai sosial yang ada di mencapai efek yang diinginkan atau tujuan.
masyarakat. Kemajuan teknologi mungkin Keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan
dapat meningkatkan pemanfaatan layanan tergantung pada aktor yang berpartisipasi
dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Oleh menilai operasi" (Dimock & Dimock, 1953:
karena itu, Michael Howlett dan M. Ramesh 28).
(1995), Charles O. Jones (1984), dan Gordon Pihak yang terlibat penuh dalam
(1986) menjelaskan bahwa implementasi pelaksanaan kebijakan publik adalah
kebijakan dapat dilihat sebagai proses birokrasi seperti yang dijelaskan oleh Ripley
interaksi strategis yang ada kerja sama antara dan Franklin (1980: 27): "birokrasi yang
sejumlah besar aktor yang terlibat dalam dominan dalam pelaksanaan program dan
pelaksanaan kebijakan untuk mencapai kebijakan dan memiliki berbagai tingkat
mandat kebijakan. Partisipasi kelompok pentingnya dalam tahap lain dari proses
perorangan tersebut dalam pelaksanaan kebijakan. Dalam kebijakan dan perumusan
kebijakan tersebut mungkin memiliki program dan legitimasi kegiatan, unit
beberapa bentuk dan bekerjasama dengan birokrasi memainkan peran besar, meskipun
instansi pemerintah. mereka tidak dominan".
Banyak orang berpikir bahwa
METODE
implementasi kebijakan hanya aplikasi dari
apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau Penelitian ini menggunakan penelitian
pengambil keputusan sehingga kurang kualitatif. Tujuan dari penelitian kualitatif
berpengaruh. Bahkan, tidak semua kebijakan adalah untuk memahami keadaan, peristiwa,
dapat diimplementasikan dengan baik. kelompok, atau interaksi sosial tertentu
Sebuah kebijakan yang brilian bahkan jika (Locke, Spirduso, & Silverman, 1987).
diterapkan secara tidak benar bisa Penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu
ditakdirkan untuk gagal dalam mencapai proses investigasi di mana para peneliti
tujuan. Oleh karena itu, studi tentang secara bertahap memahami fenomena sosial
implementasi kebijakan adalah berhubungan dengan membedakan, membandingkan,
dengan pencapaian tujuan dan sasaran dari mereproduksi, katalogisasi, dan meng-
para pengambil keputusan atau kebijakan. klasifikasikan obyek penelitian (Miles &
Pendapat serupa diungkapkan oleh Udoji Huberman, 1994). Marshall dan Rossman
(1981: 15), bahwa "pelaksanaan kebijakan (1989) mengatakan bahwa penelitian ini
adalah sama pentingnya jika tidak lebih melibatkan peneliti untuk menyelidiki setting
penting dari pembuatan kebijakan; kebijakan alamiah. Para peneliti memasuki dunia
akan tetap mimpi atau cetak biru kecuali informan melalui interaksi terus menerus
ketika kebijakan itu diimplementasikan." dengan mencari makna dari perspektif
Kebijakan hanya akan menjadi mimpi atau informan.
rencana yang baik yang tersimpan rapi dalam Jenis Penelitian
arsip jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu, Pendekatan penelitian yang digunakan
pelaksanaan kebijakan menentukan didasarkan pada paradigma metode
keberhasilan dan kegagalan kebijakan. penelitian kualitatif dengan analisis deduktif.
Unsur pelaksana adalah pelaksana Pendekatan penelitian ini dipilih karena
kebijakan yang dijelaskan sebagai: "pihak- penelitian kualitatif dengan metode ini
pihak yang mengejar kebijakan yang terdiri adalah pendekatan penelitian yang mencakup
dari menetapkan tujuan dan sasaran penggalian materi kajian secara mendalam
organisasi, menganalisis dan merumuskan (Denzin dan Lincoln, 1994: 66).
kebijakan organisasi dan strategi,
pengambilan keputusan, perencanaan, Objek Penelitian
pemrograman, mengorganisir, memobilisasi Objek penelitian ini adalah urgensi
manusia, pelaksanaan, pemantauan dan pemahaman kebijakan dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan ibu dan anak di Provinsi kualitatif adalah temuan baru yang
Jawa Barat. sebelumnya belum pernah ada.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
Pelayanan kesehatan ibu dan anak di
Data yang dibutuhkan dalam me- Provinsi Jawa Barat rupanya masih belum
lakukan penelitian ini terdiri dari data primer optimal. Kondisi ini akan berdampak luas.
dan data sekunder. Data primer adalah data Dampak pelayanan kesehatan kuantitatif tidak
yang dijabarkan dari variabel penelitian. optimal bagi ibu dan bayi di Provinsi Jawa Barat
Kemudian dikembangkan data bentuk daftar terungkap, antara lain dengan data. Hal ini
pertanyaan. Daftar pertanyaan tersebut terungkap dari data kesehatan Provinsi Jawa
dijadikan pedoman untuk wawancara. Barat yang menunjukkan bahwa pada tahun
Sedangkan data sekunder berupa informasi 2015 saja di Provinsi Jawa Barat ada 71.805
penunjang terkait dengan kebijakan bayi lahir yang dirujuk karena lahir dengan
kesehatan ibu dan anak pada pelaksana berat badan lahir rendah. Jumlah bayi yang
lapangan yang di teliti serta, studi literatur menderita kekurangan gizi di Provinsi Jawa
dan hasil konsultasi dengan para pakar ahli. Barat pada tahun 2015 mencapai 2.979 bayi
Untuk memperoleh data primer, digunakan atau 0,30 persen dari bayi yang lahir di tahun
penelitian lapangan (field resarch) dengan yang sama sebanyak 988.356 bayi. Dengan
menggunakan alat pengumpul data berupa demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak di
observasi lapangan dan wawancara, serta Provinsi Jawa Barat, sebagai fenomena kinerja
studi kepustakaan. pelayanan kesehatan lakukan otoritas
Teknik Analisis Data kesehatan di Provinsi Jawa Barat sering
dikritik.
Analisis data penelitian kualitatif, dapat
Kegiatan dikoordinasikan antara
dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai
pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi
berikut :
masalah kesehatan ibu masih menjadi masalah
1. Data Reduction (reduksi data)
bagi pelaksanaan otonomi daerah. Indonesia
Mereduksi data berarti merangkum,
telah memulai sistem desentralisasi besar-
memilih hal-hal yang utama, memfokuskan
besaran sejak tahun 2000 setelah runtuhnya
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
rezim Orde Baru pada tahun 1998. Kerangka
polanya. Dengan demikian data yang telah
desentralisasi itu sendiri telah mengalami
direduksi akan memberikan gambaran yang
serangkaian revisi. Undang-undang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
desentralisasi pertama setelah rezim Orde Baru
melakukan pengumpulan data selanjutnya,
adalah UU No.22 / 1999 tentang Otonomi
dan mencarinya bila diperlukan.
Daerah, yang diberlakukan pada tahun 2000.
2. Data Display (penyajian data)
Pada tahun 2004, pemerintah memberlakukan
Setelah data direduksi maka
UU No.32 / 2004 sebagai respon terhadap
selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam
dampak yang ditimbulkan oleh undang-undang
penelitian kualitatif, penyajian data bisa
sebelumnya. Namun, dalam sistem
dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
desentralisasi ini, tanggung jawab pemerintah,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart
termasuk sektor kesehatan ibu dibagi pada
dan sejenisnya.
tingkat pemerintah nasional, provinsi dan
3. Verification
kabupaten.
Langkah ketiga dalam analisis data
Sistem pelayanan kesehatan juga di-
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
pengaruhi oleh proses desentralisasi di
verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian
Indonesia. Sejak awal diundangkannya
hanya diperlukan lebih banyak pelatihan, Asuransi Kesehatan ada banyak hal yang
diperlukan juga pengawasan fasilitatif harus difahami secara sama dan disajikan
manajemen kasus, dan untuk para kepada public secara luas.
profesional, penilaian sejawat, pemantauan 2. Pelaksanaan kebijakan kesehatan
berkala dan peristiwa penting adalah sangat masyarakat telah dilakukan dengan pola
penting untuk diperhatikan. Sesi umpan desentralisasi. Hal ini akan melemahkan
balik, pemantauan dan pengawasan terus kekuatan sumber daya manusia, karena
menerus memainkan peran penting, tidak mereka dibagi sebagian besar.
hanya dalam meningkatkan kualitas tetapi Pengumuman tentang pelayanan
juga dalam memotivasi tim kesehatan. kesehatan masyarakat dioperasikan
Pemerintah Jawa Barat dapat mem- secara independen di daerah masing-
pertimbangkan untuk memberikan insentif masing, dengan media masing-masing.
bagi tenaga kesehatan. Insentif ini dapat 3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
mengambil bentuk non-tunai (naik pangkat, tidak sepenuhnya disosialisasikan
fasilitas, dan pengakuan profesi), uang struktur baru layanan kesehatan dengan
(tambahan komponen berbasis kinerja dari dukungan kebijakan dalam bentuk
gaji), atau institusional dan berbasis tim kebijakan umum, petunjuk pelaksanaan
(langkah-langkah seperti sistem akreditasi dan petunjuk untuk teknis pelayanan
dan kompetisi terbuka). kesehatan masyarakat, terutama pada
Namun, semua ini tidak cukup. Petugas kesehatan ibu dan anak. Kurangnya
medis daerah selalu kurang, terutama, jika di kebijakan publik yang jelas dan petunjuk
daerah terpencil, di pegunungan, hutan atau pelaksanaan teknis telah membingungkan
daerah pesisir. Untuk itu, tenaga kesehatan para pemangku kepentingan kesehatan,
masih perlu ditambahkan. Penting juga untuk terutama mereka yang bekerja sama
selalu melatih orang sehingga mereka dapat dengan pelayanan kesehatan publik
menangani penyakit mereka sendiri. Dengan seperti Asuransi Kesehatan dan
demikian, pelatihan-pelatihan atau pengguna.
bimbingan-bimbingan teknis harus sering 4. Kesatuan koordinasi dan keseragaman
dilakukan. layanan informasi, dan jaringan
Setelah pelatihan-pelatihan itu, kerjasama di lembaga kesehatan
komunikasi relawan dengan pihak dinas masyarakat, di lingkungan Pemerintah
kesehatan penting untuk selalu terjalin Provinsi Jawa Barat telah dilakukan
dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan dengan baik.
kontak intensif baik melalui media tradisional 5. Dalam melaksanakan kewajibannya
seperti acara-acara gathering di desa-desa, pelaksana sangat termotivasi untuk
atau media sosial lainnya, apakah itu layanan kesehatan masyarakat telah
Facebook, WhatsApp, Blackberry, atau menjadi fungsi utama dalam tugas dan
lainnya. fungsi departemen kesehatan. Namun,
kurangnya petugas kesehatan yang
SIMPULAN
langsung menangani kesehatan ibu dan
Berdasarkan uraian dan penjelasan di anak yang dirasakan oleh masyarakat
atas, dari penelitian ini dapat ditarik sehingga penelitian ini merekomendasi-
kesimpulan sebagai berikut: kan dipersiapkannya petugas kesehatan
1. Pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu tambahan di masyarakat.
dan anak di dijalankan oleh Dinas 6. Agar komunikasi layanan kesehatan ibu
Kesehatan Jawa Barat tidak begitu besar, dan anak dapat diimplementasikan
sedangkan dengan adanya program dengan baik, harus didukung oleh
Abstrak
Persoalan pendidikan berhubungan dengan bagaimana mencapai tujuan pendidikan
nasional. Oleh karena itu pemerintah menetapkan banyak standar dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional. Banyak kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, namun masih
mengundang tanda tanya standar pendidikan yang mampu dan berkualitas dalam rangka
meningkatkan pendidikan di Indonesia. Penelitian ini akan menjelaskan dengan statistik deskriptif
tentang pandangan masyarakat tentang kebijakan standar nasional pendidikan yang tertuang di
dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
kemudian disempurnakan menjadi PP No. 32 Tahun 2013 dan kemudian disempurnakan kembali
menjadi PP No. 15 Tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap pandangan masyarakat
sekaligus menjadi input bagi pemerintah terkait dengan standar nasional pendidikan yang selama
ini digunakan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah data
statistik deskriptif pandangan masyarakat Kota Tanjungpinang terkait kebijakan standar nasional
pendidikan khususnya pada pendidikan dasar di Kota Tanjungpinang. Hasil penelitian ini
diharapkan mampu menjadi rekomendasi bagi pemerintah khususnya dalam penerapan standar
nasional pendidikan di pendidikan dasar.
Kata kunci: Pandangan Masyarakat, Kebijakan, Standar Pendidikan, Pendidikan Dasar
1. Manusia berkualitas yang mampu dan mengganti kurikulum dalam pendidikan tidak
proaktif menjawab tantangan zaman lain karena ingin memperbaiki mutu
yang selalu berubah. pendidikan agar lebih berkembang dan
2. Manusia terdidik yang beriman dan mengikuti zaman, namun dalam penerapan-
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha nya masih banyak kendala sehingga siswa
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem
cakap, kreatif dan mandiri. pembelajaran yang baru. Sehingga dalam
3. Warga negara yang demokratis dan pelaksanaan evaluasi atau ujian nasional
bertanggung jawab. Pengembangan siswa menggunakan segala cara untuk
dan pelaksanaan kurikulum berbasis mendapatkan standar nilai kelulusan. Tidak
kompetensi merupakan salah satu hanya itu, bahkan beberapa sekolah
strategi pembangunan pendidikn memberikan bantuan kepada siswanya
nasional sebagaiman yang diamanatkan dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal ini
pada Undang-undang Nomor 20 Tahun semakin memperburuk mental anak bangsa
2003 tentang Sistem Pendidikan sebagai kader penerus di masa depan.
Nasional. Dengan konsep kurikulum berbasis
Kurikulum sebagai standar pertama kompetensi, tak tepat jika ada yang
dalam pengembangan pendidikan yang di menyampaikan bahwa pemerintah salah
atur dalam sistem pendidikan di Indonesia sasaran saat merencanakan perubahan
telah mengalami perubahan sebanyak 10 kali. kurikulum, karena yang perlu diperbaiki
Berikut sejarah perkembangan kurikulim di sebenarnya metodologi pembelajaran bukan
Indonesia yang penulis sajikan dalam bentuk kurikulum. Hal ini menunjukkan belum
timeline untuk mempermudah dalam dipahaminya secara utuh bahwa kurikulum
memahami sejarah perkembangan kurikulum berbasis kompetensi termasuk mencakup
dari masa kolonialisme yang berawal dari metodologi pembelajaran.
tahun 1947. Tanpa metodologi pembelajaran yang
sesuai, tak akan terbentuk kompetensi yang
diharapkan. Sebagai contoh, dalam
Kurikulum 2013, kompetensi lulusan dalam
ranah keterampilan untuk SD dirumuskan
sebagai “memiliki (melalui mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji,
menalar, mencipta) kemampuan pikir dan
tindak yang produktif dan kreatif, dalam
Sumber: Diolah dari berbagai Sumber ranah konkret dan abstrak, sesuai dengan
yang ditugaskan kepadanya.” Kompetensi
Gambar.1 Sejarah Perkembangan
semacam ini tak akan tercapai bila pengertian
Kurikulum Pendidikan di Indonesia
kurikulum diartikan sempit, tak termasuk
Dalam kurikulum 2013 ini, mata metodologi pembelajaran.
pelajaran berkontribusi pada semua ranah Bukan saja persoalan kurikulum,
kompetensi dan keseragaman antara materi dimana standar pendidikan kedua yaitu
proses dan hasil. Perubahan kurikulum ini berkaitan dengan tenaga pendidik dan tenaga
sedikit banyak memberi pengaruh terhadap kependidikan. Disisi ini akan lebih banyak
siswa karena kurang siapnya siswa untuk berkaitan dengan kualitas guru dan tenaga
beradaptasi dengan kurikulum yang baru, kependidikan yang ada di sekolah. Guru
sehingga tidak menutup kemungkinan dapat merupakan aktor terdepan dalam pelaksana-
menurunkan prestasi. Tujuan pemerintah an pendidikan yang berhadapan dengan
peserta didik. Peran penting guru antara lain tinggi oleh karena itu dana BOS haruslah bisa
meliputi : kemampuan menjabarkan topik- membantu siswa untuk menyelesaikan
topik bahasan pada mata pelajaran maenjadi pendidikan dasar 9 tahunnya.
informasi yang menarik dan mudah dipahami Standar terakhir adalah adalah standar
oleh peserta didik, kemampuasn meng- pengelolaan. Dimana dalam hal ini berkaitan
identifikasi tingkat dan area kesulitan peserta dengan Manajemen Berbasis Sekolah. Dimana
didik dan kemampuan untuk membantu dalam Manajemen Berbasis Sekolah ini
keluar dari kesulitan tersebut dan ke- haruslah melibatkan beberapa pihak dalam
mampuan melakukan evaluasi kemajuan pengelolaan sekolah yaitu kepala sekolah,
belajar siswa. Oleh karena itu bangsa guru, tenaga pendidikan, orang tua siswa,
Indonesia sangat membutuhkan kualitas guru masyarakat lingkungan sekolah. Dengan
yang mumpuni, bukan saja mampu standar pengelolaan seperti ini, diharapkan
mentransformasikan ilmu melainkan juga sekolah tidak lagi menjadi aktor tunggal
mampu memberikan nilai pendidikan bagi dalam rangka mendidik anak bangsa ini,
siswa. namun akan lebih baik jika melibatkan pihak-
Standar selanjutnya adalah standar pihak tersebut dalam pengelolaan sekolah.
sarana dan prasarana. Dalam hal ini Kesemua standar tersebut diterapkan
Indonesia membutuhkan sebuah kondisi diseluruh wilayah Indonesia termasuk Kota
bangunan sekolah yang representatif dimana Tanjungpinang. Terkadang muncul sebuah
sekolah tidak lagi menjadi tempat yang pertanyaan apakah kebijakan pengembangan
menakutkan bagi siswa melainkan juga pendidikan nasional dengan standar tersebut
mampu menjadi rumah kedua bagi mereka. sudah efektif dalam rangka mengembangkan
Tentunya akan berkaitan bagaimana dengan pendidikan di Indonesia terlebih khusunya di
sarana dan prasarana di tempat siswa-siswa Kota Tanjungpinang. Apakah semua
bersekolah. Kenyamanan lingkungan sekolah stakeholders baik itu guru, siswa dan
dari sisi gedung, laboratorium, perpustakaan masyrakat dalam hal ini mengetahui dengan
yang lengkap, fasilitas olah raga dan tak boleh jelas sehingga kebijakan pengembangan
dilupakan juga sarana untuk meningkatkan pendidikan ini dinilai efektif. Oleh karena itu,
bakat siswa seperti lapangan olah raga, ruang perlu dilakukan sebuah kajian mengenai
kesenian, dan lain sebagainya harusnya efektivitas kebijakan pengembangan
tersedia di sekolah agar siswa merasakan pendidikan nasional di Kota Tanjungpinang
sebuah kenikmatan dan kenyamanan di menurut masyarakat.
lingkungan sekolah yang akan mampu
METODE
mendukung meningkatkan suasana akademik
di sekolah. Untuk melihat objek penelitian agar
Selanjutnya adalah standar lebih terinci dalam mengukur variabel
pembiayaan. Standar ini berkaitan dengan dengan instrument yang telah disediakan
penyaluran Dana Operasional Sekolah (BOS) penulis menggunakan metode survey dengan
yang dikelola oleh sekolah dalam rangka pendekatan kuantitatif. Adapun pendekatan
membantu siswa dalam menjalani penelitian kuantitafif yang digunakan dalam
pendidikan dasar dan menengah. Penyaluran penelitian ini adalah dengan cara metode
dana BOS ini haruslah menjunjung tinggi nilai survey dengan menggunakan kuesioner
transparansi, efektif dan efisien. Dana BOS sebagai alat pengumpulan data primer,
haruslah menjadi sebuah asupan secara sementara dokumentasi dan observasi
finansial untuk membantu siswa untuk sebagai alat dan teknik pengumpulan data
menjalani pendidikannya, dan kita ketahui sekunder. Penelitian ini menggunakan 120
bahwa biaya pendidikan sekarang cukup sampel yang terdiri dari guru, masyarakat
dan orang tua murid tingkat pendidikan Kebijakan mengandung suatu unsur
dasar di 4 (empat) kecamatan di Kota tindakan untuk mencapai tujuan dan
Tanjungpinang, dengan teknik sampling umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh
menggunakan Random Sampling. seseorang, kelompok ataupun pemerintah.
Kebijakan tentu mempunyai hambatan-
HASIL DAN PEMBAHASAN
hambatan tetapi harus mencari peluang-
A. Konsep Kebijakan peluang untuk mewujudkan tujuan dan
Kebijakan secara epistimologi, istilah
sasaran yang diinginkan. Hal tersebut berarti
kebijakan berasal dari bahasa Inggris
kebijakan tidak boleh bertentangan dengan
“policy”. Akan tetapi, kebanyakan orang
nilai-nilai dan pelaksanaan sosial yang ada
berpandangan bahwa istilah kebijakan
dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi
senantiasa disamakan dengan istilah ke-
nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-
bijaksanaan. Padahal apabila dicermati
nilai yang hidup dalam masyarakat, maka
berdasarkan tata bahasa, istilah kebijaksana-
kebijakan tersebut akan mendapat kendala
an berasal dari kata “wisdom”.
ketika di implementasikan. Sebaliknya, suatu
Pendapat Anderson yang dikutip oleh
kebijakan harus mampu mengakomodasikan
Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai
nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan
langkah tindakan yang secara sengaja
berkembang dalam masyarakat.
dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah
aktor berkenaan dengan adanya masalah B. Konsep Standar Nasional Pendidikan
atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
(Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
karena itu, kebijaksanaan menurut Anderson yang kemudian disempurnakan menjadi PP
merupakan langkah tindakan yang sengaja No. 32 Tahun 2013 dan kemudian
dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan disempurnakan kembali menjadi PP No. 15
adanya masalah yang sedang di hadapi. Tahun 2015 serta berdasarkan paparan
Kebijakan menurut pendapat Carl Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa: Republik Indonesia (2013) bahwa
“Kebijakan adalah suatu tindakan yang pengembangan pendidikan nasional mengacu
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh pada standar berikut.
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatanhambatan tertentu
seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran
yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab,
2004:3).
Berdasarkan definisi di atas, kebijakan
mengandung suatu unsur tindakan-tindakan
untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan
tersebut ingin dicapai oleh seseorang, Gambar.2 Standar Pengembangan
kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan Pendidikan Nasional
tentu mempunyai hambatan-hambatan pada Standar Nasional Pendidikan yang
pelaksanaannya tetapi harus mencari meliputi standar pengelolaan, standar biaya,
peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan standar sarana prasarana, standar pendidik
yang diinginkan. dan tenaga kependidikan, standar isi, standar
proses, standar penilaian, dan standar
pembelajaran pada sekolah seharusnya yang menjawab sangat setuju dan setuju, dan
hanya terpusat pada guru. Namun juga hanya 41% yang menjawab dengan
terdapat 29% responden yang tidak setuju kecenderungan negatif yaitu kurang setuju,
bahwa proses pembelajaran pada sekolah tidak setuju atau bahkan tidak tahu. Artinya
seharusnya terpusat pada guru, dan 13% pandangan masyarakat cenderung positif
tidak tahu dalam menjawab penyataan dengan penyataan pada indikator ini.
tersebut. Itu artinya sebagian besar Indikator selanjutnya masih dalam
responden berpandangan sepakat, bahwa indikator proses pembelajaran yaitu adanya
dalam proses pembelajaran peran guru masih keterlibatan peran orang tua siswa dalam
sangat mempengaruhi dan sangat merancang proses pembelajaran. Hasil dari
menentukan. pengukuran indikator ini sebagaimana
Kemudian indikator selanjutnya yang dipaparkan pada tabel berikut.
dilakukan pengukuran adalah terkait dengan Tabel 5. Adanya Keterlibatan Peran Orang Tua
Siswa Dalam Merancang Proses Pembelajaran
proses pembelajaran pada sekolah dasar Ada keterlibatan peran
sebaiknya terpusat pada siswa dengan orang tua siswa dalam
JUMLAH PERSENTASE
banyaknya peran siswa dalam pembelajaran merancang proses
pembelajaran
dan guru hanya sebagai fasilitator. SANGAT SETUJU 31 26%
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh SETUJU 52 43%
KURANG SETUJU 8 7%
data sebagai berikut. TIDAK SETUJU 26 22%
Tabel 4. Proses Pembelajaran Pada Sekolah Dasar TIDAK TAHU 3 3%
Sebaiknya Terpusat Pada Siswa Dengan Banyaknya TOTAL 120 100%
Peran Siswa Dalam Pembelajaran Dan Guru Hanya Sumber: Data Olahan, 2015
Sebagai Fasilitator
Proses pembelajaran Berdasarkan data di atas, tampak 69%
pada sekolah dasar
sebaiknya terpusat responden menjawab sangat setuju dan
pada siswa dengan setuju, jika dalam menentukan proses pem-
banyaknya peran JUMLAH PERSENTASE
belajaran, maka diperlukannya keterlibatan
siswa dalam
pembelajaran dan orang tua siswa dalam merancang proses
guru hanya sebagai pembelajaran. Sementara persentase
fasilitator
SANGAT SETUJU 25 21% jawaban negatif hanya 32% yang menjawab
SETUJU 46 38% dengan kecenderungan negatif dengan
KURANG SETUJU 26 22%
penyataan kurang setuju, tidak setuju jika
TIDAK SETUJU 22 18%
TIDAK TAHU 1 1% adanya keterlibatan orang tua siswa dalam
TOTAL 120 100% merancang proses pembelajaran.
Sumber: Data Olahan, 2015
pandangan bahwa aspek penilaian siswa Tabel 9. Sistem Kelulusan Tingkat Pendidikan
Dasar Sekarang Ini Terlalu Kaku Dengan Hanya
tidak hanya pada tataran aspek kognitif Melihat Nilai Akhir Berdasarkan Sisi Pengetahuan
(pengetahuan) namun siswa juga harus Belaka Tanpa Mempertimbangkan Sisi Sikap Dan
dinilai dari sisi afektif (pemahaman) dan juga Perilaku Siswa
jumlah guru di Kota Tanjungpinang masih dengan tepat sehingga proses pengawaan
dinilai cukup dan memadai dengan jumlah berjalan selain pengawasan secara internal di
peserta didik di tingkat sekolah dasar. sekolah. Selain itu masyarakat selaku user
Indikator lainnya yang menjadi pengukuran harus bekerjasama dalam mendidik putera
yaitu persepsi masyarakat terhadap pelibatan puterinya di lingkungan keluarga. Dukungan
pemerintah, sekolah, orang tua, dan terhadap proses pembelajaran yang
masyarakat dalam menciptakan pendidikan diberikan oleh guru selama itu masih dalam
berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian tataran aturan yang baik dan tidak
maka diperoleh data sebagai berikut. mengintimidasi anak, maka orang tua perlu
mendukung dan turut menjalin komunikasi
Tabel 13. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelibatan yang baik terhadap guru dan mendidik anak
Pemerintah, Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat
Dalam Menciptakan Pendidikan Berkualitas dengan intens jika anak berada di lingkungan
Untuk menciptakan keluarganya.
suatu kualitas
pendidikan dasar III. Aspek Sarana Dan Prasarana
yang sempurna
harus ada JUMLAH PERSENTASE
keterlibatan antara Dalam aspek sarana dan prasarana ada
pemerintah, beberapa hal yang menjadi variabel
sekolah, orang tua pengukuran untuk menjaring pendapat
dan masyarakat masyarakat tentang standar pendidikan
SANGAT SETUJU 78 65%
yaitu, pertama, keterdukungan sarana dan
SETUJU 39 33% prasarana terhadap sistem pembelajaran,
KURANG SETUJU 2 2% kedua, Keterlibatan orang tua dan
TIDAK SETUJU 1 1% masyarakat dalam pemenuhan dan
TIDAK TAHU - 0% pemeliharaan sarana dan prasarana, dan
TOTAL 120 100% ketiga, keterlibatan orang tua dan
masyarakat dalam pemenuhan buku siswa
Sumber: Olahan Data, 2015
dan perpustakaan di sekolah.
Berdasarkan data di atas, maka dapat Indikator pertama yaitu persepsi masyarakat
diperoleh data bahwa 98% masyarakat terhadap keterdukungan sarana dan
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa prasarana terhadap sistem pembelajaran.
dalam menciptakan kualitas pendidikan yang Dari hasil penelitian maka diperoleh data
berkualitash harus terjadi pelibatan sebagai berikut.
pemerintah, sekolah, orang tua, dan
Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap
masyarakat, dan hanya 2% yang menyatakan Keterdukungan Sarana dan Prasarana Terhadap
pandangan dalam konteks negatif. Hal ini Sistem Pembelajaran
bermaksud bahwa tenaga pendidik yaitu
guru harus selalu diawasi dan dibina terus Sarana dan prasarana
sekolah di jenjang
menerus sepenuhnya oleh pemerintah.
pendidikan dasar
Pemerintah dalam konteks ini adalah Dinas selama ini sudah JUMLAH PERSENTASE
Pendidikan khususnya Dinas Pendidikan Kota mampu mendukung
Tanjungpinang. Pemerintah harus mengawasi sistem pembelajaran
dalam hal kompetensi pendidikan guru, siswa di sekolah
SANGAT SETUJU 12 10%
kompeteni pedagogik guru dalam
pembelajaran, kompetensi dan kemampuan SETUJU 66 55%
guru dalam mengajar, terlebih lagi saat ini KURANG SETUJU 28 23%
sistem pembelajaran sudah menggunakan TIDAK SETUJU 13 11%
sistem student centre learning dimana peran TIDAK TAHU 1 1%
siswa dalam proses pembelajaran menjadi TOTAL 120 100%
lebih dominan dari metode pembelajaran
Sumber: Data Olahan, 2015
konvensional yang digunakan sebelumnya.
Pengawas sekolah yang ditunjuk harus Berdasarkan data di atas, dapat
menjalankan tugas pokok dan fungsinya disimpulkan bahwa sebanyak 65%
dalam memenuhi kebutuhan buku siswa dan Sumber: Data Olahan, 2015
perpustakaan sekolah selain tanggung jawab
sekolah dan pemerintah. Hanya 26% Berdasarkan data di atas, menunjukkan
masyarakat yang kurang setuju dan tidak bahwa masyarakat berpandangan sangat
setuju atas penyataan pada indikator ini. setuju dan setuju sebanyak 73% terhadap
Dalam konteks ini artinya, pihak sekolah penyataan bahwa sekolah pada jenjang
harus bekerja sama dengan orang tua murid pendidikan dasar saat ini telah melakukan
melalui komite sekolah dalam pemenuhan standar pembiayaan yang baik dan
buku, harus terjadi proses yang dialogis transparan serta akuntabel, hanya 28% yang
antara komite sekolah dan orang tua dan juga menyatakan kurang setuju, tidak setuju dan
masyarakat sekitar sekolah, terkait dengan tidak tahu. Itu artinya masyarakat
buku-buku. Alangkah baiknya jika komite berpandangan bahwa pembiayaan yang
sekolah dan masyarakat juga turut selama ini ada di tingkat sekolah dasar telah
menyumbang buku karena bagaimana pun adil, transparan dan akuntabel.
sekolah tidak memiliki kemampuan yang Indikator selanjutnya dalam melakukan
cukup besar dalam pemenuhan buku di pengukuran pandangan masyarakat terhadap
sekolah. kebijakan standar pendidikan khususnya
pada pendidikan dasar, yaitu mengukur
IV. Aspek Pembiayaan persepsi masyarakat terhadap keterlibatan
Untuk mengukur persepsi masyarakat orang tua dan masyarakat dalam pengawasan
terhadap kebijakan standar pendidikan maka dan audit keuangan termasuk dana BOS. Hasil
dimensi selanjutnya adalah dengan penelitian memberikan data sebagai berikut:
melakukan pengukuran terhadap aspek
pembiayaan. Dalam aspek pembiayaan yang Tabel 18. Persepsi Masyarakat Terhadap
Pengelolaan Dana Bantuan Operasioanal Sekolah
menjadi indikator adalah pertama, (BOS) Yang Baik, Transparan, dan Akuntabel serta
pembiayaan pendidikan yang adil, Berguna Bagi Siswa Dalam Menjalani Pendidikan
transparan, dan akuntabel, kedua, Sekolah pada
pengelolaan dana Bantuan Operasioanal jenjang pendidikan
dasar telah berhasil
Sekolah (BOS) yang baik, transparan, dan mengelola dana
akuntabel dan berguna bagi siswa dalam Bantuan
menjalani pendidikan, ketiga, keterlibatan Operasional Sekolah
JUMLAH PERSENTASE
orang tua dan masyarakat dalam pengawasan dengan baik dan
dan audit keuangan termasuk dana BOS, dan transparan serta
akuntabel sehingga
keempat, ketepatanan sasaran Dana BOS memudahkan siswa
terhadap kelompok sasaran. Berdasarkan dalam menjalani
hasil penelitian terhadap indikator pertama pendidikan
maka dihasilkan data sebagai berikut. SANGAT SETUJU 16 13%
SETUJU 69 58%
Tabel 17. Persepsi Masyarakat terhadap KURANG SETUJU 25 21%
Pembiayaan Pendidikan yang Adil, Transparan, dan
Akuntabel TIDAK SETUJU 7 6%
Sekolah pada TIDAK TAHU 3 3%
jenjang pendidikan
TOTAL 120 100%
dasar saat ini telah
melakukan standar JUMLAH PERSENTASE Sumber: Data Olahan, 2015
pembiayaan yang
baik dan transparan Berdasarkan data di atas, maka dapat
dan akuntabel
disimpulkan bahwa 70% masyarakat
SANGAT SETUJU 12 10%
berpandangan sangat setuju dan setuju
SETUJU 75 63%
bahwa sekolah pada jenjang pendidikan
KURANG SETUJU 25 21% dasar telah berhasil mengelola dana Bantuan
TIDAK SETUJU 7 6% Operasional Sekolah dengan baik dan
TIDAK TAHU 1 1% transparan serta akuntabel sehingga
TOTAL 120 100% memudahkan siswa dalam menjalani
pendidikan, hanya 30% yang menyatakan
kurang setuju, tidak setuju dan tidah tahu orang tua siswa dan juga masyarakat.
akan penyataan tersebut. Hal ini dapat Selanjutnya Komite Sekolah dan Masyarakat
simpulkan juga bahwa masyarakat telah juga diharapkan mampu memberikan
menyatakan bahwa sekolah pada tingkat masukan terhadap pengelolaan anggaran
pendidikan dasar selama ini telah dinyatakan tersebut.
berhasil mengelola Dana BOS dengan baik Indikator selanjutnya adalah mengukur
dan transparan dan masyarakat telah persepsi masyarakat terhadap ketepatan
menyadari bahwa dana BOS telah sasaran dana BOS terhadap kelompok
memberikan manfaat baik secara langsung sasaran. Hasil penelitian menyajikan data
dan tak langsung. sebagai berikut.
Indikator selanjutnya adalah
pandangan masyarakat terhadap keterlibatan Tabel 20. Persepsi Masyarakat Terhadap Ketepatan
orang tua dan masyarakat dalam pengawasan Sasaran Dana BOS Terhadap Kelompok Sasaran
dan audit keuangan termasuk dana BOS, dan Dalam
hasil penelitian memberikan hasil sebagai pelaksanaannya
berikut. Dana BOS telah tepat
pada sasarannya
Tabel 19. Pandangan Masyarakat terhadap sehingga saat JUMLAH PERSENTASE
Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat Dalam membantu kelompok
Pengawasan dan Audit Keuangan Termasuk Dana sasaran tersebut
BOS menjalani pendidikan
Keterlibatan orang dasar
dan masyarakat luas SANGAT SETUJU 32 27%
sangat diperlukan SETUJU 51 43%
dalam pengawasan JUMLAH PERSENTASE
KURANG SETUJU 22 18%
dan audit keuangan di
sekolah termasuk TIDAK SETUJU 11 9%
dana BOS TIDAK TAHU 4 3%
SANGAT SETUJU 36 30%
TOTAL 120 100%
SETUJU 66 55%
Sumber: Data Olahan, 2015
KURANG SETUJU 12 10%
TIDAK SETUJU 5 4% Berdasarkan data di atas, dapat
TIDAK TAHU 1 1% diketahui bahwa sebanyak 70% masyarakat
TOTAL 120 100% menyatakan sangat setuju dan setuju jika
Sumber: Data Olahan, 2015
dalam pelaksanaannya Dana BOS telah tepat
pada sasarannya sehingga saat membantu
Berdasarkan data di atas dapat kelompok sasaran tersebut menjalani
disimpulkan bahwa 85% masyarakat pendidikan dasar. Hanya 30% masyarakat
berpandangan menyatakan sangat setuju dan menyatakan kurang setuju, tidak setuju dan
setuju bahwa keterlibatan orang dan tidak tahu. Hal ini dapat menyatakan bahwa
masyarakat luas sangat diperlukan dalam pengelolaan dana BOS telah sesuai sasaran
pengawasan dan audit keuangan di sekolah dengan sasaran yang diatur dalam aturan
termasuk dana BOS. Hanya 25% masyarakat yang berlaku. Dana BOS seyogyanya
menyatakan kurang setuju dan tidak setuju diperuntukkan untuk masing-masing siswa
serta tidak tahu akan pernyataan ini. Hal ini dengan jumah Rp 800.000,-/siswa/tahun.
menegaskan bahwa masyarakat Pengelolaan ini dinilai oleh masyarakat sudah
menghendaki adanya keterlibatan orang tua tepat sasaran. Hal ini disebabkan karena dana
dan masyarakat dalam pengawasan dan audit BOS bukan didistribusikan dalam bentuk
keuangan di sekolah termasuk pengelolaan uang kepada siswa, namun lebih kepada
Dana BOS. Pihak sekolah diharuskan kebutuhan siswa seperti buku teks,
transparan atas pengelolaan anggaran langganan publikasi berkala, pemeliharaan
termasuk dana BOS. Daftar realisasi buku/koleksi perpustakaan, peningkatan
penggunaan Dana BOS harusnya ditampilkan kompetensi tenaga pustakawan,
di papan pengumuman dan juga diberikan pemeliharaan perabot perpustakaan dan
kepada Komite Sekolah agar diketahui pihak pemeliharaan sarana dan sarana
standar inilah, kita dapat mengetahui dan kebutuhan masyarakat (Nasution, 1995,
bagaimana sebenarnya sebuah proses Triwiyanto, 2013). Kemudian pandangan
penyelenggaraan pendidikan di setiap jenjang masyarakat juga positif terhadap aspek
pendidikan dilaksanakan, standar nasional kurikulum dalam konteks keterlibatan orang
pendidikan ini merupakan sebuah bagian tua dan masyarakat dalam pengembangan
yang tak terpisahkan dalam sebuah kebijakan pendidikan. Sebagaimana dijelaskan oleh
pemerintah di bidang pendidikan, dimana Nasution (1995) dan Triwiyanto (2013)
kebijakan pendidikan itu sendiri dimaknai menyatakan bahwa sekolah didirikan juga
sebagai sebuah aturan hukum yag mengatur oleh dan untuk masyarakat sudah sewajarnya
pelaksanaan sistem pendidikan, yang pendidikan memperhatikan dan merespon
tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan suara-suara dalam masyarakat. Itu artinya,
bagaimana mencapai tujuan tersebut (Putera masyarakat dan orang tua sebagai warga
dan Valentina, 2010). Saat ini kebijakan pendidikan di sekolah tertentu, punya peran
standar nasional pendidikan nasional dalam mengembangkan kurikulum dalam
diaktualisasi dalam Peraturan Pemerintah pendidikan dasar. Khususnya orang tua
Nomor 32 Tahun 2013 dan kemudian melalui komite sekolah, perlu menyampaikan
disempurnakan menjadi Peraturan hal-hal yang memang mendalam dalam aspek
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2015. Tujuan kurikulum agar arah dan tujuan pendidikan
standar ini menjamin mutu pendidikan juga disesuaikan dengan kebutuhan pasar
nasional dalam rangka mencerdaskan dan tantangan masa depan. Hubungan
kehidupan bangsa dan membentuk karakter lembaga pendidikan dengan masyarakat
serta peradaban bangsa yang bermartabat. adalah suatu proses komunikasi dengan
Dalam standar kurikulum yang diukur tujuan untuk meningkatkan pemahaman
dalam hal ini adalah berkaitan dengan aspek masyarakat terhadap kebutuhan dan praktik
isi kurikulum, aspek pembelajaran, aspek pendidikan dan pada akhirnya bekerja sama
proses penilaian dan aspek lulusan. Dalam untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
aspek isi kurikulum yang perlu dilihat adalah lembaga pendidikan (Maysaroh dalam
kesesuaian isi kurikulum dengan tantangan Triwiyanto, 2013). Keterlibatan dalam
masa depan. Kurikulum sejatinya omunikasi antara lembaga pendidikan dan
dilaksanakan dalam rangka membantu sekolah dapat diciptakan dalam bentuk
peserta didik mengembangkan berbagai persatuan orang tua peserta didik, komite
potensi psikis dan fisik yang meliputi moral atau dewan sekolah, dewan pendidikan atau
dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, lembaga swadaya masyarakat yang fokus
kognitif, bahasa, fisik atau motorik, pada bidang pendidikan (Triwiyanto, 2013).
kemandirian dan seni (Triwiyanto, 2013). Dalam konteks aspek pembelajaran,
Dalam konteks penelitian ini masyarakat masyarakat Kota Tanjungpinang memberikan
menyatakan positif bahwa kurikulum pandangan terkait dengan metode
pendidikan dasar di Kota Tanjungpinang pembelajaran yang terpusat pada guru
sudah sesuai dan mampu menjawab (teacher centre learning), berpusat pada
tantangan masa depan. Berbicara tantangan siswa (student centre learning) dan
masa depan, maka kurikulum harus keterlibatan orang dan masyarakat dalam
melampaui apa yang ditetapkan dalam merancang proses pembelajaran.
standar lulusan. Kurikulum harus menjadi Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa
“nafas” atau “inti” dari proses pendidikan di masyarakat Kota Tanjungpinang lebih banyak
sekolah untuk memberdayakan potensi menyatakan positif dengan sistem
peserta didik (Triwiyanto, 2013). Potensi pembelajaran yang berpusat pada siswa
yang dikembangkan kurikulum harus (student centre learning) sementara guru
menjawab tantangan masa depan bangsa lebih berperan sebagai fasilitator dalam
seperti Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) yang proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian
tentunya dibutuhkan kemampuan berbahasa yang dijelaskan oleh Lubis (2013)
asing yang baik untuk dimiliki oleh sumber menyatakan bahwa banyak kelemahan yang
daya manusia di Kota Tanjungpinang. terjadi dalam proses pembelajaran di
Kurikulum juga harus mampu menjawab dan lembaga pendidikan saat ini salah satunya
mencerminkan keinginan, cita-cita, tuntutan, adalah kelemahan guru yang mengajar
dengan cara-cara lama serta kurang dengan detail bahwa penilaian unjuk kerja
melibatkan peserta didik secara aktif, merupakan penilaian yang dilakukan dengan
sehingga berpengaruh kepada iklim belajar mengamati kegiatan peserta didik, penilaian
yang kurang kondusif. Dengan demikian jelas sikap merupakan penilaian yang diambil dari
bahwa metode yang lebih terbarukan adalah sisi afektif, kognitif, dan konatif, penilaian
harusnya menjadikan peserta didik sebagai tertulis merupakan penilaian yang diperoleh
subjek proses pendidikan dengan dari dilakukannya tes tertulis, penilaian
keterlibatan yang lebih aktif. Proses proyek merupakan kegiatan penilaian
pembelajaran yang diinginkan masyarakat terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan
adalah siswa terlibat dalam penemuan- dalam periode dan waktu tertentu, penilaian
penemuan ilmu pengetahuan secara langsung produk merupakan penilaian terhadap
yang dilakukan oleh dirinya. Sementara guru proses pembuatan produk dengan tiga
menjadi pengarah dan fasilitator siswa untuk tahapan yaitu tahapan persiapan, tahap
menemukan ilmu pengetahuan tersebut. pembuatan, dan tahap penilaian, penilaian
Selanjutnya Lubis (2013) juga menjelaskan portofolio merupakan penilaian
tentang keterlibatan orang tua dan berkelanjutan yang didasarkan pada
masyarakat dalam perancangan proses kumpulan informasi yang menunjukkan
pembelajaran. Lubis (2013) menjelaskan perkembangan kemampuan peserta didik
bahwa sistem monitoring kinerja guru selain dalam suatu periode tertentu. Itu artinya
bersifat top-down yang diawasi secara proses penilaian meliputi banyak hal, proses
langsung oleh kepala sekolah, dapat juga yang sangat komprehensif dengan
dilakukan dengan pendekatan lain yang memadukan berbagai aspek dalam proses
melibatkan stakeholder (guru, penilik penilaian. Perpaduan banyak aspek penilaian
sekolah, komite sekolah dan wakil pemerhati tersebut memiliki fungsi tersendiri
pendidikan) sebagaimana dilakukan di tiga sebagaimana dijelaskan oleh Zahriyanti
negara bagian di Virginia Amerika Serikat. (2014) yaitu, untuk mengetahui kemampuan
Keterlibatan kelompok stakeholder ini belajar siswa, mengdiagnosis kesulitas
membawa dampak positif terhadap sistem belajar, memberikan umpan balik, melakukan
monitoring. Kelompok yang disebut perbaikan dan memotivasi siswa belajar lebih
Educational Performance Recognition baik.
mengajukan 3 komponen sistem monitoring Dalam aspek kelulusan, masyarakat
yaitu indikator hasil belajar dan kemajuan memberikan pandangan bahwa sistem
belajar, dan penetapan sistem standar kelulusan sekolah di Indonesia masih
kinerja. terbilang kaku dengan hanya
Dalam aspek penilaian pendidikan, mempertimbangkan nilai UASBN atau disebut
masyakat memberikan pandangan terkait juga Ujian Nasional. Meskipun masyarakat
dengan metode penilaian yang hanya memberikan pandangan bahwa lulusan
berdasarkan pada hasil pembelajaran, sekolah termasuk sekolah dasar telah mampu
berdasarkan pada kerajinan dan perilaku mencerminkan kualitas masa depan bangsa.
siswa, dan berdasarkan kolaborasi dari hasil Namun jika hanya mempertimbangkan nilai
pembelajaran, kerajinan dan perilaku siswa. akhir, maka jelas lulusan sekolah di Indonesia
Tanggapan positif tertinggi dari masyarakat hanya akan menjadi lulusan yang hanya
adalah terkait dengan proses penilaian memiliki ilmu namun miskin akan
didasarkan atas kolaborasi proses kompetensi praktis kurikulum. Relevansi
pembelajaran, kerajinan dan perilaku siswa. kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan
Pandangan masyarakat dalam konteks ini lapangan kerja yang dapat menjamin mutu
senada dengan apa yang dijelaskan oleh lulusan yang siap masuk ke dunia kerja atau
Zahriyanti (2014) dalam sebuah penelitian ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
yang menyatakan bahwa pembagian Sekolah yang berkualitas menyajikan
penilaian kepada siswa terbagi atas beberapa kurikulum dan aktivitas akademik yang
hal yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian merupakan hak mendasar bagi siswa, yang
sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, dapat menjadi jaminan tercapainya kualitas
penilaian produk, penilaian portofolio dan pendidikan bermutu dengan kebutuhan.
penilaian diri. Zahriyanti (2014) menjelaskan Kurikulum yang baik yang menjamin
tercapainya lulusan yang berkualitas adalah pandangan bahwa dalam pemenuhan buku
kurikulum yang berorientasi kepada dan sarana prasarana lainnya perlu adanya
kebutuhan peserta didik untuk memperoleh keterlibatan orang tua dan masyarakat.
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang Konsep pengembangan sarana dan prasarana
bersifat universal yang sangat diperlukan di sekolah jika kita bercermin pada konsep
siswa untuk mengembangkan intelektual, Irianto dan Sa’ud dalam Triwiyanto (2013)
sistem nilai, dan keterampilan yang terdapat beberapa prinsip yaitu:
dibutuhkan dalam kehidupan secara luas, dan 1. Relevance yaitu pengembangan dan
terutama mempersiapkan siswa menapaki inovasi sarana dan prasarana
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Lubis, pendidikan harus sesuai dengan
2013).
kebutuhan penyelenggaraan
Pada tataran standar Tenaga Pendidik
dan Tenaga Kependidikan maka masyarakat pendidikan,
Kota Tanjungpinang memandang bahwa
2. Manageble yaitu pengembangan dan
kuantitas dan kualitas guru pada pendidikan
dasar sudah dinilai memadai dalam inovasi sarana dan prasarana
menyelenggarakan proses belajar mengajar. pendidikan merupakan bagian dalam
Dalam hal ini masyarakat juga sepakat bahwa pengembangan fungsi manajemen
dalam peningkatan tenaga pendidik dan kelembagaan,
tenaga kependidikan, maka perlu peran
pemerintah, orang tua dan masyarakat. 3. Suistanable yaitu pengembangan dan
Pemerintah tentunya mampu inovasi sarana dan prasarana
mengembangkan kompetensi tenaga pendidikan harus dapat dilihat dari
pendidik dan tenaga kependidikan dengan
keberlanjutan programnya,
menciptakan suatu instrumen-instrumen
peningkatan kompetensi. Sebagaimana yang 4. Efficiency yaitu pengembangan dan
dijelaskan oleh Lubis (2013) bahwa
pemerintah dalam hal ini menyediakan inovasi sarana dan prasaran
standarisasi tenaga pendidik dan tenaga pendidikan harus memperhatikan
kependidikan secara nasional dan unsur efisiensi dalam kelembagaan,
intenasional, lembaga tersertifikasi dalam
menunjang dan meningkatkan kompetensi 5. Productivity yaitu pengembangan dan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. inovasi sarana dan prasarana
Selain itu pembinaa dan pengembangan pendidikan harus mengacu kepada
profesi guru sebagai suatu bidang profesional peningkatan output,
ke depan perlu kiat dan tatanan sistem
keprofesian guru yang jelas, misalnya 6. Up to Date yaitu pengembangan dan
pengembangkan kerja kolaboratif inovasi sarana dan prasarana
pengajaran, konsultasi dan in-service training
pendidikan dikembangkan
serta upgrading kompetensi. Selain itu
penting juga sistem penghargaan terhadap merupakan hal yang terbaru dalam
pekerjaa profesi, sistem promosi dan gaji bagi penyelenggaraan pendidikan.
tenaga guru merupakan isu yang turut
menentukan kualitas guru (Lubis, 2013). Pada standar pembiayaan, hasil
Dalalm konteks standar sarana dan penelitian memberikan deskripsi bahwa
prasarana masyarakat menyatakan sebuah masyarakat menilai standar pembiayaan
penilaian yang terbilang positif untuk sudah mampu dikelola oleh sekolah dengan
sekolah-sekolah dasar di Kota Tanjungpinang baik, serta dana BOS telah mampu
terkait dengan sarana dan prasarana, dimana memberikan manfaat kepada siswa, serta
masyarakat menyatakan bahwa sarana perlunya transparansi kepada orang tua dan
prasarana sudah mampu mendukung proses masyarakat terhadap pengelolaan anggaran
pembelajaran di sekolah dasar seperti di sekolah. Berbicara pembiayaan
perpustakaan, buku-buku, unit kesehatan pendidikan, maka harusnya pembiayaan
siswa, namun masyarakat juga memberikan pendidikan ini dijalankan sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 MBS biasanya dimulai dengan desentralisasi
Ayat 4 yang menyatakan bahwa negara dan dilanjutkan dengan pelimpahan
memprioritaskan sekurang-kurangnya dua kekuasaan tertentu dari pusat ke sekolah.
puluh persen dari anggaran pendapatan dan MBS merupakan suatu model manajemen
belanja negara serta dari anggaran yang memberikan otonomi lebih besar
pendapatan dan belanja daerah untuk kepada sekolah dan mendorong pengambilan
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan keputusan partisipatif oleh semua
pendidikan nasional. Namun selama ini stakeholders seperti Guru, Komite Sekolah,
pembiayaan pendidikan yang diusahakan Pengawas Sekolah, Penilik Sekolah, dan juga
pemerintah masih terbatas pada bantuan masyarakat (Rahayu, 2013). MBS di
investasi penyediaan sarana dan fasilitas Indonesia lebih menekankan pada pemberian
serta peralatan pendidikan, serta biaya kewenangan, kepercayaan, dan kemandirian
operasional penyelenggaraan pendidikan kepada sekolah untuk mengelola dan
yang mendukung terselenggaranya proses mengembangkan pendidikan dalam rangka
pembelajaran yang baik dan berhasil. Satu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
faktor seakan terlupakan adalah biaya masing-masing. Oleh karena itu dalam rangka
personal yang langsung dapat menjamin optimalisasi MBS maka perlu penguatan
kesiapan peserta didik untuk terlibat dalam kepemimpinan kepala sekolah, dan
aktivitas pembelajaran (Lubis, 2013). Pada tersedianya segala sumber daya yang
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Putera merupakan prasyarat keberhasilan
dan Valentina (2010) membuktikan bahwa pelaksanaan MBS (Umaedi dalam Rahayu,
pembiayaan pendidikan lewat Dana BOS 2013).
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pembiayaan pendidikan di tingkat SIMPULAN DAN SARAN
sekolah dasar. Sehingga sekolah dasar tidak
perlu lagi melakukan punguta terhadap siswa Simpulan
yang ada karena sudah cukup dengan Dana Penelitian persepsi masyarakat Kota
BOS dari Pemerintah Pusat. Putera dan Tanjungpinang terhadap Kebijakan Standar
Valentina (2010) juga menjelaskan bahwa Nasional Pendidikan di Kota Tanjungpinang
dengan adanya bantuan dana dekonsentrasi Tahun 2015 menunjukkan bahwa masyarakat
dan hibah dari pemerintah pusat dinilai juga tanggap akan penyelenggaraan
cukup membantu sekolah dalam proses pendidikan di Kota Tanjungpinang. Penelitian
belajar mengajar terkait dengan biaya ini menyimpulkan bahwa masyarakat
operasional sekolah, sehingga dari beberapa berpandangan bahwa kurikulum yang
sekolah tidak perlu lagi memungut biaya dari dilaksanakan oleh pendidikan dasar di Kota
siswa karena sudah cukup terbantu dari Tanjungpinang sudah sesuai dengan
bantuan pemerintah tersebut, namun ada tantangan masa depan, namun masyarakat
juga sekolah yang memungut biaya dari siswa berpandangan perlu dilibatkan dalam
karena sekolah menilai bantuan Dana BOS pengembangan kurikulum yang akan
dari pemerintah pusat belum mencukupi dituangkan ke dalam proses pembelajaran di
untuk membiayai keperluan atau operasional sekolah. Dalam proses pembelajaran
sekolah. Perbedaan tersebut tergantung dari masyarakat berpandangan metode
kebutuhan masing-masing sekolah, sehingga pembelajaran student centre learning mampu
jika kebutuhan sekolah besar, maka perlu dioptimalkan karena dengan metode ini,
sumber lain yang mungkin dioptimalkan. siswa menemukan ilmu pengetahuan lewat
Aspek terakhir adalah standar pengalaman yang ia alami secara mandiri dan
pengelolaan pendidikan. Masyarakat Kota peran guru mengarahkan bagaimana siswa
Tanjungpinang memberikan jawaban yang menemukan ilmu pengetahuan tersebut.
juga positif yang menunjukkan bahwa Masyarakat juga berpandangan bahwa dalam
pengelolaan pendidikan tingkat dasar sudah proses penilaian yang perlu diperhatikan
baik. Berbicara masalah standar pengelolaan adalah tidak hanya sifatnya kognitif akan
pendidikan, maka pengelolaan pendidikan tetapi juga dalam tataran etika, perilaku dan
yang baik adalah dengan Manajemen karakter siswa sehingga lulusan yang
Berbasis Sekolah atau sering disingkat MBS. diharapkan oleh masyarakat Kota