Anda di halaman 1dari 5

Pajak

Pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai
sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemililan, harga
beli barang, dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia). Sedangkan wajib pajak (WP) adalah
orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotong
pajak tertentu.

Perpajakan di Indonesia berpedoman pada undang-undang nomor 9 tahun 1994 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan, yang mengatur ketentuan formal bagi : pajak penghasilan (PPh),
pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang-barang mewah (PPN dan PPnBM), bea
material, dan pajak bumi bangunan (PBB).

Tingkat pajak dibagi menjadi dua yaitu : (1) tingkat pajak marginal adalah tingkat pajak yang akan
dibayar untuk setiap tambahan pendapatan, dan (2) Tingkat pajak rata-rata adalah jumlah total
pajak yang dibayarkan dibagi total pendapatan kena pajak. Tingkat pajak marginal di Indonesia
(sesuai dengan pasal 17), tarif yang digunakan sebagai berikut :

Lapisan penghasilan kena Tarif pajak


pajak
Sampai dengan Rp. 25.000.000 10%
Diatas Rp. 25.000.000 s.d Rp. 15%
50.000.000
Diatas Rp. 50.000.000 30%

Khusus untuk pajak penghasilan diatur dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun
1983 tentang pajak penghasilan. Kemudian undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1983
tersebut ada perubahan dan yang terakhir dengan dikeluarkan undang-undang Republik Indonesia
nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983
tentang pajak penghasilan.

Dalam pasal 17 tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak ada perubahan bagi wajib
pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :

Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan
persen)

Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak


Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000 5%
Diatas Rp. 50.000.000 sampai 15%
dengan Rp. 250.000.000
Diatas Rp. 250.000.000 sampai 25%
dengan Rp. 500.000.000
Diatas Rp. 500.000.000 30%

Aspek penting perpajakan dari sudut pandang investor adalah retrun (pendapatan) didasarkan pada
retrun setelah pajak bukan sebelum pajak. Oleh karena itu investor perlu mempertimbangkan
tingkat pajak retrun yang dikenakan sebelum membuat keputusan investasi. Keputusan investor
dalam berinvestasi di Indonesia perlu mempertimbangkan tingkat perpajakan yang berlaku dan
dapat mengacu pada undang-undang tentang pajak penghasilan terkini/terakhir.

Relevan dengan hal tersebut diatas makan dalam perencanaan pajak individu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan masalahnya pajak atas investasi dan tabungan. Jika investor hanya
menempatkan uang pada produk investasi dengan pajak cukup tinggi, tentu saja nilai uang investor
akan tergerus pajak. Disini akan diberikan deskripsi tentang beberapa tarif pajak sesuai dengan
undang-undang tentang pajak penghasilan untuk produk investasi baik aset-aset keuangan maupun
aset-aset rill:

1. Bunga tabungan dan deposito; tarif pajak yang dikenakan terhadap penghasilan dari bunga
tabungan dan deposito adalah 20% dan bersifat final.
2. Transaksi saham; dikenakan tarif pajak sebesar 0,1% dari nilai total transaksi penjualan
saham untuk saham yang sudah go public (terbuka) dan bersifat final sementara. Untuk
penjualan saham yang belum go public dikenakan pajak progresif. Dari angkanya tergolong
kecil untuk transaksi saham ini, itulah mengapa pasar modal di Indonesia prospeknya cukup
bagus, selain karena negara Indonesia pertumbuhannya bagus, pajak untuk transaksi saham
pun relatif ringan.
3. Deviden; deviden yang dibayarkan ke perorangan (wajib pajak dalam negeri) dikenakan PPh
pasal 4 ayat 2 sebesar 10% dan bersifat final. Deviden ini merupakan penghasilan yang
investor dapat dari nilai penanaman modal (saham) yang dimiliki atas perusahaan tertentu
yang dibayarkan secara reguler baik bulanan atau tahunan.
4. Obligasi; untuk penghasilan yang dapat dari bunga maupun kupon obligasi akan dikenakan
pajak yang bersifat final. Obligasi dibedakan menjadi 2 macam yaitu obligasi dengan kupon
dan tanpa kupon. Atas diskonto atau bunga dari obligasi dikenakan tarif PPh sebagai
berikut :
a) 15 % dari jumlah bruto bagi wajib pajak dalam negeri (WPDN) dan bentuk usaha
tetap (BUT) dan 20% bagi wajib pajak luar negeri (WPLN) dan non-BLT.
b) 5% untuk tahun 2011-2013 dan 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya bagi wajib
pajak reksadana.
5. Reksadana; tarif pajak dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Keuntungan yang diterima dari pemegang saham (reksadana tertutup) dari
penjualan saham dikenakan PPh final sebesar 0,1% karena dijual di bursa dan tidak
dikenakan tambahan PPh atas saham pendiri (0, 5%).
b) Bagian laba termasuk pelunasan redemption unit penyertaan yang diterima
pemegang unit RD yang berbentuk KIK bukan merupakan objek pajak penghasilan.
Pada umumnya, pemegang reksadana kebanyakan masuk dalam kategori poin 2.
Dengan memiliki saham “patungan “, hasil yang diperoleh dari pertambahan nilai
tersebut tidak termasuk objek kena pajak.
6. Unit link; pembayaran akibat penutupan asuransi yang mengandung unsur tabungan/
investasi, apabila pembayaran manfaat tabungan dilakukan dalam masa kurang lebih 3
tahun, maka selisih antara manfaat tabungan yang diterima dengan premi yang telah
dibayar, diperlukan sama dengan PPh atas bunga deposito yaitu 20% dari bruto.
7. Polis asuransi; klaim atas polis asuransi berupa uang pertanggungjawaban sesuai dengan UU
pajak penghasilan sampai saat ini masih tergolong sebagai objek tidak kena pajak.
8. Tanah dan bangunan; atas penjualan tanah dan bangunan, akan dikenakan PPh final sebesar
5% baik untuk penjual maupun pembeli.
Cara menghitung Besarnya Retrun Setelah Kena Pajak

Secara umum untuk menghitung besarnya retrun setelah kena pajak dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :

R = Yt x (1-t)

Dimana

R = pendapatan setelah kena pajak

Yt = pendapatan kena pajak

t = tarif pajak

Contoh :

Penghasilan kena pajak tuan Gatra sebesar Rp. 80.000.000 dengan tarif perpajakan sebagai berikut :
penghasilan sampai dengan Rp. 10.000.000 tarif pajak 15%; penghasilan di atas Rp. 10.000.000
sampai dengan Rp. 50.000.000 tarif pajak 25%; penghasilan di atas Rp. 50.000.000 tarif pajak 35%.
Berdasarkan data tersebut berapakah besarnya penghasilan (retrun) tuan Gatra setelah kena pajak?

Penyelesaian dengan cara 1

Penghasilan kena pajak Rp. 80.000.000


Pajak penghasilan yang 15% x Rp. 10.000.000 = Rp. Rp. 22.000.000
terhutang 1.500.000
25% x Rp. 40.000.000 = Rp.
10.000.000
35 % x Rp. 30.000.000 = Rp.
10.500.000
Jumlah penghasilan (retrun) Rp. 58.000.000
tuan Gatra setelah kena pajak

Maka besarnya penghasilan (retrun) Tuan Gatra setelah kena pajak adalah Rp. 58.000.000

Penyesain dengan cara 2 :

R = Yt x (1-t)

Penghasilan kena pajak Tuan Gatra sebesar Rp. 80.000.000

Rp. 10.000.000 x (1-0,15) = Rp. 8.500.000

Rp. 40.000.000 x (1-0,25) = Rp. 30.000.000

Rp. 30.000.000 x (1-0,35) = Rp. 19.500.000 +

Jumlah

Maka besarnya penghasilan (retrun) Tuan Gatra setelah kena pajak adalah Rp. 58.000.000
Cara Menghitung Besarnya Rate Of Retrun (ROR) Setelah Kena Pajak :

Untuk mengetahui besarnya rate of retrun (ROR) dari investasi setelah kena pajak dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :

ROR = R / NI

Dimana

R = pendapatan setelah kena pajak

NI = nilai investasi ( besarnya investasi yang dikeluarkan)

Contoh :

Tuan Gatra menginvestasikan dana sebesar Rp. 1.000.000.000 dan memperoleh penghasilan sebesar
Rp. 80.000.000. Diketahui tarif perpajakan yang berlaku sebagai berikut : penghasilan sampai
dengan Rp. 10.000.000 tarif pajak 15%; penghasilan diatas Rp. 10.000.000 sampai dengan Rp.
50.000.000 tarif pajak 25%; penghasilan diatas Rp. 50.000.000 tarif pajak 35%. Berdasarkan data
tersebut berapakah besarnya rate of retrun (ROR) investasi Tuan Gatra setelah kena pajak?

Penyelesaian :

ROR = R/NI

R= Yt x (1-t)

Penghasilan kena pajak tuan Gatra sebesar Rp. 80.000.000

Rp. 10.000.000 x (1-0,15) = Rp. 8.500.000

Rp. 40.000.000 x (1-0,25) = Rp. 30.000.000

Rp. 30.000.000 x (1-0,35) = Rp. 19.500.000 +

Jumlah

NI sebesar Rp. 1.000.000.000

ROR = R/NI = Rp. 58.000.000/Rp. 1.000.000.000 = 0,058 = 5,8%

Maka besarnya Rate Of Retrun (ROR) investasi Tuan Gatra setelah kena pajak adalah 5,8%

Dari berbagai kemungkinan terjadinya perubahan peraturan perpajakan, maka dapat disimpulkan
bahwa pajak harus dijadikan sebagai salah satu faktor pengambilan keputusan investasi. Investasi
sebelum pajak, investor harus mampu memanfaatkan peluang yang tersedia untuk
menginvestasikan uangnya pada basis sebelum pajak, dimana tambahan pendapatan yang diperoleh
dari investasi awal menjadi basis pajak. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan sebaliknya melakukan
investasi yang pendapatannya dikecualikan dari pemotongan pajak (bebas pajak).
Inflasi

Inflasi merupakan suatu gejala yang menunjukkan harga-harga mengalami kenaikan secara umum.
Atau secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai