Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                           :           Kesehatan Reproduksi

Sub Topik                    :           Perkawinan Usia Dini

Sasaran                        :           Remaja Putri di Desa Teluk Batang Selatan

Hari, Tanggal              :           Rabu, 10 April 2017

Waktu                         :           45 menit

Tempat                        :           Balai Desa Teluk Batang Selatan

A.    Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat mengetahui dan mengerti tentang
perkawinan usia dini.

B.     Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta dapat :

1.      Menjelaskan pengertian perkawinanusia dini.

2.      Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinanusia dini.

3.      Menerangkan dampak perkawinan usia dini.

4.      Menjelaskan cara pencegahan perkawinan usia dini.

5.      Menyebutkan pemecahan masalah perkawinan usia dini.

C.     Materi

1.      Pengertian perkawinan usia dini.

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia dini.

3.      Dampak perkawinan usia dini.

4.      Cara pencegahan perkawinan usia dini.

5.      Pemecahan masalah perkawinan usia dini. ( materi terlampir )


D.    Metode

Metode dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab.

E.     Media

Leaflet yang berisi penjelasan tentang perkawinan usia dini.

F.      Pelaksanaan Kegiatan

No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta

1. Pre conference (10’)

       Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri Membalas salam

       Apersepsi dengan memberi pertanyaan dan menggali Menjawab dan memberi


pengetahuan tentang perkawinan usia dini
pendapat
      Menyempurnakan pendapat peserta
Memperhatikan
      Memberikan leaflet
Menerima dan membaca

2. Pelaksanaan (25’)

       Menjelaskan definisi perkawinan usia dini Mendengarkan

       Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Mendengarkan


terjadinya perkawinan usia dini

       Menjelaskan dampak perkawinan usia dini


Mendengarkan
      Menjelaskan cara pencegahan perkawinan usia dini
Mendengarkan
       Menjelaskan pemecahan masalah perkawinan usia dini
Mendengarkan
3. Post conference (10’)

       Menyimpulkan hasil pemberian ceramah Memperhatikan

       Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya Mengajukan pertanyaan


langsung

G.    Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung dan setelahnya.

Bentuk evaluasi adalah pertanyaan lisan :

Butir soal :

1.      Jelaskan pengertian perkawinan usia dini !

2.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia dini !

3.      Jelaskan dampak perkawinan usia dini !

4.      Sebutkan cara pencegahan perkawinan usia dini !

5.      Sebutkan pemecahan masalah perkawinan usia dini !

Jawaban :

1.      Perkawinan usia dini adalah perkawinan yang terjadi pada perempuan berusia kurang dari 16 tahun
dan laki-laki berusia kurang dari 19 tahun tanpa adanya kesiapan mental, psikis, materi.

2.      Adanya perjodohan yang dilakukan orang tua, factor ekonomi, pergaulan bebas, menutupi aib
keluarga, hamil sebelum nikah.

3.      Dampak secara biologis : anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi
jika sampai hamil kemudian melahirkan.

Dampak psikologis : secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.
Dampak Sosial : secara sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki
yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada  posisi yang rendah dan hanya dianggap
pelengkap seks laki-laki saja.

4.      Cara pencegahan perkawinan usia dini :

a.       Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi.

b.      Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.

c.       Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada remaja.

d.      Menyebarluaskan NKKBS.

e.       Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan yaitu dengan konseling.

5.      Pemecahan Masalah Perkawinan Usia Dini.

a.       Usia perkawinan yang baik menurut UU adalah di atas 20 tahun.

b.      Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani ketrampilan fisik untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya.

c.       Diberi penjelasannya bahwa sikap mental yang labil dan belum matang emosionalnya belum siap
untuk bertanggung jawab.

d.      Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

e.       Diberi penyuluhan bahwa perkawinan usia muda kesuburannya sangat tinggi.

f.       Pasang poster dan memberikan leaflet yang memuat perkawinan usia muda kemandiriannya masih
rendah dan menyebabkan tingginya angka perceraian.

H.    Referensi

http://www.academia.edu/6615132/SAP_Perkawinan_Usia_Muda

http://alfiyah23.student.umm.ac.id/2010/01/29/dampak-pernikahan-dini/

http://www.infosehat.com/

http://www.kompas.co.id/
      Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum, Edisi III. Yogyakarta: Yayasan Penerbit     Fak.
Psikologi UGM.

Tri Rusmi Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Infomedika

LAMPIRAN MATERI

1.      Pengertian Perkawinan Usia Dini

            Perkawinan usia dini adalah perkawinan yang terjadi pada perempuan berusia kurang dari 16
tahun dan laki-laki berusia kurang dari 19 tahun tanpa adanya kesiapan mental, psikis, materi.

            Undang-undang Negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang


Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak  perempuan sudah mencapai umur 16 (enam
belas tahun) tahun. Menurut agama pernikahan dini adalah pernikahan sebelum seorang anak
baligh.

2.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tterjadinya Perkawinan Usia Dini.

a.       Adanya perjodohan yang dilakukan orang tua.

b.      Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan ekonomi, sosial anggapan
tidak penting pendidikan bagi anak perempuan dan stigma negatif terhadap status perawan tua.

c.       Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu
tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya
adalah menjalin hubungan dengan lawan  jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luar
nikah.

d.      Diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri.
Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya,
karena menurut orang tua anak gadis ini,  bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini
menjadi aib.

e.       Hamil sebelum nikah


3.      Dampak Perkawinan Usia Dini.

a.       Dampak biologis

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan sehingga
belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil
kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi
yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut
dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi
antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan) terhadap
seorang anak. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih
besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan  perempuan berusia 20-25 tahun.
Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih
besar.

b.      Dampak psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan
murung dan menyesali hidupnya yang  berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti
atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk
memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang
melekat dalam diri anak. Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah
dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56
persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.

c.       Dampak Sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki yang bias
gender, yang menempatkan perempuan pada  posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap
seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama
Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap
perempuan. Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai
pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah
setelah kawin.

4.      Cara Pencegahan Perkawinan Usia Dini.


a.       Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi.

b.      Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.

c.       Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada remaja.

d.      Menyebarluaskan NKKBS.

e.       Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan yaitu dengan konseling.

5.      Pemecahan Masalah Perkawinan Usia Dini.

a.       Usia perkawinan yang baik menurut UU adalah di atas 20 tahun.

b.      Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani ketrampilan fisik untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya.

c.       Diberi penjelasannya bahwa sikap mental yang labil dan belum matang emosionalnya belum siap
untuk bertanggung jawab.

d.      Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

e.       Diberi penyuluhan bahwa perkawinan usia muda kesuburannya sangat tinggi.

f.       Pasang poster dan memberikan leaflet yang memuat perkawinan usia muda kemandiriannya masih
rendah dan menyebabkan tingginya angka perceraian.

Anda mungkin juga menyukai