Word Case Report
Word Case Report
ULKUS DIABETIKUM
Disusun Oleh :
Tasya Laresa P S 1102014262
Tita 1102014265
Chita Annisha 1102015049
Fathimah Ayu Rahimah 1102015075
Indah Pratiwi 1102015097
Pembimbing :
dr. Kamal Anas, Sp.B, FINACS
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Cempaka Putih Tengah
Status Perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Tanggal periksa : 23 April 2020
II. Anamnesa
a. Keluhan Utama :
Luka yang menggaung tidak sembuh-sembuh pada kaki kiri.
3
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
Riwayat Diabetes : (+) sejak 3 tahun yang lalu
Riwayat Maag : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Serangan Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Batu Saluran Kemih : disangkal
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 130 / 90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,8 °C
4
Kulit : Sawo Matang, Sianosis (-), Ikterik (-)
Kepala : Normocephal
Rambut : Warna hitam dan putih, persebaran merata,
tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Hidung : Simetris, sekret -/-, deviasi septum (-), nafas
cuping hidung (-)
Telinga : Normotia, sekret -/-
Leher : Deviasi trachea (-), kaku kuduk (-)
Paru
• Inspeksi : Simetris statis dan dinamis
• Palpasi : Vocal fremitus lapang paru kanan dan kiri sama
kuat
• Perkusi : Terdengar sonor pada lapang paru kiri dan kanan
• Auskultasi : Lapang paru kanan dan kiri vesikuler, rhonki (-/-)
dan wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba di 1 jari medial sela iga 5 linea
midclavicula sinistra
• Perkusi : Batas jantung kiri di ics 4 di linea mid aksila
sinistra
• Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar, sikatrik (-)
• Palpasi : supel, nyeri tekan tidak ada, defans muskular tidak
ada, hepar dan limpa tidak teraba
• Perkusi : Timpani, shifting dullness tidak ada
• Auskultasi : Bising usus 5 kali/menit
5
Kekuatan : 5 5 Sensori: + +
5 5 - -
Pitting edema : - -
- +
Refleks
Kanan Kiri
Refleks Tendon + +
Bisep + +
Trisep + +
Patella + +
Achiles + +
Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Kulit + +
Refleks Patologis - -
Status Lokalis :
Dorsum Pedis Sinistra
INSPEKSI
• Terdapat ulkus pada regio pedis sinistra ukuran 6 cm x 5 cm, bentuk tidak
beraturan, berbatas tidak tegas, warna kemerahan tidak sama dengan kulit
sekitarnya, sekret basah, tampak nekrosis, berbau busuk, jaringan sekitar
edema, dan perdarahan (-).
6
PALPASI
Hb 10,1
Hematokrit 28,10
Leukosit 29,7
Trombosit 366.000
GDS 184
Ureum 105,8
Creatinin 1,9
7
Kolesterol Total 177
Trigliserida 153
SGOT 41
SGPT 11
Albumin 3,8
V. Diagnosis
- Ulkus Diabetik dan Gangren dorsum pedis sinistra
- Gizi Lebih
VII. Resume
Pasien datang ke Poli Bedah RS Yarsi dengan keluhan luka yang
menggaung tidak sembuh-sembuh pada kaki kiri sejak 1 bulan yang
lalu. Luka tersebut bertambah luas, berbau tidak sedap serta
mengeluarkan nanah. Pasien mempunyai riwayat Diabetes Mellitus
sejak 3 tahun yang lalu, namun tidak berobat teratur.
Status generalis: IMT : 28,1 (Gizi lebih).
VIII. Terapi
8
A. Medikamentosa
Ciprofloksasin 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Metformin 3 x 500 mg
Metronidazole 3x500 mg
Ranitidine 2 x 150 mg
Inform consent debridement dan amputasi
B. Non medikamentosa
Diet DM
Gunakan alas kaki yang lunak
X. Prognosis
Quo ad vitam ` : ad malam
Quo ad sanam : dubia
Quo ad fungtionam : ad malam
XI. Komplikasi
1. Osteomyelitis
2. Sepsis
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELLITUS
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa
darah yang melebihi normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin secara relatif maupun absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali dapat
terjadinya komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka
panjang yaitu mikroangiopati dan makroangiopati1,2.
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah 3,4.
2. Epidemiologi
Secara global, menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah
penderita Diabetes mellitus di dunia telah meningkat dari 108 juta pada 1980
menjadi 422 juta pada tahun 2014. Prevalensi global diabetes pada orang
dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada tahun
2014. Prevalensi diabetes telah meningkat lebih cepat di negara-negara
berpenghasilan menengah dan rendah. Diabetes adalah penyebab utama
kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan amputasi tungkai
bawah5.
10
Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15 tahun yang
terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi
DM tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%8.
2) Idiopatik.
b) DNA mitokondria.
a) Pankreatitis.
b) Tumor/ pankreatektomi.
c) Pankreatopati fibrokalkulus.
4) Endokrinopati.
a) Akromegali.
b) Sindroma Cushing.
c) Feokromositoma.
11
d) Hipertiroidisme.
b. Banyak kencing.
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik9,10,11.
12
B. Gejala Kronik Diabetes Mellitus
d. Kram.
e. Capai.
f. Mudah mengantuk.
5. Komplikasi
13
2. Komplikasi Metabolik Kronik
a. Mikrovaskuler :
1) Ginjal.
2) Mata.
b. Makrovaskuler :
14
Bagan 1 Patogenesis Komplikasi kronis DM
B. ULKUS DIABETIKUM
Ulkus adalah defek kronik kulit atau mukosa akibat kehilangan jaringan
sehingga membentuk lekukan yang memiliki dinding dan dasar. Ulkus dapat
disebabkan oleh trauma atau penyakit21. Ulkus diabetika adalah salah satu
bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada
permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat22.
15
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri
aerob maupun anaerob9,11,14.
2. Epidemiologi
Kasus ulkus kaki dan gangren diabetik merupakan kasus yang paling
banyak di rumah sakit. Menurut data RSCM pada tahun 2003, prevalensi
penderita ulkus diabetika di Indonesia sebesar 15% dari penderita DM.
Angka kematian akibat ulkus kaki yang di jelaskan oleh Pusat Data &
Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (2011) berkisar 17-
23%, sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%. Sementara angka kematian
1 tahun post amputasi berkisar 14,8%. Jumlah tersebut meningkat pada tahun
ketiga menjadi 37%. Rata-rata umur pasien hanya berumur 23,8 bulan pasca
amputasi23.
a. Umur ≥ 60 tahun.
b. Lama DM ≥ 10 tahun.
16
4. Obesitas.
5. Hipertensi.
17
Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan
tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar
dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler
sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan
yang mengakibatkan ulkus diabetika9,14.
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan
HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di
jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu
sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan
yang selanjutnya timbul ulkus diabetika9,11,12.
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah
menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding
pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah9.
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan
menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang
akan merangsang terjadinya aterosklerosis24.
Perubahan inflamasi pada pembuluh darah, akan terjadi penumpukan
lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDLsebagai pembersih plak
biasanya rendah. Adanya factor risikolain yaitu hipertensiakan meningkatkan
kerentanan terhadap atherosclerosis.konsekuensi adanya athrosklerosis yaitu
sirkulasi jaringan menurun hingga kaki menjadi atrofi,dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
18
yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik
Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium
perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum.
a. Sering kesemutan
19
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis,tibialis,dan
popliteal
g. Kulit kering
4 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari
kaki, bagian depan kaki atau tumit.
20
Sedangkan klasifikasi untuk kedalaman luka dan luasnya daerah
iskemik menurut Brodsky:
A. Berdasarkan kedalaman luka/ ulserasi
0 : Pre dan post ulserasi
21
Apabila warna pada dasar luka adalah merah , maka luka bersih
dan banyak vaskularisasinya. Jika berwarna kuning maka dapat
diartikan bahwa jaringan sudah terinfeksi. Jika berwarna hitam
maka jaringan sudah nekrosis dan avaskularisasi
d. Bentuk dan ukuran luka
e. Status vaskuler
2. Palpasi :
b) Palpasi tekanan nadi , pada bagian distal luka terapa atau tidak.
a. Indikasi
Intermittent claudication
22
Mendiagnosis pasien dengan suspek lower extremity arterial
disease yang memiliki luka pada ekstremitas bawah
Orang yang berumur >70 tahun
Orang yang berumur > 50 tahun dengan riwayat penggunaan
rokok dan diabetes
Untuk menentukan aliran darah arteri di extremitas bawah untuk
menentukan proses terapi kompresi, atau debridement luka.
Untuk menentukan potensi penyembuhan luka.13,30
b. Kontraindikasi
c. Keterbatasan ABI
d. Pemeriksaan ABI
23
Cara pemeriksaan ABI adalah sebagai berikut :
Perhitungan
>1.0 Normal
24
<0.6 to 0.8 Borderline
8. Tatalaksana
1. Pengendalian Diabetes
Langkah awal penanganan pasien ulkus diabetik adalah dengan
melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik
karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetik juga menderita
malnutrisi, penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis.16,17
DM jika tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi kronik diabetes salah satunya adalah
terjadinya ulkus diabetik. Jika keadaan gula darah selalu dapat
dikendalikan dengan baik diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi
dapat dicegah paling tidak dihambat. 16,17
Mengelola DM langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan
non farmakologis diantaranya perencanaan makanan dan kegiatan jasmani,
baru bila langkah tersebut belum tercapai dilanjutkan dengan langkah
berikutnya yaitu dengan pemberian obat atau disebut pengelolaan
farmakologis.16,17
25
adalah kuku harus dipotong secara tranversal untuk mencegah kuku
yang tumbuh kedalam dan merusak jaringan sekitar. 16,17
26
merupakan satu cara yang ideal untuk mengurangi tekanan tetapi sulit
untuk dilakukan.
Pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan terapi
oksigen hiperbarik dan mempercepat proses penyembuhan luka.
Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut adalah :
1. Memperbaiki kelainan vaskuler.
2. Memperbaiki sirkulasi.
27
f. Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati
oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa,
yang bisa tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki.
Jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini
seharusnya diobati hanya oleh podiatrist.
g. Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus,
bula,luka dan lecet.
h. Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
i. penggunaan alas kaki yang tepat
j. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
28
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
: Aru W,dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat,
29
Penerbit FK UI, Jakarta, 2006.
12. Darmono. Dianosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Dalam : Noer, dkk,
editors,Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta,
1999.
17. California Podiatric Medical Association Diabetic Wound Care. Mei 2014.
Availabel at : URL http : // www.Podiatrist.org
18. Green RJ. Pathology and Theurapeutic for Pharmacits : a Basic for Clinical
Pharmacy Practice. Chapman and Hill, London, 1997.
19. Soewondo,P. Soegondo,S. Suastika,K. Pranoto,A. Soeatmaji,D.W.
Tjokroprawiro,A. (2010). The DiabCare Asia 2008 Study - Outcome On
Control And Complication Of Type 2 Diabeteic Patients In Indonesia:
Medical Jurnal Indonesia
20. National Diabetes Programme Clinical Strategy and Programmes
Directorate. (2011). Model of Care for The Diabetic Foot. National Diabetic
Programme Working Group, Healt Service Executive.
21. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2016. Buku Ajar IlmuBedah, Edisi II. Jakarta:
EGC
22. Frykberb Robert G. Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic
Foot Ulcers, Des Moines University, Iowa, 2002
30
23. Pusat Data dan Informasi Persi. (2011). Deteksi Diabetes dari Kelainan
Kaki. Avalaible at: http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=
5&catid=23&nid=623
28. Ankle Brachial Index : Quick Reference Guide for Clinicians .Available at:
http://journals.lww.com/jwocnonline/Fulltext/2012/03001/Ankle_Brachial
_Index Quick_Reference_Guide_for.6.aspx
29. Wild AH. Byrne CD. Smith F. Lee AJ. Fowkes FGR. Low Ankle-Brachial
Pressure Index Predicts Increased Risk of Cardiovascular Disease
Independent of the Metabolic Syndrome and Conventional Cardiovascular
Risk Factors in the Edinburgh Artery Study. American Diabetes
Associations. 2006 vol. 29 no. 3 637-642
30. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe
2 di Indonesia, 2006.
31