Menurut WHO (2011) adalah sebagai infeksi satu atau lebih cacing parasit usus
yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara nematoda usus ada
sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan
cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Trichuris
trichuira dan Ancylostoma duodenale (WHO, 2011).
Sumber ; WHO. (2011) Top 10 Causes of Death.
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/
2. Gejala penyakit kecacingan.
a. Infeksi cacing kremi : Gejala infeksi cacing kremi yang umum terjadi antara
lain gatal di sekitar dubur (terutama pada malam hari pada saat cacing
betina meletakkan telurnya), gelisah dan sukar tidur.
b. Infeksi cacing gelang : Gejala infeksi cacing gelang pada umumnya yaitu
rasa tidak enak pada perut (gangguan lambung); kejang perut, diselingi
diare; kehilangan berat badan; dan demam.
c. Infeksi cacing tambang : Gejala infeksi cacing tambang yang umum terjadi
yaitu gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare, dan nyeri ulu hati;
pusing, nyeri kepala; lemas dan lelah; anemia; dan gatal di daerah
masuknya cacing.
d. Infeksi cacing cambuk : Gejala infeksi cacing cambuk yang umum terjadi
yaitu nyeri ulu hati, kehilangan nafsu makan, diare, anemia.
e. Infeksi cacing pita : Gejala infeksi cacing pita pada umumnya yaitu
gangguan pencernaan berupa mual, konstipasi, diare; sakit perut; lemah;
kehilangan nafsu makan; sakit kepala; berat badan turun; dan beberapa
gejala alergi yang disebabkan cacing dewasa yaitu urtikaria, pruritus dan
kelainan kulit lain.
Sumber : http://pionas.pom.go.id/artikel/obat-kecacingan
3. Pengobatan penyakit kecacingan
Penanganan penyakit kecacingan harus disertai dengan tindakan
pencegahan penyebaran infeksi terutama di lingkungan keluarga. Jika salah
seorang anggota keluarga dicurigai terinfeksi cacing, maka disarankan
dilakukan terapi non obat berikut:
a. Mencuci sprei, handuk, dan pakaian dalam (terpisah dari seluruh anggota
keluarga) dengan air hangat, jangan diaduk karena dapat menyebarkan
telur cacing ke udara.
b. Pastikan ruangan mendapat cahaya matahari yang cukup, karena telur
cacing dapat rusak oleh cahaya matahari.
c. Pastikan anggota keluarga yang dicurigai terinfeksi cacing melakukan
mandi pagi, membersihkan bagian rektum pada saat mandi, dan tidak
mandi dalam bath tub.
d. Gunakan disinfektan pada toilet duduk selama masa pengobatan.
e. Bersihkan dengan penyedot debu (vacuum cleaner) atau pel dengan air
(jangan gunakan sapu) daerah sekitar tempat tidur dan seluruh kamar
tidur.
f. Bersihkan kuku dengan menyikat hingga bersih dan gunting kuku secara
rutin. Cuci tangan secara berkala terutama sebelum makan dan setelah ke
kamar mandi.
Pengobatan penyakit kecacingan dapat berbeda-beda tergantung jenis
cacing yang menyebabkan penyakit. Infeksi cacing pita memerlukan terapi
dengan golongan obat keras yang hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter. Berikut adalah beberapa bahan aktif obat yang dapat digunakan
untuk mengobati penyakit kecacingan. Bahan aktif ini bisa terdapat dalam
berbagai merek dagang.
a. MEBENDAZOL
Mebendazol digunakan untuk mengobati infeksi cacing kremi, cacing
tambang, cacing gelang, dan cacing cambuk. Obat ini tidak dianjurkan
untuk wanita hamil dan anak di bawah usia 2 tahun. Namun pada
kehamilan di bawah 3 bulan, mebendazol tidak menimbulkan efek buruk.
Dalam penggunaan mebendazol sangat jarang terjadi efek yang tidak
diinginkan, namun pernah dilaporkan beberapa efek yang tidak diinginkan
yaitu sakit perut, diare, kejang pada bayi, dan ruam.
Aturan pakai : Untuk infeksi cacing kremi, dosis sebesar 100 mg dosis
tunggal untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun. Jika terjadi infeksi kembali,
ulangi dosis yang sama 2 minggu kemudian.
b. PIPERAZIN
Piperazin digunakan untuk mengatasi infeksi cacing kremi dan cacing
gelang. Obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil pada 3 bulan
pertama. Pada ibu menyusui, hentikan menyusui sampai dengan 8 jam
setelah penggunaan obat terakhir karena piperazin terdistribusi pada ASI.
Beberapa efek yang tidak diinginkan dapat terjadi setelah penggunaan
piperazin diantaranya mual, muntah, kejang perut, diare, reaksi alergi, dan
sesak napas.
Aturan pakai :
1) Untuk infeksi cacing kremi:
a) Dosis untuk dewasa sebanyak 2,25 gr/15 mL sekali sehari selama 7
hari.
b) Dosis untuk Anak di bawah 2 tahun sebanyak 0,3-0,5 mL/kgbb sekali
sehari selama 7 hari.
c) Dosis untuk anak usia 2-3 tahun sebanyak 5 ml sekali sehari selama 7
hari.
d) Dosis untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 7,5 mL sekali sehari selama
7 hari.
e) Dosis untuk anak usia 7-12 tahun sebanyak 10 mL sekali sehari selama
7 hari.
f) Bila perlu ulangi pengobatan setelah satu minggu.
2) Untuk infeksi cacing gelang:
a) Dosis untuk Dewasa sebanyak 30 mL dosis tunggal.
b) Dosis untuk Anak usia 1-3 tahun sebanyak 10 mL dosis tunggal.
c) Dosis untuk anak usia 4-5 tahun sebanyak 15 mL dosis tunggal.
d) Dosis untuk anak usia 6-8 tahun sebanyak 20 mL dosis tunggal.
e) Dosis untuk anak usia 9-12 tahun sebanyak 25 mL dosis tunggal.
f) Ulangi pengobatan setelah dua minggu.
c. PIRANTEL PAMOAT
Pirantel pamoat, atau nama lainnya yaitu pirantel embonat, digunakan
untuk mengobati infeksi cacing kremi, cacing gelang, cacing tambang,
cacing cambuk. Adanya anggota keluarga yang terinfeksi juga merupakan
pertanda infeksi pada anggota keluarga yang lain. Untuk itu dianjurkan
pemberian pirantel pamoat pada seluruh anggota keluarga untuk
memusnahkan telur dan cacing serta mencegah infeksi berulang.
Penggunaan pada wanita hamil dan anak di bawah 2 tahun harus berhati-
hati.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah penggunaan pirantel
pamoat antara lain hilang nafsu makan, kejang perut, mual, muntah, diare,
sakit kepala, pusing, rasa mengantuk, sukar tidur, dan merah-merah pada
kulit.
Aturan pakai :
Untuk infeksi cacing kremi:
dosis 1000 mg untuk Dewasa dengan berat badan di atas 75 kg,
dosis 750 mg untuk anak di atas 12 tahun berat badan 41-75 kg,
dosis 500 mg untuk anak 6-12 tahun berat badan 22-41 kg:; 2-6 tahun berat
badan 12-22 kg: 250 mg; 6 bulan – 2 tahun berat badan di bawah 12 kg: 125
mg.
Untuk infeksi cacing gelang:
Dosis 500 mg untuk Dewasa dengan berat badan di atas 75 kg,
Dosis 375 mg untuk anak di atas 12 tahun dengan berat badan 41-75 kg,
Dosis 250 mg untuk anak 6-12 tahun dengan berat badan 22-41 kg,
Dosis 125 mg untuk anak 2-6 tahun dengan berat badan 12-22 kg,
Dosis 62,5 mg untuk anak 6 bulan – 2 tahun dengan berat badan di bawah
12 kg.
Untuk infeksi cacing tambang:
Dosis 20 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama dua hari
berturut-turut atau 10 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama 3
hari berturut-turut.
Untuk infeksi cacing cambuk:
Dosis 10 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal. Berdasarkan berat
badan menjadi sebagai berikut:
Dosis 1000 mg untuk dewasa dengan berat badan di atas 75 kg,
Dosis 750 mg untuk anak di atas 12 tahun dengan berat badan 41-75 kg,
Dosis 500 mg untuk anak 6-12 tahun dengan berat badan 22-41 kg,
Dosis 250 mg untuk anak 2-6 tahun dengan berat badan 12-22 kg,
Dosis 125 mg untuk anak 6 bulan – 2 tahun berat badan di bawah 12 kg.
d. LEVAMISOL
Levamisol sangat efektif terhadap infeksi cacing gelang, sehingga
digunakan sebagai obat pilihan pertama pada pengobatan infeksi cacing
gelang.
Levamisol dapat ditoleransi dengan baik, namun pernah dilaporkan juga
terjadi efek yang tidak diinginkan seperti mual muntah pada sebagian kecil
pasien.
Pemakaian obat ini pada dewasa yaitu dalam dosis tunggal sebesar 120-150
mg.
Menjaga kebersihan badan, makanan dan lingkungan dapat mencegah
muncul dan menularnya penyakit kecacingan. Untuk pengobatan yang
efektif, gunakan obat yang tepat dengan aturan pakai yang sesuai.
Sumber : http://pionas.pom.go.id/artikel/obat-kecacingan