Anda di halaman 1dari 8

1. Bagaimana sosialisasi JKN di Masyarakat?

a. Peningkatan sinergi dan kolaborasi antar stakeholder (Kemenkes, BPJS


Kesehatan, Kemenkominfo, Rumah Sakit, Puskesmas, Pemerintah Daerah,
Klinik serta Dokter Praktek) dalam melaksanakan sosialisasi program JKN
kepada masyarakat melalui sharing sumber daya, sarana dan prasarana,
perencanaan, penganggaran, dan substansi sosialisasi serta penguatan
fungsi dan peran masing-masing stakeholder dalam melaksanakan sosialisasi
JKN secara umum dan khusus. Kementerian Kesehatan dan Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan harus menjadi motor dalam
mensinergikan peran dari masing-masing stakeholder tersebut, sehingga
penyampaian program JKN kepada masyarakat dapat dilakukan sesuai
dengan peran masing-masing stakeholder.
b. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM untuk melakukan sosialisasi melalui
koordinasi antar stakeholder dengan pola regrouping serta melakukan
sosialisasi secara berjenjang dengan membentuk fasilitator. Sebagai
regulator, Kementerian Kesehatan memiliki peran strategis dalam
menyiapkan substansi sosialisasi. BPJS kesehatan sebagai operator memiliki
peran dalam menyiapkan SDM yang berkualitas sebagai fasilitator dalam
rangka transfer knowledge kepada stakeholder lain (Rumah Sakit,
Puskesmas,Dokter Praktek dan LSM)
c. Penggunaan media yang dapat menjangkau seluruh pelosok tanah air.
Kementerian Komunikasi dan Informasi dapat menyusun regulasi yang
mengatur tentang keharusan media massa baik cetak maupun elektronik
untuk melakukan sosialisasi program JKN, sehingga penyebaran informasi
terkait program JKN dapat menjangkau seluruh pelosok tanah air hingga
daerah terpencil.
d. Penyesuaian materi sosialisasi dengan jenis media dan kelompok sasaran
serta menciptakan brand tentang sosialisasi yang mudah dipahami. Oleh
karena itu BPJS Kesehatan harus membuat terobosan serta inovasi dalam
menciptakan brand yang mudah diingat oleh masyarakat terkait dengan
sosialisasi program JKN.
e. BPJS Kesehatan harus dapat menciptakan pola-pola sosialisasi yang lebih
inovatif dan lebih mengena seperti menciptakan ikon, duta, dan maskot
sosialisasi JKN, memanfaatkan forum-forum masyarakat untuk melakukan
sosialisasi serta pelibatan Perguruan Tinggi, RT/RW, LSM Kesehatan untuk
melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat.
f. Sebagai operator dalam penyelenggaraan program JKN, kiranya BPJS
Kesehatan perlu memberikan peran yang lebih besar kepada Rumah Sakit,
Puskesmas, Klinik serta Dokter Praktek sebagai agen sosialisasi langsung
kepada masyarakat (pasien dan keluarganya).
g. Selama ini terkesan adanya pemahaman yang berbeda antar stakeholder
(Kemenkes, BPJS, RS dan lain-lain) tentang program JKN ini. Oleh karena itu
perlu adanya internalisasi disetiap stakeholder untuk menyamakan
pemahaman tentang program JKN (PIPPLAN, 2014).
Sumber : (PIPPLAN). 2014. Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga Administrasi
Negara. Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) : Permasalahan Dan
Rekomendasi. Policy Brief. JKN. Jakarta. http :
inovasi.lan.go.id/uploads/download/1427730699_JKN.pdf.
2. Apakah SDM di Pelkes sudah sesuai standar?

Sumber : Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Tahun 2014.

Sumber : Ka. Pusrengun Sdm Kesehatan. kajian standar kebutuhan SDM kesehatan
di fasyankes. Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK
Tahun 2014.

3. Fungsi Dokter layanan primer ?


Dokter layanan primer yang mempunyai kompetensi untuk menjalankan
fungsi :
a. Fungsi gate keeper , yaitu menjadi tempat pertama pasien untuk mencari
pertolongan dan penapis pasien yang akan dirujuk
b. Fungsi koordinasi, yang mengatur kemana pasien akan dirujuk dan
menerima rujuk balik
c. Layanan komprehensif, yaitu mulai pencegahan, deteksi dini, pengobatan
sampai rehabilitasi
d. Layanan jangka panjang , yaitu mengikuti kesehatan dalam jangka panjang.
e. Berorientasi keluarga dan masyarakat, selalu melihat konteks yang luas,
bukan hanya mengobati pasien sebagai individu.
Manfaat adanya dokter layanan primer
a. Strata layanan primer akan bisa menyelesaikan sebagian besar masalah
kesehatan diwilayah tempat bekerja, pasien yang sakit lebih sedikit,
danyang dirujuk kestrata pelayanan sekunder akan lebih sedikit
b. Status kesehatan masyarakat meningkat dengan biaya kesehatan lebih
terjangkau
c. Memperoleh kembali kepercayaan dari masyarakat
d. Meningkatkan status profesi dokter yang bekerja di layanan primer setara
dengan spesialis sehingga mendapat penghargaan yang sepadan
e. Dokter yang selama bekerja dilayanan primer mendapat rekognisi dari
pengembangan yang dilakukan
f. Lebih banyak dokter mau bekerja distrata layanan primer (BPSDM, 2015)

Sumber : Kepala Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sdm Kesehatan. 2015.


Pembangunan Kesehatan Melalui Penguatan Layanan Primer. Rapat Koordinasi
Pelaksanaan Operasional Program Jakarta.
www.pusat2.litbang.depkes.go.id/.../Materi-sosialisasi-DLP-Kabada...
4. Pelatihan untuk dukun kampung.
Pelatihan tersebut diadakan setiap 6 bulan sekali yang meliputi:
a. cara memotivasi ibu hamil untuk periksa hamil dan melahirkan ke Bidan serta
keikut sertaan keluarga dalam keluarga berencana pasca persalinan,
menyadarkan dan mengantarkan ibu hamil yang tidak mau periksa ke Bidan,
melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga tentang; tanda-tanda
persalinan, tanda bahaya kehamilan, kebersihan pribadi & lingkungan, serta
kesehatan dan gizi, perawatan payudara.
b. Perencanaan persalinan, melakukan motivasi pada waktu rujukan diperlukan,
memotivasi rujukan bila diperlukan dan membantu ibu dan keluarga setelah
persalinan, memberikan perawatan ibu setelah melahirkan dalam beberapa hal
yang meliputi kebersihan pribadi, kesehatan dan gizi, ASI eksklusif dan
perawatan payudara.
c. Pembinaan pada dukun bayi setiap bulan sekali dilakukan oleh masing-masing
bidan desa pada saat jadwal posyandu. Pembinaan oleh bidan desa
berdasarkan hasil evaluasi terhadap dukun bayi dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak serta untuk pemantauan adanya ibu hamil baru yang ada di wilayah
desa tersebut sehingga mempermudah dalam melakukan pendataan ibu hamil.
d. Penghargaan/reward Reward merupakan sebuah bentuk apresiasi kepada
suatu prestasi tertentu yang diberikan,baik oleh dan dari perorangan ataupun
suatu lembaga yang biasanya diberikan dalam bentuk material atau ucapan.
Motivasi yang ada pada diri dukun dan bidan akan muncul dari pemahaman
pentingnya menjalin kemitraan dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada ibu dan anak. Jika keduanya merasakan saling membutuhkan maka
kemitraan tersebut akan berjalan dengan baik. Dukun bayi merupakan orang
yang lebih dekat dengan masyarakat dan lebih mengenal lingkungan sekitarnya
sehingga bidan akan sangat terbantu jika bermitra dengan dukun bayi terutama
dalam mendeteksi keberadaan ibu hamil, bersalin ataupun bayi yang
mengalami masalah.
e. Selain itu pemberian penghargaan juga sangat penting dalam meningkatkan
motivasi seseorang. Salah satu bentuk pengharagaan yang diberikan bidan
maupun Puskesmas Sendang terhadap prestasi dukun bayi adalah dengan
memberikan riwerd berupa uang serta memberikan pelayanan gratis baik
kepada dukun maupun keluarganya jika mengalami sakit dan rawat inap di
puskesmas.
f. Pengakuan terhadap kemampuan yang dimiliki seseorang juga merupakan
bentuk dari pengharagaan. Motivasi akan tumbuh jika seseorang masih diakui
kemampuanya dan masih dipercaya untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan. Bidan menyadari bahwa dengan bantuan dukun bayi maka sangat
membantu dalam menurunkan angka kematian ibu maupun anak.
Upaya Pembinaan Dukun Bayi
a. Melakukan pendekatan dgn para tokoh masyarakat setempat
b. Melakukan pendekatan dengan para dukun bayi
c. Memberikan pengertian kpd para dukun bayi ttg pentingnya persalinan
yang bersih dan aman
d. Memberi pengetahuan kpd dukun bayi ttg komplikasi2 kehamilan & bahaya
proses persalinan
e. Membina kemitraan dgn dukun bayi dgn memegang asas saling
menguntungkan
f. Menganjurkan & mengajak dukun bayi merujuk kasus2 berisiko tinggi
kehamilan kpd tenaga kesehatan.
Klasifikasi Materi Pembinaan Dukun Bayi
a. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas & Rujukan
1) Pengenalan golongan risiko tinggi
a) Ibu terlalu muda (<20 tahun)
b) Terlalu tua (>35 tahun)
c) Tinggi badan <145 cm
d) Jarak antara kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
e) Terlalu lama (>10 tahun)
f) Ibu hamil dengan anemia
g) Ibu riwayat persalinan (dg perdarahan, riwayat sc)
h) Dll
2) Pengenalan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
a) Perdarahan pd hamil muda dan tua
b) Ibu demam tinggi
c) Oedema pada kaki / tangan / wajah
d) Sakit kepala / kejang
e) Keluar air ketuban sebelum waktunya
f) Ibu mengalami gangguan jiwa
g) dll
3) Pengenalan tanda-tanda bahaya persalinan:
a) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan kontraksi
b) Perdarahan melalui jalan lahir
c) Tali pusat / tangan bayi keluar dari jalan lahir
d) Air ketuban keruh & berbau
e) Plasenta tidak keluar setelah bayi lahir
f) Ibu mengalami kesakitan yg hebat
g) dll
4) Pengenalan tanda bahaya pada masa nifas :
a) Perdarahan melalui jalan lahir
b) Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir
c) Demam > 2hari
d) Bengkak pada muka, kaki, tangan, payudara bengkak disertai rasa
sakit
e) dll
5) Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, & Rujukan
a) Tetanus Neonatorum
i. Salah satu penyakit yg paling berisiko terhadap kematian BBL yg
disebabkan oleh basil clostridium tetani
ii. TN menyerang bayi usia di bawah 1 bulan, penyakit ini sangat
menular & menyebabkan risiko kematian.
iii. TN di masyarakat terjadi krn penggunaan alat pemotongan tali
pusat yg tidak steril
iv. Gejala : kejang otot rahang, pembengkakan rasa sakit & kaku di
otot leher, bahu, atau punggung
b) BBLR
i. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa kehamilan.
ii. Tanda-tanda BBLR : Kulit tipis dan mengkilap, Lanugo banyak masih
banyak di temukan, pergerakan lemah, refleks lemah dan sianosis.
iii. Dukun bayi segera merujuk bayi apabila menemukan tanda2 BBLR.
6) Penyuluhan Gizi & KB
a) Bidan sbg salah satu tenaga kesehatan harus memberikan
informasi kpd dukun bayi ttg pentingnya makanan bergizi untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayi serta menghindari pantang makan.
b) Materi KB perlu juga diberikan kpda dukun bayi, dengan
keikutsertaan dukun dalam menyukseskan program KB, kesejahteraan
ibu & bayi akan meningkat sehingga Ibu mempunyai waktu lebih banyak
untuk menyusui dan merawat bayi.
c) Pencatatan Kelahiran & Kematian Ibu & Bayi
d) Ditujukan untuk mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran
& kematian di suatu wilayah atau desa.
e) Bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian
ibu maupun bayi.
Sumber : Hermia, elvira . Pembinaan Dukun bayi.ppt.

Anda mungkin juga menyukai