Ismail-PJJ UKI-13 Mei 2020 PDF
Ismail-PJJ UKI-13 Mei 2020 PDF
Nim : 1865050037
Topik Tinjauan Pustaka : Alergi Susu Sapi
Sumber : PMM IDAI 2011 & Rekomendasi IDAI “diagnosis dan tatalaksana alergi susu sapi” 2014
Diagnosis
Anamnesis
o Alergi susu sapi dapat menyebabkan beragam gejala dan keluhan, baik pada saluran
cerna, saluran napas, maupun kulit. Luasnya gejala yang timbul dapat mempersulit
pengenalan, menyebabkan misdiagnosis atau kadang-kadang overdiagnosis.
o Awitan gejala ASS, waktu antar pemberian susu sapid an timbulnya gejala, dan
jumlah susu yang diminum hingga menumbulkan gejala.
o Riwayat atopi pada orangtua dan saudara kandung perlu ditanyakan. Risiko atopi
meningkatkan jika ayah/ibu kandung atau saudara kandung menderita atopi.
o Riwayat atau gejala alergi sebelumnya
Gejala hematologi
Pucat akibat anemia defisiensi karena perdarahan mikro pada saluran cerna.
Pemeriksaan Fisis
Kondisi umum: status gizi, status hidrasi, kadang tampak pucat
Kulit: dermatitis atopi, urtikaria, angioedema
Saluran napas: tanda rinitis alergi (konka edema dan pucat) atau asma (mengi),
otitis media efusi
Saluran cerna: meteorismus, skibala, fisura ani
Pemeriksaan penunjang
Konfirmasi diagnosis ASS sangat penting karena seringkali terdapat
ketidaksesuaian antara gejala yang dikeluhkan orangtua dengan bukti secara klinis.
Double-blind, placebo-control/ed food cha//edge (DBPCFC) dianggap sebagai
baku emas. pada prosedur ini, dilakukan pemberian makanan yang mengandung
alergen dan plasebo dengan metode crossover secara tersamar baik terhadap pasien
maupun evaluator disertai pemantauan reaksi alergi. Metode tersebut lebih banyak
digunakan untuk keperluan riset. Metode yang dapat dilakukan pada praktik klinis
adalah melakukan eliminasi dan uji provokasi terbuka.
Mengingat risiko terjadinya reaksi alergi saat dilakukannya uji provokasi makanan
(food cha//edge), maka dapat dipilih pemeriksaan alternatif dengan efikasi yang
sama, seperti: uii cukit kulit (skin prick test, SPT), pengukuran antibodi lgE serum
spesifik terhadap protein susu sapi, dan uli tempel (patch test).
Kombinasi SPT dan pengukuran antibodi lgE spesifik memiliki nilai duga positif
95% untuk mendiagnosis ASS yang diperantarai lgE, sehingga dapat mengurangi
perlunya uji provokasi makanan jika yang dicurigai adalah ASS yang diperantarai
lgE.
Uji cukit kulit dan kadar lgE spesifik tidak berguna dalam diagnosis ASS yang tidak
diperantarai lgE, sebagai alternatif dapat dilakukan uji tempel, atau uji eliminasi
dan provokasi.
Pemeriksaan laboratorium tidak memberikan nilai diagnostik,tetapi dapat
menunjang diagnosis klinis. Penurunan kadar albumin sugestif untuk enteropati;
hipoproteinemia sering terjadi bersama-sama dengan anemia defisieni besi akibat
alergi susu sapi. Peningkatan trombosit, LED, CRr3 dan leukosit tinja merupakan
bukti adanya inflamasi tetapi tidak spesifik, sehingga nilai normal tidak dapat
menyingkirkan ASS. Leukositosis eosinofilik dapat dijumpai pada kedua tipe ASS.
Tatalaksana
Prinsip utama dalam tata laksana ASS adalah menghindari susu sapi dan makanan
yang mengandung susu sapi sambil mempertahankan diet bergizi dan seimbang untuk bayi
dan ibu yang menyusui.
Pada bayi yang diberikan ASI eksklusif, ibu perlu mendapat penjelasan berbagai
makanan yang mengandung protein susu sapi yang perlu dihindari. Konsultasi dengan ahli
gizi perlu dipertimbangkan.
Pada anak yang mendapat susu formula, diberikan susu pengganti berupa susu
terhidrolisis sempurna/ekstensif atau susu formula asam amino pada kasus yang berat.
Susu formula kedelai dapat dicoba untuk diberikan pada anak berusia di atas 6
bulan apabila susu terhidrolisis ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya.
Medikamentosa
Gejala yang ditimbulkan alergi susu sapi diobati sesuai gejala yang terjadi.
Antagonis reseptor H1 (antihistamin) generasi satu dan generasi kedua dapat digunakan
dalam penanganan alergi.
Jika didapatkan riwayat reaksi alergi cepat, anafilaksis, asma, atau dengan alergi makanan
yang berhubungan dengan reaksi alergi yang berat, epinefrin harus dipersiapkan.
Indikasi rawat
Dehidrasi berat
Gizi buruk
Anafilaksis
Anemia yang memerlukan transfuse darah
Prognosis
Prognosis bayi dengan alergi susu sapi umumnya baik, dengan angka remisi 45-55% pada
tahun pertama, 60-75% pada tahun kedua dan 90% pada tahun ketiga.
Namun, terjadinya alergi terhadap makanan lain juga meningkat hingga 50% terutama pada
jenis: telur, kedelai, kacang, sitrus, ikan dan sereal dan alergi inhalan meningkat 50-80% sebelum
pubertas.
Pada anak dengan alergi yang diperantarai lgE sebaiknya pemberiannya ditunda
lebih lama lagi dan untuk menentukan waktu yang tepat, dapat dibantu dengan panduan tes
alergi.