Anda di halaman 1dari 120

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SISTEM REPRODUKSI
T.A 2019/2020

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ......................................................................................................... i

Bab 1 Leopold .............................................................................................. 1

Bab 2 Senam Hamil .................................................................................... 9

Bab 3 Vulva Hygiene .................................................................................. 19

Bab 4 Partograf .......................................................................................... 25

Bab 5 Asuhan Persalinan Normal ............................................................. 38

Bab 6 Pemeriksaan Fisik Post Partum ...................................................... 63

Bab 7 Perawatan Payudara ....................................................................... 71

Bab 8 Pijat Oksitosin .................................................................................. 79

Bab 9 Pemeriksaan Payudara Sendiri ...................................................... 83

Bab 10 Memandikan Bayi Baru Lahir ....................................................... 100

Bab 11 Perawatan Tali Pusar ...................................................................... 108

Bab 12 Perawatan Luka Post Operasi Sectio Cesarea ............................... 115

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page i


BAB 1
LEOPOLD (PEMERIKSAAN KEHAMILAN)

Pengertian
Suatu usaha atau tindakan dengan melakukan palpasi (perabaan) menggunakan jari-jari
tangan, telapak tangan, atau juga menggunakan alat pengukur (pita pengukur) untuk
mengetahui tuanya kehamilan dan kelaianan-kelaianan dalam rahim.

Tujuan
1. Besarnya rahim sehingga dapat menentukan tuanya kehamilan.
2. Menentukan letaknya janin dalam rahim.
3. Mengetahui apakah ada tumor atau kelainan dalam rahim.
4. Member informasi dan menegakkan suatu diagnosis yang akurat mengenai
kehamilan.

Persiapan Klien
Berikan penjelasan kepada klien mengenai tindakan yang dilakukan.

Persiapan Alat
1. Pena
2. Buku dokumentasi
3. Mistar atau pita pengukur
4. Perlak dan selimut
5. Minyak telon

Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Berikan kesempatan pasien untuk buang air kecil terlebih dahulu
3. Cuci tangan.
4. Bawa alat ke dekat klien.
5. Menjaga privasi klien dengan hanya membuka bagian yang akan dilakukan tindakan
atau menutup tirai.
6. Mengatur posisi klien tanpa menghambat bagian yang akan dilakukan tindakan.
7. Oleskan tangan dengan minyak telon dan diusap pada telapak tangan.
8. Lakukan palpasi menurut Leopold (Leopold I, II, III dan IV).
a. Leopold I
Tujuannya untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat
dalam fundus.
 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan dan melihat ke arah muka klien.
 Klien di minta untuk menekuk lututnya sedikit.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 1


 Tengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping
umbilical/pusar.
 Telusuri hingga menyentuh bagian fundus uteri, dengan kedua ujung jari
tentukan bagian janin.
 Hasilnya: apabila teraba keras, bundar dan melenting berarti kepala,
apabila lunak, datar/tidak bundar, dan tidak melenting maka bokong.
 Dapat pula sembari menentukan TFU dengan cara rahin diketengahkan
dengan tangan kanan kemudian tangan kiri diletakkan pada fundus uteri
dan tentukan batasan-batasannya.
 Tentukan bagian janin yang terdapat dalam fundus uteri.
1) Sebelum bulan ke-3 : fundus uteri belum dapat teraba dari luar.
2) Akhir bulan ke – 3 (12 minggu) : TFU 1-2 jari di atas simfisis.
3) Akhir bulan ke – 4 (16 minggu) : pertengahan antara simfisis.
4) Akhir bulan ke – 5 (20 minggu) : 3 jari di bawah pusat.
5) Akhir bulan ke – 6 (24 minggu) : setinggi pusat.
6) Akhir bulan ke – 7 (28 minggu) : 3 jari di atas pusat.
7) Akhir bulan ke – 8 ( 32 minggu) : pertengahan prosesus xiphoideus –
pusat.
8) Akhir bulan ke - 9 (36 minggu) : sampai arcus costarum atau 3 jari
di bawah prosesus xiphoideus – pusat.
9) Akhir bulan ke – 10 (40 minggu) : pertengahan antara prosesus
xiphoideus-pusat.
Untuk mengikuti pertumbuhan anak dengan cara mengikuti
pertumbuhan rahim, maka gunakan pita pengukur (lingkaran perut
setinggi pusat).
b. Leopold II
Tujuannya untuk mengetahui letak punggung janin dan bagian-bagian kecil
janin.
 Lakukan penghangatan tangan kembali.
 Kedua tangan perawat dipindahkan ke samping.
 Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kanan dan kiri kemudian geser kearah bawah
 Tentukan di mana punggung janin (punggung janin teraba seperti tekanan
yang lebih keras dan memanjang dari atas ke bawah, sisi lain dapat teraba
bagian kecil janin).
 Kadang-kadang di samping terdapat kepala atau bokong pada letak
lintang.
 Dapat pula dilakukan tindakan pemeriksaan Denyut Jantung Janin pada
punggung janin, tepatnya 1/3 bawah dari spina iliaka anterior posterior
(SIAS) dan pusar

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 2


c. Leopold III
Tujuannya menentukan janin yang berada di bawah rahim dan apakah bagian
bawah janin sudah terpegang oleh pintu atas panggul.
 Lakukan penghangatan tangan kembali.
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah,
telapak tangan kanan bawah perut ibu
 Menekan secara lembut dan bersamaan untuk menentukan bagian
terbawah bayi
 Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian
goyang bagian terbawah janin
d. Leopold IV
Tujuannya untuk mengetahui apakah bagian terdepan janin sudah masuk pintu
atas panggul (PAP) atau belum dan seberapa jauh masuk PAP.
 Lakukan penghangatan tangan kembali.
 Bantu klien untuk mengatur posisi (meluruskan kaki).
 Pemeriksa menghadap ke kaki klien.
 Kedua tangan diletakkan ke dua sisi bagian bawah rahim.
 Raba dengan sedikit penekanan apakah terasa bagian terdepan janin telah
masuk PAP atau belum.
 Bila jari-jari saling bertemu berarti bagian terdepan belum turun.
 Bila jari-jari saling berjauhan atau tidak bertemu berarti bagian terdepan
sudah turun.
9. Atur posisi klien kembali dan rapikan klien.
10. Bereskan alat-alat.
11. Cuci tangan.
12. Dokumentasikan tindakan dan penyimpangan dari luka tersebut.

Note:
Rumus Mc Donald
 Penentuan Bulan Kehamilan: TFU ( dalam cm ) x 2 / 7
 Penentan Mingu Kehamilan: TFU ( dalam cm ) x 8 / 7
Konvergen: kedua tangan menyatu dan hanya sebagian kecil dari kepala yang turun ke
rongga penggul
Kedua tangan sejajar:separuh kepala masuk ke rongga panggul
Divergen: bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran
terbesar dari kepala sudah melewati pintu atas panggul

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 3


FORMAT PENILAIAN OSPE
(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PRE-INTERAKSI
a. Menyiapkan alat-alat dan dekatkan pada klien.
b. Mencuci tangan.
c. Memakai sarung tangan jika perlu.
2. TAHAP ORIENTASI
a. Member salam dan senyum kepada klien (BHSP).
b. Menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan kerahasian bila perlu pasang tirai.
3. TAHAP KERJA
Melakukan palpasi menurut Leopold (Leopold I, II, III, IV).
Leopold I
1) Pemeriksaan berdiri disebelah kanan dan melihat ke arah
muka klien.
2) Meminta klien untuk menekuk lututnya sedikit.
3) Dengan kedua belah tangan, raba bagian samping fundus
uteri dengan memanfaatkan kepekaan jari-jari tangan.
4) Menentukan Tinggi Fundus Uteri dengan cara rahim
diketengahkan dengan tangan kanan kemudian tangan kiri
diletakkan pada fundus uteri dan tentukan batasan-
batasannya.
5) Menentukan bagian janin yang terdapat dalam fundus.

Leopold II
1) Kedua tangan perawat dipindahkan ke samping.
2) Menentukan di mana punggung janin (punggung janin teraba
seperti tekanan yang lebih keras dan memanjang dari atas ke
bawah, sisi lain dapat teraba bagian kecil janin).
3) Kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong pada
letak lintang.

Leopold III
1) Mempergunakan satu tangan.
2) Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari yang lain.
3) Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyang.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 4


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Leopold IV
1) Membantu klien untuk mengatur posisi (meluruskan kaki).
2) Pemeriksa menghadap ke kaki klien.
3) Kedua tangan diletakkan ke dua sisi bagian bawah rahim.
4) Meraba dengan sedikit penekanan apakah terasa bagian
terdepan janin telah masuk PAP atau belum.
5) Bila jari-jari saling bertemu berarti bagian terdepan belum
turun.
6) Bila jari-jari saling berjauhan atau tidak bertemu berarti
bagian terdepan sudah turun.
4. TAHAP TERMINASI
a. Merapikan klien dan alat-alat.
b. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
c. Memperhatikan keadaan umum klien
d. Mendokumentasikan tindakan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 5


INSTRUMEN UJI KOMPETENSI

Kode unit :Pemeriksaan Leopold


Judul unit :Pemeriksaan Leopold
Uraian unit :Pemeriksaan Leopold
Deskriptif sub unit :Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan ,
menentukan letaknya janin dan rahim, dapat mengetahui
apakah ada tumor atau kelainan dalam rahim, memberi
informasi dan menegakkan suatu diagnosis yang akurat tentang
kehamilan.
A. Penilaian Keterampilan
Elemen
No Indikator Penilaian Ya Tidak
Kompetensi
1 Melakukan a. Salam terapeutik disampaikan dengan
pengkajian ramah kepada klien.
b. Evaluasi klien yang akan dilakukan
tindakan.
c. Rencana untuk pemeriksaan Leopold
payudara disampaikan kepada keluarga
klien.
d. Tujuan dan langkah-langkah pemeriksaan
Leopold dijelaskan.
2 Mempersiapkan a. Set alat-alat untuk pemeriksaan Leopold
alat dan bahan dipersiapkan.
pemeriksaan b. Set alat pemeriksaan Leopold dibawa ke
Leopold dekat klien.
3 Pemeriksaan a. Cuci tangan dilakukan.
Leopold b. Pemeriksaan Leopold dilakukan dengan
tepat.
c. Cuci tangan setelah tindakan dilakukan.
d. Set alat-alat pemeriksaan Leopold
dibersihkan dan kembali ke tempatnya.
4 Melakukan a. Hasil tindakan pemeriksaan Leopold
pencatatan atau dicatat.
pelaporan b. Hasil pelaksanaan dicatat, apabila ada
kerusakan dilaporkan.
B. Penilaian Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang pemeriksaan Leopold.
2. Pengetahuan tentang alat dan fungsinya
C. Penilaian Sikap

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 6


1. Komunikasi terapeutik.
2. Mempertahankan prinsip kerja.
3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat.
4. Bekerja secara sistematis.
Persyaratan Tindakan
No Persyaratan Tindakan
1 Menguasai kemampuan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan tindakan
keperawatan.
2 Menerapkan prinsip etik dan etika dalam keperawatan.
3 Dilakukan pada klien dengan kondisi yang tidak terlalu kompleks.
4 Mengetahui dan menguasai tentang teknik pemeriksaan kehamilan dengan baik dan
benar.
Kemampuan Kritikal
No Kemampuan Kritikal
1 Cuci tangan.
2 Ketepatan dalam melakukan pemeriksaan Leopold.
3 Ketepatan mengobservasi dan hasil pemeriksaan Leopold.
4 Ketepatan mencatat hasil pemeriksaan Leopold.
Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai
……………………………………………………………………………………………
Indramayu,
…………………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)
Keterangan :
1. Untuk penilaian pengetahuan yang mendukung, criteria yang digunakan sebagai
berikut:
100 : bila semua jawaban benar
80 : bila 80 % jawaban benar
60 : bila 60 % jawaban benar
40 : bila 40 % jawaban benar
20 : bila 20 % jawaban benar
0 : bila tidak ada jawaban benar
2. Untuk penilaian sikap, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : jarang
0 : tidak pernah

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 7


LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Institusi :
Nama Peserta Didik :
Semester :
Tanggal Ujian :
Mata Kuliah :
Subkompetensi/keterampilan : Pemeriksaan Leopold
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu melakukan pemeriksaan
Leopold.

No Komponen Penilaian
Penilaian Komentar
(Aspek Yang Dinilai)
I Psikomotor (bobot 60%)
Rata-rata skor keterampilan (I)
II Kognitif (bobot 20-30%)
Rata-rata skor pengetahuan (II)
III Afektif (bobot 10-20%)
Rata-rata sikap (III)
Rata-rata skor sikap (III)
Nilai Akhir = (skor I x bobot) + (skor II x bobot) + (skor III x bobot) =
…………………………….

Keterangan
Pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing keterampilan.

Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………………….) (…………………………………………)
NIM : …………………………………. NIK : ……………………………………..

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 8


BAB 2

SENAM HAMIL

PENDAHULUAN

Sejak tahun 1972 latihan senam hamil yang disusun secara metodis ini telah diberikan
di rumah sakit sebagai bagian dari prenatal care. Latihan senam hamil yang diberikan di
rumah sakit dan di rumah dalam waktu-waktu senggang secara teratur, bila tidak ada
keadaan yang sangat patologis akan dapat menuntun wanita hamil kea rah persalinan
yang fisiologis. Perasaan takut dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan jiwa dan
fisik yang dapat menyebabkan otot-otot dan persendian menjadi kaku sehingga berjalan
tidak wajar.

Untuk menghadapi persalinan, diperlukan 3 hal sebagai berikut:

1. Kepercayaan pada diri sendiri


2. Kepercayaan pada penolong
3. Latihan-latihan senam hamil

TUJUAN SENAM HAMIL

Tujuan Umum:

1. Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi-kondisi otot-otot dan
persendian yang berperan dalam proses mekanisme persalinan.
2. Meningkatkan kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dan
penolong dalam menghadapi persalinan
3. Membimbing wanita menuju persalinan yang fisiologis

Tujuan Khusus:

1. Memperkuat dan mempertahankan otot dan ligament yang berhubungan dengan


proses persalinan (seperti: otot-otot dinding perut, ligament-ligamen, otot-otot dasar
panggul, dsb)
2. Membentuk sikap tubuh
3. Memperoleh relaksasi tubuh yang sempurna dengan memberikan latihan-latihan
kontraksi dan relaksasi
4. Menguasai teknik pernafasan yang bermanfaat selama kehamilan, persalinan dan
untuk relaksasi tubuh.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 9


KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SENAM HAMIL

Keuntungan:

1. Otot menjadi elastic sehingga mudah regang dan persalinan lebih lancar, otot yang
banyak terpengaruh adalah otot levatorani dan otot intercostalis
2. Peredaran darah menjadi lancar
3. Mengurangi komplikasi

Kerugian:

Bila tidak dilakukan dengan benar hanya akan melelahkan ibu.

SYARAT MENGIKUTI SENAM HAMIL

1. Lakukan pemeriksaan kesehatan dan minta nasihat dokter atau bidan sebelum
mengikuti senam hamil
2. Lakukan latihan sesuai usia kehamilan, latihan dapat dimulai pada usia kehamilan
22 minggu
3. Lakukan latihan secara teratur, disiplin dan dalam batas kemampuan fisik ibu
4. Dianjurkan untuk mengikuti latihan secara teratur di rumah sakit

GERAKAN-GERAKAN YANG DIANJURKAN DAN DILARANG SELAMA


HAMIL

Gerakan-gerakan yang dianjurkan

1. Berjalan-jalan
2. Melakukan gerakan yang dapat memperkuat otot panggul, seperti mengepel dengan
jongkok
3. Latihan senam hamil

Gerakan-gerakan yang dilarang

1. Bekerja berat
2. Melonjak, meloncat, dan meraih benda yang tinggi
3. Bepergian jauh menggunakan kendaraan yang banyak bergerak

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 10


CARA LATIHAN SENAM HAMIL

Latihan Pendahuluan

Tujuan latihan pendahuluan adalah untuk daya kontraksi otot-otot tubuh, luas
pergerakan sendi, dan mengurangi serta menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan tubuh.

Latihan 1

Sikap

Duduk tegak bersandar ditopang kedua tangan, kedua tungkai kaki diluruskan dan
dibuka sedikit, seluruh tubuh lemas dan relaks.

Latihan

1. Gerakan kaki kiri jauh ke depan, kaki kanan jauh ke belakang, ulangi dengan
arah sebaliknya. Ulangi sebanyak 8 x untuk masing-masing gerakan.
2. Gerakkan kaki kanan dan kiri ke depan dan belakang secara bersama-sama
3. Gerakan kaki kanan dan kiri ke kanan dank e kiri secara bersama-sama
4. Lakukan gerakan endorotasi dan eksorotasi pada kaki kanan dan kiri secara
bersama-sama
5. Lakukan gerakan sirkumduksi pada kedua kaki sebanyak 4 x
6. Angkat kedua lutut tanpa menggeser kedua tumit dan bokong, tekankan kedua
tungkai ke lantai sambil mengkerutkan otot dubur, lalu tarik otot perut sebelah
atas sinfisis pubis ke dalam (kempiskan perut) kemudian relaks kembali.
Lakukan sebanyak 8 x.

Latihan 2

Sikap

Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus dan rapat

Latihan

Letakkan tungkai kanan di atas tungkai kiri, kemudian tekan tungkai kiri dengan
kekuatan seluruh tungkai kanan sambil mengempiskan dinding perut bagian atas dan
mengkerutkan liang dubur selama beberapa saat, kemudian istirahat. Ulangi gerakkan
ini dengan posisi sebaliknya. Lakukan sebanyak 8x untuk masing-masing gerakan.

Latihan 3

Sikap

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 11


Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus, rapat, dan relaks.

Latihan

1. Angkat tungkai kanan ke atas, lalu letakkan kembali; angkat tingkai ke kiri ke
atas lalu letakkan kembali, lakukan gerakan ini bergantian sebanyak 8x.
2. Lakukan pula gerakan diatas dalam posisi berbaring telentang (supine). Kedua
tungkai lurus, angkat kedua tungkai bersama-sama, lutut lurus, kemudian turun
perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini sebanyak 8x.

Latihan 4

Sikap

Duduk bersila, badan tegak, kedua tangan di atas bahu, kedua lengan disamping badan.

Latihan

1. Tekan tepi payudara dengan sisi lengan atas


2. Putar lengan ke depan, ke atas dank e samping telinga
3. Teruskan gerakan 2 sampai ke belakang, dan akhirnya kembali ke sikap semula.
Lakukan sebanyak 8x

Latihan 5

Sikap

Berbaring telentang, kedua lengan di samping badan dan kedua lutut ditekuk.

Latihan

Angkat pinggul sampai badan dan kedua tungkai atas membentuk sudut dengan lantai
yang ditahan oleh kedua kaki dan bahu. Turunkan perlahan-lahan. Lakukan sebanyak
8x.

Latihan 6

Sikap

Berbaringlah telentang, kedua tungkai lurus, kedua lengan berada di samping badan,
keseluruhan badan rileks

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 12


Latihan

Panjangkan tungkai kanan dengan menarik tungkai mendekati bahu kiri, lalu kembali ke
posisi semula. Kedua lutut tidak boleh ditekuk. Gerakkan serupa dilakukan pada sisi
sebaliknya. Tiap gerakan dilakukan 2x. latihan diulangi sebanyak 8x.

Latihan 7

Panggul diputar ke kanan dank e kiri masing-masing 4x. gerakkan panggul ke kiri yang
dilakukan sbb: tekankan pinggul ke lantai sambil mengempiskan perut dan
mengkerutkan otot dubur, gerakkan panggul ke kanan, angkat pinggang, gerakkan ke
kiri dst.

Cara latihan pendahuluan di atas dilakukan beberapa hari sampai wanita hamil dapat
menjalankan latihan inti.

Latihan Inti

Klasifikasi latihan inti adalah:

 Latihan pembentukan sikap tubuh


 Latihan kontraksi dan relaksasi
 Latihan pernafasan
Syarat guna memperoleh pernafasan yang sempurna adalah relaksasi seluruh
tubuh, berkonsentrasi, dan untuk melemaskan otot-otot dinding perut dan pernafasan
kedua lutut harus ditekuk.

Selama kehamilan bentuk-bentuk latihan ini dilakukan secara terpadu dan cara
latihannya dibagi menurut usia kehamilan, yaitu latihan pada minggu ke 22-25, 26-30,
31-34, dan minggu 35 ke atas.

a. Minggu ke 22- 25
 Latihan pembentukan sikap tubuh
Sikap: berbaring telentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping badan
dan relaks.

Latihan: angkat pinggang sampai badan membentuk lengkungan. Lalu tekan


pinggang ke lantai sambil mengempiskan perut, serta kerutkan otot-otot dubur.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 13


 Latihan kontraksi relaksasi
Sikap: berbaring telentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki ditekuk
pada lutut dan relaks.

Latihan: tegangkan otot-otot muka dengan cara mengkerutkan dahi,


mengatupkan tulang rahang dan mengangkat otot-otot leher selama beberapa
detik, lalu lemaskan dan relaks. Lakukan 8-10x.

 Latihan pernafasan
Sikap: berbaring telentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki ditekuk
pada lutut dan relaks.

Latihan:

1) Letakkan tangan kiri di atas perut


2) Lakukan pernafasan diafragma: tarik nafas melalu ihidung, tangan kiri naik
ke atas mengikuti dinding perut yang menjadi naik, lalu hembuskan nafas
melalui mulut. Frekuensi latihan 12-14x/mnt.
3) Lakukan gerakan pernafasan ini sebanyak 8x dengan interval 2 menit
Latihan diatas bertujuan untuk mempercepat timbulnya relaksasi,
menghilangkan nyeri his kala pendahuluan dan his kala pembukaan, dan untuk
mengatasi rasa takut dan stress.

b. Minggu ke 26 – 30
 Latihan pembentukan sikap tubuh
Sikap: merangkak, kedua tangan sejajar bahu. Tubuh sejajar dengan lantai,
sedangkan tangan dan paha tegak lurus.

Latihan:

1) Tundukkan kepala, sampai terlihat ke arah vulva, pinggang diangkat sambil


mengempiskan perut bawah dan mengkerutkan dubur.
2) Lalu turunkan pinggang, angkat kepala sambil lemaskan otot-otot dinding
perut dan dasar panggul. Ulangi gerakan di atas sebanyak 8x.
 Latihan kontraksi relaksasi
Sikap: berbaring telentang, kedua tangan di samping badan, kedua kaki ditekuk
pada lutut dan relaks.

Latihan: lemaskan seluruh tubuh, kepalkan kedua lengan dan tegangkan selama
beberapa detik, lalu lemaskan kembali. Ulangi sebanyak 8x.

 Latihan pernafasan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 14


Sikap: berbaring telentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki ditekuk
pada lutut dan lemaskan badan.

Latihan: lakukan pernafasan dada yang dalam selama 1 menit, diikuti dengan
pernafasan diafragma. Kombinasi kedua pernafasan ini, lakukan 8x dengan
interval 2 menit.

Latihan pernafasan bertujuan mengatasi nyeri his saat persalinan.

c. Minggu ke 31 – 34
 Latihan pembentukan sikap tubuh
Sikap: berdiri tegak, kedua lengan di samping badan, kedua kaki selebar bahu
dan berdiri relaks.

Latihan:

1) Lakukan gerakkan jongkok perlahan-lahan, badan tetap lurus, lalu berdiri


tegak perlahan-lahan.
2) Pada mula berdiri, agar tidak jatuh tangan boleh berpegangan (misalnya pada
sandaran kursi). Lakukan sebanyak 8x.
 Latihan kontraksi relaksasi
Sikap: berbaring telentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki ditekuk
dan lemaskan badan.

Latihan: lakukan pernafasan diafragma dan pernafasan dada yang dalam seperti
latihan sebelumnya.

 Latihan pernafasan
Latihan pernafasan seperti yang telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28
menit dan lebih cepat.

d. Minggu ke 35 keatas
 Latihan pembentukan sikap tubuh
Sikap: berbaring telentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki ditekuk
pada lutut dan relaks.

Latihan: angkat badan dan bahu, letakkan dagu diatas dada, melihatlah kea rah
vulva. Keadaan ini dipertahankan beberapa saat, lalu kembali ke sikap semula
dan santailah. Latihan diulangi 8x dengan interval 2 menit.

 Latihan kontraksi relaksasi

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 15


Sikap: berbaring telentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki lurus,
lemaskan seluruh tubuh, lakukan pernafasan secara teratur dan berirama.

Latihan: tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara: katupkan rahang dan
kerutkan dahi, tegangkan otot-otot leher, kepalkan kedua tangan, tegangkan
bahu, tegangkan otot-otot perut, kerutkan dubur, tegangkan kedua tungkai kaki
dan tahan nafas. Setelah beberapa saat, kembali ke sikap semula dan lemaskan
seluruh tubuh. Lakukan kegiatan ini sebanyak 9x.

 Latihan pernafasan
Sikap: tidur telentang, kedua lutut di pegang oleh kedua lengan (posisi litotomi)
dan relaks.

Latihan: buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya, lalu tutup


mulut. Latihan mengejan seperti BAB kea rah bawah dan depan. Setelah lelah
mengejan, kembali ke posisi semula. Ulangi sebanyak 4x dengan interval 2
menit.

Latihan Penenangan dan Relaksasi

a. Latihan penenangan
Tujuan:

Latihan berguna untuk menghilangkan tekanan (stress) pada waktu melahirkan.


Dengan latihan ini ibu diharapkan dapat menjadi tenang dan memperoleh relaksasi
sempurna menghadapi persalinan.

Sikap:

Berbaring miring ke arah punggung janin, missal ke kiri. Lutut kanan diletakkan di
depan lutut kiri dan keduanya ditekuk. Tangan kanan ditekuk di depan badan,
sedang tangan kiri di belakang badan.

Latihan

Tenang, lemaskan seluruh badan, mata dipejamkan, hilangkan semua suara yang
mengganggu, atasi tekanan. Lakukan latihan selama 5 – 10 menit.

b. Latihan relaksasi
Syarat:

1) Pejamkan mata dan tekuk semua persendian


2) Lemaskan seluruh otot tubuh termasuk wajah
3) Pilih tempat yang tenang dan tutup mata dan telinga

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 16


4) Pusatkan pikiran pada satu titik
5) Pilih posisi relaks yang paling ibu senangi

Terdapat 4 posisi relaks, yaitu:

1) Posisi telentang kedua kaki lurus


2) Berbaring telentang, kedua lutut ditekuk
3) Berbaring miring, atau
4) Posisi duduk menghadap sandaran kursi, badan membungkuk, kedua kaki ke
lantai, kedua tangan di atas sandaran kursi. Duduk dengan relaks.
Dalam posisi seperti di atas, relaksasi dilakukan dengan cara memejamkan mata,
melemaskan otot-otot tubuh, tenang, dan lakukan nafas dalam dan teratur.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 17


FORMAT PENILAIAN SENAM HAMIL

Kelompok :
Instruktur :
Anggota :
1. .
2. .
3. .
4. .
5. .
6. .
7. .
8. .
9. .
10. .

No. ASPEK PENILAIAN BOBOT NILAI

1. KESESUAIAN PAKAIAN 15

2. KERJASAMA KELOMPOK 25
A. INSTRUKTUR
B. PESERTA
3. KEHARMONISAN GERAK 40
A. PEMANASAN
B. PERNAFASAN
C. PENGUATAN/INTI
D. RELAKSASI
4. PENGGUNAAN MEDIA 15

5. WAKTU 5

TOTAL

Catatan:

Indramayu,

Evaluator

…………………………..

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 18


BAB 3
VULVA HIGIENE

Pengertian
Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan untuk membersihkan vulva, dilakukan pada
klien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri.

Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi pada vulva.
2. Menjaga kebersihan vulva.

Persiapan Alat dan Bahan


1. Kapas sublimat atau disinfektan.
2. Pinset anatomi.
3. Bengkok.
4. Pispot.
5. Tempat cebok yang berisi larutan disinfektan sesuai dengan kebutuhan .
6. Pengalas.
7. Sarung tangan.
8. Masker bila perlu.

Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur tindakan kepada klien dengan komunikasi terapeutik.
2. Pintu atau jendela ditutup, jika perlu dipasang tirai.
3. Pakaian klien bagian bawah digulung ke atas atau dibuka.
4. Cuci tangan.
5. Atur posisi klien dengan posisi dorsal rekumben.
6. Pasang pengalas pada pispot, letakkan di bawah bagian bokong.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Lakukan tindakan vulva hygiene, dengan tangan kiri membuka vulva memakai
kapas sublimat dan tangan kanan menyiram vulva dengan larutan disinfektan.
9. Ambil kapas sublimat dengan pinset, lalu bersihkan vulva dari arah atas ke bawah
sebalah kanan, lalu lakukan sebalh kiri, lalu lakukan kan di bagian tengah vulva
dan kapas kotor di buang ke bengkok.
10. Lakukan hingga bersih.
11. Setelah selesai, ambil pispot dan atur kembali posisi klien.
12. Cuci tangan setelah melakukan prosedur.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 19


Perhatian
1. Hindari tindakan yang dapat menyebabkan klien merasa malu dan lelah, tetap jaga
kesopanan.
2. Perhatikan apakah ada kelainan pada vulva dan area di sekitarnya.
3. Peralatan dibersihkan dan diletakkan pada tempatnya semula.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 20


FORMAT PENILAIAN OSPE
(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Memberikan salam dan tersenyum kepada klien (BHSP)
b. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan dalam prosedur
tindakan.
d. Menjaga privasi klien dengan memasang tirai
e. Mengatur posisi klien (posisi dorsal rekumben)
3. TAHAP KERJA
a. Memasang pengalas pada pispot dan meletakkannya di
bawah bokong klien.
b. Melakukan tindakan vulva hygiene dengan tangan kiri
untuk membuka vulva dan menggunakan kapas sublimat;
tangan kanan membasuh vulva dengan larutan
disinfektan.
c. Mengambil kapas sublimat dengan pinset, lalu
membersihkan vulva dari arah atas ke bawah.
d. Lakukan bagian kanan vulva, setelah itu bagian kiri dan
dilanjutkan bagian tengah vulva
e. Membuang kapas kotor ke bengkok.
f. Mengangkat pispot.
4. TAHAP TERMINASI
a. Merapikan klien dan alat-alat.
b. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
c. Memperhatikan keadaan umum klien
d. Mendokumentasikan tindakan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 21


INSTRUMEN UJI KOMPETENSI

Kode Unit : Perawatan perineum


Judul Unit : Perawatan perineum
Uraian Unit : Perawatan perineum
Deskripsi Sub Unit : Mencegah terjadinya infeksi pada vulva, menjaga
kebersihan vulva
A. Penilaian Keterampilan
No Elemen kompetensi Indikator Penilaian Ya Tidak
1 Melakukan a. Salam terapeutik dengan ramah
pengkajian kepada klien dilakukan.
b. Evalusi terhadap klien yang akan
dilakukan tindakan.
c. Rencana untuk melakukan
perawatan perineum pada klien.
d. Jelaskan tujuan dan langkah-
langkah perawatan perineum.
2 Mempersiapkan alat- a. Siapkan set alat-alat perawatan
alat perawatan perineum.
perineum b. Bawa set alat perawatan
perineum ke dekat klien.
3 Perawatan perineum a. Cuci tangan.
b. Perawatan perineum
dilakukandengan tepat..
c. Cuci tangan setelah selesai
melakukan tindakan.
d. Bersihkan set alat-alat perawatan
perineum dan meletakkannya
kembali ke tempatnya.
4 Melakukan a. Hasil tindakan perawatan
pencatatan dan perineum dicatat sesuai
pelaporan kebutuhan.
b. Hasil pemeriksaan dicatat,
apabila ada penyimpangan
dilaporkan.
B. Penilaian Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang perawatan perineum
2. Pengetahuan tentang alat dan fungsinya
c. Penilaian Sikap
1. Komunikasi teraoeutik.
2. Mempertahankan prinsip kerja.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 22


3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
4. Bekerja dengan sistematis
Persyaratan Tindakan
No Persyaratan Tindakan
1 Menguasai kemampuan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan
tindakan keperawatan.
2 Menerapkan prinsip etik dan etika dalam keperawatan.
3 Dilakukan pada klien dengan kondisi yang tidak terlalu kompleks.
4 Menguasai anatomi dan fisiologi system pernapasan serta peredaran darah
Kemampuan Kritikal
No Kemampuan Kritikal
1 Cuci tangan.
2 Ketepatan melakukan perawatan perineum.
3 Ketepatan mengobseravsi hasil perawatan perineum
4 Ketepatan mencatat hasil perawatan perineum.

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai


……………………………………………………………………………………………
Indramayu,
…………………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

Keterangan :
1. Untuk penilaian pengetahuan yang mendukung, criteria yang digunakan sebagai
berikut:
100 : bila semua jawaban benar
80 : bila 80 % jawaban benar
60 : bila 60 % jawaban benar
40 : bila 40 % jawaban benar
20 : bila 20 % jawaban benar
0 : bila tidak ada jawaban benar
2. Untuk penilaian sikap, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : jarang
0 : tidak pernah

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 23


LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Institusi :
Nama Peserta Didik :
NIM/Semester :
Tanggal Ujian :
Mata Kuliah :
Subkompetensi/Keterampilan : Melaksanakan tindakan pemeliharaan
perawatan perineum
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu melaksanakan tindakan
perawatan perineum

Komponen Penilaian
No Penilaian Komentar
(Aspek-Aspek Yang Dinilai)
1 Psikomotor (bobot 60%)
Rata-rata skor keterampilan (I)
2 Kognitif (bobot 20-30%)
Rata-rata skor pengetahuan (II)
3 Afektif (bobot 10-20%)
Rata-rata skor sikap (III)
Rata-rata skor sikap (III)
Nilai Akhir = (skor I x bobot) + (skor II x bobot) + ( skor III x bobot) =
………………………………

Keterangan
Pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing keterampilan.

Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………………….) (…………………………………………)
NIM : ……………………………… NIK : ……………………………………

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 24


BAB 4

PARTOGRAF

Partograf merupakan alat untuk informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan


pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat
keputusan klinis selama kala I persalinan.

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan

Kegunaan utama dari patograf adalah :

1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi dini
persalinan lama sehingga dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan
persalinan lama.
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama
atau terdapat penyimpangan sehingga dapat membuat deteksi dini mengenai
kemungkinan persalinan lama.
3. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka patograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
a) mencatat kemajuan persalinan.
b) mencatat kondisi ibu dan janinnya.
c) mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d) menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi adanya
penyulit.
e) menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.

Partograf harus digunakan :

1) untuk semua ibu fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa apapun adanya penyulit. Partograf
akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2) Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, spesialis obgyn, dll )
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepala ibu
selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran )

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 25


Pencatatan selama fase laten persalinan.

1. Kala I persalinan adalah mulainya persalinan sesungguhnya sampai pembukaan


lengkap.

2. Kala II adalah saat dari pembukaa lengkap sampai lahirnya bayi.

3. Kala III adalah saat lahirnya bayu sampai keluarnya plasenta.

4. Kala IV adalah saat keluarnya plasenta sampai keadaan ibu post partum menjadi
stabil.

Kala satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi oleh
pembukaan servik

 Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.


 Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.

Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.
Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada
Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervenís harus
dicatatan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :

1. Denyut jantung janin : setiap ½ jam (30 menit).


2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam (30 menit).
3. Nadi : setiap ½ jam (30 menit).
4. Pembukaan servik : setiap 4 jam.
5. Penurunan : setiap 4 jam.
6. Tkanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
7. Produksi urine, aseton, dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.

Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering
dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-
tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong
persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya
dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluargannya untuk memberitahukan
penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 26


Pencatatan selama fase aktif persalinan (partograf).

1. Informasi tentang ibu.


a) Nama, Umur
b) Gravida, para, abortus
c) Nomor catatan medis / nomor puskesmas
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal, dan waktu penolog
persalinan mulai merawat ibu.
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ’ Jam’ pada partograf dan perhatikan kemungkinan
ibu datang dalam fase laten persalinan). Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

2. Keselamatan dan kenyamanan janin (kondisi bayi)


Kolom pertama digunakan untuk mengamati kondisi janin. Yang diamati dari kondisi
bayi adalah denyut jantung janin, air ketuban, dan penyusupan kepala janin.

a. Denyut jantung janin.


Menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika
ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan waktu 30
menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ
dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya
dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan
100. tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau diatas 160.
Kisaran normal DJJ 120-160 x/menit.

b. Warna dan adanya air ketuban.


Menilai air ketuban dilakukan bersamaan denga pemeriksaan dalam. Warna air
ketuban hanya bisa dinilai jika selaput ketuban telah pecah. Catat temuan- temuan
dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut
ini :

 U: Selaput ketuban utuh ( belum pecah )

 J: Selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih.

 M: Selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.

 D: Selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur darah.

 K: Selaput ketuban telah pecah dan tidak ada air ketuban kering (tidak
mengalir lagi)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 27


Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda
gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut
jantung janin < 100 atau < 180 kali permenit), ibu segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang sesuai. Indikasi gawat janin jika juga disertai DJJ diluar
rentang nilai normal. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke
tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.

c. Molase (penyusupan) tulang kepala janin


Penyusupan adalah indikator penting seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi
tulang panggul (CPD). Ketidak mampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan
disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin
dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan
rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang
memadai.

Penyusupan tulang kepaka merupakan indikasi penting seberapa jauh janin dapat
menyesuaikan dengan tulang panggul ibu. Semakin besar penyusupan semakin
besar kemungkinan disporposi kepala panggul.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusup kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-
lambang berikut ini :

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.


1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3 : tulang- tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

3. Kemajuan Persalinan.
Kolom kedua untuk mengawasi kemajuan persalinan yang meliputi: pembukaan
serviks, penurunan bagian terbawah janin, garis waspada dan garis bertindak dan
waktu.

a) Pembukaan Servik.
Menilai dan mencatat pembukaan servik setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika
ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Angka pada kolom kiri 0-10
menggambarkan pembukaan serviks. Tanda ’ X ” harus ditulis di garis waktu
yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan servik. Menggunakan tanda x
pada titik silang antara angka yang sesuai dengan temuan pertama

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 28


pembukaan serviks pada fase aktif garis waspada. Hubungakan tanda ’ X ’
dari setiap pemeriksaan dengan garis lurus tidak terputus.

b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.


Menilai dan mencatat pembukaan servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika
ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi
janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti
dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal,
kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah
atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah /presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan servik sebesar 7 cm.

Kata-kata ” turunnya kepala ” dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera disisi yang
sama dengan angka pembukaan servik. Berikan tanda ” ” pada garis waktu yang
sesuai dan hubungkan tanda ” O ” dari setiap pembukaan dengan garis tidak
terputus (garis lurus).

Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda ” ” dinomer 4.
Jam 17.00 penurunan kepala 3/5
Jam 21.00 penurunan kepala 1/5
c) Garis Waspada dan garis Bertindak.
Garis waspada dimulai pada pembukaan servik 4 cm dan berakhir pada titik di
mana pembukaaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika
pembukaan servik mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan <
1 cm/jam), maka waspadai adanya penyulit persalinan(misalnya fase aktif
yang memanjang, macet, dll ). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi
yang diperlukan, misalnya: persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan
(rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat
daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada,
dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan.

Jika pembukaan servik berada disebelah kanan garis bertindak yang sejajar
dengan garis waspada, maka perlu segera dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan. Siapkan untuk dirujuk. Ibu harus tiba ditempat
rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

d) Jam dan Waktu


1) Waktu mulainya fase aktif persalinan .
Dibagian bawah partograf (pembukaan servik dan penurunan) tertera kotak-
kotak yang diberi angka 1-16. setiap kotak menyatakan waktu satu jam (1jam)
sejak dimulainya fase aktif persalinan/untuk menentukan lamanya proses
persalinan yang telah berlangsung.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 29


2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.

Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan (waktu sebenarnya
saat kita melakukan pemeriksaan). Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh
dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau
lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan
catatkan pembukaan servik digaris waspada kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan
dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan
tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar
kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya (
kotak ketiga dari kiri).

4. Kontraksi Uterus.

Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 jalur kotak dengan tulisan kontraksi per 10
menit disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi.
Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, raba dan catat jumlah dan durasi kontraksi
dalam 10 menit. Misal jika dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang lamanya 20 detik
maka arsirlah angka tiga ke bawah dengan warna arsiran yang sesuai untuk
menggambarkan kontraksi 20 detik (arsira palig muda warnanya).

Nyatakan lamanya kontraksi dengan :

beri titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang



lamanya kurang dari 20 detik

beri garis – garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya 20 hingga 40 detik.

Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang


lamanya lebih dari 40 detik.

INGAT :

a) Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan
setiap 30 menit selama fase aktif.
b) Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit
c) Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai / yang telah
ditentukan.
d) Catat temuan-temuan dikotak yang bersesuaian dengan waktu penilaian.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 30


5. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

a) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam
satuan tetesan per menit.
b) Obat-obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dqan atau cairan intravena dalam
kotak yang seuai dengan kolom waktunya.

6. Kesehatan dan kenyamanan ibu

Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh

Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah
ibu.

a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persallinan. (lebih sering
jira dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom yang sesuai (.).
b) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalian (lebih
sering jira dianggap akan ada penyulit). Beri tanda panah ( ) pada partograf
pada kolom waktu yang sesuai.
c) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

7. Volume urine, protein, asetón.

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya
asetón atau protein dalam urine.

8. Asuhan , pengamatan dan keputusan klinik lainnya.

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan dalam persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan atau keputusan klinik mencakup :

a) Jumlah cairan peroral yang diberikan.


b) Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
c) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyin, bidan, dokter umum)
d) Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e) Upaya rujukan.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 31


Pencatatan pada lembar belakang partograf.

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru lahir). Itulah sebabnya
bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang diberikan
pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan
penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang
sesuai.

Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama


peamantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain itu,
catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai atau memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan persalinan
bersih dan aman.

Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :

a. Data dasar.
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir.
f. Kala IV.

Cara pengisian :

Berbeda dengan halaaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar
paretograf ini diiisi setelah semua proses persalinan selesai. Adapun caara pengisian
acatatatn persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan
menurut unsur-unsurnya sebagai berikut :

A. Data dasar.
Terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat
yang tealah disediakan,atau dengan cara memberi tanda pada kotak disamping
jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no 5, lingkari jawaban yang sesuai dan
untuk pertasnyaan no 8njawaban bisa lebih dari 1.

B. Kala I.
Kala I terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil
penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan no 9, lingkari jawaban yang sesuai.
Pertanyaan lainnya hanya diiisi jika terdapat masalah laiinya dalam persalinan.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 32


C. Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda √ pada kotak
disamoping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no 13, jika jawabannya ”Ya”
tulis indikasinya. Sedangkan untuk no 15 dan 16 jika jawabannya ” Ya ”, isi jenis
tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan no 14 jawaban bisa lebih dari satu.
Sedangkan untuk masalah lain hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada kala II.

D. Kala III.
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitoksin, penegangan tali pust
terkendali, massage fundus, plasenta lahir lengkap, placenta tidak lahir lebih dari 30
menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan
dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk no 25,26 dan 28 lingkari jawaban yang benar

E. BBL.
Informasi tentang BBL terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian
kondisi BBL, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertantyaan no 36 dan 37, lingkari jawaban
yang sesuai sedangkan untuk no 38 jawaaban bisa lebih dari satu.

F. Kala IV.
Kala IV berisi data tentang tekanan darah,nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting
terutama untuk menilai apakah ada resiko atau terjadi perdarahan pasca persalinan.
Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama
setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnaya. Isi setiap kolom
sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV
pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 33


Contoh Kasus :
Ibu masuk rumah sakit pada fase persalinan aktif pada pukul 10.00
o TD 110/70 mmHg
o Kepala janin teraba 3/5
o Pembukaan servik 4 cm
o Kontraksi uterus tidak adekuat (2x dalam 10 menit, setiap kontraksi
berlangsung < dari 20 – 40 detik)
o Ketuban pecah spontan dan cairan amnion jernih
Pukul 14.00
o Kepala janin teraba 3/5
o Pembukaan servik 6 cm dan bergerak kearah kanan garis waspada
o Kontraksi uterus sedikit meningkat (3x dalam 10 menit,setiap kontraksi
berlangsung selama 45 detik).
o Mulase derajat dua
Pukul 17.00
o Kepala janin tetap teraba 3/5
o Pembukaan servik tetap 6 cm
o Mulase derajat tiga
o DJJ (denyut jantung janin) 92x per menit
o Cairan amnion bercampur dengan mekonium
Seksio sesaria dilakukan pukul 17.30 karena terjadi gawat janin

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 34


Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 35
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 36
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 37
BAB 5

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

Pengertian
Suatu tindakan untuk menolong persalinan dengan memastikan pembukaan lengkap dan
membantu dalam proses persalinan.

Tujuan
1. Mengetahui kala persalinan.
2. Menyiapkan pertolongan untuk persalinan.
3. Memastikan pembukaan lengkap.
4. Pertolongan persalinan.
5. Sampai perawatan bayi baru lahir.

Persiapan Alat
1. Partus set
a. 2 buah klem kocher.
b. Gunting tali pusat
c. Gunting episiotomy
d. Kasa steril
e. Pengikat tali pusat
f. Sepasang handskun
2. Wadah desinfektan tingkat tinggi (DTT).
a. Sepasang handskun.
b. Duk steril
c. 5 buah kapas sublimat
d. Setengah kocher
e. Kateter nelaton.
f. Penghisap lender De Lee
3. Alat dan bahan
a. Spuit 3 cc I buah.
b. Bengkok.
c. Sphygmomanometer.
d. Stetoskop
e. Thermometer
f. Fetoskop.
g. Larutan klorin 0,5%.
h. Air desinfektan tingkat tinggi (DTT).
i. Celemek waslap 3 buah.
j. Ember 2 buah

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 38


k. Pakaian ibu lengkap.
l. Tempat sampah 3 buah.
m. Handuk bersih
n. Pakaian bayi lengkap
o. Handuk bersih untuk selimut bayi
p. Kacamata
q. Sepatu boot
r. Masker
4. Obat-obatan
a. 2 botol ampul oksitosin
b. 1 botol ampul metergin

Prosedur
1. Melihat tanda dan gejala kala II
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasakan tekanan pada anus atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vilva vagina dan sfingter anal membuka.
2. Menyiapkan pertolongan persalinan.
a. Siapkan alat
 Memastikan perlangkapan, bahan, dan obat-obatan esensial telah siap.
 Mengambil obat dari botol ampul dengan mematahkan obat oksitosin 10 unit
dan memasukkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam set partus.
b. Siap diri
 Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.
 Melepaskan perhiasan yang dipakai.
 Memcuci tangan bersih (langkah 1 sampai dengan 7).
 Mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
 Memakai kacamata, sepatu dan masker (jika diperlukan).
 Memakai hanskun.
 Mengambil obat dari botol ampul dgn memasukkan tabung suntik steril
sekali pakai di dalam set partus (dengan teknik 1 tangan).
3. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin.
a. Membersihkan vulva dan perineum.
b. Dengan th menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan serviks sudah lengkap.
c. Mendekontaminasikan handskun dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya ke dalam lalu direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
d. Mencuci tangan bersih (langkah 1 sampai dengan 7).

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 39


e. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir dan memastikan DJJ dalam batas
normal.
 Mengambil tindakan jika DJJ tidak normal.
 Lakukan pendokumentasian.
4. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
a. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
b. Mengatur posisi ibu dalam posisi yang nyaman sesuai yang diinginkan.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
 Melanjutkan pemantauan kesehatan dan menyamanan ibu, serta keselamatan
janin sesuai dengan pedoman persalinan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan member semangat kepada ibu saat mulai meneran.
c. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada
saat his, ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman).
d. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
 Mendukung dan memberi semangat atas untuk ibu.
 Jika dimungkinkan berikan rangsangan dengan menggesekkan kedua jari di
putting susu ibu.
 Mengatur ibu dalam posisi yang nyaman (tidak meminta ibu untuk berbaring
telentang).
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan member semangat.
 Menganjurkan rehidrasi per oral.
 Menilai DJJ setiap 5 menit.
 Jika bayi tidak lahir segera dalam waktu 2 jam meneran untuk ibu primipara
atau 1 jam untuk ibu multipara segeralah untuk dirujuk.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
 Menganjurkan ibu untuk berjalan dan berjongkok. Jika ibu ingin meneran
dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi
dan beristirahatlah di antara kontraksi.
 Jika bayi belum lahir dalam 60 menit lakukan rujukan segera.
5. Persiapan pertolongan lahir.
a. Jika kepala bayi telah terlihat di vulva 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas
perut ibu untuk mengeringkan bayi.
b. Meletakkan kain yang bersih, dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
c. Membuka set partus.
d. Menggunakan handskun steril pada kedua tangan.
6. Menolong kelahiran bayi.
a. Kelahiran dengan kepala.
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 40
 Jika kepala bayi telah terlihat di vulva 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi (ibu jari pada salah satu sisi perineum dan
4 jari pada sisi yang lain) dan meletakkan tangan yang lain di kepala bayi,
tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahan melewati introitus dan perineum. Menganjurkan ibu untuk
menran perlahan-lahan.
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera lakukan pengisapan pada
mulut dan hidung.
 Dengan lembut mengusap muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain kasa
yang bersih atau DTT.
 Memeriksa lilitan tali pusat dengan memasukkan kedua jari tengah dan
telunjuk secara perlahan-lahan dan merabanya, mengambil tindakkan yang
sesuai jika terjadi dengan cara berikut.
1) Jika terdapat lilitan tali pusat longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala.
2) Jika terdapat lilitan tali pusat erat/kencang, lepaskan dengan
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
b. Kelahiran dengan bahu
 Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan, letakkan
tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran kembali,
sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu
depan melewati simfisis.
 Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat terlihat.
c. Kelahiran dengan badan dan tungkai
 Setelah bahu depan lahir, menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang
berada di bawah ke arah perineum, gunakkan lengan bagian bawah untuk
menyanggga tubuh bayi saat di lahirkan. Menggunakkan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
 Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang berada di atas
(anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku, serta lengan bagian
anterior.
 Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di antara kedua kaki
yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
7. Penanganan bayi lahir
a. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas kain/handuk
yang telah disiapkan di perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuh (bila tali terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 41


b. Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi
dengan kain atau selimut di atas perut ibu, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian tali pusat. Setelah itu melakukan inisiasi ASI dini/kontak
kulit ibu, bila tali pusat panjang (bila tali pusat pendek digunting dulu)
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi .
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan
merangsang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu).
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara 2 klem tersebut.
e. Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering. Menutupi bagian kepala dan membiarkan tali pusat
terbuka.
f. Member bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu memeluk bayi dan
memulai pemberian ASI.
8. Manajemen aktif persalinan kala III.
a. Oksitosin
 Meletakkan kain bersih di atas perut ibu.
 Pemeriksaan uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua.
 Memberitahukan kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
 Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir), memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM 1/3 bagian atas paha kanan bagian luar setelah
mengaspirasi terlebih dahulu.
b. Penegangan tali pusat terkendali.
 Berdiri di samping ibu.
 Pindahkan kle pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
 Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat
diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus
dan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah
terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan
tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke atah lumbal
dan kepala ibu (dorsal-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk
mencegah terjadinya inversion uteri.
 Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (± 2 sampai
dengan 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
 Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur).
 Tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorsal-kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan plasenta telah terlepas dan dapat dilahirkan.
 Jika langkah 6 di atas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta
tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan
tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan pelepasan plasenta, jangan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 42


teruskan penegangan tali pusat. Lakukan dengan cara lain yaitu sebagai
berikut:
1) Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai
kontraksi berikutnya. Tidak perlu pindahkan klem lebih dekat ke
perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran
pada saat melahirkan plasenta.
2) Pada saat kontraksi berikunta terjadi, ulangi penegangan tali pusat
terkendali dan tekan dorsal-kranial pada korpus uteri secara serentak.
Ikuti langkah-langkah pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta
terlepas dari dinding uterus.
c. Mengeluarkan plasenta.
 Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untu meneran agar plasenta
terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat
dengan arah mengikuti poros jalan lahir.
 Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina. Lahirkan plasenta dengan mengangkat
tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam
wadah penampung. Pegang selaput ketuban kerana mudah robek dan secara lembut
putar plasenta sehingga selaput ketuban terpilih menjadi satu.
d. Masase uterus
 Cuci handscoon tangan kiri.
 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase dengan gerakan
melingkar dan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
9. Menilai perdarahan
a. Memeriksa kedua isi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin, serta
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.
b. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum kemudian segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
10. Melakukan prosedur pasca persalinan.
a. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik dan
mengevaluasi perdarahan pervaginam.
b. Mencelupkan kedua tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan dengan cairan disinfektan tingkat tinggi dan
keringkan tangan.
c. Menempatkan klem tali pusat disinfektan tingkat tinggi atau mengikatkan tali disinfektan tingkat
tinggi dengan simpul mati di sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
d. Mengikat satu lagi simpil mati di bagian tali pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
e. Melepaskan klem dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
f. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih dan kering.
g. Menganjurkan ibu untuk memulai ASI
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 43
11. Evaluasi.
a. Mengajarkan kepada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
b. Mengevaluasi kehilangan darah.
c. Memeriksa TTV dan melakukan tindakan sesuai untuk temuan-temuan selama
persalinan sampai selesai yang tidak normal.
12. Kebersihan dan keamanan
a. Menempatkan semua alat-alat di dalam larutan klorin untuk dibersihkan ± 10
menit dan membilasnya hingga kering.
b. Membuang bahan-bahan habis pakai yang telah kotor.
c. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi, berihkan cairan ketuban,
lender, dan darah. Membantu memakaikan pakaian ibu yang bersih dan kering.
d. Memastikan bahwa ibu merasa nyaman. Untuk membantu menghasilkan ASI,
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan makan secukupnya.
e. Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin dan membilas dengan air bersih.
f. Mencelupkan sarung tangan yang telah dipakai ke dalam larutan klorin dengan membalikkan
bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin ± 10 menit.
g. Mencuci tangan dan mengeringkannya.
13. Dokumentasi

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 44


59 LANGKAH APN

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II


1. Mendorong dan melihat adanya tanda persalinan Kala II seperti ini.
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina.
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
SINGKATANNYA: DORAN, TEKNUS, PERJOL, VULKA

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan pelngkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi
BBL, pastikan bahwa tempat resusitasi datar, rata, cukup keras, berih, kering dan
hangat, lampu 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi, 3 handuk/kain bersih dan
kering, alat pengisap lender, tabung atau balon dan sungkup.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3. Pakai celemek plastic.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir (7 langkah mencuci tangan) kemudian keringkan
tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT) dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
dalam larutan klorin 0,5%  langkah 3).
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap: (bila selaput
ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi).
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian melepaskan dan
merendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 45


kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir/saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penelitian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan member semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran:
a. Bombing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Barikan asupan cairan per-oral dalam jumlah yang cukup (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika
ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk
bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut ibu.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup set partus dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 46


VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih (ibu jari pada salah
satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain). Tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas
cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher bayi secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayii secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya Bagu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental (letakkan
tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi). Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan mencul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan tungkai


23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada
di bagian bawah kea rah perineum untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari –jari lainnya).

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Segera setelah bayi lahir : sambil menempatkan bayi di atas perut atau dekat
perineum ibu, lakukan penilaianm:
a. Apakah bayi menangis dan/atau bernapas tanpa kesulitan/tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi cukup bulan, ketuban tidak bercampur mekonium, menangis atau
bernapas normal/tidak megap-megap dan bergerak aktif, lanjutkan ke langkah
selanjutnya.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 47


Jika bayi tidak cukup bulan dan atau ketuban bercampur mekonium dan atau bayi
tidak bernapas atau megap-megap atau bayi lemas, lakukan manajemen bayi
dengan asfiksia.
26. Jaga jalan napas tetap terbuka (pengisapan lender tidak merupakan tindakan rutin).
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara
ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III


34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau engggota keluarga
untuk melakukan stimulai putting susu.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 48


Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kea rah atas, megikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial).
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
2) Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh.
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat placenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek,
pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunkan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahr, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang
diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

IX. MENILAI PERDARAHAN


40. Periksa kedua sisi plasenta baik dengan ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat
khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahutan bila
laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan.

X. MELAKUKAN PROSEDUR PASKA PERSALINAN


42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan kulit bayi tetap kontak dengan kulit ibu di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangusng sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 49


menyusu.
44. Setelah inisiasi menyusu dini dan bayi selesai menyusu pertama, beri vitamin K1 1
mg intramuscular di paha kiri dan salep/tetes mata antibiotika.
45. Lakukan pemeriksaan fisik BBL.
46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 beri imunisasi hepatitis B dip aha kanan.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu jika belum berhasil menyusu di dalam satu
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

EVALUASI
47. Lanjutkan pematauan kontaksi dan mencegah perdarahan per vaginam.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksanakan atonia uteri.
48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

KEBERSIHAN DAN KEAMANAN


49. Evaluasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a. Memeriksa temperatus tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
51. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. Pastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50c).
a. Jika terdapat napas cepat, retraksi dinding dada bawah yang berat, sulit
bernapas, merintih, lakukan rujukan.
b. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi untuk kontak
kulit bayi ke kulit ibunya, selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.

KEBERSIHAN DAN KEAMANAN


52. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
54. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
55. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
member ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
56. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 50


57. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam
ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
58. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

DOKUMENTASI
59. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
Kala IV.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 51


FORMAT PENILAIAN OSPE
(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memasang sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Memberikan salam dan tersenyum kepada klien (BHSP)
b. Menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan
d. Menjaga privasi klien dengan memasang tirai
e. Mengatur posisi klien sesuai indikasi
3. TAHAP KERJA
Melihat Tanda Dan Gejala KALA II
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasakan tekanan pada anus atau vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter anal membuka

Menyiapkan Pertolongan Persalinan


a. Siap alat
1) Memastikan perlengkapan bahan, dan obat-obatan
esesnsial telah siap.
2) Mengambil obat dari botol ampul dengan mematahkan
obat oksitosin 10 unit dan memasukkan tabung suntik
steril sekali pakai di dalam set partus
b. Siap diri
1) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang
bersih.
2) Melepaskan perhiasan yang dipakai.
3) Mencuci tangan bersih (langkah 1 sampai dengan 7).
4) Mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai kacamata, sepatu, dan masker (jika perlukan).
6) Memakai handskun. Mengisap obat dari botol ampul
dengan mematahkan obat oksitosin 10 unit dan
memasukkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam
set partus (dengan teknik 1 tangan).

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 52


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin
a. Membersihkan di vulva dan perineum.
b. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks
sudah lengkap.
c. Mendekontaminasikan handskun dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya ke
dalam, lalu direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
d. Mencuci tangan bersih (langkah 1 sampai dengan 7)
e. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir dan memastikan
DJJ dalam batas normal.
 Mengambil tindakan jika DJJ tidak normal
 Lakukan pendokumentasian.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses


Pimpinan Meneran
a. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik.
b. Mengatur posisi ibu dalam posisi yang nyaman sesuai yang
diinginkan.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
 Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan
ibu serta keselamatan janin sesuai dengan pedoman
persalinan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung dan member semangat
kepada ibu saat mulai meneran.
c. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat his, posisikan ibu setengah duduk
dan pastikan ibu merasa nyaman).
d. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
 Membimbing ibu untuk meneran saat mempunyai
keinginan untuk meneran.
 Mendukung dan member semangat atas usaha ibu.
 Jika dimungkinkan rangsangkan dengan menggesekkan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 53


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
kedua jari di putting susu ibu.
 Mengatur ibu dalam posisi yang nyaman (tidak
meminta ibu untuk berbaring telentang).
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan member
semangat.
 Menganjurkan rehidrasi per oral.
 Menilai DJJ setiap 5 menit.
 Jika bayi tidak lahir segera dalam waktu 2 jam untuk
ibu primipara atau 1 jam untuk ibu multipara segeralah
untuk dirujuk.
 Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
 Menganjurkan ibu untuk berjalan dan berjongkok. Jika
ibu ingin meneran dalam 60 meit, anjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi dan beristirahat
diantara kontraksi.
 Jika bayi belum lahir dalam 60 menit lakukan rujukan
segera.

Persiapkan Pertolongan Lahir


a. Jika kepala bayi telah terlihat di vulva 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
b. Meletakkan kain yang bersih, dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
c. Membuka set partus.
d. Menggunakan handskun steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi


1. Kelahiran dengan kepala
a. Jika kepala bayi telah terlihat di vulva 5-6 cm,
melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain tadi (ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
pada sisi yang lain), meletakkan tangan yang lain di
kepala bayi, tahan belakang kepala bayi agar posisi
kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus dan perineum. Kemudian, anjurkan
ibu untuk meneran perlahan-lahan.
b. Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera isap
mulut dan hidung.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 54


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
c. Dengan lembut mengusap muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain kasa bersih atau DTT
d. Memeriksa lilitan tali pusat dengan memasukkan kedua
jari tengah dan telunjuk secara perlahan-lahan dan
merabanya, mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi,
dengan cara:
1) Jika terdapat lilitan tali pusat longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala.
2) Jika terdapat lilitan tali pusat reta/kencang, lepaskan
dengan mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya
e. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
2. Kelahiran dengan bahu
a. Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan, letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala
bayi, minta ibu meneran kembali, sambil menekan
kepala kea rah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu
depan melewati simfisis.
b. Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan
lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada
dapat dilihat.
3. Kelahiran dengan badan dan tungkai
a. Setelah bahu depan lahir, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
b. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan di
atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu,
siku, serta lengan bagian anterior.
c. Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas
diantara kedua kaki yang kemudian dipegang dengan ibu
jari dan ketiga jari tangan lainnya

Penanganan Bayi Baru Lahir

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 55


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
a. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di
atas kain/handuk yang telah disiapkan di perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuh (bila tali
pusat terlalu pendek meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan)
b. Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada
tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu,
membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali
pusat. Setelah itu melakukan inisiasi ASI dini/kontak kulit
ibu bila tali pusat panjang (bila tali pusat pendek digunting
dulu).
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari
klem kea rah ibu dan merangsang klem kedua 2 cm dari
klem pertama ( kea rah ibu).
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
e. Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan
kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, serta membiarkan tali pusat terbuka.
f. Member bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
memeluk bayi dan memulai pemberian ASI.

Manajemen Aktif Persalinan KALA III


1. Pemberian oksitosin
a. Meletakkan kain bersih di atas perut ibu.
b. Pemeriksaan uterus untuk memastikan tidak ada bayi
kedua.
c. Memberitahukan kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
d. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir)
memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM 1/3 bagian
atas paha kanan bagian luar setelah mengaspirasi terlebih
dahulu.
2. Penegangan tali pusat terkendali
a. Berdiri di samping ibu.
b. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari
vulva.
c. Meletakkan tangan yang lain pada abdomen ibu

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 56


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
(beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan
tangan in untuk meraba kontraksi uterus dan menekan
uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.
Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat
dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding
abdomen) menekan uterus kea rah lumbal dan kepala ibu
(dorsal-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk
mencegah terjadinya inversion uteri.
d. Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali (± 2 sampai 3 menit berselang)
untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat
terkendali.
e. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat
menjulur).
f. Tegangkan tali pusat kea rah bawah, lakukan tekanan
dorsal-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan
kurpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta
telah terlepas dan dapat dilahirkan.
g. Jika langkah 6 di atas tidak berjalan sebagaimana
harusnya dan plasenta tidak turun setelah 30-40 detik
setelah dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada
tanda-tanda yang menunjukkan pelepasan plasenta, maka
teruskan penegangan tali pusat lakukan cara yang lain
seperti
 Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan
tunggu sampai kontraksi berikutnya. Tidak perlu
pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat
tali pusat memenjang. Pertahankan kesabaran pada
saat melahirkan plasenta.
 Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi
penegangan tali pusat terkendali dan tekan dorsal-
kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti
langkah-langkah pada setiap kontraksi hingga terasa
plasenta terlepas dari dinding uterus.
3. Mengeluarkan plasenta
a. Setelah plasenta terlepas, menganjurkan ibu untuk
meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus
vagina. Tetap menegangkan tali pusat dengan arah
mengikuti poros jalan lahir.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 57


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
b. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina.
Melahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke
atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk
diletakkan dalam wadah penampung. Pegang selput
ketuban karena mudah sobek dan secara lemut putar
plasenta sehingga selaput ketuban terpilih menjadi satu.
c. Lekukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan
untuk melahirkan selaput ketuban.
4. Masase uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase dengan gerakan melingkar dan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan
a. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke
ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan
bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantong plastic atau tempat khusus.
b. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum,
serta segera menjahit laserasi yang mengalami
perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pasca Persalinan


a. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik, serta mengevaluasi perdarahan per vagina.
b. Mencelupkan kedua tangan ke larutan klorin 0,5%,
kemudian membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan dengan cairan disinfektan tingkat tinggi dan
keringkan tangan.
c. Menempatkan klem tali pusat disinfektan tingkat tinggi
atau mengikatkan tali disinfektan tingkat tinggi dengan
simpul mati di sekililing tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
d. Mengikat satu lagisimpul mati di bagian tali pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
e. Melepaskan klem dan meletakkan ke dalam larutan klorin
0,5%.
f. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.
g. Menganjurkan ibu untuk memulai ASI

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 58


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Evaluasi
a. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
b. Mengevaluasi kehilangan darah.
c. Memeriksa TTV dan melakukan tindakan sesuai untuk
temuan-temuan selama persalinan sampai selesai yang tidak
normal.

Kebersihan dan keamanan


a. Menempatkan semua alat-alat di dalam larutan klorin untuk
dibersihkan ± 10 menit dan membilas hingga kering.
b. Membuang bahan-bahan habis pakai yang telah kotor.
c. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi,
bersihkan cairan ketuban, lender, dan darah, membantu
memakaikan pakaian ibu yang bersih dan kering.
d. Memastikan bahwa ibu merasa nyaman, membantu
memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minum dan makan secukupnya.
e. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin dan membilas dengan air
bersih.
f. Mencelupkan sarung tangan yang telah dipakai ke dalam
larutan klorin dengan membalikan bagian dalam keluar dan
merendamnya dalam larutan klorin ± 10 menit.
4. TAHAP TERMINASI
e. Merapikan klien dan alat-alat.
f. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
g. Memperhatikan keadaan umum klien
h. Mendokumentasikan tindakan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 59


INSTRUMEN UJI KOMPETENSI

Kode unit : INC


Judul unit : INC
Uraian unit : INC
Deskriptif sub unit : Mengetahui kala persalinan, menyiapkan pertolongan
persalinan, memastikan pembukaan lengkap, pertolongan
persalinan, sampai perawatan bayi baru lahir
D. Penilaian Keterampilan
No Elemen Indikator Penilaian Ya Tidak
Kompetensi
1 Melakukan a. Salam terapeutik
pengkajian disampaikan dengan ramah
kepada klien.
b. Evaluasi klien yang akan
dilakukan tindakan.
c. Rencana untuk melakukan
INC disampaikan kepada
klien.
d. Tujuan dan langkah-langkah
INC dijelaskan.
2 Mempersiapkan a. Set alat-alat INC
alat-alat INC dipersiapkan.
b. Set alat INC dibawa ke dekat
klien.
3 Melakukan INC. a. Cuci tangan dilakukan.
b. INC dengan tepat.
c. Cuci tangan setelah tindakan
dilakukan.
d. Set alat-alat INC dibersihkan
dan diletakkan kembali ke
tempatnya apabila tidak
dipergunakan.
4 Melakukan a. Hasil tindakan INC dicatat
pencatatan atau sesuai kebutuhan.
pelaporan b. Hasil pelaksanaan dicatat,
apabila ada penyimpangan
dilaporkan.
E. Penilaian Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang INC.
2. Pengetahuan tentang alat dan fungsinya

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 60


F. Penilaian Sikap
1. Komunikasi terapeutik.
2. Mempertahankan prinsip kerja.
3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat.
4. Bekerja secara sistematis.
Persyaratan Tindakan
No Persyaratan Tindakan
1 Menguasai kemampuan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan tindakan
keperawatan.
2 Menerapkan prinsip etik dan etika dalam keperawatan.
3 Dilakukan pada klien dengan kondisi yang tidak terlalu kompleks.
4 Menguasai dengan masa inpartum dan postpartum kehamilan.
Kemampuan Kritikal
No Kemampuan Kritikal
1 Cuci tangan.
2 Ketepatan dalam melakukan INC.
3 Ketepatan mengobservasi dan hasil INC.
4 Ketepatan mencatat hasil INC.

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai


……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Indramayu,
…………………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 61


LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Institusi :
Nama Peserta Didik :
Semester :
Tanggal Ujian :
Mata Kuliah :
Subkompetensi/keterampilan : Melakukan tindakan INC
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu melaksanakan tindakan
INC
No Komponen Penilaian
Penilaian Komentar
(Aspek Yang Dinilai)
I Psikomotor (bobot 60%)
Rata-rata skor keterampilan (I)
II Kognitif (bobot 20-30%)
Rata-rata skor pengetahuan (II)
III Afektif (bobot 10-20%)
Rata-rata sikap (III)
Rata-rata skor sikap (III)
Nilai Akhir = (skor I x bobot) + (skor II x bobot) + (skor III x bobot) =
…………………………….

Keterangan
Pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing keterampilan.

Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………………….) (…………………………………………)
NIM : …………………………………. NIK : ……………………………………..

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 62


BAB 6

PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

Pengertian

Periode 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2004).

Tujuan

Mengobservasi dan mengkaji kemungkinan adanya perdarahan atau infeksi pada ibu
postpartum.

Pengkajian Yang Dilakukan

Pengkajian yang dapat dilakukan meliputi:

1. Keadaan umum
Kaji kondisi ibu secara umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu merasa segar.
Hal ini mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta kemampuan ibu dalam
menyusui dan mengasuh bayi.

2. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa tanda-tanda vital
tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau sampai
stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu
diatas normal dapat menunjukkan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah
mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan keletihan. Tekanan
darah yang menurun perlu diwaspadai kemungknan adanya perdarahan post
partum.

3. Kepala dan wajah


a. Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat
persalinan.

b. Hidung
Kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.

c. Telinga
Kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga

d. Mulut dan gigi

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 63


Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi yang berlubang.
Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa
beredar secara sistemik.

e. Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar
limfe yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi, ditunjang dengan
adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri,dan bengkak.

4. Payudara
a. Kaji ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi
asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang
tidak simetris pada perubahan posisi.
b. Kontur atau permukaan
Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,
retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya
tumor.

c. Warna kulit

Kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan

5. Abdomen
a. Keadaan
Kaji adakah strie dan linia alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau
keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya
dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.

b. Kondisi luka
Luka SC harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi, jika ada harus
dilaporkan segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

c. Diastasis rektus abdominis


Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat
pembesaran uterus. Jika dipalpasi, regangan ini menyerupai celah memanjang
dari prosessus Xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan
lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi
dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas. Cara
memeriksa diastasis rektus abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur
terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal. Kemudian
palpasi abdomen dari bawah prosessus xipoideus ke umbilikus kemudian ukur
panjang dan lebar diastasis.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 64


d. Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan tinggi fundus uteri,
misalnya 1 jari diatas pusat dll.posisi fundus apakah sentral atau lateral.Posisi
lateral biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.Konteraksi juga harus
diperiksa, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi uterus
kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.

e. Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urne di kandung kemih. Kandung kemih yang
bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal ini
dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.

6. Lokhea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada ibu post partum. Perubahan
warna harus sesuai. Misalnya Ibu post partum hari ke tujuh harus memiliki lokhea
yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhea masih merah
maka ibu mengalami komplikasi post partum. Lokhea yang berbau busuk
menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus segera ditangani.

Macam-macam lokhea:

a. Lochea rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
b. Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, 3 – 7 hari post
partum.
c. Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14
post partum.
d. Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochia tidak lancer keluarnya.

7. Perineum
Kaji kondisi perineum, apakah utuh atau terdapat luka episiotomi, atau ruptur. Kaji
juga adanya tanda–tanda REEDA (Redness/kemerahan, Edema/ bengkak,
Ekimosis/perdarahan bawah kulit, Discharge/perubahan lokhea dan
Aproximation/pertautan jaringan). Kebersihan perineum menunjang penyembuhan
luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 65


8. Ekstremitas
Kaji apakah ada varises dan tanda homan, tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara
memeriksa tanda hoftman adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai
ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri
pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk
mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 66


STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

TAHAP PRE INTERAKSI

1 Mengecek data ( catatan medic/keperawatan )

2 Menyiapkan alat :

 Tensimeter dan Stetoskop


 Arloji atau jam
 Termometer
 Reflek hammer
 Sarung tangan
 Bak instrument
 Bengkok
 Timbangan BB dan TB
TAHAP ORIENTASI

3 Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan diri.

4 Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topic)

5 Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan dan memberi


kesempatan klien bertanya.

TAHAP KERJA

6 Siapkan lingkungan, untuk menjaga privasi klien :

 Jendela dan pintu tertutup bila klien satu kamar


sendirian
 Pasang scherm bila dalam kamar tidaksendir
7 Cuci tangan di air mengalir

8 Pakai sarung tangan (bila diperlukan)

9 Kaji keadaan umum klien

10 Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi :

 Tekanan Darah
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 67
NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

 Suhu
 Nadi
 Respirasi
 BB dan TB
Pantau tanda-tanda vital setiap 15 menit di 1 jam pertama
dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua. Jika ada temua
yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara
lebih sering.
11 Lakukan Pengkajian Kepala dan Wajah meliputi :

 Keadaan Umum : Biasa, pucat, sembab, lesu, biru


 Mata : Konjungtiva, sclera
 Hidung : Kebersihan
 Telinga : Kebersihan, Peradangan
 Wajah (muka) : cloasma gravidarum ( hiper
pigmentasi)
12 Lakukan Pengukuran Mulut dan Gigi : mukosa kering,
sariawan (stomatitis), kelainan bentuk, bersih/kotor,
berbau, karies.

13 Lakukan Pengkajian Leher : Pembesaran vena jugularis


kelenjar tiroid

14 Lakukan Pengkajian Dada Meliputi :

 Paru : Suara paru, irama, bentuk, nyeri tekan


 Jantung : Suara jantung, irama
 Payudara: kebersihan, massa, air susu, ada benjolan
tidak, nyeri tidak, hiper pigmentasi pada areola
mamae, keadaan putting susu (eksperted/inverted,
lecet tidak), striae gravidarum, kolostrum, laktasi.
15 Lakukan Pengkajian Abdomen meliputi :

 Striae lividae / albicans


 Uterus : Distensi / lembek, konsistensi uterus
lunak/keras
 Linia alba/nigra
 Luka Post SC
 Diestasis Rektum Abdomenis : derajat pemisahan
otot abdomen,
 Fundus Uteri

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 68


NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

16 Lakukan pemijatan uterus dan untuk memastikan uterus


menjadi keras setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan
setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV. Jika ada temuan
yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian

17 Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai tonus dan


perdarahan uterus dan juga bagaimana melakukan
pemijatan jika uterus menjadi lembek.

18 Lakukan pengkajian kandung kemih

 Eliminasi BAB ( frekuensi, warna, distensi KK)


BAK ( konsistensi, warna, frekuensi)

19 Lakukan pengkajian genitalia meliputi :

 Keadaan vulva ( jumlah, warna, konsistensi, bau )


 Lokia : Rubra, sanguilenta, serosa, Alba,
 Edema
 Perineum : utuh, episiotomi, rupture, keadaan luka
episiotomy, tanda REEDA
 Hemoroid
20 Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15
menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua kala IV

21 Lakukan pengkajian ekstremitas meliputi :

 Reflek brisep, trisep, patela, babyski


 CRT < 3 detik, kekuatan otot
 Tanda hoffman : Trombopebitis
 Varises
 Edema
19 Evaluasi status emosional, evaluasi status psikologis ( post
partum blues, depresi, interaksi keluarga dan perawat )

20 Kaji kemampuan perawatan diri pada ibu meliputi


(perawatan payudara, perineum, cara menyusui,
memandikan bayi).

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 69


NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

21 Atur posisi tidur klien, bereskan alat-alat, kembalikan


tempat semua.

22 Buka sarung tangan

23 Cuci tangan di air mengalir

TAHAP TERMINASI

24 Evaluasi

Mengevaluasi respon klien sebelum dan setelah


tindakan
 Kenyamanan klien
25 Dokumentasi

 Waktu di lakukan tindakan


 Catat respon klien pada catatan keperawatan
 Lamanya tindakan
 Nama perawat yang melakukan tindakan

Indramayu, ……………... 20

Penguji,

(…………………)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 70


BAB 7
PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE)

Pengertian
Perawatan payudara adalah melakukan perawatan khusus lewat pemberian rangsangan
pada otot-otot dada untuk memperbanyak ASI.

Tujuan
1. Memperbanyak rangsangan pada kelenjar ASI agar produksi ASI meningkat.
2. Mencegah bendungan ASI pada payudara atau tersumbatnya saluran ASI
3. Mencegah agar payudara tidak kering.
4. Mencegah putting payudara tidak mudah lecet atau pecah-pecah jika menyusui
nanti.

Persiapan Alat Dan Bahan


1. Minyak kelapa atau baby oil.
2. 2 buah handuk.
3. 2 buah waslap.
4. Air panas dan dingin (bukan air es) dijadikan air hangat.
5. 2 buah Waskom.
6. Kutang/ Bra bersih sesuai dengan ukuran payudara.
7. Baju pengganti
8. Wadah baju kotor
9. Bengkok

Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur kerja pada klien (komunikasi terapeutik).
2. Pintu atau jendela ditutup dan jika perlu pasang tirai.
3. Area yang akan dilakukan tindakan dibebaskan.
4. Cuci tangan.
5. Atur posisi klien yang nyaman tanpa menghalangi tindakan.
6. Pasang pengalas dan handuk pertama di bawah ibu dan handuk yang kedua di
bawah dada ibu.
7. Lakukan pengurutan.
1. Pengurutan I (menggunakan telapak tangan)
 Terdiri atas 4 gerakan yang dilakukan pada kedua payudara selama 5 menit
(20-30 kali).
 Kedua telapak tangan diolesi dengan minyak.
 Tempatkan kedua telapak tangan dikedua payudara.
 Kedua telapak tangan ditempatkan di antara kedua payudara ke arah atas,
samping, bawah dan melintang sehingga tangan menyangga payudara.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 71


 Lakukan 25-30 kali selama 5 menit.
2. Pengurutan II
 Licinkan telapak tangan dengan minyak.
 Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan kanan
saling dirapatkan.
 Sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dari pangkal payudara
ke arah puting susu, demikian pula pada payudara kanan.
 Lakukan 30 kali selama 5 menit.
3. Pengurutan III
 Oleskan telapak tangan kanan dengan minyak.
 Telapak tangan kiri menopang payudara kiri.
 Jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian tulang-tulang kepalan tangan
kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah putting susu.
 Lakukan 30 kali selama 5 menit.
8. Setelah selesai pengurutan, lakukan rangsangan payudara dengan menggunakan air
hangat kemudian air dingin.
9. Siram/kompres payudara dengan waslap yang dibasahi dengan air hangat terlebih
dahulu kemudian air dingin.
10. Siram bergantian selama 5 menit.
11. Keringkan dan rapikan kembali klien.
12. Rapikan alat-alat.
13. Atur posisi klien kembali.
14. Cuci tangan.
15. Dokumentasi dan evaluasi klien.

Perhatian
1. Puting susu normal.
Kompres puting susu dengan kapas minyak selama 2 menit. Basahi kedua telapak
tangan dengan minyak kelapa. Tarik kedua puting bersama-sama dan putar ke dalam
kemudian keluarkan sebanyak 20 kali.
2. Puting susu datar atau masuk.
Menurut Hoffman:
Dengan jari telunjuk/ibu jari mengurutdi sekitar puting susu ke arah berlawanan
sampai merata.
3. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak kelapa. Tarik kedua puting bersama-
sama dan putar ke dalam kemudian keluar selama 20 kali.
4. Puting susu dirangsang dengan ujung waslap/handuk kering yang digerakkan ke atas
bawah beberapa kali.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 72


Yang perlu diingat
a) Perawatan payudara harus dilakukan secara rutin
b) Menjaga kebersihan diri
c) Selama menyusui nutrisi ibu harus tercukupi dengan baik
d) Ibu harus merasa nyaman
e) Ibu harus percaya diri dalam menyusui
f) Hindari strees selama masa menyusui

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 73


FORMAT PENILAIAN OSPE
(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memasang sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Memberikan salam dan tersenyum kepada klien (BHSP)
b. Menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan
d. Menjaga privasi klien dengan memasang tirai
e. Mengatur posisi klien sesuai indikasi
3. TAHAP KERJA
a. Memasang pengalas dan handuk pertama di bawah ibu dan
handuk yang kedua di bawah dada ibu.
b. Melakukan pengurutan.
Pengurutan I (menggunakan telapak tangan)
1) Terdiri atas 4 gerakan, yang dilakukan pada kedua
payudara selama 5 menit (20-30 kali).
2) Mengolesi kedua telapak tangan dengan minyak.
3) Menempatkan kedua telapak tangan ditempatkan
diantara kedua payudara kea rah atas, samping, bawah
dan melintang sehingga tangan menyangga payudara.
4) Melakukan 25-30 kali selama 5 menit.

Pengurutan II
1) Melicinkan telapak tangan dengan minyak.
2) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-
jari tangan kanan saling dirapat.
3) Sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri
dari pangkal payudara kea rah puting susu, demikian
pula pada payudara kanan
4) Melakukannya 30 kali selama 5 menit.

Pengurutan III
1) Mengoleskan telapak tangan kanan dengan minyak.
2) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri.
3) Jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian tulang-

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 74


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tulang kepalan tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal kea rah puting susu.
4) Melakukan 30 kali selama 5 menit.
c. Setelah selesai pengurutan, melakukan rangsangan
payudara dengan menggunakan air hangat kemudian air
dingin.
d. Menyiram/mengompres payudara dengan waslap yang
dibasahi dengan air hangat terlebih dahulu kemudian air
dingin.
e. Menyiram bergantian selama 5 menit dan keringkan.
4. TAHAP TERMINASI
a. Merapikan klien dan alat-alat.
b. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
c. Memperhatikan keadaan umum klien
d. Mendokumentasikan tindakan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 75


INSTRUMEN UJI KOMPETENSI

Kode unit : Perawatan payudara


Judul unit : Perawatan payudara
Uraian unit : Perawatan payudara
Deskriptif sub unit : Memperbanyak rangsangan pada kelenjar ASI agar
produksi ASI meningkat, mencegah bendungan ASI
pada payudara, payudara tidak kering dan puting
payudara tidak mudah lecet atau pecah-pecah jika
menyusui nanti
G. Penilaian Keterampilan
No Elemen Indikator Penilaian Ya Tidak
Kompetensi
1 Melakukan a. Salam terapeutik disampaikan
pengkajian dengan ramah kepada klien.
b. Evaluasi klien yang akan dilakukan
tindakan.
c. Rencana untuk melakukan
perawatan payudara disampaikan
kepada keluarga klien.
d. Tujuan dan langkah-langkah
perawatan payudara dijelaskan.
2 Mempersiapkan a. Set alat-alat perawatan payudara
alat-alat dipersiapkan.
perawatan b. Set alat perawatan payudara dibawa
payudara ke dekat klien.
3 Melakukan a. Cuci tangan dilakukan.
perawatan b. Perawatan payudara dilakukan
payudara dengan tepat.
c. Cuci tangan setelah tindakan
dilakukan.
d. Set alat-alat perawatan payudara
dibersihkan dan kembali ke
tempatnya.
4 Melakukan a. Hasil tindakan perawatan payudara
pencatatan atau dicatat sesuai kebutuhan.
pelaporan b. Hasil pelaksanaan dicatat, apabila
ada kerusakan dilaporkan.
H. Penilaian Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang perawatan payudara.
2. Pengetahuan tentang alat dan fungsinya
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 76
I. Penilaian Sikap
1. Komunikasi terapeutik.
2. Mempertahankan prinsip kerja.
3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat.
4. Bekerja secara sistematis.
Persyaratan Tindakan
No Persyaratan Tindakan
1 Menguasai kemampuan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan
tindakan keperawatan.
2 Menerapkan prinsip etik dan etika dalam keperawatan.
3 Dilakukan pada klien dengan kondisi yang tidak terlalu kompleks.
4 Mengetahui dan menguasai baik manfaat ASI untuk bayi dan perawatan
payudara.
Kemampuan Kritikal
No Kemampuan Kritikal
1 Cuci tangan.
2 Ketepatan dalam melakukan perawatan payudara.
3 Ketepatan mengobservasi dan hasil perawatan payudara.
4 Ketepatan mencatat hasil perawatan payudara.
Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai
……………………………………………………………………………………………
Indramayu,
…………………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)
Keterangan :
1. Untuk penilaian pengetahuan yang mendukung, criteria yang digunakan sebagai
berikut:
100 : bila semua jawaban benar
80 : bila 80 % jawaban benar
60 : bila 60 % jawaban benar
40 : bila 40 % jawaban benar
20 : bila 20 % jawaban benar
0 : bila tidak ada jawaban benar
2. Untuk penilaian sikap, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : jarang
0 : tidak pernah

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 77


LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Institusi :
Nama Peserta Didik :
Semester :
Tanggal Ujian :
Mata Kuliah :
Subkompetensi/keterampilan : Melakukan perawatan payudara
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu melaksanakan perawatan
payudara

No Komponen Penilaian
Penilaian Komentar
(Aspek Yang Dinilai)
I Psikomotor (bobot 60%)
Rata-rata skor keterampilan (I)
II Kognitif (bobot 20-30%)
Rata-rata skor pengetahuan (II)
III Afektif (bobot 10-20%)
Rata-rata sikap (III)
Rata-rata skor sikap (III)
Nilai Akhir = (skor I x bobot) + (skor II x bobot) + (skor III x bobot) =
…………………………….

Keterangan
Pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing keterampilan.

Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………………….) (…………………………………………)
NIM : …………………………………. NIK : ……………………………………..

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 78


BAB 8
PIJAT OKSITOSIN

1. Pengertian Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk merangsang hormon oksitosin. Pijat yang
lakukan disepanjang tulang vertebre sampai tulang costae kelima atau keenam. pijat
oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Menurut Depkes RI (2007) pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat pada
daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan
merasakan rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang.

2. Mekanisme Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang (vertebre)
sampai costae ke lima atau keenam. Melalui pemijatan pada tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga akan
merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa nyaman.

Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan hormon
oksitosin. Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi posterior, setelah
diproduksi oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang sel-sel meopitel
yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel meopitel
mendorong ASI keluar dari alveolus mammae melalui duktus laktiferus menuju ke
sinus laktiferus dan disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap puting
susu, ASI yang tersimpan di sinus laktiferus akan tertekan keluar kemulut bayi.

3. Manfaat Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi ibu setelah
persalinan.
a) Mengurangi ketidak nyamanan fisik serta memperbaiki mood.
b) Merileksasikan ketegangan pada punggung dan menghilangkan stres sehingga
dapat memperlancar pengeluaran ASI.
c) Mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI dan mempertahankan produksi
ASI ketika ibu dan bayi sakit

4. Indikasi Pijat Oksitosin


Ibu post partum dengan gangguan produksi ASI

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 79


5. Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini dilakukan
selama 15 sampai 20 menit.

Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat
dilakukan oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih. Keberadaan suami atau
keluarga selain membantu memijat pada ibu, juga memberikan support sistem atau
dukungan secara psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu serta mengurangi
cemas. Sehingga membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

6. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:


a) Ibu melepas pakaian bagian atas dan bra, pasang handuk di pangkuan ibu.
b) Posisi ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa sandaran untuk memudahakan
penolong atau pemijat).
c) Lengan dilipat diatas meja didepannya dan kepala diletakkan diatas lengannya,
payudara tergantung lepas tanpa baju.
d) Melumuri kedua telapak tangan menggunakan minyak atau baby oil.
e) Selanjutnya penolong atau pemijat memijat sepanjang tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepal tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan dan
menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibujari.
f) Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari
leher kearah tulang belikat.
g) Evaluasi pada pemijatan oksitosin dilakukan.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 80


STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PIJAT OKSITOSIN

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

TAHAP PRE INTERAKSI

1 Mengecek data ( catatan medic/keperawatan )

2 Menyiapkan alat :

 Kursi
 Meja
 Minyak kelapa atau baby oil
 Handuk
 Air hangat dan dingin
 Waslap
 Baskom
TAHAP ORIENTASI

3 Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan diri.

4 Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topic)

5 Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan dan memberi


kesempatan klien bertanya.

6 Siapkan lingkungan, untuk menjaga privasi klien :

 Jendela dan pintu tertutup bila klien satu kamar


sendirian
 Pasang scherm bila dalam kamar tidak sendirian
TAHAP KERJA

7 Cuci tangan 7 langkah di air mengalir

8 Pakai sarung tangan (bila diperlukan)

9 Bantu ibu melepaskan pakaian bagian atas dan BH Ibu

10 Pasang handuk dipangkuan ibu

11 Atur posisi ibu dengan cara:


Ibu duduk dikursi tanpa sandaran, bersandar kedepan,
melipat lengan diatas meja didepannya kemudian
meletakkan kepala diatas lengannya. Payudara tergantung
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 81
NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

lepas tanpa baju


12 Lumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

13 Pijat sepanjang kedua sisi tulang belakang dengan


menggunakan kepalan tinju kedua tangan dan ibu jari
menghadap kearah atas atau depan.
14 Tekan dengan kuat membentuk gerakan lingkaran kecil,
dengan kedua ibujari mengggosok kearah bawah dikedua sisi
tulang belakang pada saat yang sama dari leher kearah tulang
belikat. Dilakukan selama 15 sampai 20 menit. Lakukan
pemijatan selama dua kali sehari.
15 Bersihkan punggung dengan air hangat dan dingin secara
bergantian.

16 Beritahu tindakan sudah selesai

17 Bantu pasien mengenakan BH dan pakaian kembali

21 Atur posisi tidur klien, bereskan alat-alat, kembalikan


tempat semua.

22 Buka sarung tangan

23 Cuci tangan di air mengalir

TAHAP TERMINASI

24 Evaluasi

Mengevaluasi respon klien sebelum dan setelah


tindakan
 Kenyamanan klien
 Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya
25 Dokumentasi

 Waktu di lakukan tindakan


 Catat respon klien pada catatan keperawatan
 Lamanya tindakan
 Nama perawat yang melakukan tindakan
Indramayu,...............................
Penguji

(.....................................)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 82


BAB 9
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

1. Pengertian:

SADARI merupakan pemeriksaan payudara sendiri secara manual yang dilakukan


setiap bulan sesudah haid untuk mendeteksi secara dini adanya suatu keadaan yang
abnormal pada payudara, mencari benjolan atau kelainan lainnya.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah cara yang efektif untuk mendeteksi
sedini mungkin. Para wanita disarankan untuk melakukannya sendiri karena mereka
sendiri yang benar-benar mengenal struktur payudara normalnya. Oleh karena itu
jika ada benjolan atau ada hal normal lainnya, maka mereka akan langsung
menyadarinya.

2. Tujuan:
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya wanita tentang kanker
payudara dan metode SADARI sebagai usaha untuk deteksi dini kanker payudara.
b. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan pada
stadium awala akan memberikan harapan hidup lebih lama.

3. Indikasi:

a. Wanita usia subur: 7-8 hari setelah menstruasi

b. Wanita yang telah berusia 20 tahun perlu melakukan pemeriksaan payudara


sendiri setiap bulan.

c. Wanita berumur di atas 40 tahun yang tidak mempunyai anak.

d. Wanita yang mempunyai anak pertama pada umur 35 tahun.

e. Wanita yang tidak menikah.

f. Menarche lebih dini (di bawah 10 tahun).

g. Menopause yang lambat.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 83


h. Mengalami trauma pada payudara.

i. Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah menderita kanker payudara.

j. Tidak menyusui.

k. Pernah operasi payudara atau alat reproduksinya.

l. Pernah mendapat obat hormonal yang lama

4. Manfaat SADARI

Mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan padapayudara sehingga dapat
mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut. Keuntungan dari
deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan kemungkinan harapan hidup pada
wanita penderita kanker payudara. Hampir 85% gangguan atau benjolan ditemukan
oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar. Selain itu, SADARI adalah
metode termudah, tercepat, termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi
secara dini kanker payudara.

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala setiap bulan agar benjolan dapat
ditemukan pada stadium dini dan dapat dilakukan tindakan yang cepat apabila
ditemukan benjolan maupun kelainan lainnya pada payudara. Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dapat dilakukan oleh wanita setelah berusia 20 tahun.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pengembangan kepedulian seorang
wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. SADARI sebaiknya mulai dilakukan
saat seorang wanita telah mengalami menstruasi. Tingkat sensitivitasnya
(kemampuannya untuk mendeteksi kanker payudara) dalah sekitar 20-30% (Nisman,
20011).

SADARI atau periksa payudara sendiri dengan rutin merabanya merupakan langkah
penting untuk deteksi dini kanker payudara. Kebiasaan karena mudah, murah, cepat,
dan efektif untuk semangkin “mengenal” dan menyadari jika terdapat suatu hal yang
tidak normal pada payudara. Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara
karena jika hal itu sudah terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara
stadium 1 lebih besar. Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi harus
dilakukan secara berkala. Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas, disarankan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 84


setiap tahun. Sementara yang berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski
begitu, jika ada benjolan, yang terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang
merasa ada benjolan paling hanya satu.

Bentuk payudara biasanya berubah-ubah sebelum memasuki masa menstruasi,


biasanya payudara terasa membesar, lunak, atau ada benjolan dan kembali normal
ketika masa menstruasi selesai. Yang terpenting adalah mengenali perubahan mana
yang biasa terjadi dan mana yang tidak keadaan normal dari payudara sendiri.
Pemeriksaan payudar sendiri (SADARI) secara rutin untuk dapat merasakan dan
mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera
diketahui.

Saat yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah hari ke 7-10 hari
setelah hari pertama haid menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan
payudara dalam keadaan lembut, tidak keras, dan tidak membengkak sehingga jika
ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Untuk wanita yang telah
menopause dapat melakukan pemeriksaan ini kapan pun dan disarankan untuk
melakukan pemeriksaan ini setiap awal atau akhir bulan.

5. Cara Melakukan SADARI


Menurut Bustan (2007) dan Purnomo (2009) langkah-langkah tahapan pemeriksaan
payudara sendiri dapat dilakukan berbagai macam semasa mandi, berdiri di hadapan
cermin dan berbaring tempat tidur supaya membuat kenya manan Anda untuk
melakukan SADARI dalam setiap bulan untuk mengurangi kematian akibat kanker
payudara karena terlambat mendeteksi dini kanker payudara yaitu sebagai berikut :
a) Semasa Mandi
Angkat sebelah tangan. Dengan menggunakan satu jari, gerakkan secara mendatar
perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan
untuk memeriksa payuadara sebelah kiri dan tangan kiri untuk memeriksa
payuadara kanan. Periksa dan cari bila terdapat gumpalan/ kebetulan keras,
menebal di payudara.
b) Berdiri di hadapan cermin
Dengan mengangkat kedua tangan ke atas kepala, putar-putar tubuh perlahan-
lahan dari sisi kanan ke sisi kiri. Cetak pinggang nda, tekan turun perlahan-lahan
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 85
ke bawah untuk menegangkan otot dada dan menolak payudara Anda ke hadapan.
Perhatikan dengan teliti segala perubahan seperti besar, bentuk dan kontur setiap
payudara. Lihat pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau puting tersorot ke
dalam. Dengan perlahan-lahan, cubit kedua puting dan perhatikan jika terdapat
cairan keluar. Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau mengandungi
darah.
c) Berbaring
Untuk memeriksa payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu kanan
dan tangan kanan diletakkan di belakang kepala. Tekan jari Anda mendatar dan
bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula dari bagian pangkal
payuadara. Selepas satu putaran, jari digerakkan 1 inci (2,5 cm) ke arah puting.
Lakukan putaran untuk memeriksa setiap bagian payudara termasuk puting.
Ulangi hal yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal di
bawah bahu kiri dan tangan kiri diletakkan di belakang kepala. Coba rasakan sama
ada terdapat sebarang gumpalan di bawah dan di sepanjang atas tulang selangka.

6. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:


1) Melihat payudara.
a) Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin.
b) Buka seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdiri di depan cermin yang
besar.
c) Kedua lengan diletakkan disamping tubuh.
d) Perhatikan payudara.
1) Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris?
2) Apakah payudara membesar dan mengeras?
3) Apakah arah puting tidak lurus ke depan atau berubah arah?
4) Apakah puting tertarik ke arah dalam?
5) Apakah ada puting yang mengalami luka atau lecet?
6) Apakah ada perubahan kulit?
7) Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar menyerupai kulit jeruk?
8) Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 86


Perubahan yang harus diwaspadai adalah jika payudara berkerut, cekung ke dalam,
atau menonjol ke depan karena benjolan. Puting yang berubah posisi dimana
seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik ke dalam dengan warna memerah,
kasar, dan terasa sakit.

e) Ulangi semua pengamatan diatas dengan kedua tangan lurus keatas.


Dengan maksud untuk melihat retrasi kulit, perlekatan tumor terhadap
otot atau facia dibawahnya atau kelainan pada kedua payudara. Kembali
amati perubahan yang terjadi pada payudara anda seperti perubahan
warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting atau
permukaan kulit menjadi kasar.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 87


f) Setelah itu ulangi kembali pengamatan tersebut dengan posisi kedua
tangan terletak di pinggang, dada dibusungkan dan siku tertarik ke arah
belakang. Miringkan badan ke kanan dan kiri utuk melihta perubahan
payudara.

g) Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/tangan


menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot didaerah axila.
Lalu perhatikan apakah ada kelaian seperti diatas. Masih dengan posisi
demikian bungkukkan badan dan tandai apakah ada perubahan yang
mencurigakan

2) Memijat payudara.
a) Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi ke arah puting.
b) Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu.
3) Meraba payudara.
a) Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring
b) Lakukan perabaan payudara satu persatu.
c) Untuk pemeriksaan pada payudara kanan, baring menghadap kiri dengan
membengkokan kedua lutut. letakkan bantal atau handuk yang dilipat dibawah
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 88
bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala atau diletakkan
dibawah kepala.
d) Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.
e) Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang
saling dirapatkan untuk memeriksa benjolan atau penebalan.
f) Rabaan dilakukan dengan gerakan memutar, naik turun dan pilah-pilah dari
tepi payudara hingga ke puting susu.
g) Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi dengan gerakan sebelumnya dari tepi
payudara hingga ke puting susu.
h) Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudara.
i) Lakukan hal yang sama pada payudara sisi lainnya.
j) Perabaan dilakukan dengan tiga tingkat tekanan, yaitu: tekanan ringan untuk
meraba adanya benjolan di permukaan kulit, tekanan sedang untuk memeriksa
adanya benjolan di tengah jaringan payudara dan tekanan kuat untuk meraba
benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga.
k) Pemeriksaan dapat menggunakan pelicin agar pemeriksaan menjadi lebih
sensitif.

l) Periksa payudara Anda dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular


membentuk sudut 90 derajat.
m) Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka
dibagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua
payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk
mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk
merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra line
dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 89


line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang
selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah
mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.

n) Pemeriksaan Circular
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah
sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah
sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan
sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat.
Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae. Tekanan payudara
memutar searah jarum jam dengan bidang datar dari jari-jari Anda yang
dirapatkan. Dimulai dari posisi jam 12.00 pada puting susu.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 90


o) Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat
adanya cairan abnormal dari puting payudara.

2.8 Gambar Tahap 4 Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara

p) Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda ke samping
dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau
tidak.

7. Apa yang dilakukan bila menemukan benjolan

SADARI baru dilakukan oleh sebgian kecil kaum wanita. Diperkirakan hanya 25%
sampai 30% wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan baik dan
teratur setiap bulannya. Umumnya langkah ini dihindari karena menimbulkan
bayangan menakutkan.

a) Pertama sadarilah bahwa upaya SADARI yang kita lakukan adalah untuk
melakukan deteksi dini- sangat awal-sehingga kita punya harapan besar bahwa

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 91


masalah yang kita temui adalah masalah yang ringan, bisa diobati, dan
penyembuhannya dapat dilakukan dengan baik.

b) Kedua adalah berusahalah untuk tenang jika menemukan benjolan. Jangan


berusaha memijat-mijat benjolan tersebut karena pemijatan tidak akan membuat
benjolan menegcil, sebaliknya justru dapat membuat masalah menjadi lebih
berat jika benjolan ini merupakan masalah atau penyakit.

c) Ketiga adalah segera konsultasikan dengan dokter yang tepat untuk


mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

1) Mammografi merupakan proses pemeriksaan payudara manusia


menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Melalui
pemeriksaan Mammografi, angka kematia karena kanker payudara dapat
diturunkan sampai 30%. Metode mammografi, sinar X yang dipancarkan
sangat kecil, sehingga metode ini relatif mudah. Mammografi merupakan
suatu tes yang aman yang bertujuan untuk melihat adanya masalah pada
payudara wanita.

2) Biopsi

Suatu tes untuk mengambil sejumlah kecil jaringan dari benjolan dan daerah
sekitar benjolan. Jaringan tersebut dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
tes, dicari adanya perubahan-perubahan yang menunjukkan adanya kanker.
Benjolan atau perubahan yang ditemukan pada payudara dapat bersifat jinak
(bukan kanker) atau ganas (kanker) dan jika kanker payudara dapat lebih dini
maka wanita kemungkinan bertahan dari penyakit ini lebih baik serta banyak
terapi untuk kanker payudara.

3) Mammogram diagnostik dilakukan ketika seorang wanita memiliki gejala-


gejala kanker payudara atau terdapat benjolan di payudara dan mammogram
ini memakan waktu lebih lama karena gambar yang diambil juga lebih
banyak.

4) Mammogram digital untuk mengambil gambaran elektronik payudara dan


menyimpannya langsung di komputer. Penelitian terbaru tidak menunjukkan
bahwa gambaran digital lebih baik dalam menemukan kanker dibandingkan
film Sinar X.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 92


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

TAHAP PRE INTERAKSI

1 Mengecek data ( catatan medic/keperawatan )

2 Menyiapkan alat :

a. Cermin
b. Handuk
c. Kapas
d. Baby Oil
e. Waslap
f. Baskom
g. Bengkok
h. Lampu Terang
TAHAP ORIENTASI

3 Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan diri.

4 Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topic)

Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan dan memberi kesempatan


5
klien bertanya.

TAHAP KERJA

Siapkan lingkungan, untuk menjaga privasi klien :


6
 Jendela dan pintu tertutup bila klien satu kamar sendirian
 Pasang scherm bila dalam kamar tidaksendir
7 Cuci tangan di air mengalir

8 Pakai sarung tangan (bila diperlukan)

9 Kaji keadaan umum dan kebersihan diri klien

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 93


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

10 Berdiri tegak melihat perubahan dihadapan cermin.

11 Buka seluruh pakaian dari pinggang ke atas

Perhatikan payudara melalui kaca, sementara kedua lengan lurus


12
ke bawah.

Perhatikan secara teliti mengenai hal-hal berikut :

Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit


payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting.

a) Apakah bentuk dan ukurannya kanan dan kiri simetris?


b) Apakah bentuknya membesar/ mengeras?
c) Apakah arah putingnya lurus kedepan? Atau berubah arah?
d) Apakah ada dimpling (putingnya tertarik ke dalam)?
e) Apakah puting/kulitnya ada yang lecet?
f) Apakah kulitnya tampak kemerahan? Kebiruan? Kehitaman?
g) Apakah kulitnya tampak menebal dengan pori-pori melebar
(seperti kulit jeruk)?
13 h) Apakah permukaan kulitnya mulus, tidak tampak adanya
kerutan/cekungan/ puckering?

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 94


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

Ulangi semua pengamatan diatas dengan kedua tangan lurus


keatas. Dengan maksud untuk melihat retrasi kulit, perlekatan
tumor terhadap otot atau facia dibawahnya atau kelainan pada
kedua payudara. Kembali amati perubahan yang terjadi pada
payudara anda seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan,
kerutan, perubahan bentuk puting atau permukaan kulit menjadi
kasar.
14

Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke


depan sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku
ke depan, lalu kencangkan (kontraksikan) otot dada Anda.

15

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 95


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri
memegang bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung
jari tangan kanan, raba dan tekan area payudara, serta cermati
seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan
gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari
arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan
yang sama pada payudara kanan Anda
16

17 Rubah posisi menjadi supinasi/ tiduran

18 Letakkan bantal atau handuk yang telah dilipat di bawah pundak


kanan /bahu untuk menaikan bagian yang akan diperiksa.
19 Olesi bagian tangan yang akan digunakan untuk massage
payudara dengan baby oil atau handbody..
Angkat lengan ke atas.
Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan dengan
20 membengkokan/menekkan kedua lutut
Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan
atau penebalan.

Periksa payudara dengan menggunakan vertical strip


21 dan circular.

Pemeriksaan payudara dengan vertical strip :

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 96


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

1) Tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak.


2) Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan.
3) Gerakkan tangan perlahan-lahan ke bawah bra line dengan
putara ringan dan tekan kuat di setiap tempat.
4) Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm ke kiri
dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan
memutar dan menekan.
5) Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan
meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.

Pemeriksaan payudara dengan cara memutar (circular).

1) Berawal dari bagian atas payudara buat putaran yang besar.


2) Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan
benjolan yang luar biasa.
3) Buatlah sekurang-kurangnya tiga kali putaran kecil sampai ke
puting payudara.
4) Lakukan sebanyak dua kali, sekali dengan tekanan ringan dan
22 sekali dengan tekanan kuat

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 97


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda


untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

23

24 Periksa bagian bawah areola mammae.

25 Bersihkan puting dengan kapas dan baby oil.

26 Buang kapas pada bengkok.

Periksa axila

Letakkan tangan kanan kesamping dan rasakan ketiak dengan


teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

27

Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin pada baskom
28
dengan menggunakan waslap.

Atur posisi tidur klien, bereskan alat-alat, kembalikan tempat


29
semua.

30 Buka sarung tangan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 98


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

31 Cuci tangan di air mengalir

TAHAP TERMINASI

Evaluasi
32
 Mengevaluasi respon klien sebelum dan setelah tindakan
 Kenyamanan klien
Dokumentasi

 Waktu di lakukan tindakan


33
 Catat respon klien pada catatan keperawatan
 Lamanya tindakan
 Nama perawat yang melakukan tindakan

Indramayu,..............................

Penguji

(....................................)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 99


BAB 10

MEMANDIKAN BAYI

Pengertian
Membersihkan tubuh bayi, membersihkan area genitalia, tali pusat dan mata
menggunakan air hangat (37,80c).

Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Menjaga kebersihan bayi baru lahir.
3. Melakukan perawatan tali pusat.

Persiapan Alat dan Bahan


1. Waskom/wadah tempat mandi bayi.
2. Minyak telon, sisir bayi, dan bedak jika dibutuhkan.
3. Handuk bayi.
4. Waslap/sponge
5. Kapas mata
6. Alat pengganti popok dan popoknya.
7. Pakaian bayi 1 set.
8. Celemek plastic.
9. Kassa steril
10. Air hangat 37-380C
11. Sabun cair khusus bayi.
12. Sarung tangan (jika perlu).
13. Thermometer air
14. Thermometer badan
15. Wadah/ember baju kotor

Prosedur
a. Dapatkan persetujuan tindakan dari orang tua bayi.
b. Lakukan pengukuran suhu badan bayi terlebih dahulu jika bayi hipotermi jangan
langsung dimandikan tunggu sampai suhu bayi dalam kedaan normal.
c. Siapkan alat-alat dan ruangan.
d. Cuci tangan dan gunakan celemek (pakai sarung tangan jika perlu).
e. Isi waskom atau wadah dengan air dan periksa suhu air hangat-hangat kuku 37-
380C. (menggunakan thermometer air jika perlu)
f. Sediakan handuk dan perlengkapan bayi (bedong, baju, popok/pampers, celana,
topi, minyak telon, bedak, dan sisir).
g. Pastikan bayi tidak diletakkan dibawah AC untuk mencegah terjadi hipotermi.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 100


h. Buka pakaian bayi dan letakkan di wadah baju kotor, biarkan popok tetap terpasang
dan selimuti badan bayi dengan bedong/handuk.
i. Posisikan bayi terlentang basuh wajah dengan air bersih menggunakan waslap,
bersihkan mata bayi usap dari kantus luar ke kantus bagian dalam dengan kapas
mata.
j. Basuh wajah bayi dengan air bersih dan gunakan waslap jangan mengenai mata.
k. Buka popok bayi, bersihkan daerah pantat dari feses arah depan ke belakang dan
bersihkan area genetalia dengan hati hati.
l. Basahi dengan waslap atau spon daerah leher, dada, perut jangan mengenai tali
pusat, punggung dilanjutkan ke bagian kaki dengan waslap dan beri sabun khusus
bayi untuk membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh bayi.
m. Masukkan bayi ke dalam wadah tempat mandi yang berisi air untuk membilas
keseluruhan badan (dari wajah lengan, dada, perut, paha, kaki). Gunakan tangan
dominan untuk melakukan tindakan pada anggota badan secara menyeluruh.
n. Rubah posisi bayi, posisikan bayi dalam keadaan telungkup bersihkan leher
belakang, tengkuk, punggung, dan pantat.
o. Angkat bayi dengan menggunakan kedua tangan.
p. Bayi dikeringkan menggunakan handuk.
q. Keringkan wajah dengan handuk dengan menepuk secara perlahan-lahan. Bila
perlu, membersihkan daerah sekitar mata, mulut, hidung dan lubang telinga dari
sisa air menggunakan kapas sublimat atau handuk. Jika dilakukan cuci rambut bayi
dengan air, gosok seluruh rambut bayi secara perlahan-lahan (dapat dilakukan pada
kasur atau pangkuan perawat).
r. Rawat tali pusat, keringkan tali pusat dengan kassa steril (benar-benar kering)
s. Setelah bersih bungkus sesuai teknik menggunakan kassa kering tipis dan longgar.
t. Setelah selesai membersihkan, berikan minyak telon pada badan dan punggung
bayi, pasangkan pakaian bayi dengan tepat dan lengkap (celana/popok tidak
menutupi tali pusat atau lipatan popok dibawah tali pusat), sisir rambut bayi
kemudian bayi diberikan kembali ke orang tuanya atau ditempatkan di tempat tidur.
u. Buang air bekas mandi bayi dan bereskan alat-alat.
v. Lepaskan sarung tangan jika digunakan dan celemak yang telah dpakai.
w. Cuci tangan.
x. Evaluasi bayi dan dokumentasi.

Perhatian
1. Jangan biarkan bayi direndam terlalu lama di dalam air.
2. Gunakan sabun cair khusus untuk bayi
3. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan baik setelah dimandikan bayi
5. Jangan terlalu membasahi daerah wajah bayi (jika basah dikeringkan dengan
waslap secara cepat)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 101


FORMAT PENILAIAN OSPE
(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PRE-INTERAKSI
a. Menyiapkan alat-alat dan dekatkan pada klien.
b. Mencuci tangan.
c. Memakai sarung tangan jika perlu.
d. Meminta persetujuan orang tua klien
2. TAHAP ORIENTASI
a. Memberi salam dan senyum kepada klien (BHSP).
b. Menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan
dilakukan.
c. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan
d. Menjelaskan kerahasian bila perlu pasang tirai.
e. Mengatur posisi klien.
3. TAHAP KERJA
a. Lakukan pengukuran suhu badan bayi terlebih
dahulu jika bayi hipotermi jangan langsung
dimandikan tunggu sampai suhu bayi dalam kedaan
normal.
b. Isi waskom atau wadah dengan air dan periksa suhu
air hangat-hangat kuku 37-380C. (menggunakan
thermometer air jika perlu)
c. Sediakan handuk dan perlengkapan bayi (bedong,
baju, popok/pampers, celana, topi, minyak telon,
bedak, dan sisir).
d. Pastikan bayi tidak diletakkan dibawah AC untuk
mencegah terjadi hipotermi.
e. Buka pakaian bayi dan letakkan di wadah baju kotor,
biarkan popok tetap terpasang dan selimuti badan
bayi dengan bedong/handuk.
f. Posisikan bayi terlentang, basuh wajah dengan air
bersih menggunakan waslap, bersihkan mata bayi
usap dari kantus luar ke kantus bagian dalam dengan
kapas mata.
g. Basuh wajah bayi dengan air bersih dan gunakan
waslap jangan mengenai mata.
h. Buka popok bayi, bersihkan daerah pantat dari feses
dari arah depan ke belakang dan bersihkan area
genetalia dengan hati hati.
i. Basahi daerah leher, dada, perut jangan mengenai

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 102


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tali pusat, punggung dilanjutkan ke bagian kaki
dengan waslap dan beri sabun khusus bayi untuk
membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh
bayi.
j. Masukkan bayi ke dalam wadah tempat mandi yang
berisi air untuk membilas keseluruhan badan (dari
wajah lengan, dada, perut, paha, kaki). Gunakan
tangan dominan untuk melakukan tindakan pada
anggota badan secara menyeluruh.
k. Rubah posisi bayi, posisikan bayi dalam keadaan
telungkup bersihkan leher belakang, tengkuk,
punggung, dan pantat.
l. Angkat bayi dengan menggunakan kedua tangan.
m. Bayi dikeringkan menggunakan handuk.
n. Keringkan wajah dengan handuk dengan menepuk
secara perlahan-lahan. Bila perlu, membersihkan
daerah sekitar mata, mulut, hidung dan lubang
telinga dari sisa air menggunakan kapas sublimat
atau handuk. Jika dilakukan cuci rambut bayi dengan
air, gosok seluruh rambut bayi secara perlahan-lahan
(dapat dilakukan pada kasur atau pangkuan perawat).
o. Rawat tali pusat, bersihkan dengan air steril
menggunakan kassa dan keringkan tali pusat
dengan kassa steril (benar-benar kering)
p. Setelah bersih bungkus sesuai teknik menggunakan
kassa kering tipis dan longgar.
q. Setelah selesai membersihkan, berikan minyak telon
pada badan dan punggung bayi, pasangkan pakaian
bayi dengan tepat dan lengkap (celana/popok tidak
menutupi tali pusat atau lipatan popok dibawah tali
pusat), sisir rambut bayi.
r. Merapihkan bayi kemudian bayi diberikan kembali
ke orang tuanya atau ditempatkan di tempat tidur.
s. Buang air bekas mandi bayi dan bereskan alat-alat.
t. Lepaskan sarung tangan jika digunakan dan celemak
yang telah dipakai.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 103


TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
4. TAHAP TERMINASI
Evaluasi
a. Mengevaluasi respon klien sebelum dan setelah
tindakan
b. Kenyamanan klien

5 TAHAP DOKUMENTASI
a. Waktu dilakukan tindakan
b. Catat respon klien dan keadaan pasien sebelum dan
sesudah dimandikan pada catatan keperawatan
c. Lamanya tindakan dan temapt dilakukannya tindakan
d. Nama perawat yang melakukan tindakan

Indramayu,.............................

Penguji,

(.............................................)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 104


INSTRUMEN UJI KOMPETENSI
Kode unit : Memandikan bayi
Judul unit : Memandikan bayi
Uraian unit : Memandikan bayi
Deskriptif sub unit : Mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan bayi
baru lahir, dan merawat tali pusat.
h) Penilaian Keterampilan
No Elemen Indikator Penilaian Ya Tidak
Kompetensi
1 Melakukan a. Salam terapetik disampaikan
pengkajian dengan ramah kepada klien.
b. Evaluasi klien dengan baik dan
benar.
c. Rencana untuk memandikan bayi
disampaikan pada keluarga klien.
d. Tujuan dan langkah-langkah
memandikan bayi dijelaskan.
2 Mempersiapkan a. Set alat untuk perawatan Bayi
alat untuk dipersiapkan.
perawatan BBL b. Set alat perawatan BBL dibawa ke
dekat klien.
3 Perawatan BBL a. Cuci tangan dilakukan.
b. Perawatan Bayi dengan tepat.
c. Cuci tangan setelah tindakan
dilakukan.
d. Set alat-alat dan bahan untuk
perawatan bayi dibersihkan dan
diletakkan kembali ke tempatnya.
4 Melakukan a. Hasil tindakan perawatan bayi
pencatatan atau dicatat sesuai kebutuhan.
pelaporan b. Hasil pelaksanaan dicatat, apabila
ada kerusakan dilaporkan.
A. Penilaian Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang perawatan tali pusat.
2. Pengetahuan tentang alat dan fungsinya
B. Penilaian Sikap
1. Komunikasi terapeutik.
2. Mempertahankan prinsip kerja.
3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat.
4. Bekerja secara sistematis.
Persyaratan Tindakan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 105


No Persyaratan Tindakan
1 Menguasai kemampuan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan
tindakan keperawatan.
2 Menerapkan prinsip etik dan etika dalam keperawatan.
3 Dilakukan pada klien dengan kondisi yang tidak terlalu kompleks.
4 Mengetahui dan menguasai prinsip perawatan BBL dengan benar
(memandkan bayi).
Kemampuan Kritikal
No Kemampuan Kritikal
1 Cuci tangan.
2 Ketepatan dalam melakukan perawatan BBL.
3 Ketepatan mengobservasi hasil perawatan BBL.
4 Ketepatan mencatat hasil perawatan BBL.

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai


……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Indramayu,
…………………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

Keterangan :
1. Untuk penilaian pengetahuan yang mendukung, criteria yang digunakan sebagai
berikut:
100 : bila semua jawaban benar
80 : bila 80 % jawaban benar
60 : bila 60 % jawaban benar
40 : bila 40 % jawaban benar
20 : bila 20 % jawaban benar
0 : bila tidak ada jawaban benar
2. Untuk penilaian sikap, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : jarang
0 : tidak pernah
LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 106


INSTITUSI :
NAMA PESERTA DIDIK :
NIM/SEMESTER :
TANGGAL UJIAN :
MATA KULIAH :
SUBKOMPETENSI/KETERAMPILAN : Memandikan bayi
TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu melaksanakan
tindakan memandikan bayi.

No. Komponen penilaian penskoran komentar


(Aspek-aspek yang dinilai)
I Psikomotor (Bobot 60%)
Rata-rata skor keterampilan (I)
II Psikomotor (Bobot 20-30%)
Rata-rata skor keterampilan (II)
III Psikomotor (Bobot 10-20%)
Rata-rata keterampilan (III)
Rata-rata skor sikap (III)
Nilai akhir = (skor I x bobot) + (skor II x bobot) + (skor III x bobot) =
…………………………..

Keterangan : Untuk pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing keterampilan.

Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………………….) (…………………………………………)
NIM : …………………………………. NIK : ……………………………………..

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 107


BAB 11
PERAWATAN TALI PUSAT

Pengertian
Memberikan perawatan terhadap tali pusat pada bayi.

Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Mempercepat pengeringan tali pusat.
3. Mempercepat terlepasnya tali pusat.

Persiapan Alat
1. Kasssteril dalam tempatnya.
2. Korentang dalam tempatnya
3. Perlengkapan pakaian bayi (popok, baju)
4. Aquades steril
5. Gunting perban
6. Sarung tangan
7. Bengkok

Prosedur
1. Siapkan alat-alat.
2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan.
3. Buka baju bayi dan turunkan celana bayi
4. Buka kassa pembungkus secara perlahan dan jangan menarik secara kuat.
5. Jika lengket, kassa pembungkus tali pusat ditetesi aquades steril atau air bersih dan
dibuka.
6. Lihat kulit sekitar tali pusat. Apabila masih terdapat sisa darah, atau cairan maka
berihkanlah
7. Bersihkan tali pusat dengan aquabidest atau NaCl mulai dari ujung sampai pangkal
tali pusat dan daerah sekitarnya dengan diameter 2 cm.
8. Tali pusat boleh sedikit diangkat keatas, geser kanan dan kiri tanpa menarik dari
pangkalnya. Peganglah hany pada penjepit tanpa menyentuh tali pusat.
9. Keringkan tali pusat dengan kassa steril sampai kering dengan tidak menggosoknya
melainkan menempelkan perlahan-lahan (tidak perlu membubuhkan betadine,
alkohol, bedak, ramuan, atau apapun pada tali pusat).
10. Bungkus tali pusat dengan kasa steril kering. Pastikan kassa tidak tebal cukup
gunakan selapis sajhingga ada celah udaralebar dijaring-jaringnya. (prinsipnya jaga
agar selalu kering dan tidak boleh lembab)
11. Pakaian baju bayi kembali, alat-alat dirapikan, tidurkan kembali bayi dengan posisi
sesuai dengan kebutuhan.
12. Rapikan alat-alat.
Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 108
13. Buka sarung tangan dan cuci tangan.
14. Dokumentasikan tindakan.

Perhatian
1. Perawatan tali pusat harus dilakukan setiap hari sesudah dimandikan atau sewaktu-
waktu diperlukan.
2. Daerah tali pusat harus selalu dalam keadaan bersih dan kering untuk mencegah
infeksi.
3. Jaga tali pusat tetap bersih dan kering. Segera ganti popok ketika basag untuk
menghindari kontak air seni ke tali pusat.
4. Jika cuaca hangat cukup pakaikan popok dan kaoslonggar agar udara bisa
bersirkulasi dan mempercepat proses pengeringan
5. Jangan pernah mencoba menarik tali pusat, meskipun kelihatnnya sudah hampir
lepas, biarkan terkelupas sendiri.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 109


FORMAT PENILAIAN OSPE
(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Memberikan salam dan tersenyum kepada klien (BHSP)
b. Menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan
d. Menjaga privasi klien dengan memasang tirai
e. Mengatur posisi klien sesuai indikasi
3. TAHAP KERJA
a. Buka baju bayi dan turunkan celana bayi
b. Buka kassa pembungkus secara perlahan dan jangan
menarik secara kuat.
c. Jika lengket, kassa pembungkus tali pusat ditetesi aquades
steril atau air bersih dan dibuka.
d. Lihat kulit sekitar tali pusat. Apabila masih terdapat sisa
darah, atau cairan maka berihkanlah
e. Bersihkan tali pusat dengan aquabidest atau NaCl mulai
dari ujung sampai pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya
dengan diameter 2 cm.
f. Tali pusat boleh sedikit diangkat keatas, geser kanan dan
kiri tanpa menarik dari pangkalnya. Peganglah hanya pada
penjepit tanpa menyentuh tali pusat.
g. Keringkan tali pusat dengan kassa steril sampai kering
dengan tidak menggosoknya melainkan menempelkan
perlahan-lahan (tidak perlu membubuhkan betadine,
alkohol, bedak, ramuan, atau apapun pada tali pusat).
h. Bungkus tali pusat dengan kasa steril kering. Pastikan
kassa tidak tebal cukup gunakan selapis sajhingga ada
celah udaralebar dijaring-jaringnya. (prinsipnya jaga agar
selalu kering dan tidak boleh lembab).
i. Pakaian baju bayi kembali, alat-alat dirapikan, tidurkan
kembali bayi dengan posisi sesuai dengan kebutuhan.
j. Rapikan alat-alat.
k. Buka sarung tangan dan cuci tangan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 110


4. TAHAP TERMINASI
Evaluasi
a. Mengevaluasi respon klien sebelum dan setelah tindakan
b. Kenyamanan klien
c. Evaluasi tinakan
d. Berpamitan dengan pasien

5 Tahap Dokumentasi
a. Waktu dilakukan tindakan
b. Catat respon klien dan keadaan pasien sebelum dan
sesudah dimandikan pada catatan keperawatan
c. Lamanya tindakan dan temapt dilakukannya tindakan
d. Nama perawat yang melakukan tindakan

Indramayu,.............................

Penguji,

(.............................................)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 111


INSTRUMEN UJI KOMPETENSI

Kode unit : Perawatan tali pusat


Judul unit : Perawatan tali pusat
Uraian unit : Perawatan tali pusat
Deskriptif sub : Mencegah terjadinya infeksi,mempercepat pengeringan
unit tali pusat, mempercepat terlepasnya tali pusat.
A. Penilaian Keterampilan
No Elemen Indikator Penilaian Ya Tidak
Kompetensi
1 Melakukan a. Salam terapeutik disampaikan
pengkajian dengan ramah kepada klien.
b. Evaluasi klien yang akan
dilakukan tindakan.
c. Rencana untuk melakukan
perawatan BBL disampaikan
kepada keluarga klien.
d. Tujuan dan langkah-langkah
perawatan BBL dijelaskan.
2 Mempersiapkan a. Set alat-alat perawatan BBL
alat-alat perawatan dipersiapkan.
BBL b. Set alat perawatan BBL
dibawa ke dekat klien.
3 Melakukan a. Cuci tangan dilakukan.
perawatan BBL b. Perawatan BBL dilakukan
dengan tepat.
c. Cuci tangan setelah tindakan
dilakukan.
d. Set alat-alat perawatan BBL
dibersihkan dan kembali ke
tempatnya.
4 Melakukan a. Hasil tindakan perawatan BBL
pencatatan atau dicatat sesuai kebutuhan.
pelaporan b. Hasil pelaksanaan dicatat,
apabila ada penyimpangan
dilaporkan.
B. Penilaian Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang perawatan tali pusat.
2. Pengetahuan tentang alat dan fungsinya
C. Penilaian Sikap
1. Komunikasi terapeutik.

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 112


2. Mempertahankan prinsip kerja.
3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat.
4. Bekerja secara sistematis.
Persyaratan Tindakan
No Persyaratan Tindakan
1 Menguasai kemampuan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan
tindakan keperawatan.
2 Menerapkan prinsip etik dan etika dalam keperawatan.
3 Dilakukan pada klien dengan kondisi yang tidak terlalu kompleks.
4 Mengetahui dan menguasai prinsip perawatan BBL dengan benar
(perawatan tali pusat).
Kemampuan Kritikal
No Kemampuan Kritikal
1 Cuci tangan.
2 Ketepatan dalam melakukan perawatan BBL.
3 Ketepatan mengobservasi dan hasil perawatan BBL.
4 Ketepatan mencatat hasil perawatan BBL.

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai


……………………………………………………………………………………………
Indramayu,
…………………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

Keterangan :
3. Untuk penilaian pengetahuan yang mendukung, criteria yang digunakan sebagai
berikut:
100 : bila semua jawaban benar
80 : bila 80 % jawaban benar
60 : bila 60 % jawaban benar
40 : bila 40 % jawaban benar
20 : bila 20 % jawaban benar
0 : bila tidak ada jawaban benar
4. Untuk penilaian sikap, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : jarang
0 : tidak pernah

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 113


LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Institusi :
Nama Peserta Didik :
Semester :
Tanggal Ujian :
Mata Kuliah :
Subkompetensi/keterampilan : Melakukan perawatan tali pusat
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu melaksanakan perawatan tali
pusat
No Komponen Penilaian
Penilaian Komentar
(Aspek Yang Dinilai)
I Psikomotor (bobot 60%)
Rata-rata skor keterampilan (I)
II Kognitif (bobot 20-30%)
Rata-rata skor pengetahuan (II)
III Afektif (bobot 10-20%)
Rata-rata sikap (III)
Rata-rata skor sikap (III)
Nilai Akhir = (skor I x bobot) + (skor II x bobot) + (skor III x bobot) =
…………………………….

Keterangan
Pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing keterampilan.

Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………………….) (…………………………………………)
NIM : …………………………………. NIK : ……………………………………..

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 114


BAB 12
PERAWATAN LUKA POST SECTIO CESAREA

1. Pengertian

Luka adalah terganggnya integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya.

2. Luka Berdasarkan Penyebabnya

a. Mekanik
1) Vulnus scissum ( luka sayat )
2) Vulnus contusum (luka memar)
3) Vulnus laceratum ( luka robek )
4) Vulnus punctum (luka tusuk )
5) Vulnus seloferadum ( luka tembak )
6) Vulnus morsum ( luka gigitan )
7) Vulnus abrasion ( luka terkikis )
b. Non Mekanik
1) Kimia
2) Termal
3) Radiasi

3. Ganti Balutan Dilakukan pada Luka :

a. Vulnus scissum (luka sayat)


b. Vulnus laceratum ( luka robek )
c. Vulnus abrasion ( luka terkikis )

4. Tujuan Perawatan Luka

a. Melindungi luka dari trauma mekanik


b. Mengimbolisasi luka
c. Mengabsorsi drainase
d. Membantu hemostatis
e. Memberikan lingkungan sisiologis yang sesuai dengan penyembuhan luka

5. Alat – alat Perawatan Luka Post Op ( Ganti Balutan Post SC)

a. Pincet anatomis 2 buah


b. Pincet cirurgis 1 buah
c. Perlak dan alas
d. Kapas sublimate dalam wadahnya
e. NaCl 0.9 %

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 115


f. Gunting perban (non steril)
g. Plester / verban
h. Bengkok 2 buah
i. Kassa steril
j. Handscond steril
k. Kom kecil
l. Obat luka (supratuell, lomatuell, dll)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 116


FORMAT PENILAIAN OSCE
(OBJECTIVELY STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)
PERAWATAN LUKA POST OP SECTIO CESAREA
Nama Mahasiswa : ……………….

NIM : ……………….

NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
Ya Tidak

A Tahap Pre Interaksi

1. Mengecek catatan medis / keperawatan klien


2. Menyiapkan dan mendekatkan alat – alat ke klien
3. Mencuci tangan
B Tahap Orientasi

1.Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan


diri
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan
dilakukan
3. Melakukan kontrak ( waktu, tempat, topic)
4. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
5. Menjaga privasi klien dengan memasang tirai
C Tahap Kerja

1. Menggunakan sarung tangan


2. Buka plester dan balutan dengan menggunakan
pincet, bila sulit basahi dengan NaCL 0.9%
3. Observasi luka
4. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9 %
sesuai dengan keadaan luka. Lakukan sampai bersih
5. Lap luka dengan kasa steril hingga kering bila perlu
6. Berikan obat luka sesuai dengan instruksi
7. Tutup luka dengan kassa steril
8. Balut luka dengan sesuai keadaan luka
9. Bereskan alat – alat
10. Buka sarung tangan
D Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi hasil tindakan


2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mendokumentasikan kegiatan

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 117


E Dokumentasi

a. Waktu dilakukan tindakan

b. Catat respon klien dan keadaan pasien sebelum dan


sesudah dimandikan pada catatan keperawatan

c. Lamanya tindakan dan tempat dilakukannya tindakan

d. Nama perawat yang melakukan tindakan

Jumlah

Indramayu, ………………20

Penguji

(....................................................)

Sistem Reproduksi Program Studi Sarjana Keperawatan Page 118

Anda mungkin juga menyukai