Anda di halaman 1dari 7

PEMICU 1

BLOK 13

DISUSUN OLEH :
NAMA : JENNI WIRDA MELANI
NIM : 180600227
KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Nama pemicu : Gigi belum tumbuh
Penyusun : Dr. Wilda Hafny Lubis, drg.,M.Si; Erna Sulistyawati,
drg.,Sp.Ort(K); Karina Sugih Arto, dr.,M.Ked(Ped) Sp.A(K)
Hari/Tanggal : Senin/11 Mei 2020

Skenario:
Seorang ibu membawa 2 orang anaknya berobat ke dokter gigi. Anak pertama,
perempuan 4 tahun dengan keluhan gigi 11 dan 21 berlubang, ingin ditambal. Ibu
juga menanyakan pada dokter tentang gigi anak keduanya yang laki-laki berusia 3
tahun yang giginya belum tumbuh juga. Pada pemeriksaan klinis, stunting terlihat
pada anak kedua. Pemeriksaan intra oral ditemukan gigi 51, 52, 53, 61, 62, 63, 71,
72, 73, 81, 82, dan 83 belum tumbuh. Pada lidah terlihat atropi papilla.

Pertanyaan :
1. Apakah kasus ini bersifat lokal atau sistemik?
Jawab :
Pada kasus anak pertama, diketahui bahwa anak mengalami karies. Kasus
karies pada anak pertama ini bersifat lokal, karena karies hanya terjadi
pada gigi insisivusnya saja. Serta kemungkinan terjadi karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor lokal yang berasal dari
dalam gigi dan mulut sendiri, misalnya gigi dan saliva, substrat,
mikroorganisme dan waktu sebagai faktor tambahan. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi status kesehatan di antaranya adalah faktor perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Untuk anak kedua diketahui pada kasus bahwa anak tersebut stunting dan
terdapat kterlambatan erupsi,dalam kasus ini juga terdapat kelainan pada
kelenjar tiroid pasien yang menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak
(pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang
lama.
Jadi pada kasus ini keterlambatan erupsi gigi pada anak bersifat sistemik.
Gangguan nutrisi sebagai penyebab keterlambatan erupsi gigi,antara lain
disebabkan oleh defisiensi protein, defisiensi vitamin D, dan defisiensi
kalsium dan fosfor. Defisiensi protein; selain karbohidrat, protein juga
dibutuhkan oleh tubuh kita untuk menghasilkan energi. Keberadaan
protein dalam tubuh sangat berperan terutama pada saat tahap
perkembangan termasuk periode prenatal dan pascanatal. Selama tumbuh
kembang gigi, defisiensi protein terutama dalam jumlah yang banyak
dapat menyebabkan keterlambatan erupsi yang nyata. Defisiensi vitamin
D; mengakibatkan gangguan dalam struktur tulang yaitu kalsifikasi
menjadi tidak sempurna karena absorbsi kalsium dan fosfor tidak adekuat,
sehingga menyebabkan keterlambatan erupsi, baik pada anak-anak
maupun pada orang dewasa. Defisiensi kalsium dan fosfor; kalsium dan
fosfor berfungsi menyimpan dan mempertahankan level serum dalam
jumlah yang dibutuhkan. Level serum kalsium dan fosfor memiliki
hubungan timbal balik. Maksudnya adalah jika level kalsium meningkat,
maka level fosfor menurun, begitupun sebaliknya. Hubungan ini berperan
sebagai sebuah mekanisme proteksi untuk mencegah tingginya konsentrasi
dari kombinasi keduanya yang selanjutnya dapat mempengaruhi
kalsifikasi jaringan lunak dan formasi jaringan keras. Saat defisiensi fosfor
terjadi pada saat perkembangan gigi, maka proses kalsifikasi tidak
sempurna dan dapat berdampak pada keterlambatan erupsi.
Untuk masalah hipotiroid, walaupun tiroksin tampaknya tidak begitu
diperlukan untuk pertumbuhan sebelum kelahiran, namun sangat esensial
untuk pertumbuhan normal setelah kelahiran. Jika seorang bayi memilki
defisiensi tiroid yang tidak ditangani, ia akan memiliki postur yang kecil
pada masa bayi maupun kanak-kanak dan berujung pada postur yang
sangat pendek. Keterlambatan pertumbuhan ini mempengaruhi seluruh
bagian tubuh termasuk tulang dan gigi. Baik gigi desidui atau pun gigi
permanen akan dapat mengalami erupsi gigi yang telambat.

Kemudian pada kasus disebutkan juga bahwa anak kedua mengalami atrofi
papila lidah yang merupakan manifestasi juga dari hipotiroid. Dikarenakan
penderita hipotiroidisme juga menderita anemia. Sehingga pada penderita
akan ditemukan juga manifestasi klinis dalam rongga mulut yang sama
dengan penderita anemia yakni lidah yang licin.
Sumber :
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 No.1, Juni 2017
Stegeman CA, Judi RD, Linda DB. The dental hygienist guide to
nutritional care. 3 rd Ed. Missouri: Saunders; 2005. p.76, 130, 133, 147-8,
151-2
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 8 Nomor I April
2008

2. Jelaskan gambaran klinis stunting pada anak!


Jawab :
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur ( <-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
anak.
Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi balita stunting adalah
berdasarkan indeks Tinggi badan menurut umur (TB/U) menurut standar
WHO child growth standart dengan kriteria stunting jika nilai z score
TB/U < -2 Standard Deviasi (SD). Balita pendek (stunting) dapat diketahui
bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita
pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau
tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku
WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-
scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai
zscorenya kurang dari - 3SD.
Sumber :
Yuliana W, Hakim BN. 2019. Darurat Stunting dengan Melibatkan
Keluarga. Yayasan Ahmad Cendekia Indonesia. 2.
Ni’mah, Khoirun dan Nadhirih, siti rahayu. 2015. Faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia.
10(1). 13-19).

3. Gigi apa sajakah yang seharusnya sudah tumbuh pada usia 3 tahun?
Jawab :
Gigi sulung mulai tumbuh pada anak berumur 6 bulan dan biasanya
lengkap pada usia 2,5-3 tahun. Jumlah gigi sulung 20 buah, yang terdiri
dari 3 macam yaitu:
1. Gigi seri (insisivus) I dan II = 8 buah
2. Gigi taring (kaninus) = 4 buah
3. Gigi geraham (molar) I dan II = 8 buah
Sumber : Suryanah. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. 1996. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC

4. Jelaskan data apa saja yang mendukung faktor lokal!


Jawab :
Pada anak pertama terdapat faktor lokal yang mendukung yaitu yang
berasal dari dalam gigi dan mulut sendiri, misalnya gigi dan saliva,
substrat, mikroorganisme dan waktu sebagai faktor tambahan.
Saliva : Aliran saliva yang menurun juga dapat diakibatkan oleh
kurangnya rangsangan terhadap sekresi saliva, yaitu kurangnya aktivitas
pengunyahan yang dapat terjadi pada anak yang susah makan atau kurang
mendapat asupan makanan.
Mikroorganisme: Proses terjadinya karies gigi karena adanya fermentasi
dari sisa-sisa makanan di dalam rongga mulut oleh mikroorganisme
pembentuk asam yang terdapat di dalam plak maupun dalam saliva.
Beberapa mikroorganisme terlibat dalam proses pembentukan karies gigi
yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Lactobacillus
acidophilus, Actinomyces viscosus. Streptococcus mutans memiliki peran
utama dalam proses karies gigi karena bakteri tersebut dapat melekat baik
ke permukaan gigi dan menghasilkan asam yang lebih banyak
dibandingkan dengan jenis bakteri lain. Bakteri juga dapat bertahan lebih
baik dari bakteri lain pada lingkungan asam dan memproduksi
polisakarida ekstraseluler dari sukrosa.

Pada kasus anak kedua, Stunting disebabkan oleh banyak faktor,


diantaranya kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, gizi ibu
saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Kualitas gizi pada makanan itu sendiri dipengaruhi oleh keragaman jenis
pangan yang dikonsumsi. Keanekaragaman pangan adalah macam
kelompok pangan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-
buahan dan air serta bermacam jenis pangan dalam setiap kelompok
pangan. Penelitian di Ethiopia menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara keragaman pangan dengan kejadian stunting.
Kesejahteraan, usia anak, dan pendidikan ibu diidentifikasi sebagai
penentu keanekaragaman makanan anak. Kondisi ekonomi berkaitan erat
dengan risiko terjadinya stunting karena dari kondisi ekonomi akan terlihat
bagaimana kemampuan keluarga dalam memenuhi asupan makanan yang
bergizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga
berhubungan dengan kejadian stunting . Pada kasus diketahui bahwa anak
telah berusia 3 tahun dan gigi 51, 52, 53, 61, 62, 63, 71,72, 73, 81, 82, dan
83 belum tumbuh,apabila status ekonomi serta pendidikan orang tua baik
biasanya akan lebih memperhatikan kesehatan anak serta tumbuh kembang
anak yang normal, maka seharusnya orangtua tersebut akan datang lebih
awal ke dokter untuk memeriksakan keadaan anaknya, jadi penanganan
pada anak akan lebih cepat.
Serta anak kedua juga mengalami hipotiroid, yang memiliki manifestasi
yaitu gingiva seperti spons dan kemungkinan itu menjadi faktor lokal
yanng menghalangi gigi menjadi belum erupsi.
Sumber :
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No 1. Maret 2016 : 88 – 93
Nurmayasanti dan Mahmudiono. Amerta Nutr (2019) 114-121

5. Jelaskan data apa saja yang mendukung faktor sistemik yang berperan!
Jawab :
Diketahui bahwa anak kedua stunting yang dapat diakibatkan kurangnya
asupan nutrisi. Anak dengan asupan nutrisi yang kurang, akan
mempengaruhi ketidaksempurnaan dalam pembentukan dan perfumbuhan
gigi sehingga dapat terjadi kelainan- kelainan pada gigi serta erupsi gigi
yang terlambat di bandingkan anak normal. Pembentukan struktur gigi
yang sehat dan sempurna didukung oleh asupan nutrisi seperti, protein,
mineral (kalsium,fosfor dan fluor) dan vitamin (A,C dan D).
Selain itu, atrofi papila lidah yang merupakan manifestasi juga dari
hipotiroid. Dikarenakan penderita hipotiroidisme juga menderita anemia.
Sehingga pada penderita akan ditemukan juga manifestasi klinis dalam
rongga mulut yang sama dengan penderita anemia yakni lidah yang licin.
Sumber :
JURNAL KEDOKTEMN SYIAH KUALA Volume 8 Nomor I April
2008.

6. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan dokter gigi untuk kasus tersebut?
Jawab :
Ketika gigi tidak erupsi pada usia yang diharapkan (rata-rata + - 2 SD),
evaluasi yang cermat harus dilakukan untuk menetapkan etiologi dan
rencana perawatan yang sesuai. Pentingnya riwayat medis pasien dalam
hal ini. Pemeriksaan klinis harus dilakukan secara metodis dan harus
dimulai dengan evaluasi fisik keseluruhan pasien.
Pemeriksaan intraoral harus mencakup pemeriksaan, palpasi, perkusi, dan
pemeriksaan radiografi. Dokter harus memeriksa patologi jaringan lunak,
bekas luka, dan pembengkakan. Pemeriksaan dan palpasi secara teliti pada
alveolar ridge pada bagian bucal dan lingual biasanya menunjukkan
tonjolan gigi yang khas dalam proses erupsi. Palpasi yang menimbulkan
rasa sakit, berderak, atau gejala lain harus dievaluasi lebih lanjut.
Pemeriksaan dengan radiografi panoramik sangat ideal untuk
mengevaluasi posisi gigi dan luasnya perkembangan gigi dan
memperkirakan waktu erupsi gigi. Computed tomography dapat digunakan
sebagai metode pelokalan radiografi yang paling tepat, meskipun biaya
tambahan dan dosis radiasi yang relatif tinggi membatasi penggunaannya.
Sumber :
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics October
2004

7. Faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan pertumbuhan gigi terlambat


tumbuh?
Jawab :
Kondisi lokal yang menyebabkan erupsi tertunda meliputi:
 Obstruksi fisik: seperti gigi supernumerary, sawar mukosa, jaringan
parut, dan tumor.
 Hiperplasia gingiva akibat ketidakseimbangan hormon, faktor
keturunan, defisiensi vitamin C atau obat fenitoin menyebabkan
peningkatan jaringan ikat padat dan kolagen aselular yang dapat
memengaruhi erupsi gigi.
 Cedera traumatis dapat menyebabkan erupsi ektopik atau gangguan
pada odontogenesis normal dalam bentuk dilaserasi.
 Ankylosis, bersatunya sementum atau dentin ke tulang alveolar,
merupakan penyebab lokal paling umum dari erupsi gigi sulung
terlambat tumbuh.

Kondisi sistemik meliputi:


 Defisiensi nutrisi
 Gangguan kelenjar endokrin biasanya memiliki efek mendalam pada
seluruh tubuh, termasuk gigi.
 Kondisi sistemik lain yang terkait dengan gangguan pertumbuhan,
seperti anemia (hipoksia hipoksia, hipoksia histotoksik, dan hipoksia
anemia) dan gagal ginjal, juga berkorelasi dengan keterlambatan
erupsi gigi dan kelainan lain dalam perkembangan dentofasial.
 Kelainan genetik: Keterlambatan perkembangan umum dalam
pembentukan gigi terlihat pada sindrom Apert, disostosis
cleidocranial, dan sindrom Gardner.
Sumber :
Alshukairi H. Delayed tooth eruption and its pathogenesis in paediatric
patient: a review. J Dent Health Oral Disord Ther. 2019;10(3):209‒212.

8. Manajemen dental apakah yang dilakukan oleh dokter gigi ?


Jawab :
Keterlambatan erupsi memberikan tantangan bagi perencanaan
perawatannya. Sejumlah cara telah disarankan untuk mengobati erupsi gigi
yang terlambat. Pertimbangan utama untuk gigi yang terlambat erupsi
adalah

1) keputusan untuk mencabut atau mempertahankan gigi yang terlambat


erupsi
2) operasi untuk menyingkirkan penghalang,
3) operasi pembukaan gigi yang terlambat erupsi,
4) penggunaan traksi ortodontik,
5) diagnosis dan perawatan masalah sistemik yang menyebabkan erupsi
gigi tertunda.
Setelah penentuan klinis erupsi gigi yang tertunda telah ditetapkan,
radiografi panoramik harus dilakukan. Radiografi skrining dapat
digunakan untuk menilai keadaan perkembangan gigi dan menyingkirkan
agenesis gigi.
Sumber :
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics Volume
126, Number 4

Anda mungkin juga menyukai