BLOK 13
DISUSUN OLEH :
NAMA : JENNI WIRDA MELANI
NIM : 180600227
KELAS B
Skenario:
Seorang ibu membawa 2 orang anaknya berobat ke dokter gigi. Anak pertama,
perempuan 4 tahun dengan keluhan gigi 11 dan 21 berlubang, ingin ditambal. Ibu
juga menanyakan pada dokter tentang gigi anak keduanya yang laki-laki berusia 3
tahun yang giginya belum tumbuh juga. Pada pemeriksaan klinis, stunting terlihat
pada anak kedua. Pemeriksaan intra oral ditemukan gigi 51, 52, 53, 61, 62, 63, 71,
72, 73, 81, 82, dan 83 belum tumbuh. Pada lidah terlihat atropi papilla.
Pertanyaan :
1. Apakah kasus ini bersifat lokal atau sistemik?
Jawab :
Pada kasus anak pertama, diketahui bahwa anak mengalami karies. Kasus
karies pada anak pertama ini bersifat lokal, karena karies hanya terjadi
pada gigi insisivusnya saja. Serta kemungkinan terjadi karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor lokal yang berasal dari
dalam gigi dan mulut sendiri, misalnya gigi dan saliva, substrat,
mikroorganisme dan waktu sebagai faktor tambahan. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi status kesehatan di antaranya adalah faktor perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Untuk anak kedua diketahui pada kasus bahwa anak tersebut stunting dan
terdapat kterlambatan erupsi,dalam kasus ini juga terdapat kelainan pada
kelenjar tiroid pasien yang menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak
(pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang
lama.
Jadi pada kasus ini keterlambatan erupsi gigi pada anak bersifat sistemik.
Gangguan nutrisi sebagai penyebab keterlambatan erupsi gigi,antara lain
disebabkan oleh defisiensi protein, defisiensi vitamin D, dan defisiensi
kalsium dan fosfor. Defisiensi protein; selain karbohidrat, protein juga
dibutuhkan oleh tubuh kita untuk menghasilkan energi. Keberadaan
protein dalam tubuh sangat berperan terutama pada saat tahap
perkembangan termasuk periode prenatal dan pascanatal. Selama tumbuh
kembang gigi, defisiensi protein terutama dalam jumlah yang banyak
dapat menyebabkan keterlambatan erupsi yang nyata. Defisiensi vitamin
D; mengakibatkan gangguan dalam struktur tulang yaitu kalsifikasi
menjadi tidak sempurna karena absorbsi kalsium dan fosfor tidak adekuat,
sehingga menyebabkan keterlambatan erupsi, baik pada anak-anak
maupun pada orang dewasa. Defisiensi kalsium dan fosfor; kalsium dan
fosfor berfungsi menyimpan dan mempertahankan level serum dalam
jumlah yang dibutuhkan. Level serum kalsium dan fosfor memiliki
hubungan timbal balik. Maksudnya adalah jika level kalsium meningkat,
maka level fosfor menurun, begitupun sebaliknya. Hubungan ini berperan
sebagai sebuah mekanisme proteksi untuk mencegah tingginya konsentrasi
dari kombinasi keduanya yang selanjutnya dapat mempengaruhi
kalsifikasi jaringan lunak dan formasi jaringan keras. Saat defisiensi fosfor
terjadi pada saat perkembangan gigi, maka proses kalsifikasi tidak
sempurna dan dapat berdampak pada keterlambatan erupsi.
Untuk masalah hipotiroid, walaupun tiroksin tampaknya tidak begitu
diperlukan untuk pertumbuhan sebelum kelahiran, namun sangat esensial
untuk pertumbuhan normal setelah kelahiran. Jika seorang bayi memilki
defisiensi tiroid yang tidak ditangani, ia akan memiliki postur yang kecil
pada masa bayi maupun kanak-kanak dan berujung pada postur yang
sangat pendek. Keterlambatan pertumbuhan ini mempengaruhi seluruh
bagian tubuh termasuk tulang dan gigi. Baik gigi desidui atau pun gigi
permanen akan dapat mengalami erupsi gigi yang telambat.
Kemudian pada kasus disebutkan juga bahwa anak kedua mengalami atrofi
papila lidah yang merupakan manifestasi juga dari hipotiroid. Dikarenakan
penderita hipotiroidisme juga menderita anemia. Sehingga pada penderita
akan ditemukan juga manifestasi klinis dalam rongga mulut yang sama
dengan penderita anemia yakni lidah yang licin.
Sumber :
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 No.1, Juni 2017
Stegeman CA, Judi RD, Linda DB. The dental hygienist guide to
nutritional care. 3 rd Ed. Missouri: Saunders; 2005. p.76, 130, 133, 147-8,
151-2
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 8 Nomor I April
2008
3. Gigi apa sajakah yang seharusnya sudah tumbuh pada usia 3 tahun?
Jawab :
Gigi sulung mulai tumbuh pada anak berumur 6 bulan dan biasanya
lengkap pada usia 2,5-3 tahun. Jumlah gigi sulung 20 buah, yang terdiri
dari 3 macam yaitu:
1. Gigi seri (insisivus) I dan II = 8 buah
2. Gigi taring (kaninus) = 4 buah
3. Gigi geraham (molar) I dan II = 8 buah
Sumber : Suryanah. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. 1996. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
5. Jelaskan data apa saja yang mendukung faktor sistemik yang berperan!
Jawab :
Diketahui bahwa anak kedua stunting yang dapat diakibatkan kurangnya
asupan nutrisi. Anak dengan asupan nutrisi yang kurang, akan
mempengaruhi ketidaksempurnaan dalam pembentukan dan perfumbuhan
gigi sehingga dapat terjadi kelainan- kelainan pada gigi serta erupsi gigi
yang terlambat di bandingkan anak normal. Pembentukan struktur gigi
yang sehat dan sempurna didukung oleh asupan nutrisi seperti, protein,
mineral (kalsium,fosfor dan fluor) dan vitamin (A,C dan D).
Selain itu, atrofi papila lidah yang merupakan manifestasi juga dari
hipotiroid. Dikarenakan penderita hipotiroidisme juga menderita anemia.
Sehingga pada penderita akan ditemukan juga manifestasi klinis dalam
rongga mulut yang sama dengan penderita anemia yakni lidah yang licin.
Sumber :
JURNAL KEDOKTEMN SYIAH KUALA Volume 8 Nomor I April
2008.
6. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan dokter gigi untuk kasus tersebut?
Jawab :
Ketika gigi tidak erupsi pada usia yang diharapkan (rata-rata + - 2 SD),
evaluasi yang cermat harus dilakukan untuk menetapkan etiologi dan
rencana perawatan yang sesuai. Pentingnya riwayat medis pasien dalam
hal ini. Pemeriksaan klinis harus dilakukan secara metodis dan harus
dimulai dengan evaluasi fisik keseluruhan pasien.
Pemeriksaan intraoral harus mencakup pemeriksaan, palpasi, perkusi, dan
pemeriksaan radiografi. Dokter harus memeriksa patologi jaringan lunak,
bekas luka, dan pembengkakan. Pemeriksaan dan palpasi secara teliti pada
alveolar ridge pada bagian bucal dan lingual biasanya menunjukkan
tonjolan gigi yang khas dalam proses erupsi. Palpasi yang menimbulkan
rasa sakit, berderak, atau gejala lain harus dievaluasi lebih lanjut.
Pemeriksaan dengan radiografi panoramik sangat ideal untuk
mengevaluasi posisi gigi dan luasnya perkembangan gigi dan
memperkirakan waktu erupsi gigi. Computed tomography dapat digunakan
sebagai metode pelokalan radiografi yang paling tepat, meskipun biaya
tambahan dan dosis radiasi yang relatif tinggi membatasi penggunaannya.
Sumber :
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics October
2004