Setelah terjangkitnya infeksi virus corona baru (COVID-19) pada 31
Desember 2019 di Wuhan (Cina), banyak yang cemas dan khawatir akan terpapar hingga tak bisa berpikir jernih untuk mengambil tindakan sebagai langkah pencegahan padahal mental juga tidak kalah pentingnya untuk dijaga. Menurut organisasi local dan internasional (termasuk WHO) ahli epidemiologi, ahli virology dan pembuat opini mengeluarkan informasi, rekomendasi dan pembaruan menit demi menit tentang penyebaran dan kematian COVID-19 (Jolio Torales dkk, 2020). Semakin banyak informasi dan masalah, maka akan berdampak pada kesehatan mental global.
Survei KFF Health Tracking di Amerika Serikat yang dilakukan dari
25-30 Maret 2020 menemukan 7 dari 10 orang Amerika (72%) mengatakan hidupnya telah terganggu banyak oleh wabah corona virus. 4 dari 10 orang dewasa secara keseluruhan (45%) merasa bahwa kekhawatiran dan stress yang terkait dengan coronavirus telah berdampak negative pada kesehatan mental mereka dan melonjak sebanyak 32% dari awal maret. Sekitar 1 dari lima (19%) mengatakan pandemic covid 19 memiliki dampak besar termasuk wanita 24%, dewasa hispanik 24% dewasa kulit hitam 24%. Bagian besar di seluruh kelompok demografis melaporkan bahwa kekhawatiran atau stress yang berkaitan dengan coronavirus telah berdampak negative pada kesehatan mental mereka.
Rasa khawatir atau cemas berlebihan akibat sering menerima
informasi mengenai corona virus membuat seseorang menjadi lebih mudah panik, cemas dan pada akhirnya menyebabkan tubuh menciptakan gejala mirip coronavirus. Padahal sebenarnya gejala tersebut hanyalah manifestasi dari rasa cemas berlebihan, bukan akibat terinfeksi virus. Kondisi ini dikenal sebagai istilah psikosomatik. Psikomatik merupakan interaksi yang kompleks antara pikiran dan tubuh dan menyebabkan penderita mengalami gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan PPDGJ III gangguan psikomatik mempunyai ciri utama yaoti adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali- kali terbukti negative dan juga telah dijelaskan oleh dokter tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya
Rumah sakit besar di Jerman barat daya telah menerapkan
departemen psikosomatik dengan layanan konsultasi/penghubung selama 20 tahun terakhir. Fokusnya adalah perawatan psikoterapi rawat inap untuk gangguan somatoform parah yang biasanya dengan gangguan komorbiditas depresi, kecemasan dan gangguan makan dengan kapasitas 20 tempat tidur khusus rawat inap psikomatik. Namun setelah adanya pandemi covid 19, pasien dengan psikomatik meningkat parah, maka administrasi RS memutuskan untuk menutup perawatan kesehatan somatic. karena beberapa masalah yaitu pasien psikomatik harus dipulangkan dalam jangka 10 hari, petugas kesehatan sangat ketakutan dengan resiko tertular,terbatasnya fasilitas perawatan dan sumber daya manusia (Andreas Joos,2020).
Untuk dapat mengetahui mengenai psikosomatik yang terjadi di
wabah covid 19, diperlukan adanya study yang membahas mengenai hal tersebut. Maka dari itu kami selaku penulis tertarik untuk melakukan kajian literature/literature review mengenai pengaruh pandemi covid 19 terhadap psikosomatik di masyarakat dari jurnal ataupun artikel internasional.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pengaruh pandemi covid 19 terhadap psikosomatik di
masyarakat. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui definisi Covid 19 b. Mengetahui dampak covid 19 c. Mengetahui definisi psikosomatik d. Mengetahui jenis psikosomatik e. Mengetahui terapi psikosomatik C. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan literatur ini dapat dijadikan sebagai perkembangan teori . 2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat dijadikan sebagai gagasan baru yang dapat dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan jiwa dalam pengaplikasian terapi-terapi psikomatik.