Anda di halaman 1dari 4

PARASIT CACING PARAMPHISTOMUM SP.

PADA TERNAK RUMINANSIA DAN


AKI BAT I N FESTASI NYA.
Darmono
Balm Penelitian Penyakit Hewan, Bogor

PENDAHULUAN mikron dan berwarna sedikit kuning muda trans-


paran (12) .
Parasit cacing Paramphistomum sp . depot
Demi kelangsungan hidupnya, cacing ini me-
menyebabkan penyakit yang disebut Paramphisto-
merlukan inang antara untuk berkembangnya sta-
miasis atau Paramphistomosis . Parasit cacing ini
dium larva (stadium redia sampai serkaria) . Menurut
termasuk dalam golongan trematoda dan famili
Soulsby (12), ads dua famili siput yang panting
Paramphistomatidae, yang dalam jumlah sedikit
yang bertindak sebagai inang antara dari parasit
tidak menimbulkan gejala-gejala klinis dan tidak
cacing ini, ialah : Planorbidae dan Lymneaeidae. Di
menunjukkan rasa sakit pads ternak . Tetapi pada
Afrika, Australia dan India, inang enters hanya
infestasi yang berat dapat menimbulkan gastroen-
terdapat pads famili Planorbidae. Di Amerika Utara
teritis dengan morbiditas dan mortalitas yang
dan Eropa inang antaranya adalah siput Planorbidae
tinggi, terutama pada ternak muda . Ternak yang
dan juga siput Lymneaeidae. Pada sekitar tahun
diserang parasit cacing ini adelah ternak ruminansia
1932 dan 1933 Krull menemukan inang antara dan
seperti : sapi, kerbau, kambing dan domba (12) .
cacing P. Microbotrium, yaitu siput Lymnea humilis
Menurut lokasi berparasitnya, cacing ini dibagi
atau L. bulimoides dan siput tersebut mirip dengan
dalam due tips, yaitu : tips pertama, yang biasa
L . trunctetula yang merupakan inang antara dari
ditemukan dalam rumen dan tips kedua, yang biass
cacing P. daubneyi di Kenya (5). Di Indonesia telah
ditemukan dalam saluran empedu dan kandung
ditemukan siput sebagai inang antara dari cacing
kencing (1, 9) .
Paramphistomum (Gygantocotyl) explanatum yaitu
Telah ditemukan lebih dari 30 spesies cacing
Gyraulus convexiusculus dari famili Planorbidae
yang termasuk deism famili Paramphistomatidae ini
01). Pads penelitia~ di laboratorium ternyata ads
(12) dan menurut Boray (2) ads beberapa spesies,
semacam organisms disebut Chaetogaster limneaei
yang patogen di antaranya yaitu : Paramphistomum
yang hidup secara simbiose dengan siput Planorbis
microbothrium terdapat di Afrika, Timur tengah dan
planorbis (inang antara cacing P. cervl . Organisms
Eropa; P. ichikewaidan Calicophoron calicophorum
ini biasanya memakan redia/serkaria dari cacing P.
di Australia; Gastrothylax crumenifer, Cotylopho-
cervi, sehingga ini merupakan masalah yang sulit
ron cotylophorum, P cervi, Fishorderius elongatus
dalam penelitian siklus hidup P. cervi (10) .
den P. (Gygantocotyl) explanatum di Asia . Di Indo-
nesia telah-dilaporkan adanya spesies P. cervi dan
P: (Gygantocotyh explanatum (1, 9) . PEM 13AHASAN
Cacing Paramphistomum sp . adalah merupa- Ternak ruminansia yang terinfestasi oleh pa-
kan cacing trematoda yang tebal (biasanya cacing rasit cacing ini biasanya memakan rumput yang
trematoda atau cacing daun berbentuk pipih, telah ditempeli oleh metaserkaria . Metaserkaria
seperti Fasciola sp . Eurythrema sp . dill . Cacing ini What Gb . 1) yang masuk ke dalam saluran pencer-
mempunyai batil isap di bagian perut (ventral naan, di usus halus akan berkembang menjadi
sucker) yang disebut asetabulum, dan di bagian cacing muda dan dapat menimbulkan kerusakan
mulut ada batil isap mulut yang kecil (oral sucker) . pads mukosa usus, karena gigitan asetabulumnya .
Ada saluran pencernaan yang sederhana dan jugs Cacing muda menembus mukosa sampai ke dalam
testis yang bergelambir terletak sedikit di bagian dan bisa menimbulkan pengerutan (strangulasi),
anterior ovarium . Cacing dewasanya berukuran nekrose, erosi dan hemoragik pada mukosa . Aki-
sekitar 5-13 mm penjang, 2-5 mm lobar. Ukuran batnya bisa timbul radang akut pads usus dan
telur panjangnya 113-175 mikron dan labor 73-100 abomasum . Cacing muda kemudian berkembang

17
DARMONO : Parasit cacing Paramphistomum sp . pada ruminansia

Tabel 1 . Spesies parasit cacing Paramphistomum


dan siput sebagai inang antara dari cacing .

Paranpistomumsp. Siput Ditemukan

P. rmcrobothrium Bairws tropicus Kenya/Afrika


B. truneatus Israel/Iran
Lynxreaetruncatula Eropa
P. ichikavi Segnitdiaalphena Australia
Helicorbis suifunensis Soviet
Gyraulus filiaris Soviet
Cotylophoron cotylophorum lndopfanorbrsexustus India
Bulinussp Afrika
L. hurnilis Amerika
Cabcophoron cofcophorum Pygmeriisuspelorus Australia
B. tropicus Afrika
P. rn%crobothnoides L. bulimoides Arnerika Were
L. hunifs Amerika Utara
L. columela Arnerika Wars
Ceylonocotylestreptocoe#um Glyptarisusgdberv Australia
P. IGigantocotyll explanatum Gyraulus convexiusculus Indonesia
Gambar 1 . Bentuk metaserkaria dari parasit ca- Paramplv'stomurnsp. Digoniostonra truncatum Indonesia
cing Paramphistomum sp. yang me-
nempel pada rerumputan dan akan ikut
termakan oleh ternak.
menempel pada daun dan rerumputan, menunggu
untuk ikut termakan ternak ruminansia. Siklus
hidup dari parasit cacing ini (lihat Gb . 3) bergantung
pada lingkungan yang cocok, terutama kelembaban
yang tinggi dan temperatur yang memadai
( ± 27°C) . Kondisi tersebut diperlukan untuk ber-
kembangnya fase mirasidium s/d metaserkaria dari
Paramphistomum sp. dan juga untuk berkembang-
nya siput yang digunakan sebagai inang antara .
Tanpa siput sebagai inang antara, tentu saja parasit
cacing tidak bisa hidup dan berkembang biak.

Gambar2. Cacing Paramphistomum dewasa


menggigit mukosa rumen sapi .

cepat, lalu menuju permukaan mukosa dan bermi-


grasi ke rumen kira-kira dalam jangka satu bulan
setela.h infestasi (8) . Di rumen, cacing berkembang
menjadi dewasa What Gb . 2) dan menggigit mukosa
rumen dan dapat bertahan hidup lama . Cacing
dewasa kemudian bertelur kira-kira 75 butir telur/
ekor/hari (7) . Telur keluar melalui tinja dan terjatuh
di tempat yang basah dan lembab . Mirasidia di da-
lam telur berkembang cepat dan keluar dari telur
kemudian berenang mencari siput yang cocok seba-
gai inang antara What Tabel 1) (3, 4, 11, 12) . Dalam
tubuh siput mirasidium berkembang menjadi $ERKARIA- REDIA - OOKISTE

ookiste, dan kemudian menjadi redia, lalu serkaria


selama kira-kira 4-10 minggu . Serkaria keluar dari Gambar 3 . Siklus hidup parasit cacing Paramphis-
tubuh siput dan berkembang menjadi metaserkaria tomum sp. melalui inang antara siput
dengan melepaskan ekornya . Metaserkaria ini akan Planorbis sp .

18
WARTAZOA Vol. 1 No . 2, Oktober 1983

Diagnose . KESIMPULAN DAN SARAN


Diagnose yang paling awal ialah dengan jalan Cacing Paramphistomum sp. merupakan para-
melihat gejala klinis yang timbul . Ternak ruminansia sit cacing yang sering ditemukan di daerah tropik
yang terserang oleh parasit cacing ini terlihat dan sub tropik yang biasa menyerang ternak sapi,
kurang nafsu makan (anorexia), mencret, kadang- kerbau, kambing den domba . Cacing ini cukup
kadang pada infestasi yang berat, cacing dewasa berbahaya untuk hewan ternak muda, yaitu bila
bisa keluar bersama-sama dengan tinja . Diagnose terjadi migrasi cacing muda dari usus menuju
juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan tinja dari rumen . Pada fase ini, banyak terjadi kematian,
hewan penderita den akan ditemukan telur cacing sehingga infestasi parasit cacing ini perlu mendapat
yang berwarna kuning muda (8, 12) . perhatian untuk diteliti .
Untuk mencegah terjadinya infestasi cacing ini,
perlu dilakukan
Kekebalan
Ternak ruminansia yang sudah dewasa atau 1) . Pengobetan terhadap ternak-ternak yang.sudah
yang sudah pernah mengalami infestasi cacing terinfestasi, untuk mencegah keluarnya telur
cacing, karena cacing dewasa telah terbunuh,
dewasa di dalam rumennya, biasanya kebal terha
sehingga penyakit tidak dapat tersebar secara
dap infestasi baru (reinfestasi) (3) . Horek (7), mela-
luas.
porkan hasil penelitiannya mengenai adanya keke-
2). Hewan ternak muda sebaiknya dijauhkan peng-
balan terhadap infestasi P, microbothrium pada
domba, kambing den sapi . Infestasi beberapa gembalaannya dari daerah padang rumput yang
telah terinfeksi .
spesies cacing Paramphistomum (multiple infesta-
3) . Pemberantasan siput sebagai inang antara
tion), dapat menimbulkan kekebalan yang kuat
terhadap reinfestasi cacing tersebut . dengan jalan pemberian moluskisida/pestisida,
untuk memotong siklus hidup cacing tersebut .

Pengobatan
Pengobatan terhadap parasit cacing ini belum UCAPAN TERIMA KASIH
banyak dilakukan di Indonesia, karena mungkin Terima kasih penulis ucapkan kepada- Bapak
kerugian yang diakibatkannya tidak begitu terlihat Drh. Sukardi yang telah memberikan petunjuk pada
menonjol seperti akibat infestasi cacing hati penulisan . Juga kepada sdr . G. Adiwinata yang
(Fasciola sp .). telah membantu, sehingga tulisan ini berhasil di-
Pengobatan terhadap infestasi cacing ini dibagi buat.
dalam dua bagian, yaitu pengobatan ditujukan
untuk membunuh cacing dewasa di dalam rumen
dan pengobatan ditujukan untuk membunuh cacing
DAFTAR PUSTAKA
muda bila terjadi suatu ledakan penyakit (outbreak)
(3) . 1 . Adiwinata, R .T. 1955. Parasitic worms found
in mammals and birds in Indonesia . He-
Obat-obat yang dioakai ialah
mera Zoa 62 : 229-247 .
1). Meniclopholen (niclofolan, Bilevon) 2. Boray, J .C . 1959. Studies on intestinal Param-
Obat di digunakan untuk membunuh Fasciola phistomosis in cattle . Australian Vet. J.
sp. tetapi sangat baik juga terhadap cacing Param- 35 : 282-287 .
phistomum sp . Dengan dosis rata-rata 100 mg/Kg 3 . Boray J .C . 1969. Studies on intestinal Param-
berat badan pada domba den 50-150 mg/Kg bb phistomosis in sheep due to Paramphis-
pada sapi, obat ini sangat efisien terhadap cacing tomum ichikawai Fukui, 1922. Vet. Med.
dewasa (3) . Review. 4 : 290-308 .
2) Mensonil (Niclosamide, Yomeson) . 4. Darmono, G. Adiwinata den M . Djayasasmita,
Dengan dosis 100 mg/Kg bb, sangat efektif 1983. Paramphistomiasis pada sapi Bali I .
pada cacing muda, pada suatu ledakan penyakit Prevalensi Paramphistomum sp . dan in
pada domba (3) . feksi alami pada siput sebagai hospes
3) Resorentel (Terenol) . intermedier . Penyakit Hewan. (akan diter-
Obat untuk membunuh cacing pita pada dom- bitkan) .
ba, tetapi baik sekali untuk pengobatan Paramphis- 5. Dinnik, J .A . 1964. Intestinal Paramphistomia-
tomiasis pada domba dan sapi dengan dosis 65 sis and P. microbothrium Fischorder in
mg/Kg bb (6) . Afrika . Bull. Epizoot. 12 : 439-446 .

19
DARMONO: Parasit cacing Paramphistomum sp. pada ruminansia

6. Gupta, R .P., P.D. Malik dan O .P . Gautam . 10. 'Patzig, F . dan K. Schmid . 1981 . Chaetogas-
1981 . Efficacy Resorantel against Param- ter lineaei K.E.V. Boer. A problem for
phistomiasis in naturally infected sheep. laboratory water-snail colonies in Re
Trop. Anim. Hlth. and Prod. 13 : 35-36. search on Trematodes. Z. Parasitenkd.
7. Horak, I .G . 1967. Host parasite relationship of 65 : 261-270 .
P. microbothrium Fischorder. 1901 . In 11 . Soetedjo, R . dan G . Adiwinata . 1981 . Labo-
experimentally infested ruminants with ratory production of Paramphistomum
particular reference to sheep. Onderste- (Gigantocotyl) explanatum metacercaria
poort J. Vet. Res. 30 : 145-153 . from Planorbis sp. snails . Bull. LPPH.
8. Horak, I .G . dan R . Clark. 1963. Studies on 20 :29-40 .
Paramphistomiasis V. The Pathological 12. Soulsby, E.J.L. 1965. Text-boo k of Clinical
Physiology of acute disease in sheep . Parasitology vol 1 . Helminths . Blackwell
Onderstepoort J. Vet. Res. 30 : 145-153 . Sc. Publ. Oxford .
9. Muchlis, A. 1971 . List of worm parasites in
domestic animals in Indonesia . Bull LPPH.
2 : 6-12.

Anda mungkin juga menyukai