NIM : 142190068
KELAS : EA-C
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud PKPU adalah sebuah kesempatan
yang diberikan oleh UU melalui putusan hakim niaga untuk memusyawarahkan cara-cara
pembayaran utang oleh Debitor yang dapat meliputi pembayaran seluruh atau sebagian utangnya
kepada Kreditor yang membawa akibat hukum terhadap segala kekayaan Debitor dan selama
berlangsungnya PKPU Debitor tidak dapat dipaksa untuk membayar utang-utangnya dan semua
tindakan eksekusi yang telah dimulai untuk memperoleh pelunasan hutang harus ditangguhkan.
Ini menunjukkan bahwa PKPU merupakan usaha untuk menghindari kepailitan, tetapi usaha
PKPU untuk menghindarkan kepailitan adalah sangat sulit tergantung dari kejujuran dan tingkat
moralitas pihak debitor dan kreditor. Saya setuju dengan pendapat tersebut, karena masih ada
kemungkinan Debitur dengan itikad tidak baik sengaja mempailitkan diri dan akan menimbulkan
masalah bagi Kreditor, sama halnya dengan Kreditor dengan itikad tidak baik sengaja
mempailitkan Debitor untuk mendapatkan kembali piutangnya padahal Debitor tidak ingin
dinyatakan pailit dan masih yakin bisa melunasi utang-utangnya.
Pasal 222 UU No. 37 Tahun 2004 menyebutkan bahwa yang bisa mengajukan PKPU itu
bisa Debitor (yang mempunyai lebih dari 1 Kreditor) maupun Kreditor. Dalam Pasal tersebut
menyebutkan dalam hal Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat
melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor.
Kemudian jika Kreditor yang memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar
utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada Debitor diberi
penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditornya.
Sehingga terlihat bahwa PKPU itu berbeda dengan kepailitan.
Selain itu, pihak-pihak yang dapat mengajukan pemohonan PKPU berdasarkan Pasal 223
UU Kepailitan dan PKPU adalah:
1) Debitor
2) Kreditor
3) Bank Indonesia bila Debitornya adalah Bank
4) Bapepam bila Debitornya adalah Perusahaan Efek, Bursa efek, Lembaga kliring dan
penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
5) Menteri keuangan bila Debitornya Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Dana Pensiun, dan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang kepentingan
publik.
Prosedur Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Kemudian, untuk prosedur permohonan PKPU sendiri diatur dalam Pasal 224 UU
Kepailitan dan PKPU yang berbunyi:
Pasal 224
Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Pasal 224 UU Kepailitan dan PKPU,
permohonan PKPU harus diajukan kepada Pengadilan Niaga secara tertulis dengan disertai
daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang Debitor beserta bukti secukupnya. Surat
permohonan tersebut ditandatangani oleh pemohon dan advokatnya yang berarti pemohon harus
menunjuk advokat bila ingin mengajukan permohonan PKPU namun permohonan tersebut tidak
bisa diajukan oleh advokat sendirian tetapi harus bersama-sama dengan pemohon PKPU. Pada
permohonan tersebut bisa juga dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 222 UU Kepailitan dan PKPU.
Sifat putusan PKPU mempunyai kekuatan hukum pasti di mana putusannya bersifat final
and binding (akhir dan mengikat) karena putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum
apapun ini didasari oleh ketentuan dalam Pasal 235 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yang
menyebutkan bahwa Terhadap putusan penundaan kewajiban pembayaran utang tidak dapat
diajukan upaya hukum apapun. Pernyataan pailit sebagai akibat hukum akibat dari penolakan
pengesahan perdamaian juga tidak dapat diajukan upaya hukum Kasasi maupun Peninjauan
Kembali ini didasari oleh ketentuan dalam Pasal 293 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yang
menyebutkan bahwa:
Pasal 293
1) Terhadap putusan Pengadilan berdasarkan ketentuan dalam Bab III ini tidak terbuka
upaya hukum, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.
2) Upaya hukum kasasi dapat diajukan oleh Jaksa Agung demi kepentingan hukum.
Permohonan PKPU yang telah ditetapkan sebagai PKPU sementara, di mana Pengadilan
Niaga memberikan kesempatan kepada debitor dan kreditor untuk verifikasi atas utang-utang
debitor, membicarakan dan mengupayakan tercapainya perdamaian sesuai proposal rencana
perdamaian debitor yang diajukan kepada kreditor dalam pengawasan Hakim Pengawas, hal
sesuai dengan ketentuan Pasal 224 ayat (4) UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Proposal rencana perdamaian debitor yang disetujui oleh kreditor berubah menjadi perjanjian
perdamaian yang mengikat bagi debitor dan kreditor, dimana debitor diwajibkan untuk
membayar utang-utangnya sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian perdamaian, terhadap
proposal rencana perdamaian yang ditolak oleh kreditor, maka demi hukum debitor menjadi
pailit berdasarkan Pasal 230 ayat (1) UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Undang-Undang tersebut menganut prinsip perdamaian tunggal. Prinsip perdamaian
tunggal ini terefleksi dalam Pasal 289 UU Kepailitan dan PKPU yang menyebutkan para pihak.
hanya sekali dapat mengajukan rencana perdamaian7 . Prinsip ini juga bisa kita temukan dalam
Pasal 292 UU Kepailitan dan PKPU, yang menyebutkan bahwa apabila perdamaian dalam proses
PKPU telah ditolak dan kemudian Debitor dinyatakan pailit, maka ia (Debitor pailit) tidak boleh
lagi mengajukan rencana perdamaian. Sehingga akan terjadi perubahan proses hukum yang
sebelumnya ditempuh dengan jalan damai (PKPU) berubah menggunakan ketentuan prosesyang
berlaku dalam ketentuan kepailitan.
KESIMPULAN