- Novira Rhielawati (AKA18007) - Erika Dewi Nuraini (AKA18019) - Edmuzinho Da Costa (AKA18001)/Tidak mengerjakan - Rossaria Jessika (AKA18031)/tidak mengerjakan
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA DENGAN METODE DIFUSI
A. DASAR TEORI Antimikroba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, zat tersebut memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan/menghambat pertumbuhan kuman. Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang),germisidal (menghambat germinasi spora bakteri). mekanisme kerja zat antimikroba mengganggu bagian-bagian yang peka di dalam sel, yaitu: Antimikroba menghambat metabolisme sel, Antimikroba menghambat sintesis protein, Antimikroba menghambat sintesis dinding sel, Antimikroba merusak asam nukleat dan protein, Ada beberapa Sifat antimikroba yaitu : 1. Menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa merusak hospes/inang 2. Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik 3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman atau mikorba 4. Berspektrum luas, yaitu antimikroba efektif digunakan untuk berbagai spesies bakteri, baik bakteri kokus, basil, dan spiral. 5. Tidak menimbulkan alergenik atau menimbulkan efek samping bila digunakan dalam jangka waktu lama. Metode pengujian daya antimikroba bertujuan untuk menentukan konsentrasi suatu zat antimikroba sehingga memeperoleh suatu sustem pengobatan yang efektif dan efisien. Senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri banyak terkandung di dalam tumbuhan. Beberapa senyawa antimikroba antara lain yaitu, saponin, tannin, flavonoid, xantol, terpenoid, alkaloid dan sebagainya (Suerni, dkk, 2013). Terdapat dua metode untuk menguji daya antimikroba, yaitu dilusi dan difusi. Menurut Pratiwi (2008) dalam Atikah (2013) metode difusi dan metode dilusi terbagi menjadi beberapa metode, yaitu: 1.Metode Difusi adalah pengukuran dan pengamatan diameter zona bening yang terbentuk di sekitar cakram, dilakukan pengukuran setelah didiamkan selama 18-24 jam dan diukur menggunakan jangka sorong (Khairani, 2009; Sari, dkk, 2013) a.Metode disc diffusion atau metode Kirby Baure, metode ini menggunakan kertas cakram yang berisi zat antimikroba dan diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri uji. b.Metode E-Test digunakan untuk menentukan KHM (Kadar HambatMinimum), yaitu konsentrasi minimal zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Metode ini menggunakan strip plastik yang telah berisi zat antibakteri dan diletakkan pada media agar. c.Ditch plste technique, zat antimirkoba diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan bakteri uji digoreskan ke arah parit. d.Cup-plate technique, metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion namun bedanya tidak menggunakan kertas. Pada media agar dibuat sumur, dan pada sumur tersebut diberi zat antimikroba. e.Gradient-plate technique, media agar dicairkan dan ditambahkan larutan uji kemudian campuran tersebut dituangkan ke dalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. 2. Metode Dilusi ini dilakukan dengan mencampurkan zat antimikroba dan media agar, yang kemudian diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa tumbuh atau tidaknya mikroba didalam media. Aktivitas zat antimikroba ditentukan dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM) yang merupakan konsentrasi terkecil dari zat antimikroba yang masih memberikan efek penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba uji.dibedakan mejadi dua, yaitu: a.Metode Dilusi cair/ broth dilution test, digunakan untuk mengukur KHM dan KBM. Zat antimikroba diencerkan pada medium cair yang telah ditambhakan bakteri uji. Larutan antimikroba dengan kadar terkecil dan terlihat jernih ditetapkan sebagai KHM. KHM dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri dan zat antimirkoba, kemudian diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap cair ditetapkan sebagai KBM. b.Metode dilusi padat/ solid dilution test, metode ini hampir sama dengan metode dilusi cair, namun menggunakan media padat/solid. Metode dilusi padat dapat menguji beberapa macambakteri dalam satu konsentrasi zat antimikroba. Alat dan Bahan Alat : rotary evaporator (Buchi, Swiss), alat destilasi (Buchi, Swiss), alat-alat gelas (Pyrex, Jerman), aluminium foil, autoklaf (Gea, Jerman), botol gelap, cawan Petri, hot plate, inkubator (Memert, Jerman), jangka sorong, blender, gunting, jarum Ose, kain kasa, kapas, kertas cakram (Whatmann No.42, Jerman), kertas perkamen, kertas saring, Laminar Air Flow (JSCB-900SL, Korea), oven (Memert, Jerman), pinset, pipet mikro (Nesco, Inggris), plat tetes, spatel, vorteks (As One, China) dan timbangan analitik (Shimadzu, Jepang). Bahan : media Nutrient Agar (NA) (Merck, Jerman), media Potato Dextrosa Agar (PDA) (Merck, Jerman), disk antibiotik nistatin 100 UI/disk (Oxoid, Inggris), disk antibiotik kloramfenikol 30 µg/disk (Oxoid, Inggris), alkohol 70%, etanol 96%, DMSO, larutan NaCl fisiologis, aquadest, asam sulfat 2N, asam klorida pekat, besi (III) klorida 1%, kloroform, kloroform amoniak, logam magnesium, pereaksi Lieberman-Bouchard dan pereaksi Mayer. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah S. aureus ATCC 29213, S. epidermidis ATCC 12228, E. coli ATCC 35218 dan S. thypi ATCC 786. Jamur yang digunakan adalah Trichophyton mentagrophytes ATCC 9533. Prosedur 1. Preparasi sampel Sebanyak 200 g kulit bawang merah dicuci dengan air mengalir, kemudian dikeringkan lalu dihaluskan menggunakan blender. Serbuk simplisia kulit bawang merah (Allium cepa L.) yang diperoleh adalah sebanyak 43,9 g. 2. Pembuatan Ekstrak Etanol Ekstraksi sampel dilakukan dengan cara maserasi. Sampel sebanyak 43,9 g direndam di dalam botol gelap yang berisi pelarut etanol selama 5 hari sambil diaduk sesekali dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya. Kemudian dilakukan penyaringan dan ampasnya dimaserasi kembali selama 5 hari. Pengulangan dengan cara yang sama dilakukan sebanyak tiga kali sehingga diperoleh ekstrak etanol kulit bawang merah. Hasil maserasi (maserat) dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental kulit bawang merah. 3. Pengujian Aktivitas Antimikroba Bakteri dan jamur uji diremajakan terlebih dahulu, kemudian dibuat suspensi mikroba. Ekstrak etanol kulit bawang merah dibuat larutan dengan konsentrasi 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,125% dan 1,5625% b/v dengan menggunakan pelarut DMSO. Suspensi bakteri uji sebanyak 0,3 mL dimasukkan ke dalam cawan Petri kemudian ditambahkan 15 mL media NA, kemudian dihomogenkan lalu didiamkan hingga memadat. Larutan uji dengan masing-masing konsentrasi diambil sebanyak 10 µL lalu diteteskan pada kertas cakram, kemudian diletakkan di atas media inokulum. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C untuk bakteri dan selama 72 jam pada suhu 25˚C untuk jamur. Pertumbuhan mikroba diamati dan zona bening yang terbentuk di sekeliling cakram diukur menggunakan jangka sorong. Sebagai perbandingan, digunakan cakram kosong yang ditetesi 10 µL DMSO untuk kontrol negatif dan kontrol positif cakram antibiotik kloramfenikol 30 µg untuk bakteri dan nistatin 100 UI untuk jamur