Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II


HAKIKAT SHALAT DAN KEUTAMAANNYA

Oleh :
Arya Surya Jaya 201910330311031
Falah Ivanurzaki 201910330311133
Rizki Ananda Putra 201910330311141

1
2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa,
sedangkan,menurut istilah shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus
atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi
menjadi kafirdan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan
disandingkan bersama dengan orang-orang,
seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.Hukum shalat yaitu wajib.
Namun juga ada shalat sunnah dan shalat sunnah muakkad (sangat dianjurkan)
yaitu, shalat 2 hari raya, shalat qiyamul lail, shalat witir, dan shalat sunnah thawaf.
Sebelum melaksanakan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dan ada
rukun syarat yang harus dilakukan sesuai dengan tuntunan dan tidak boleh sampai
tertinggal agar ibadah shalat sah dan diterima oleh Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah

1. Hakikat shalat dan keutamaannya


2. Shalat sebagai tiang agama dan urgensinya bagi keberagaman muslim
3. Hikmah shalat dari berbagai aspek
4. Ancaman terhadap orang yang tidak mengerjakan shalat

1.3 Tujuan Penulisan

Memahami hakikat shalat dan keutamaannya, mengetahui hikmah


melaksanakan aktivitas shalat, dan mengetahui akan ancaman bagi yang
meninggalkan shalat serta mampu melaksanakan ibadah shalatdengan baik dan
benar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Shalat

Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat yaitu tidak dapat


diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang sangat menggembirakan hati
bagi orang-orang yang mencintainya dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang-
orang yang mengesakan Allah, puncak keadaaan orang-orang yang jujur dan
parameter keadaan orang-orang yang meniti jalan menuju kepada Allah. Shalat
merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya, Allah memberi
petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya dan memperkenalkannya
sebagai rahmat bagi mereka dan kehormatan bagi mereka, supaya dengan shalat
tersebut mereka memperoleh kemulian dari-Nya dan keberuntungan karena dekat
dengan-Nya. Allah tidak membutuhkan mereka (dalam pelaksanaan shalat), tetapi
justru hakikatnya shalat tersebut merupakan anugerah dan karunia Allah untuk
mereka. Dengan shalat maka hati seorang hamba dan seluruh anggota tubuh
beribadah danAllah menjadikan hati itu lebih sempurna serta merasa gembira dan
merasakan kenikmatan untuk beribadah kepada-Nya.

2.2 Keutamaan Shalat

Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran maupun As-
Sunnah. Oleh karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi seorang hamba dan sama sekali bukan sebagai beban yang memberatkannya,
bahkan shalat hakikatnya sebuah aktifitas yang sangat menyenangkan hati seorang
hamba.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan shalat dengan
perumpamaan yang sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia adalah sebuah
kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang yang beriman, karena dengannya
Allah menghapuskan dosa hamba-Nya. Shalat yang dilakukan dengan baik bisa
mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Allah SWT berfirman
dalam QS. Al-Ankabuut ayat 45

4
ِ ‫صلَ ٰو َة َت ْن َه ٰى َع ِن ْٱل َفحْ َشٓا ِء َو ْٱلمُن َك ِر ۗ َولَذ ِْك ُر ٱهَّلل‬ ِ ‫ْك م َِن ْٱل ِك ٰ َت‬
َّ ‫ب َوأَق ِِم ٱل‬
َّ ‫صلَ ٰو َة ۖ إِنَّ ٱل‬ َ ‫ٱ ْت ُل َمٓا أُوح َِى إِلَي‬
َ ‫أَ ْك َب ُر ۗ َوٱهَّلل ُ َيعْ لَ ُم َما َتصْ َنع‬
‫ُون‬

yang artinya, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”

Shalat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya untuk


senantiasa ingat Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah kesibukannya
dengan dunia dan di tengah-tengah kelalaian serta kegersangan hatinya,
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Thaha:14 :

َّ ‫إِ َّنن ِٓى أَ َنا ٱهَّلل ُ ٓاَل إِ ٰلَ َه إِٓاَّل أَ َن ۠ا َفٱعْ ب ُْدنِى َوأَق ِِم ٱل‬
‫صلَ ٰو َة لِذ ِْك ِر ٓى‬

yang artinya :
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” 
Adapun haditsnya :

Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik lautan mutiara
hakikat ibadah shalat, maka shalat dipandangannya menjadi suatu aktifitas yang
sangat menyenangkan dan ini terjadi pada diri Rasulullah beliau bersabda
dalam (HR. An-Nasaa`i dan Ahmad),

2.3 Shalat sebagai tiang agama

Shalat dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, sehingga


Rasulullah menyatakan bahwa shalat tiang agama Islam.Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW dalam(HR. Bukhari Muslim),
“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat,maka berarti
ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia
merobohkan agama”.

5
Hadits di atas merupakan suatu rujukan bahwa tegak dan tidaknya agama Islam
pada diri seorang muslim tergantung pada keistiqamahan seorang hamba dalam
melaksanakan shalatnya. Shalat tidak hanya dimaknai sebatas kewajiban, tetapi
ruh shalat harus bisa memberikan warna yang sangat positif pada perilaku seorang
hamba yang terpancar pada kesungguhan untuk selalu menaati Allah dan
menjauhkan diri dari perilaku maksiat dan mungkar. Sebagai tiang agama, maka
harus ada makna dan nilai setiap orang melaksanakan shalat, sebagaimana
diuraikan oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihyaa Ulumuddin,
yakni:

a. Hudhurul Qolbi (menghadirkan jiwa). Ketika melaksanakan shalat harus


konsentrasi penuh semata-mata menghadap kepada Allah dan mengharap
keridhaan-Nya. Segala hal yang bersifat keduniaan harus kita lupakan sejenak,
agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang yang celaka, karena tergolong
yang melalaikan shalat.Firman Allah SWT dalam surah Al-Ma’un: 4-5 :

5.‫ين َف َو ْي ٌل‬ َ ‫ لِّ ْل ُم‬.4 ‫ُون‬


َ ِّ‫صل‬ َ ‫صاَل ت ِِه ْم َساه‬ َ ‫ٱلَّذ‬
َ ‫ِين ُه ْم َعن‬

yang artinya,
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dalam shalatnya”

b. Tafahhum yaitu menghayati apa saja yang dikerjakan dalam shalat, baik berupa
bacaan maupun gerakan anggota badan lainnya karena di dalamnya tersimpan
makna pernyataan kesiapan, janji dan kepasrahan secara total kepada Allah SWT
di surah Thaha : 14 yang artinya ,
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”

c. Ta’zhim artinya sikap mengagungkan Allah yang disembahnya serta adanya


kesadaran secara total bahwa manusia adalah sangat kecil di hadapan Sang
Pencipta, Allah Yang Maha Agung,

d. Al-Khouf; yakni rasa takut kepada Allah yang dilambari rasa hormat kepada-
Nya,

6
e. Ar-Roja’ yakni harapan untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya,

f. Al-Haya’ yakni rasa malu kepada Allah, karena apa yang dipersembahkan
kepada-Nya sama sekali belum sebanding dengan rahmat dan karunia yang telah
diberikan-Nya kepada kita.

Dengan mampu menghadirkan makna dan nilai-nilai shalat di atas, maka


secara bertahap akan timbul harapan bahwa akan ada hubungan timbal balik
antara ibadah ritual dalam ibadah shalat sebagai tiang agama dengan nilai-nilai
yang tersembunyi di dalamnya, yang akan dapat menghiasi kehidupan setiap
muslim dalam kehidupan pribadi sehari-hari dan akan membias dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan sepanjang hayatnya.

2.4 Urgensi Shalat Bagi Keberagaman

Shalat bukan sekedar melaksanakan gerakan dan bacaan tertentu yang


dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Seseorang Muslim bukan hanya
dituntut melaksanakan shalat, tetapi mendirikan shalat (aqama shalah),
artinyashalat tidak hanya sekedar gerak badan dan bacaan (ritual-individual) tetapi
harus pula tercermin dalam perilaku sehari-hari (shalat sosial). Semua pengakuan
Allah SWT sebagai Tuhan, Muhammad SAW sebagai Rasul, harus terbuktikan
dalam perilaku berupa ketaatan terhadap semua perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya. Ada beberapa urgensi shalat bagi pelakunya :

A. Membentuk Spiritualitas dan Kepribadian yang Tangguh

Sebagai makhluk sosial setiap manusia membutuhkan dan dibutuhkan orang


lain. Bila hubungan manusia hanya berlandaskan materi saja, maka ia akan
menimbulkan kesewenang-wenangan, melepaskan keinginan menurut hawa nafsu,
dan memunculkan naluri kemanusiaan yang liar tanpa ada ikatan maupun kontrol.
Hubungan antar manusia akan lebih baik bila aspek spiritualitas menjadi kendali
dan perekatnya. Dengan begitu shalat sangat efektif untuk membina dan menempa
aspek spiritualitas manusia. Apabila orang Islam telah menegakkan shalat secara
sempurna (syarat-rukunnya), khusyu, dan ikhlas dalam pengmalannya, maka
shalat tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap suasana batin,

7
kejiwaan, atau psikologisnya. Kondisi ini amat mendukung bagi terbentuknya
kepribadiaan (personality) yang utuh, sehat, produktif, atau efektif.

Kepribadaian yang efektif itu mempunya ciri-ciri :

1. Komitmen terhadap nilai-nilai agama


2. Konsisten atau istiqomah dalam kebenaran
3. Kontrol diri (self-control) dari dorongan hawa nafsu
4. Kreatif, banyak idea atau gagasan dalam menebarkan kebenaran atau kebaikan
5. Kompeten dalam mengamalkan ajaran agama.

B. Sarana Kontemplasi dan Muraqabah

Mengingat ungkapan hadits “sesungguhnya shalat itu mi’raj muslimin”,


artinya seorang hamba ketika shalat sedang melakukan dialog dengan Allah dan
bermunajat kepada-Nya. Shalat pada hakikatnya adalah wujud kepasrahan total
atas kelemahan dan kekerdilan seorang hamba, dan sekaligus pengakuan atas
kekuatan dan kebesaran Tuhannya, karena hamba tersebut yakin bahwa Allah
SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu, mengatur segala peristiwa yang
berlangsung di muka bumi, baik yang dhahir maupun bathin. Rasulullah Saw
seringkali ketika menghadapi masalah atau manakala kesediahan menimpa, Beliau
kemudian melakukan shalat begitu pula para sahabat. Shalat merupakan
manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT, seorang hamba
menyendiri dengan mengagungkan Allah dan bermunajat mengharap pertolongan
dan petunjuk. Dari sini maka shalat dapat menjadi media permohonan dan
pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia
dalam perjalanan hidupnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-
Baqarah (2): 153 :

‫ين‬ َّ ٰ ‫صلَ ٰو ِة ۚ إِنَّ ٱهَّلل َ َم َع ٱل‬


َ ‫ص ِب ِر‬ َّ ‫صب ِْر َوٱل‬ ۟ ‫وا ٱسْ َتعِي ُن‬
َّ ‫وا ِبٱل‬ َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬

8
yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

C. Pelebur Dosa

Shalat adalah sarana membersihkan batin dan melebur dosa-dosa yang


diperbuat oleh manusia seperti dalam QS. Hud (11): 114 yang artinya,
“dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat.”
Begitu pula dalam beberapa riwayat Rasulullah Saw menyampaikan bahwa shalat
dapat mencuci dosa atau kesalahan manusia. Seperti bunyi hadits,
“Perumpamaan shalat lima waktu seperrti sungai tawar yang bersih di depan
pintu, setiap hari mandi lima kali, bagaimana menurut kamu, kotoran apa yang
tersisa? Mereka menjawab, tidak ada. Sesungguhnya shalat lima waktu
menghilangkan dosa seperti air bersih yang menghilangkan kotoran.”
Dalam hadits yang lain Rasulullah menyampaikan :
“Tidaklah seorang Muslim yang melaksanakan shalat wajib, ia membaguskan
wudlu, khusyu, dan rukunya, kecuali ia menjadi kifarat dosa sebelumnya.”

2.5 Hikmah Shalat

Hikmah ibadah shalat sangat besar bagi kehidupan umat Islam baik dari segi
kehidupan pribadi maupun masyarakat. Berikut ini adalah hikmah shalat yang
akan dibahas dari aspek rohani, sosial dan kesehatan.

a. Hikmah shalat dari aspek rohani

Shalat berfungsi untuk mengingatkan manusia kepada Tuhannya yang Maha


tinggi yang telah menciptakan menusia dan alam semesta. Allah berfirman dalam
surat Thaha (20):14

9
“sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dandirikanlah shalat untuk mengingat aku”.
Ingat kepada Allah akan selalu mendatangkan ketenangan hidup dan hati menjadi
tenteram. Hati yang selalu mengingat kepada Allah akan melahirkan kekuatan
rohaniah dalam menghadapi masalah-masalah hidup yang penuh dengan berbagai
macam tantangan, yang seringkali dirasakan amat berat. Dengan kekuatan
rohaniah itu berbagai macam ujian hidup akan dapat dihadapi dengan kesabaran,
ketenangan dan hati yang tenteram. Karena itu amat besar artinya kita selalu
memohon pertolongan Allah dengan sabar dan shalat (QS. Al Baqarah (2):45).
Shalat juga berfungsi untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar. Allah
berfirman dalam surat Al Ankabut (29):45 yang berbunyi:
“sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) aalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadahyang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Oleh karena itu mengerjakan shalat dengan khusyu dan benar mempunyai
peranan yang besar dalam pembentukan moral, yang membuat seseorang
akanmalu melanggar ketentuan-ketentuan Allah sehingga akan terdorong untuk
berbuat yang selalu mendatangkan keridhaan Allah.

b. Hikmah shalat dari aspek sosial

Shalat dapat dilakukan secara individual, tetapi lebih baik apabila dilakukan
secara berjamaah di masjid. Hukum pelaksanaan berjamaah dalam lima sholat
fardlu ialah sunnah muakkad , yakni merupakan perilaku Rasulullah yang sering
beliau lakukan dan anjurkan untuk diikuti oleh umatnya. Bahkan, sebagian versi
ulama menyatakan bahwa hukum pelaksanaan sholat berjama’ah adalah fardlu
kifayah, artinya di setiap kampung atau daerah wajib diadakan sholat berjama’ah
sebagai syiar islam, sebagai identitas islam yang menggema ke seluruh penjuru
cakrawala. Dalam kaitannya sebagai ibadah maupun dalam hubungan sosial
kemasyarakatan, sholat berjamaah mempunyai manfaat yang luar biasa besar.

10
Salah satunya ialah seperti yang disabdakan Nabi SAW. bahwa pahala sholat
bejama’ah lebih utama dibanding sholat sendiridengan selisih 27 derajat. Shalat
dengan cara berjama’ah juga lebih mudah diterimaoleh Allah SWT. karena
kekurangan salah satu peserta jama’ah dapat disempurnakan oleh peserta yang
lain,sehingga seluruhnya dinilai sebagai sholat yang sempurna Selain manfaat
diatas, Shalat berjama’ah juga memiliki hikmah yang tak sedikit dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan. Shalat berjama’ah mengajarkan tentang bagaimana
mestinya seorang muslim bergaul dan menjalin hubungan dengan sesama dalam
kehidupan ini. Hikmah dan pelajaran untuk selalu patuh pada pemimpin serta
tidak melakukan pembangkangan tersirat dalam aturan sholat berjama’ah yang
tidak memperkenankan seorang makmum mendahului gerakan sang imam. Hal ini
merupakan perintah dari Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan
orang yang kalianberi kekuasaan diantara kalian.”(QS. an-Nisa’ : 59)

Jika dalam pelaksanannya imam melakukan kesalahan, dianjurkan bagi


makmum laki-laki untuk mengingatkannya dengan cara membaca tasbih dan
menepuk tangan bagi makmum wanita. Secara implisit hal ini memberikan
pelajaran tentang cara amar ma’ruf nahi munkar yang tepat, yakni dengan cara
yang halus atau dengan sikap sopan bukan dengan kekerasan dan tindakan
anarkis. Shalat berjamah juga memiliki peran bagi persatuan dan kesatuan, serta
kerukunan hidup bermasyarakat. Sebab dengannya seorang muslim dapat lebih
sering bertemu dengan saudara seiman, berbincang dan bercengkrama. Hingga
rasa saling mencintai dan keakraban diantara mereka dapat tumbuh subur dan
bersemi.

c. Hikmah shalat dari aspek kesehatan

Gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna yang luar biasa baik
untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan spiritual dan emosional.
Berikut ini beberapa manfaat gerakan shalat bagi kesehatan manusia:

11
1. Berdiri tegak : Gerakan shalat ini melatih sikap tubuh dan membantu kerja
jantung dalam mengantarkan darah beserta komponennya ke seluruh tubuh
khususnya organ bagian bawah.
2. Ruku’: Gerakan shalat membungkuk membentuk sudut 90 derajat dengan
tangan memegang lutut ini menggerakkan otot punggung, perut dan
persendian tulang belakang untuk mencegah dan mengobati penyakit-
penyakit persendian. Ruku’ yang benar akanmencegah serta mengobati nyeri
punggung dan spasme otot-otot punggung dan otot perut dalam.
3. I’tidal: Gerakan shalat ini meningkatkan fleksibilitas otot punggung dan sendi
tulang belakang, rongga dada serta anggota gerak atas.
4. Sujud : Sujud melatih otot punggung, lengan, paha, tungkai, pinggang dan
otot-otot perut. Dengan meningkatkan kekuatan otot tersebut, akan membantu
pencernaan dan mencegah penyakit yang berhubungan dengan usus. Sujud
juga akan membantu memperbaiki aliran darah ke otak sehingga memenuhi
kebutuhan darah di otak yang kemudian dapat mencegah pikun, gangguan
susunan saraf pusat dan vertigo.
5. Duduk diantara dua sujud : Gerakan shalat ini sangat baik untuk
meningkatkan ketenangan karena terjadi peregangan otot-otot pinggang,
paha, tungkai, otot dalam rongga dan dinding perut. Hal ini mencegah
gangguan tulang belakang seperti spondila atrosis.
6. Berdiri dari sujud : Gerakan ini meningkatkan kekuatan otot-otot lengan,
tangan, bahu, pinggang, paha dan tungkai bawah. Gerakan ini juga
meningkatkan fleksibilitas perendian serta mencegah dan mengobati encok
dan artritis.
7. Duduk tasyahud : Duduk tasyahud memberi efek peregangan dan relaksasi
pada otot-otot pinggang dan perut bagian bawah, otot paha dan tungkai.
8. Salam : Salam membuat peregangan otot-otot bahu dan leher untuk mencegah
dan mengobati pengapuran di leher.

12
2.6 Ancaman Terhadap Orang yang Tidak Mengerjakan Sholat

Menurut tinjauan hukum Islam (baca: fiqih), ada konsekuensi hukum yang
sangat tegas terkait orang yang meninggalkan shalat sebagaimana dijelaskan oleh
Imam Zakaria al-Anshari dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj al-Thalab
(Beirut: Dar al-Fikr), juz I, hal. 102:
“Seorang mukallaf yang tidak mengerjakan shalat tepat waktu karena alasan
malas, termasuk shalat Jumat meski ia beralasan akan melaksanakan shalat
dhuhur, maka ia layak menerima hukuman mati sebagai hadd, bukan karena
alasan kekufuran.”
Pernyataan syekh Zakaria tentang layak dibunuhnya orang yang meninggalkan
shalat tersebut berdasarkan pada hadits nomor 25 riwayat Imam Bukhari
bahwasanya Nabi bersabda:
“Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, dan mendirikan shalat”

Mengenai status bahwa orang yang meninggalkan shalat tersebut belum bisa
dihukumi kafir, berdasarkan pada hadits nomor 1420 riwayat Abu Dawud:

“Shalat lima waktu telah difardhukan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya.


Barangsiapa yang mengerjakannya, dengan tidak menyia-nyiakan hak-hak shalat
sedikitpun, maka Allah berjanji akan memasukkannya ke dalam surga, dan
barangsiapa yang tidak mengerjakannya maka tidak ada janji Allah baginya. Jika
Allah berkehendak maka Dia akan menyiksanya, dan jika Allah berkehendak
maka Dia akan memasukkannya ke surga”.
Secara terperinci, Mustafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha, Al-Fiqh al-Manhaji
‘ala Madzhabi Imam al-Syafi’i (Surabaya: Al-Fithrah, 2000), juz I, hal. 103
memerinci kategori orang yang meninggalkan shalat sebagai berikut:
“Orang yang meninggalkan shalat, ada kalanya karena ia malas dan berleha-
leha, ada kalanya karena ia membangkang dan menyepelekan. Orang yang
meninggalkan shalat karena membangkang tentang kewajiban shalat atau
menyepelekannya, maka ia dihukumi kafir dan keluar dari Islam, dalam hal ini,
Hakim wajib memerintahkannya untuk tobat, jika ia tobat dan mendirikan shalat,

13
maka masalah selesai, jika tidak maka ia dihukum mati dengan alasan murtad,
dan tidak boleh dimandikan, dikafani, dishalati, dan tidak boleh juga dikuburkan
di pekuburan Muslim karena ia tidaklah Muslim lagi.Sementara orang yang
meninggalkan shalat karena malas, namun ia tetap meyakini akan kewajiban
shalat, maka hakim wajib menyuruhnya untuk mengqadla shalat dan bertobat.
Jika ia tetap enggan, maka ia dihukum mati sebagai bentuk had, tetapi statusnya
masih tetap Muslim”.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa jika seseorang muslimyang


meninggalkan shalat karena malas, ia layak dihukum mati. Namun sebagai warga
negara, kita haram gegabah membunuhi mereka yang tidak shalat, karena hal
tersebut merupakan wewenang hakim, bukan wewenang perseorangan warga
negara.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh


Allah SWT. Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin
tentunya ada hikmah untuk kaum muslimin sendiri. Umat islam diperintahkan
untuk melaksanakan shalat salah satu hikmahnya yaitu supaya umat islam selalu
mengingat Allah SWT dan bisa meminta karunia-Nya dan rahmat-Nya serta bisa
mendapatkan ampunan dari segala dosan dan kesalahan. Demikian paparan yang
dapat kami sampaikan mengenai “Hakikat Shalat dan Keutamaannya” , semoga
tulisan makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan selalu istiqamah dalam
melaksanakan shalat agar menjadi orang yang beruntung di dunia maupun di
akherat kelak.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuliah AIK kami
agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan
sarannya, kami mengucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Bin Fahd, Salman, Dr., Inspirasi Dari Shalat Para Nabi, Rahasia Agung Shalat Para
Nabi, Hakikat dan Syari’at Pada Setiap Bacaan Dan Gerakannya, Inas Media,

Klaten-Jateng, 2008
2. Sulaiman, Al-Bujairimy Syeikh Bujairimy ‘aliy al-Khathib,Daarul Fikri,
BairutLibanon, 2006
3. Wiryakusumo, Iskandar, M.Sc., Drs., & Mandalika, J., ed., Drs., Kumpulan Pikiran-
Pikiran Dalam Pendidikan, CV. Rajawali, Jakarta,1982
4. Kartanegara, Mulyadi dkk. Pengantar Studi Islam. Jakarta: UIN Jakarta, 2012

16

Anda mungkin juga menyukai