DISUSUN OLEH
BATAM
2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Berikut ini kami persembahkan sebuah makalah tentang “Pengobatan Untuk COVID-19” yang
menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari materi
tersebut.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Serologi Imunologi Melalui kata
pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila dalam isi
makalah ini ada kekurangan dan tulisan yang kurang tepat. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran para pembaca akan
kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Coronavirus..2
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Gejala diare atau infeksi saluran nafas atas(misalnya bersin, pilek, dan sakit
tenggorokan) lebih jarang ditemukan. Kasus dapat berkembang menjadi pneumonia berat,
kegagalan multiorgan, dan kematian.
2
aktivitas antivirus terhadap SARS-CoV dan MERS-CoV. Kami juga menemukan bahwa
inhibitor cathepsin, E-64-D, memblokir kedua SARS-CoV dan MERS-CoV.
Antara News menyadur dari Los Angeles Times, berikut obat yang berpotensi
melawan virus corona:
Salah satu obat yang digunakan oleh dokter untuk memerangi wabah virus corona
adalah Chloroquine phosphate, obat anti malaria. Obat berumur 70 tahun--yang dijual
dengan nama merek Arlan-- itu dapat membunuh parasit malaria dalam darah, dan
menghentikan penyakit tropis di jalurnya. Pada pasien COVID-19 di Cina, obat itu
menunjukkan kemanjuran dan keamanan yang dapat diterima dalam mengobati pneumonia
terkait COVID-19. Sebelumnya, Institut Virologi Wuhan mengklaim obat itu sangat efektif
dalam uji di laboratorium. Tes para peneliti tersebut menunjukkan obat itu memiliki
kekuatan untuk menghentikan replikasi virus dalam sel, dan bertahan dalam tubuh.
Sebanyak 23 uji klinis obat ini sudah berlangsung pada pasien di Cina, dan satu
direncanakan di AS dan satu lagi di Korea Selatan.Sementara itu juru bicara pemerintah
Indonesia Achamd Yurianto menegaskan, menegaskan klorokin digunakan untuk
membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru, bukan pencegahan
infeksi COVID-19`
2. Hidroksiklorokuin
Obat ini metabolit obat malaria yang berpotensi mengobati penyakit autoimun
tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Para ilmuwan berpikir obat ini bekerja dengan
mengganggu komunikasi antar sel dalam sistem kekebalan tubuh.Dokter sedang mengujinya
pada pasien COVID-19. Mereka berteori, jika klorokuin bermanfaat, maka hidroksiklorokuin
mungkin juga dan hasil laboratorium baru-baru ini tampaknya mendukung teori ini.
Sekitar tujuh uji klinis telah dimulai di China untuk menguji obat ini pada pasien
dengan COVID-19. Peneliti dari Universitas Minnesota juga melakukan pengujian pada minggu
ini. Hasil laboratorium awal di China menunjukkan hidroksiklorokuin menghambat infeksi
SARS-COV-2. Obat ini diklaim aman untuk digunakan pada manusia.
3. Kaletra
Obat ini adalah kombinasi dua obat antivirus yakni lopinavir dan ritonavir yang digunakan
melawan HIV. Lopinavir mencegah enzim virus memotong protein penting yang merupakan
3
kunci untuk reproduksi HIV. Sementara ritonavir membantu meningkatkan konsentrasi lopinavir
dalam sel. Ilmuwan penasaran apakah dua obat ini juga bisa mengganggu siklus hidup SARS-
COV-2 dengan cara yang sama. Namun, penelitan yang dimuat dalam New England Journal of
Medicine melaporkan, obat ini tidak bermanfaat bagi pasien dengan COVID-19 yang parah. Perlu
ada studi lanjutan untuk memberikan wawasan lebih luas mengenai penggunaannya.
4. Remdesivir
Obat ini dikembangkan Gilead Sciences untuk melawan Ebola tetapi tak terbukti efektif.
Namun, remdesivir terbukti memiliki beberapa efek terhadap MERS dan SARS dalam lini sel dan
pengujian hewan terbatas. Karena masih "satu keluarga" peneliti menduga obat ini memeiliki efek
terhadap virus covid-19. Bagaimana persisnya remdesivir bekerja belum jelas, meskipun sebuah
penelitian baru menunjukkan tampaknya menghambat replikasi RNA selama siklus reproduksi
virus corona. Remdesivir diberikan kepada pasien COVID-19 pertama di Amerika Serikat setelah
kondisinya memburuk. Dia mulai pulih pada hari berikutnya, seperti dilaporkan dalam New
England Journal of Medicine. Namun, belum diketahui apakah pemulihan ini disebabkan oleh obat
remdesivir atau karena faktor lain.
5. Losartan
Obat hipertensi ini mencegah hormon angiotensin mengikat ke reseptor pembuluh darah. Para
ilmuwan berhipotesis losartan dapat membantu pasien dengan COVID-19 karena sebagai
penghambat reseptor angiotensin, obat ini menghambat virus masuk ke dalam sel. Peneliti dari
Universitas Minnesota belum menentukan subjek dalam uji klinis mereka.
6. Favipiravir
Avigan (Favipiravir) adalah agen anti-virus yang secara selektif dan berpotensi
menghambat RNA-dependent RNA polimerase (RdRp) dari virus RNA.
Favipiravir adalah bahan aktif obat flu, disebut Avigan, yang dijual di Jepang. Dokter-dokter
di Cina mengklaim obat itu 'jelas efektif' pada pasien virus corona setelah mereka
memberikannya kepada 80 orang di kota Wuhan dan Shenzen.
Fujifilm Toyama mengembangkan obat ini pada tahun 2014 dan telah diuji coba kepada manusia
yang terinfeksi virus corona COVID-19 sejak Februari. Uji klinis dilakukan pada 200 pasien di
rumah sakit Wuhan dan Shenzen. Dari Shenzhen sendiri, menyumbang 80 pasien, 35 pasien
yang menerima perlakuan obat oral favipiravir, dan 45 orang dalam grup kontrol (tidak minum
obat favipiravir).Otoritas medis di Cina mengatakan obat yang digunakan di Jepang untuk
mengobati jenis baru influenza ini tampaknya efektif pada pasien COVID-19. Zhang Xinmin,
seorang pejabat di kementerian ilmu pengetahuan dan teknologi China, mengatakan bahwa
favipiravir, memberikan hasil yang menggembirakan dalam uji klinis di Wuhan dan Shenzhen
yang melibatkan 340 pasien.
4
Menurut para dokter, favipiravir mempercepat pemulihan pasien, mengurangi kerusakan paru-
paru dan tidak menyebabkan efek samping yang jelas. Menurut media lokal, pasien yang
diberi obat itu di Shenzhen memiliki hasil negatif untuk virus corona rata-rata empat hari
setelah didiagnosis.
Waktu tersebut lebih cepat dibandingkan dengan 11 hari untuk mereka yang tidak diobati
dengan Favipiravir. Obat ini adalah obat anti virus yang menetralkan enzim vital yang
digunakan virus untuk bereproduksi. Ini disebut inhibitor RNA polimerase. Ini diproduksi
oleh perusahaan Jepang Fujifilm Toyama Chemical tapi tidak digunakan oleh NHS.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit COVID-19 ini disebabkan oleh corona virus jenis baru yang di seri nama SARS-
CoV-2. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal
dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus
ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun
ibu menyusui.
6
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. 2019 Novel Coronavirus
(2019-nCoV), Wuhan, China.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. Frequently Asked
Questions About SARS.
IDI - Siaran Pers Ikatan Dokter Indonesia. Diakses pada 2020. Outbereak Pneumonia Virus
Wuhan.
Medscape. Diakses pada 2020. What is the role of coronavirus in the etiology of viral
pneumonia?