P LA N T DE P A RT M E N T
PT SAPTAINDRA SEJATI
Jl. TB Simatupang Kav 18 – Cilandak Barat
JAKARTA 12430.
Pembahasan dalam buku ini, berisikan informasi dasar, umum dan sederhana dari sistem kelistrikan (atau
electrical system) yang berlaku pada unit-mesin heavy equipment (alat berat) penjelasan-penjelasan dari
spesifikasi komponen-komponen dan fungsinya serta yang terangkai dalam suatu sirkuit sistem kelistrikan
yang juga diaplikasikan dalam bentuk aplikatip baik untuk mesin Bulldozer, Excavator, Hauling Truck (Rigid &
Articulated) dan mesin-mesin peralatan berat lainnya.
Semoga pembahasan sistem kelistrikan ini, akan menjadi daya tarik tersendiri untuk lebih mendalami dan
mendalami lagi, tentang keunikan dari unit mesin yang memnafaatkan sistem kelistrikan. Kekurang
sempurnaan dalam pembahasan dalam buku ini, agar dapat menjadikan awal dari semangat belajar lagi.
Terakhir terima-kasih atas kritik dan sarannya untuk perbaikan dan kemajuan bersama.
Wassalam,
Tabalong, Mei 2009
Penyusun
PENDAHULUAN
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang disebut dengan energi listrik. Energi listrik merupakan
bentuk energi yang tidak tampak, karena memang sifat kelistrikannya yang tidak tampak. Tetapi efek dari
kelistrikan dapat di rasakan, dapat dilihat, atau dapat di dengar.
Efek dari energi listrik dapat dilihat dengan adanya lampu yang menyala, jika ada petir akan terlihat adanya
kilatan cahaya yang disertai dengan suara, suara dari radio yang terdengar dan masih banyak contoh lain
yang dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Saat ini listrik merupakan salah satu energi yang sangat banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia.
Ada banyak peralatan listrik dan elektronik, seperti kipas angin, motor - motor listrik, televisi, radio, dan
komputer.
Seiring perkembangan teknologi listrik, tidak hanya istilah listrik saja yang berkembang tetapi ada istilah
elektronik. Kadang istilah listrik dan elektronik sudah menjadi satu istilah yang sama.
Dalam sebuah sumber dikatakan perbedaan antara listrik dan elektronik, terletak pada penggunaan
komponen-komponen penyusunnya. Barang dikatakan sebagai barang listrik karena bekerjanya
menggunakan komponen-komponen listrik yang dasar yang belum disertai penggunaan komponen kontrol
yang terbuat dari bahan-bahan semikonduktor. Sedangkan barang elektronik sudah menggunakan
komponen-komponen dari bahan semikonduktor.
Dalam dunia alat berat, saat awal sistem starting mempunyai komponen utama motor starter dan starting
switch. Sistem seperti ini biasa disebut sebagai sistem listrik
Dalam perkembangannya sistem starting, komponennya tidak hanya starting motor dan starting switch saja,
melainkan sudah disertai dengan komponen kontrol tambahan. Misalnya sistem starting yang di kontrol oleh
sebuah ECM (Electronic Control Module). Sehingga saat ini sistemnya tidak lagi hanya disebut sebagai
sistem listrik tetapi disebut sistem elektronik.
Penjelasan tentang teori elektron berikut dapat menjelaskan tentang prinsip-prinsip kerja kelistrikan.
Sebuah benda tersusun atas molekul-molekul. Dalam molekul terdapat atom-atom yang saling berikatan.
Atom merupakan komponen dasar yang membentuk benda. Atom merupakan partikel terkecil yang tidak
dapat dibagi-bagi lagi tanpa kehilangan sifat aslinya.
Atom mempunyai struktur seperti tata surya. Dalam atom terdapat inti atom ( nukleus ) yang dikelilingi oleh
elektron-elektron (muatan -).
Inti atom (nukleus) terdiri dari proton (muatan +) dan neutron (muatan netral).
Contoh lain adalah atom tembaga (Cu). Atom ini mempunyai nomor atom 29. Artinya dalam atom ini terdapat
29 proton dan 29 elektron.
Menurut Pauli tentang struktur atom, jumlah elektron yang beredar dilintasan, dirumuskan sebagai berikut :
K = ( n – 1 ) = 2 x (1)² = 2 elektron
L = ( n – 2 ) = 2 x (2)² = 8 elektron
M = ( n – 3 ) = 2 x (3)² = 18 elektron
N = ( n – 4 ) = 2 x (4)² = 1 elektron
Dari penjabaran diatas, atom tembaga (Cu) memiliki 1 elektron pada kulit terluar.
Posisi elektron pada kulit paling luar disebut dengan elektron valensi.
Elektron valensi inilah yang menentukan sifat-sifat kelistrikan dari suatu benda/bahan
Jika terjadi ketidakseimbangan, apabila sebuah atom bertambah jumlah elektronnya maka akan menjadi ion
negatif, sedang jika sebuah atom kehilangan elektron maka akan menjadi ion positif.
Positif ion akan menarik elektron dari atom sekitarnya supaya seimbang kembali. Kondisi untuk menjadi
seimbang ini, akan menyebabkan adanya proses perpindahan atau aliran elektron.
Dengan adanya proses perpindahan elektron bebas dari satu atom ke atom yang lain inilah didapat dikatakan
sebagai terjadinya sifat-sifat kelistrikan.
Sifat kelistrikan suatu bahan dapat dilihat berdasarkan jumlah elektron valensi. Ada 3 macam katagori sifat
kelistrikan suatu bahan:
1. Konduktor
2. Semi Konduktor.
Semi konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik (konduktor ) tapi juga dapat menjadi
bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik ( isolator ), sesuai dengan kondisi yang mempengaruhi
bahan tersebut.
Bahan-bahan yang termasuk jenis ini memiliki elektron valensi sama dengan 4 elektron.
3. Isolator
Secara umum aliran listrik terjadi karena adanya adanya aliran elektron. Aliran elektron dan aliran arus dapat
digambarkan sebagai berikut :
Secara konvensional aliran arus adalah dari muatan positif ke muatan yang lebih negatif, sedang dalam
konsep elektron, elektron berpindah dari muatan negatif ke muatan positif.
Banyaknya muatan suatu bahan dinyatakan dalam Coulomb (Q) . Satu Coulomb = 6,28 x 10 18 elektron.
Satu Ampere didefinisikan adanya aliran elektron sebesar satu coulomb per detik.
VOLTAGE (TEGANGAN)
Voltage adalah gaya yang menyebabkan terjadinya aliran listrik, yaitu sebuah beda potensial antara dua buah
titik.
HUKUM OHM
Plant People Development
-8-
PT SAPTAINDRA SEJATI
SISTEM KELISTRIKAN
Sebuah rangkaian listrik dasar terbentuk dari sumber tegangan, komponen pengaman, komponen kontrol,
dan beban yang dihubungkan oleh penghantar.
Sebuah aliran listrik akan terjadi jika dalam rangkaian tersebut menjadi suatu rangkaian tertutup. Artinya arus
listrik akan mengalir jika ada aliran dari sumber tegangan yang sampai pada beban.
Sebagai contoh dari gambar diatas, apabila komponen kontrolnya tidak disambungkan maka tidak akan
terjadi aliran arus listrik.
Untuk mengetahui parameter-parameter listrik yang ada dalam rangkaian, dapat digunakan kaidah-kaidah
HUKUM OHM.
Hukum Ohm menyatakan bahwa banyaknya arus ( I ) yang mengalir melalui konduktor akan berbanding lurus
dengan tegangan ( V ) dan berbanding terbalik dengan hambatannya ( R ).
Segitiga Hukum Ohm di bawah dapat membantu untuk memahami rumusan diatas :
Dari perhitungan diperoleh besarnya arus yang mengalir pada beban adalah 6A.
Dalam perhitungan menggunakan hukum ini, besarnya nilai tegangan, resistansi, dan arus sering dinyatakan
dengan menggunakan satuan standar baku.
Contoh :
Aplikasi hukum OHM akan sangat banyak dipakai pada semua rangkaian listrik yang ada di alat berat.
Pemahaman akan penggunaan hukum –hukum ini akan sangat banyak membantu dalam memahami isi dari
cara kerja sistem kelistrikan diberbagai alat.
POWER (DAYA)
Daya yang berasal dari sumber tenaga listrik akan dipakai oleh beban-beban listrik. Besarnya beban yang
digunakan nilai sebanding dengan sumber tenaga yang disuplai.
Contoh :
Pada contoh kedua, bila tegangan lampu sebesar 24 V maka lampu tersebut memerlukan arus sebesar :
I = P/V
I = 70/24
I = 2,9 A
Dalam beberapa manual engine , daya engine tersebut dinyatakan dengan Watt. Seperti sering diketahui
bahwa daya/tenaga mekanis suatu engine juga dinyatakan dalam Horse Power (HP).
Untuk mengetahui perbandingan kedua standar tersebut dapat dipakai konversi daya mekanis ke dalam daya
listrik di bawah ini :
Tipe-tipe rangkaian tersebut ditentukan oleh bagaimana hubungan antara sumber tegangan, pengaman,
kontrol dan beban.
RANGKAIAN SERI
RANGKAIAN PARALEL
RANGKAIAN SERI-PARALEL
Dalam sirkuit gabungan ( serie - parallel ) untuk menghitung tahanan total arus yang mengalir dan
tegangannya, memakai rumus gabungan serie parallel. Cara menghitungh yang paling mudah, diselesaikan
dulu rangkaian parallelnya dan kemudian diselesaikan rangkaian seluruhnya serie.
Jawab :
Rt = r1 + R2,3 = 2 + 2 = 4 ohm.
b. I2 : I3 = R3 : R2 =3 : 6
I2 = 3/9 x 3 = 1 Ampere
I3 = 6/9 x 3 = 2 Ampere
Vd1 = It x R1 = 3 x2 = 6 volt
Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan parallel adalah sama meskipun hambatan yang
diparallelkan berbeda - beda.
MAGNET
1. Magnet alam
2. Magnet buatan
Magnet alam merupakan magnet yang secara alami dimiliki oleh bahan bahan batu besi magnet.
Maget buatan merupakan magnet dari hasil perlakuan terhadap bahan-bahan tertentu sehingga bahan
tersebut mempunyai sifat kemagnetan.
Magnet buatan ada yang bersifat permanen dan ada yang sementara.
Sifat-sifat Magnet
a. Pada ujung - ujung sebuah magnet terdapat kutub utara ( N pole ) dan kutub selatan (S pole)
b. Kutub - kutub yang senama akan saling tolak - menolak, sedangkan kutub - kutub yang tidak senama akan
saling tarik menarik.
Elektromagnet
a. Bila sebuah konductor dialiri arus listrik, maka disekeliling konductor akan timbul medan magnet.
Kaidah tangan kanan dan bentuk lingkaran medan magnet pada konduktor dialiri arus listrik
b. Arah medan magnet yang timbul tergantung dari arah arus yang melewati konduktor tersebut.
d. Bila gulungan / coil dialiri arus listrik, maka pada gulungan / coil tersebut akan timbul medan magnet.
e. Arah gulungan atau arah arus listrik berubah, maka arah medan magnet yang timbul juga akan berbalik.
Induksi diri terjadi saat sebuah lilitan / kumparan yang dialiri arus listrik, tiba-tiba diputus arus listriknya.
Pada saat lilitan mendapat arus, maka akan timbul garis-garis gaya magnet. Saat arusnya dihilangkan maka
medan magnet akan turun tiba - tiba yang menyebabkan berbaliknya gaya gerak listrik.
Induksi diri dapat terjadi pada setiap komponen yang berupa kumparan, seperti relay, solenoid, maupun
electric clutch untuk compressor AC. Untuk menghindari efek ini dalam rangkaian biasanya dilengkapi dengan
flywheel diode.
h. Transformer.
Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa primary coil yang dihubungkan serie dengan battery dan switch,
maka ketika switch digerak - gerakkan ON dan OFF lampu akan menyala.
Sedangkan bila primary coil dihubungkan dengan sumber AC, lampu akan menyala. Hal ini disebabkan
perubahan arus bolak -balik berubah secara periodik dengan frequency yang sama besar.
Induksi medan magnet ini menjadikan gaya gerak listrik di secondary coil berlangsung terus - menerus. Inilah
yang merupakan prinsip dasar sebuah transformer.
Alternator
Bila sebuah konduktor digerak - gerakkan memotong garis gaya magnet, maka pada konduktor akan mengalir
arus listrik. (Hukum Faraday)
Bekerja nya proses pembangkitan pada generator/ alternator sesuai dengan kaidah tangan kanan Feming.
Berdasar prisip-prinsip dasar diatas jika sebuah kumparan yang berada dalam medan magnet digerak-
gerakkan maka akan timbul gaya gerak listrik.
Dalam alternator dan generator memiliki prinsip dasar yang sama namun konstruksi penerimaan hasil gaya
gerak listriknya berbeda.
Perbedaan konstruksi inilah yang pada akhirnya generator dibagi atas dua jenis yaitu :
4 AC generator ( alternator ).
4 DC generator ( dynamo ).
Pada alternator ditandai dengan tidak adanya magnet tetap, dengan demikian alternator harus diberikan arus
listrik awal agar tercipta medan magnet. Bagian yang berputar pada alternator disebut rotor coil atau field coil
yang sekaligus sebagai pembangkit medan magnet bila coil tersebut dialiri arus. Sedangkan bagian yang
diam disebut Stator coil atau armature coil. Armature coil inilah yang kemudian akan mengeluarkan arus listrik
bila field coil berputar. Flux yang melalui stator coil akan berubah perlahan – lahan seperti berikut :
Ketika rotor diputar searah jarum ham, maka induksi gaya gerak llistrik akan maksimum pada 90° dan 270°
serta akan minumum pada 180° dan 360°, dengan demikian arus listrik selalu berbeda polaritas setiap 180°.
Polaritas yang demikian ini disebut dengan arus bolak - balik atau Alternating Current.
Pada DC generator, ditandai dengan adanya medan tetap sedangkan armature coilnya berputar didalam
magnet tersebut. Akibatnya terjadilah pemotongan garis gaya magnet oleh armature coil sehingga pada
armature coil akan ada arus listrik. Pada shaft armature terdapat comutator ( cincin yang terbelah belah ).
Adanya cincin ini menyebabkan ini menyebabkan arus yang berbalik polaritasnya selalu diarahkan ke tempat
yang sama. Dengan demikian biarpun pada armature coil terjadi polaritas bolak balik, tetapi keluarannya
setelah melewati comutator memiliki polaritas yang selalu tetap . Arus yang polaritasnya tetap ini
dinamakan arus searah.
Bila sebuah konduktor yang berada dalam medan magnet aliri arus, maka konduktor akan terlempar dari
kutub-kutub magnet tersebut.
Diantara dua buah N dan S terdapat sebuah konduktor yang berujung di C1 dan C2 ( setengah cincin
tembaga yang disebut commutator ). Dua buah sikat arang ( brush ) B1 dan B2 yang berhubungan dengan
commutator memungkinkan arus mengalir ke konduktor. Bagian yang dapat berputar ini disebut dengan
armature.
Konduktor yang terletak didekat kutub S akan bergerak ke kanan dan konduktor yang terletak didekat kutub N
akan bergerak ke kiri. Gabungan dari gerak tersebut akan memutar armature searah jarum jam ( sesuai
dengan Kaidah Tangan Kiri Fleming ). Bila arus pada konduktor tersebut di balik, maka putaran
armature akan berbalik.
Untuk mengetahui besarnya parameter-parameter listrik (arus, tegangan, hambatan) yang nyata, diperlukan
alat yang dapat menentukan besarnya nilai parameter tersebut. Dengan adanya alat ukur ini, akan dapat
diketahui nilai yang sebenarnya dari sebuah parameter. Jadi bukan merupakan dugaan ataupun perhitungan.
Dengan alasan kemudahan dan praktis dalam pengukuran, ketiga macam alat ukur tersebut didesain
menjadi satu alat ukur. Alat ukur gabungan tersebut dikenal dengan nama AVO Meter atau Multimeter.
Dalam perkembangannya AVO Meter, tidak hanya dapat mengukur ketiga parameter saja, akan tetapi sudah
dilengkapi dengan beberapa fitur-fitur baru yang semakin memudahkan pengguna alat. Misalkan fitur untuk
mengukur frekuensi listrik, pengecekan kontinuitas dengan suara dan pengecekan beberapa komponen
semikonduktor.
AVO Meter Analog sering dikenal dengan AVO Meter yang menggunakan jarum penunjuk, sedang AVO
Meter Digital menggunakan tampilan angka.
Metode pengukuran dari kedua jenis alat ini adalah sama. Perbedaan paling utama adalah pada model
tampilan saja.
Dengan adanya tampilan angka kesalahan pembacaan pada AVO Meter Analog akan dapat dikurangi, dan
saat ini AVO Meter digital lebih disukai dan digunakan.
AVO Meter jenis ini banyak sekali beredar dipasaran. Merknya juga berbeda-beda. Harga dari alat ini dapat
diperoleh mulai dari beberapa ribu rupiah sampai jutaan rupiah.
Walaupun merk dan harganya bervariasi, akan tetapi dasar pengukurannya tetap sama. Perbedaan
kemungkinan terletak pada pemilihan tombol atau selektornya.
Dalam menggunakan AVO Meter Digital yang penting untuk diketahui adalah :
1. Mengetahui fungsi setiap tombol
2. Mengetahui letak pemasangan kabel jack.
3. Mengetahui kemampuan maksimum alat.
1. Kabel jack hitam (COM) digunakan sebagai titik acuan pengukuran / GROUND.
2. Kabel jack merah pada input bertanda V,O untuk pengukuran tegangan, hambatan, dan fungsi tambahan .
3. Untuk pengukuran arus kabel jack nya harus dipindah ke input yang bertanda A.
A. Mengukur Tegangan DC
B. Mengukur Tegangan AC
Pengukuran tegangan dilakukan dengan posisi alat ukur paralel terhadap beban yang diukur.
Untuk pengukuran arus listrik, harus dilakukan secara seri dengan bebannya sehingga caranya lebih rumit.
Untuk mngatasi hal ini, dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur arus listrik yang menggunakan
prinsip elektromagnet, dengan menggunakan Tang Ampere.
Prinsip alat ukur ini akan mendeteksi besar kecilnya medan magnet di sekitar penghantar rangkaian yang di
ukur. Kemudian imbas dari magnet magnet ini akan dikonversi ke besar arus yang sebanding.
Pengukuran resistansi dilakukan dengan posisi paralel terhadap beban yang diukur, dengan syarat tidak
boleh ada tegangan pada beban tersebut.
Setelah mengetahui cara menggunakan alat ukur untuk mengukur tegangan, resistansi, dan arus, selanjutnya
bagaimana cara-cara tersebut digunakan pada aplikasi dalam sistem kelistrikan unit.
Dalam prakteknya, pengukuran resistansi dan pengukuran tegangan lebih banyak dilakukan.
Silahkan simak beberapa troublehooting chart yang ada di buku manual. Pengukuran tegangan dan resistansi
akan lebih banyak ditemukan.
Metode pengukuran tegangan berikut akan sangat memudahkan menentukan parameter kerja komponen :
Bagaimana cara diatas dapat digunakan untuk mengetahui kerusakan dalam rangkaian ?
Dari hasil perbandingan diatas, ditemukan nilai yang berbeda pada TP8. Hal ini berarti ada ketidak beresan
dari rangkaian pada titik tersebut.
Dengan kondisi dapat dilakukan dugaan kabel antara TP7 dan TP8 memiliki resistansi yang tinggi atau open
circuit.
Langkah selanjutnya dapat dilakukan pengukuran resistansi antara TP7 dan TP8, untuk menentukan posisi
kerusakan dari rangkaian.
Berlatihlah melihat cara kerja suatu rangkaian listrik yang ada di buku manual. Berikan dugaan nilai tegangan
dan hambatan disetiap titik komponen. Bandingkan dugaan Anda dengan nilai yang tertera pada
troubleshooting chart. Dan lihat lah hasilnya.
Terdapat bebarapa kerusakan yang terjadi pada suatu rangkaian listrik. Kerusakan rangkaian listrik yang
sering terjadi adalah :
1. Short circuit /hubung singkat : arus mengalir tanpa melalui beban, atau dua pengantar tersambung tidak
normal
4. Resistansi besar : adanya resistansi yang besar menjadikan aliran arus terganggu.
KOMPONEN-KOMPONEN LISTRIK
RESISTOR
Pada dasarnya resistor adalah penghambat dalam rangkaian listrik. Sebuah beban listrik juga mempunyai
nilai resistansi. Resistor sangat banyak dijumpai dalam setiap rangkaian listrik.
Mengacu pada fungsi yang digunakan untuk menghambat aliran listrik, resistor didesain dengan berbagai
macam jenis.
1. Resitor tetap.
2. Resitor variable, terdiri resistor variabel linier dan resistor variabel non linier.
Resistor Tetap.
Resistor tetap adalah resistor yang sengaja dibuat dengan harga resistansi ( ohm = W ) tertentu.
Pada umumnya resistor dibuat dari kawat yang dililit atau dari karbon.
Power rating dari resistor perlu untuk diketahui. Power Rating ini sangat erat hubungannya dengan
kemampuan daya disipasi terhadap panas yang timbul. Artinya resistor dengan daya besar memiliki
kemampuan untuk dilewati arus yang lebih besar dan lebih tahan terhadap panas tanpa mengalami
kerusakan.
Resistor tersedia dengan harga resistansi yang cukup banyak, mulai dari beberapa ohm sampai
dengan beberapa mega ohm. Adapun power ratingnya mulai dari 0.1 watt sampai dengan beberapa ratus
watt.
Adapun untuk mengidentifikasi besarnya harga resistansi sebuah resistor tetap, apabila pada badan resistor
tidak dituliskan harga resistansinya, maka pada badan resistor dibuat gelang - gelang berwarna.
Resistor Variable.
Resistor variable merupakan sebuah resistor yang nilai resistansinya dapat diatur.
Contoh resistor variable yang digunakan di dalam peralatan elektronik adalah potentiometer, dan trimmer.
Resistor non linier merupakan resistor yang nilai resistansinya berubah-ubah tidak linier terhadap perubahan
lingkungan yang dideteksi sesuai fungsinya.
Resistor jenis ini banyak digunakan dalam sistem sensor . Resistor ini digunakan untuk mengindera
perubahan kondisi yang diukur.
Beberapa jenis resistor non linier adalah :
a. Thermistor.
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang mempunyai koefisien temperatur berubah sesuai dengan
perubahan temperaturnya.
1. Thermistor NTC.
Thermistor NTC (Negative Temperature Coeficient) merupakan resistor memiliki nilai resistansi yang tinggi
pada suhu rendah. Semakin tinggi suhu yang diterima maka nilai resistansinya akan lebih kecil.
2. Thermistor PTC.
Thermistor PTC (Positive Temperature Coeficient) merupakan resistor yang memiliki nilai resistansi kecil
pada suhu rendah. Semakin tinggi suhu yang diterima maka nilai resistansinya akan menjadi besar.
KAPASITOR
Konstruksi kapasitor.
Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa kapasitor terbuat dari 2 ( dua ) buah plat. Plat konduktor
tersebuit dibuat sejajar dan dipisahkan oleh bahan dielektrika.
Kapasitas Kapasitor.
Kapasitas kapasitor adalah kemampuan suatu kapasitor di dalam menyimpan muatan listrik.
Kapasitas 1 Farrad bila diberi tegangan 1 volt dapat menyimpan muatan sebesar 1 coulomb ( 6.28 x 10 18
elektron ).
Ukuran kapasitor yang sering ditemui mempunyai nilai yang lebih kecil dari 1 Farad.
Misal : 22 nF, 33uF, 1000uF, 47pF
Untuk menjelaskan pengisian dan pengosongan kapasitor dapat dipergunakan gambar berikut ini :
Pada saat switch s dihubungkan keposisi 1, maka arus akan mengalir dari battery, switch S, hambatan R dan
capasitor C. Perbedaannya potensial pada kapasitor akan mulai naik bersamaan dengan menurunnya arus,
sedemikian rupa sehingga saat perbedaan potensial pada kapasitor maksimum, arus akan berhenti. Hal ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Selanjutnya setelah perbedaan potensial pada kapasitor maksimum, switch S dihubungkan ke posisi 2,
terjadilah proses pengosongan kapasitor. Perhatikan bahwa arus yang mengalir adalah berlawanan
arah dengan arus saat pengisian. Kapasitor akan mengeluarkan energi yang disimpannya dan
kemudian disisipkan ke hambatan R. Tegangan pada kapasitor akan menurun dan arus pada hambatan R
pun akan menurun hingga tegangan pada kapasitor nol dan aruspun berhenti mengalir seperti dijelaskan
pada gambar berikut ini :
Waktu yang diperlukan untuk pengisian kapasitor tergantung dari besarnya kapasitansi kapasitor dan
hambatan yang dipasang secara serie debngan kapasitasnya.
Hubungan serie.
Pada hubungan serie besarnya kapasitansi totalnya menjadi lebih kecil dari nilai awal. Hal ini sama seperti
sebuah resistor yang dihubungkan paralel.
Hubungan parallel.
Pada hubungan parallel besarnya kapasitansi total merupakan jumlah dari kapasitansi penyusunnya. Hal ini
sama seperti resistor yang dihubungkan seri.
SEMIKONDUKTOR.
Kerugiannya adalah :
8 Pembuatan tidak mudah ( terutama untuk frekwensi tinggi, daya besar dan tegangan tinggi )
8 Peka terhadap temperatur.
8 Pada jenis - jenis tertentu sangat mahal.
Material Semikonduktor.
Bahan semikonduktor yang banyak dipergunakan dalam pembuatan komponen semi konduktor adalah silikon
( Si ) dan Germanium ( Ge ).
Pada umumnya Si dipergunakan untuk komponen dengan kapasitas besar, sedangkan Ge untuk kapasitas
kecil karena Ge mempunyai sifat lebih buruk dari Si.
Semi Konduktor memiliki jumlah elektron terluar 4 (ingat teori elektron). Dalam material atom, Si atau Ge
terikat dalam bentuk ikatan covalent. Dimana elektron terluar saling mengisi sehingga jumlah elektron terluar
pada ikatan tersebut adalah 8. Lihat gambar :
Material N.
Salah satu elektron dari material P tersebut dapat bergerak bebas ke seluruh kristal sehingga menjadi
elektron bebas ( free electron ). Selanjutnya material tersebut dinamakan Material - N ( material donor ).
Selain material P ( phosphorus ), untuk membuat material N dapat juga digunakan materal Arsenic ( As ) atau
Antimony ( Sb ).
Kristal material - N.
Material P.
Bila kristal Si atau Ge ditambah ( di-doping ) dengan material Al ( Alumunium ) yang mempunyai 3 elektron di-
outer ring, maka untuk membentuk ikatan kristal / covalent bonding akan kekurangan elektron yang disebut
dengan hole.
Dengan sifat yang demikian, maka kristal Si atau Ge yang didoping dengan Al disebut dengan Material - P
( material akseptor ). Selain material Al ( aluminium ), untuk membuat material P dapat juga digunakan
materal B ( boron ).
Kristal material - P.
Bila material P dihubungkan dengan sebuah sumber, maka arus yang terjadi adalah gerakan “ postive
Charged Holes “ seperti terlihat berikut ini :
Gerakkan hole yang secara terus - menerus dari terminal positif ke negatif inilah yang merupakan dasar
pengoperasian komponen semi konduktor ( misalnya diode dan transistor ).
D I O D E.
Konstruksi Diode.
Plant People Development
- 43 -
PT SAPTAINDRA SEJATI
SISTEM KELISTRIKAN
Diode adalah suatu komponen elektronika dua kutub Anoda dan Katoda. Dioda terdiri dari gabungan material
N dan material P.
Diode dikatakan mendapat arus forward Bias apabila anode ( A ) lebih positif dari Cathode ( K ) dan
dikatakan mendapat reverse Bias apabila Cathode (K) lebih positif dari anode ( A ). Arus listrik hanya bisa
mengalir apabila diode mendapat Forward Bias atau arus hanya mengalir dari anode ke cathode saja.
Saat forward bias, terminal yang kelebihan elektron akan mampu menembus junction ( sambungan )
sehingga aliran elektron yang berpindah secara terus menerus akan menimbulkan hole, timbuknya hole inilah
yang menyebabkan timbulnya arus.
Saat reverse bias, terminal yang kelebihan elektron akan di isi oleh material – N sehingga tidak ada aliran
elektron dan tidak ada hole yang timbul, sehingga arus tidak mengalir.
Karakteristik Diode.
Zener Diode.
Suatu contoh , sebuah zener diode tidak mengalirkan arus bila reverse bias voltage lebih rendah dari 6 volt.
Tetapi bila reverse bias voltage menjadi 6 volt atau lebih, maka zener diode dengan sekonyong - konyong
mengalirkan arus reverse.
TRANSISTOR.
Transistor adalah suatu komponen elektronika yang dibuat dengan penggabungan dari material P dan N.
yang disisipkan suatu lapisan tipis P atau N. Dengan demikian terdapat dua kemungkinan transistor
yaitu PNP atau NPN. Adapun dalam penggunaannya transistor dapat berfungsi sebagai electric switch dan
sebagai penguat.
Transistor PNP.
Dalam pembuatannya transisitor PNP, adalah dua buah lapisan P yang disisipkan ditengahnya satu lapisan
tipis N.
Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari emitter ( E ) ke collector ( C ) bila sudah ada arus dari emitter
( E ) ke base ( B ).
maka :
le = lb + lc
Transistor NPN.
Dalam pembuatan transisitor NPN, diantara lapisan N disisipkan satu lapisan P. Dengan demikian konstruksi
dasar transistor NPN dan simbolnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari collector ( C ) ke emitter ( E )bila sudah ada arus dari base ( B )
ke emitter ( E ).
maka :
le = lb + lc
Pemberian Polaritas transistor
Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut :
Konstruksi dasar sebuah SCR adalah merupakan susunan empat lapisan bahan semi konduktor P N P N
atau N P N P dengan tiga terminal keluaran yaitu Anode ( A ), Cathode ( K ) dan Gate ( G ). Hal tersebut
diatas dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pada dasarnya sebuah thyristor sama dengan dua buah transistor yang dihubungkan seperti pada gambar
diatas.
Plant People Development
- 49 -
PT SAPTAINDRA SEJATI
SISTEM KELISTRIKAN
Bila base current ( 1 ) sudah mengalir ke Tr1, maka arus akan mengalir arus base ( 2 ) pada Tr2. Akibatnya,
arus collector ( 3 ) pada Tr2 akan mengalir yang juga merupakan arus base ( 1 ) ditiadakan ( thyristor tetap
ON ).
Karakteristik thyristor.
Jika thyristor diberi forward bias ( anode diberi tegangan positif dan cathode diberi tegangan negatif ), maka
thyristor akan ON setelah ada arus gate.
Dalam kondisi diatas ( forward bias ) tegangan dinaikkan sampai tegangan tertentu, maka tiba - tiba thyristor
akan ON. Tegangan ini disebut “ break - over voltage “ yang dapat merusak thyristor.
Dari hal tersebut thyristor tidak akan ON kecuali berikan arus gate ( thyristor diberi forward bias ).
Kabel merupakan penghantar dalam rangkaian listrik. Ada banyak sekali kabel digunakan dalam alat berat.
Setiap produk memiliki pengkodean dan ukuran yang berbeda.
Kabel ada yang penghantarnya tunggal dan ada yang serabut. Pemakaian kedua jenis kabel initergantung
pada kebutuhan.
Dalam unit alat berat, beberapa kabel dijadikan satu dan diberi pelapis/pengaman. Gabungan dari kabel ini
disebut dengan harness.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam penggunaan kabel. Diantaranya adalah ukuran kabel , nilai isolasi
kabel, dan jenisnya.
Aplikasi di alat berat, istilah-istilah yang berhubungan dengan kabel sebagai penghantar dapat dilihat dalam
buku manual sesuai dengan produknya masing-masing.
1. Ukuran kabel dinyatakan dengan diameter penghantarnya. Ukuran kabel berhubungan dengan
kemampuan hantar arusnya.
Dari tabel diatas : kabel ukuran 0.85 ber diameter 0.85 mm2 dengan kemampuan hantar arus 12 A.
2. Besarnya ukran kabel juga dinyatakan dalan AWG (American Wire Gauge).
Konektor
Konektor merupakan salah satu komponen kritikal yang sering menyebabkan masalah dalam sistem
kelistrikan.
Hal yang paling sering terjadi adalah adanya kotoran yang menghambat sambungan kedua konektor dan
kondisi konektor yang sudah tidak rata karena bekas panas/ hubung singkat. Kondisi demikian akan
mengakibatkan adanya resistansi tinggi antara dua kabel yang disambungkan.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi resistansi tinggi, selalu lakukan pemeriksaan kondisi
konektor pada saat melakukan pemeliharaan alat. Periksa kebersihan, kekencangan, dan kondisi sabungan
pada konektor. Jika menemukan hal yang kurang sesuai, segera lakukan perbaikan. Hal ini dapat mencegah
kerusakan yang lebih banyak.
Tipe konektor sangat beragam. Beberapa jenis konektor adalah Konektor Sure Seal, dan Deutsch Connector.
Setiap konektor memiliki tanda untuk setiap sambungan nya. Terminal-terminal pada konektor bisa dilihat
pada buku manual.
Switch
Switch digunakan untuk mengontrol bekerjanya suatu sistem, dengan jalan menyambung atau memutuskan
arus listrik yang menuju pada beban.
Ada banyak tipe switch yang digunakan. Beberapa tipe switch yang digunakan :
Dalam memilih switch juga perlu diperhatikan kemampuan maksimum arus yang boleh dilalukan oleh switch.
Switch yang tidak sesuai kemampuan arusnya akan timbul panas yang pada akhirnya dapat merusak switch.
Komponen-komponen diatas merupakan komponen yang berfungsi untuk mengamankan rangkaian listrik.
Efek berlebihan dari arus listrik adalah panas.
Komponen protektor ini akan membatasi arus listrik yang mengalir sesuai dengan ratingnya.
Fuse memiliki rating arus yang beragam. Dalam aplikasinya banyak ditemui tipe-tipe dari fuse, ada yang
tabung dan kotak.
Berbeda dari kedua nya, circuit breaker dapat dipakai kembali seandainya terjadi arus berlebih di rangkaian
yang diamankan. Pada circuit breaker hanya terjadi kondisi trip (sambungan terbuka) karena panas yang
diterima. Apabila terjadi kondisi trip, maka posisi sambungan pada circuit breaker dapat direset.
Relay
Relay merupakan komponen yang digunakan untuk meyambungkan atau memutuskan arus listrik yang lebih
besar dari rangkaian kontrolnya.
1. Bagian kontrol
Terdiri dari kumparan yang digunakan untuk mengontrol kontaktornya. Apabila kumparan diberi arus listrik,
maka akan membuat kumparan menjadi elektromagnet yang akan menarik kontaktor.
2. Bagian kontaktor
Merupakan kontaktor yang dikontrol oleh elektromagnet. Kontaktor akan menghubungkan atau memutuskan
arus listrik yang lebih besar .
Aplikasi relai banyak ditemui dalam setiap sistem, seperti sistem penerangan, dan sistem starting. Dalam
sistem penerangan relai akan menghubungkan arus listrik dari baterai menuju lampu. Sedangkan rangkaian
yang mengontrolnya hanya memerlukan arus yang lebih kecil , sehingga tidak mengakibatkan beban yang
berlebihan pada rangkaian kontrolnya.
Simbol digunakan untuk merepresentasikan suatu komponen. Simbol-simbol ini saling dihubungkan dalam
suatu sistem.
Skematik biasa digunakan untuk menentukan bagaimana sistem bekerja dan membantu teknisi untuk
menentukan kerusakan yang terjadi.
Pada dasarnya, dengan menguasai pemahaman dalam skematik, akan memudahkan memahami bekerjanya
suatu sistem dalam operasional alat.
Mempelajari simbol-simbol, menggabungkan langkah demi langkah setiap komponen yang ada di skematik,
akan sangat membantu teknisi untuk menentukan titik kerusakan suatu sistem.
Dengan memahami isi dari skematik, ibarat memahami isi dari suatu peta. Bantuan peta sangat lah penting
untuk menuju suatu tujuan. Dengan mengetahui peta berarti memperkecil kemungkinan untuk tersesat.
Begitu juga dengan memahami skematik maka akan mengurangi kemungkinan tersesat dalam menentukan
kerusakan. Jadi perbanyak latihan untuk membaca skematik. Perbanyak pemahaman tentang cara kerja
suatu komponen, maka waktu tempuh untuk menemukan trouble (kerusakan) dapat dipersingkat.
Setiap produk memiliki ciri khas tersendiri dalam menyajikan skematiknya. Setiap unit akan memiliki sistem
yang berbeda. Tetapi skematik adalah bahasa gambar, yang akan membuat teknisi mempunyai pemahaman
yang sama.
Untuk lebih memahami tentang simbol-simbol komponen dan skematik simak beberapa contoh berikut ini:
BATERAI
Pada operasi normal, baterai harus mampu menyediakan arus untuk starting, memenuhi kebutuhan saat
terjadi beban tinggi saat suplai alternator tidak mencukupi, dan sebagai stabiliser saat beroperasi.
Ada banyak jenis baterai yang dapat digunakan. Ada baterai kering dan baterai basah.
Konstruksi Baterai
1. Casing
Merupakan tempat dudukan semua komponen baterai, seperti plat positif, plat negatif, tempat untuk elektrolit.
Berdasar casing nya baterai, ada yang konvensional dan ada yang maintenance free.
Baterai konvensional memiliki lubang untuk perawatan dan pengisian air baterai. Sedang pada baterai
maintenance free, tidak memiliki lubang untuk perawatan tersebut.
Pada baterai free maintenance, tidak perlu melakukan penambahan air baterai. Air baterai tidak berkurang
karena didalamnya terdapat mekanisme untuk menangkap uap air dan mengkodensasikan kembali menjadi
air. Sehingga air akan memiliki jumlah yang stabil.
2. Cover
Merupakan penutup casing, yang menyediakan output terminal dan vent plug. Tutup digunakan untuk
mencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam sel.
3. Terminal Baterai
4. Vent Plug
Vent plug terdapat pada tutup di setiap sel. Fungsi nya untuk membebaskan gas dan memungkinkan
terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap asam yang terbentuk pada saat pengisian
baterai.
a. Plat Positif.
Plat positif terbuat dari material PbO2 ( Lead Peroxide ) yang berwarna coklat tua.
b. Plat Negatif.
Plat negatif terbuat dari material Pb ( spongy lead ) yang berwarna kelabu.
Kedua plat ini akan dipasang berdekatan, yang ditengah-tengah nya disekat oleh separator. Gabungan dari
plat dan separatornya sering disebut sebagai sel baterai.
Sel baterai ini merupakan bagian yang sangat penting dalam baterai. Kondisi dari sel ini akan menentukan
kemampuan baterai untuk menyimpan muatan.
Dalam setiap sel baterai akan menghasilkan tegangan berkisar 2,1 – 2,2 Volt.
Baterai 6 V memiliki 3 buah sel yang dirangkai secara seri. Baterai 12 V memiliki 6 buah sel yang dirankai
secara seri.
6. Separator
Merupakan pembatas untuk mencegah plat positif dan plat negatif bersinggungan. Separator terbuat dari
polyvinyl chloride ( PVC ) yang berpori - pori.
7. Elektrolit .
Larutan elektrolit merupakan campuran dari 36 % Larutan Asam Sulfat (H2SO4) dan 64% air.
Campuran ini mempunyai spesific gravity (berat jenis) sebesar 1,270 pada temperatur 27 o C.
Baterai dalam kondisi baru diisi dengan larutan ini. Besarnya nilai berat jenis larutan ini akan menentukan
kondisi baterai. Baterai dalam kondisi baru dan full charge memiliki berat jenis berkisar 1,270.
Larutan ini tidak boleh dipakai sebagai air tambah, apabila level air baterainya kurang. Menambah larutan ini
akan menambah kadar asam sulfat yang sifatnya sangat korosif.
Baterai dapat menghasilkan arus listrik dari hasil reaksi kimia antara sel-sel yang terdiri plat positif dan negatif
dengan larutan elektrolitnya.
Ada 2 reaksi kimia yang terjadi, yaitu saat discharging dan saat charging.
Pada akhir discharging, plat positif dan plat negatif akan menjadi Pb SO4 dan elektrolitnya akan menjadi
H2O.
Pada saat proses ini terjadi, larutan elektrolit ( berat jenis 1,270 ) akan turun nilainya menjadi air (berat jenis
mendekati 1). Sehingga saat berat jenis larutan elektrolit mendekati 1, dapat disimpulkan bahwa baterai
dalam kondisi lemah/drop.
b. Saat Recharging.
Akhir dari proses recharging ini, plat positif kembali menjadi PbO2 dan plat negatifnya kembali menjadi Pb,
sedangkan larutannya kembali terbentuk menjadi elektrolit (H2SO4) dengan berat jenis 1,270.
Baterai yang mempunyai tegangan yang sama dapat menghasilkan jumlah arus yng berbeda. Hal ini
ditentukan oleh jumlah dan ukuran dari plat / sel yang menyusunnya. Semakin banyak jumlah platnya akan
semakin banyak terjadi reaksi kimia, dan hasilnya arus yang dihasilkan lebih banyak.
Kapasitas Baterai.
Kapasitas baterai adalah jumlah listrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan arus tetap, sampai dicapai
voltage akhir ( final terminal voltage ).
Ada beberapa metode / standar yang digunakan untuk menentukan kapasitas baterai. Metode yang sering
digunakan :
1. Ah (Ampere-hour)
Kapasitas baterai ditentukan dengan mengalikan besar arus pelepasan dengan waktu pelepasan.
Misalnya suatu baterai mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam. Ini berarti baterai tersebut
sanggup melepaskan muatan sebesar 5 ampere selama 20 jam.
Suatu battery yang sanggup melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10 jam disebut mempunyai
kapasitas 100 AH untuk laju arus 10 jam. Sedang battery yang sanggup melepaskan muatan sebesar 5
ampere selama 20 jam disebut battery mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam.
Plant People Development
- 58 -
PT SAPTAINDRA SEJATI
SISTEM KELISTRIKAN
Selain arus pelepasan dan laju arus pelepasan, suhu elektrolit juga mempengaruhi kapasitas battery.
Standard suhu untuk menentukan kapasitas battery adalah 25ºC. Misalnya suatu battery yang dinyatakan
mempunyai kapsitas 200 AH untuk laju arus 20 jam adalah bila battery tersebut dipakai ( Discharge ) dengan
arus konstan 10 A, akan sampai pada final terminal voltage selama laju arus 20 jam pada suhu elektrolit
25ºC. Pengaruh suhu elektrolit terhadap kapasitas battery dapat dilihat pada kurva berikut ini :
Didefinisikan berapa besar arus yang dapat dikeluarkan oleh sebuah baterai baru yang full charge pada
kondisi 0oF() secara terus menerus selama 30 detik dan tegangannya tetap terjaga 1,2 V setiap selnya.
Dalam penggunaannya, baterai dengan kapasitas yang dinyatakan dalam CCA, dapat dipakai sampai
setengah nilai CCA nya. Misal baterai dengan nilai 1000 CCA, dapat digunakan untuk kebutuhan sampai 500
A.
Pengetesan Baterai.
Kondisi sebuah bateri dapat ditunjukkan oleh berat jenis larutan elektrolitnya.
Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut “ Hydrometer “ dan dilengkapi dengan thermometer
elektrolit.
Hydrometer dikalibrasi untuk mengukur berat jenis elektrolit pada temperatur standard ( JIS ) 20ºC ( 68ºF ).
Untuk menemukan pembacaan berat jenis yag benar adalah sebagai berikut :
8 Bila suhu diatas 20ºC ( 68ºF ), ditambah 0,0007 tiap kenaikan 1ºC.
8 Bila suhu dibawah 20ºC ( 68ºF ), dikurangi 0,0007 tiap penurunan 1ºC.
Sebagai contoh, pada suhu 49ºC ( 68ºF ) didapatkan pembacaan berat jenis elektrolit 1,2597. Dimana
pengukuran ini suhu elektrolitnya 29ºC diatas standard yang ditetapkan yaitu 20ºC ( 68ºF ) JIS. Sehingga
pembacaan berat jenis yang sebenarnya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
S20 = St + 0,0007 ( t - 20 )
= 1,2597 + 0,0007 ( 49 - 20 )
= 1,28
Jadi pembacaan yang benar setelah dikoreksi dengan temperatur adalah 1,28.
Pada contoh yang lain, suhu elektrolit pada saat pengukuran 0ºC ( 32ºF ) berat jenis elektrolit terbaca 1,294.
Dimana temperatur elektrolit 20ºC (68º F) dibawah standard ( JIS ). Sehingga pembacaan berat jenis yang
benar adalah :
S20 = St + 0,0007 ( t - 20 )
= 1,294 + 0,0007 ( 0 - 20 )
= 1,294 - 0,0203
= 1,28
Jadi pembacaan yang benar adalah 1,28 setelah dikoreksi dengan temperatur elektrolitnya. Oleh karena itu,
kalau mengukur berat jenis elektrolit harus dikoreksi dengan temperatur elektrolitnya.
Pembacaan skala pada hydrometer harus dipastikan bahwa hydrometer floatnya benar - benar bebas, dan
kita luruskan mata kita dengan permukaan zat cair untuk mendapatkan pembacaan yang tepat. Pembacaan
yang dengan menyudut akan didapatkan hasil yang kurang tepat lihat gambar berikut ini :
Pengetesan berat jenis baterai tidak bisa menunjukan faktor-faktor lain yang menyebabkan kemampuan
baterai menjadi jelek. Untuk memastikan kemampuan baterai mengalirkan arus dengan beban dapat
dilakukan dengan melakukan high rate discharge test.
Metode pengetesan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat baterai load tester.
Alat ini pada dasarnya adalah sebuah variable resistor dengan kapasitas tinggi yang dirangkai seri dengan
ampere meter dan diparalel dengan voltmeter. Sehingga apabila digunakan, akan dapat menunjukan arus
yang mengalir dan tegangan dari baterai yang di ukur.
Cara pengetesan :
a. Pengetesan dilakukan dengan menyambungkan baterai dengan alat ukur. Pastikan terminal alat ukur
sesuai dengan polaritas baterai.
b. Selanjutnya lakukan pembebanan baterai dengan alat ukurnya. Dalam melakukan lamanya pembebanan ,
selalu ikuti instruksi manual dari alat. Setiap alat memiliki spesifikasi yang berbeda.
Pembebanan baterai dilakukan dalam waktu beberapa detik sesuai dengan spesifikasi alatnya (misal 20
detik).
Minimal tegangan yang harus dicapai adalah 4,5 V untuk baterai 6V dan 9 V untuk baterai 12V.
Jika terminal dibawah standar, berarti kondisi baterai tidak baik atau tidak dalam kondisi full charge. Untuk
memperbaiki kondisi ini dapat dilakukan proses charging. Dan lakukan test kembali, apabila tidak baik berarti
baterai dalam kondisi rusak.
Salah satu faktor agar suatu baterai dapat mencapai umur sesuai pabrik maka di dalam menggunakan baterai
perlu diperhatikan hal - hal berikut ini :
• Sebelum Recharging harus diperiksa jumlah elektrolit dalam battery. Bila kurang tambahkan air suling.
• Jangan sekali - kali menambahkan larutan asam sulfat ( H2SO4 ), karena akan mengakibatkan berat jenis
elektrolit terlalu tinggi, yang akan mengurangi umur battery dan tidak memungkinkan untuk mengukur
keadaan muatan listrik battery melalui berat jenis.
• Kencangkan kabel - kabel penghubung, sebab bila kabel kendor akan terjadi loncatan bunga api.
• Gas yang terjadi pada proses recharging harus segera dibebaskan
( Perhatikan vent plugnya atau buka tutup jika perlu ).
• Bila memakai battery charger, harus ada fan untuk membuang gas - gas yang terjadi dan harus dicegah
supaya tidak terjadi bunga api yang bisa menyebabkan kebakaran.
• Arus pengisian dianjurkan sebagai berikut :
• Battery yang tidak dipakai harus disimpan di tempat yang kering, sejuk dan tidak kena sinar matahari
langsung, karena bisa mempercepat reaksi kimia ( self discharge ).
• Battery yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
• Pada waktu dikeluarkan dari kemasan, periksalah dengan teliti apakah ada kerusakan luar. Jika ada
kerusakan perbaiki.
• Untuk baterai tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodik, yaitu minimal sebulan sekali. Untuk
menjaga agar baterai tetap full charge dan tidak cepat rusak.
Dalam praktek dilapangan sering terjadi kondisi baterai drop. Apabila hal ini terjadi ada kemungkinan untuk
dilakukan jump start.
Pada saat melakukan jump start diperlukan dua buah kabel jumper dan baterai yang digunakan untuk
menjumper ( booster ).
Pastikan tegangan yang digunakan sama levelnya dengan tegangan yang dicharge.
Kemudian pastikan polaritas baterai dan kabelnya sebelum melakukan jumper.
2. Hubungkan ujung lain kabel (+) tadi ke terminal (+) baterai boosternya..
4. Hubungkan ujung lain kabel (-) ke engine block dari unit yang dijumper.
Fungsi sistem start adalah untuk menghidupkan engine. Komponen - komponen utama yang termasuk dalam
sistem start ini adalah :
• Baterai
• Starting switch.
• Battery relay switch.
• Starting motor.
• Safety relay (untuk produk Komatsu) .
Dalam sistem starting terdapat dua jalur rangkaian listrik yang saling menunjang, yaitu :
1. Rangkaian utama
Adalah rangkaian dengan arus besar yang menghubungkan baterai ke terminal B pada starting motor.
2. Rangkaian kontrol
Rangkaian ini menghubungkan starting switch ke terminal C pada solenoid starting motor . Beberapa
komponen pengaman sistem starting berada pada jalur rangkaian ini.
Ketika starting swicth diaktifkan pada posisi start, terdapat aliran arus dari baterai – starting switch – solenoid
kemudian kembali ke baterai melalui ground.
Selanjutnya starting motor akan merubah enegi listrik dari baterai menjadi putaran mekanis yang akan
menggerakkan engine.
Untuk lebih memahami sistem starting berikut ini akan dibahas cara kerja komponen - komponennya :
1. STARTING SWITCH.
Fungsi starting switch adalah untuk memutuskan atau menghubungkan komponen - komponen dalam sistem
start.
Adapun konstruksi dan hubungan masing - masing terminalnya adalah sebagai berikut :
Starting swictch memiliki konstruksi dan hubungan terminal yang beragam, tergantung pada produk. Selalu
gunakan manual untuk mengecek setiap terminalnya. Pada umumnya hubungan terminal - terminal pada
starting switch ini dicantumkan pada sirkuit SISTEM LISTRIK - nya.
BATERAI RELAY .
Fungsi baterai relay adalah untuk memutuskan atau menghubungkan baterai dengan sistem.
1. Baterai relay negatif : memutuskan atau menghubungkan negatif battery dengan body / chasis.
2. Baterai relay positif : memutuskan atau menghubungkan positif baterai dengan positif sistem.
Plant People Development
- 65 -
PT SAPTAINDRA SEJATI
SISTEM KELISTRIKAN
BATERAI RELAY NEGATIF
Pada saat starting switch posisi ON, maka jalannya arus adalah :
BR - D2 - C - b
ê
magnet
ê
Sub switch dan P1 - P2 terhubung, ( - ) b dan E berhubungan.
Bila engine sudah hidup dan tegangan pengisian baterai mencapai 28 - 29 volt, arus dari alternator ke :
R - D3 - Sub switch - C - ( - ) b
D1 yang dihubungkan parallel dengan coil C adalah flywheel diode yang digunakan untuk mengalirkan
tegangan yang timbul pada coil C ketika sirkuit ground terputus.
Baterai relay ini menghubungkan terminal postif baterai dengan positif sistem, yaitu starting motor, alternator,
dan aksesoris.
Secara konstruksi baterai relay positif ini tidak jauh berbeda dengan baterai relay negatif. Perbedaannya
terletak pada hubungan pemasangan terminal.
Fungsi starting motor adalah untuk menghidupkan engine dengan prinsip merubah energi listrik menjadi
energi mekanis.
1. Arus mengalir dari B – C – Pull in Coil (2) – field coil – armature – ground
3. Kemagnetan yang terjadi mampu melawan spring 4, menarik plunger 3 sehingga terminal B - M
berhubungan.
4. Saat terminal B - M berhubungan pull in coil 2 tidak bekerja, sedangkan hold in coil bekerja untuk
mempertahankan agar terminal B - M tetap berhubungan.
5. Dengan adanya mekanisme shift lever, maka saat plunger bergerak maka pinion gear akan bergerak maju.
6. Sedangkan pada field coil timbul medan magnet sehingga saat armature mendapat arus maka akan
berputar untuk memutar engine.
SAFETY RELAY.
Pada alat-alat berat produk Komatsu, pada sistem start terdapat komponen safety relay.
b. Mencegah mengalirnya arus ke starting motor jika starting switch diputar ke posisi START sementara
engine sudah hidup.
c. Secara otomatis memutus arus ke starting motor sehingga starting motor lepas ( disengaged ) dari engine
flywheel ( setelah engine hidup ) sementara starting switch masih di posisi START.
S ------ R4 - Base Q2 – E
L ----- Q2 ---------- E
Karena L menjadi magnet, maka T – B terhubung, sehingga ada arus yang menuju terminal C pada solenoid
starting motor.
Saat alternator mengeluarkan arus, maka akan ada aliran arus seperti di bawah :
Karena Base Q1 ada tegangan, maka terminal C – E akan hubung sehingga ada aliran :
R2 dan C1 digunakan sebagai pengaman agar arus ke starting motor tidak bekerja segera terputus ketika
altenator mulai menghasilkan arus / tegangan.
Zener diode Z digunakan untuk mencegah transistor Q1 ON sebelum tegangan yang dihasilkan alternator
sesuai spesifikasi yang ditentukan.
CHARGING SYSTEM
Plant People Development
- 70 -
PT SAPTAINDRA SEJATI
SISTEM KELISTRIKAN
Baterai sebagai sumber energi listrik, kapasitasnya sangat terbatas. Sehingga tidak memungkinkan untuk
dipakai terus menerus tanpa dilakukan pengisian (charging).
Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat mengembalikan kapasitas baterai, sehingga baterai selalu
dalam kondisi full charge.
Kedua sistem sebenarnya menghasilkan arus AC. Perbedaan antara kedua jenis sistem hanya terletak pada
proses penyearahan dari AC ke DC. Pada DC Charging penyearahan dari AC ke DC dilakukan oleh
mekanisme carbon brush ke cincin belah (slip ringnya dibelah dua). Sedangkan AC Charging menggunakan
penyearahan menggunakan diode (rectifier).
Saat ini sistem charging yang dipakai, pada umumnya menggunakan alternator yang menggunakan internal
regulator.
Tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh regulator sehingga sesuai dengan karakteristik sistem
kelistrikannya pada unit.
ALTERNATOR
Konstruksi alternator :
b. Rotor : bagian yang bergerak, yang berisi kumparan yang berfungsi sebagai medan penguat
c. Diode Assy : komponen yang berfungsi mengubah arus AC dari stator menjadi arus DC
e. Slip ring : cincin yang berfungsi menghubungkan arus dari carbon brush ke kumparan dalam rotor
f. Carbon brush : merupakan penyalur arus dari regulator ke kumparan medan penguat melalui slip ring.
Rotor
Konstruksi rotor :
North Field
South Field
North Field
Dalam rotor terdapat kumparan yang berfungsi untuk medan penguat (field coil). Induksi dari field coil ini akan
menjadikan claw (inti besi) menjadi magnet yang satu sisi menjadi kutub utara dan sisi yang lain menjadi
kutub selatan.
Apabila rotor ini berputar maka akan menimbulkan perubahan medan magnet pada statornya, selanjutnya
pada stator akan timbul gaya gerak listrik.
Stator
Stator terdiri tiga set kumparan. Setiap kumparan memiliki tempat di slot yang sudah ditentukan. Setiap
kumparan akan menghasilkan satu fasa, jadi output dari kumparan stator adalah tiga fasa
Konstruksi stator :
a. Sambungan delta : untuk menghasilkan output dengan arus besar pada putaran rendah
b. Sambungan Star (bintang) : untuk menghasilkan tegangan tinggi pada putaran rendah
Carbon brush berfungsi meneruskan arus dari regulator menuju kumparan medan (field coil) pada rotor
melalui slip ring. Bahan yang dipakai berasal dari material carbon, dan didesain lebih lunak dibanding slip
ring. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk menghindari keausanyang berlebihan.
Slip ring
Slip ring akan meneruskan arus dari carbon brush menuju kumparan medan ( field coil). Ujung-ujung dari
kumparan medan tersambung pada slip ring ini.
Diode Assy
Untuk menyearahkan output 3 fasa, banyak digunakan 6 buah diode yang terbagi menjadi dua grup. Setiap
grup terdiri dari 3 diode. Grup diode tersebut sering dikenal dengan diode positif dan diode negatif.
Selain dari 6 buah diode diatas, dalam alternator juga sering dijumpai 3 buah diode lain yang disebut diode
trio. Diode ini berfungsi menyerahkan arus yang akan digunakan untuk menguatkan field coil melalui
regulator.
Regulator
Konstruksi regulator :
Regulator berfungsi untuk mengontrol arus ke penguat ke field coil (rotor coil) sehingga didapatkan tegangan
yang dihasilkan alternator antara 27,5 V sampai 29,5 V.
1. Tipe Grounded Field : regulator mengatur jumlah tegangan B+ yang menuju ke kumparan medan (field coil)
2. Tipe Grounded Regulator : regulator mengatur jumlah ground yang dari kumparan medan (field coil).
Penamaan terminal pada alternator juga memiliki beberapa perbedaan. Walaupun demikian kalau di telaah
komponen dalam nya tetap mempunyai prinsip yang sama.
Contohnya pada sebagian besar produk Komatsu, pada alternatornya memiliki terminal R. Besar nilai R nya
adalalah sama dengan tegangan keluaran alternator.
Tetapi pada produk Hitachi, alternatornya juga memiliki terminal R. Tetapi besar nilai tegangan di R nya tidak
sebesar output alternator, tetapi berkisar 14 V saja.
Dari rangkaian diatas, bekerjanya komponen dalam regulator dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
a. Bila starting switch posisi ON, maka arus dari battery akan mengalir ke rotor coil. Jalannya arus penguat
adalah :
b. Setelah rotor coil menjadi magnet dan alternator diputar oleh engine, maka dari alternator akan
menghasilkan tegangan.
c. Bila out put voltage dari alternator masih kecil maka arus yang keluar dari alternator akan memperkuat
medan magnet pada rotor coil, sehingga out put voltage dari alternator naik. Out put voltage dari alternator
adalah sebanding dengan putaran dan kekuatan medan magnetnya.
d. Saat tegangan mencapai 29,5 volt maka voltage drop di V3 akan menyebabkan zener diode mendapat
reverse - voltage sehingga T2 akan ON dan T1 akan OFF. Dengan demikian arus penguat ke rotor coil tidak
mendapat ground dan kemagnetan akan berkurang sehingga tegangan yang dihasilkan alternator akan turun.
e. Bila out put voltage turun mencapai 27,5 volt, maka T2 akan OFF dan T1 kembali ON ( bekerja ) dan field
coil mendapat arus penguat kembali dan out put voltage alternator naik kembali.
Dengan demikian arus yang keluar dari alternator akan dijaga selalu pada tengangan regulating yaitu 27,5
volt - 29,5 volt.
BRUSHLESS ALTERNATOR
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam alternator terdapat carbon brush yang sifatnya lunak. Dalam
beberapa kasus, terjadi carbon brush nya sudah aus sehingga tidak ada lagi penguatan ke kumparan medan
(field coil). Dan pada akhirnya alternator tidak bisa mengecharge.
Untuk mengurangi kemungkinan kasus tersebut terjadi dan mengurangi kesulitan untuk melakukan
pemeriksaan pada carbon brush, maka saat ini sudah ada alternator yang didesain tidak menggunakan
carbon brush.
Pada prinsipnya sistem pengisian ini sama dengan seperti yang telah dijelaskan diatas. Adapun
perbedaannya terletak pada konstruksi alternator yang tidak menggunakannya brush.
Bagaimana proses penguatan kumparan medan (field coil) sehingga output alternator tetap penuh ?
Pada bushless alternator konstruksi fild coil nya tidak ikut berputar dengan rotornya. Namun posisi field
coilnya tetap berada ditengah inti besi (claw). Sehingga saat inti besi diputar, proses pembentukan medan
magnetnya tetap sama.
Karena field coil nya tidak ikut berputar maka arus dari regulator dapat diberikan ke field coil tanpa melalui
mekanisme carbon brush.
-1-