No. BP : 1711213025
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode
dalam implementasi HI, dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu
siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industry berjalan). Ruang lingkup hygiene
industry terbagi atas : 1. Antisipasi : kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan
risiko di tempat kerja. 2. Rekognisi : merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode
yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung
jawabkan. 3. Evaluasi : suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan metode
yang lebih spesifik. 4 : Pengendalian dilakukan jika hasil evaluasi terdapat pengukuran
yang melebihi nilai ambang batas. (2)
Berikut beberapa peran hygiene industry yang ditegakkan di seluruh sector industry :
Pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan secara setinggi-tingginya.
Melalui hygiene industry, tenaga kerja dapat terlindungi dari seluruh aspek yang dapat
membahayakan dan menggangu kesehatan pekerja karena prinsip dari hygiene industry
yang bersifat komprehensif dimana dimulai dari identifikasi sampai pengendalian
terhadap permalahan yang timbul. Kedua, Sebagai alat untuk menjamin peningkatan
produksi. Melalui hygiene industry peningkatan produksi suatu perusahaan dapat
berjalan dengan pesat, karena hygiene industry berlandaskan efisiensi yang mana dengan
derajat kesehatan yang terjaga dan terlindungi, performa dan produktivitas pekerja dapat
meningkat karena pekerja tidak merasa terancam akan adanya faktor bahaya yang
mungkin akan muncul. Ketiga, Memberikan perlindungan kepada masyarakat luas atau
sekitar. Melalui hygiene industry, keamanan dan keselamatan masyarakat yang tinggal
disekitar kawasan industry tersebut dapat terlindungi karena perusahaan sudah benar-
benar memperhatikan faktor bahaya apa yang bisa menyebabkan timbulnya suatu
masalah (baik fisik, kimia, biologi, psikososial, ergonomic, dll). Pada dasarnya, jika
ingin memberikan rasa aman kepada lingkungan eksternal perusahaan tentu dimulai dari
lingkungan internal terlebih dahulu. Keempat, sebagai bentuk kewajiban perusahaan
untuk tunduk terhadap perundang-undangan. Melalui hygiene industry perusahaan telah
tunduk terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (seperti Permenaker No. 5
Tahun 2018, ILO No. 112 tahun 1959, dll) yang mana hal ini merupakan bentuk
tanggung jawab dan kepedulian perusahaan terhadap para tenaga kerjanya dan demi
kebaikan perusahaan itu sendiri.
Terminologi Gas Rumah Kaca diartikan sebagai gas yang terkandung dalam
atmosfer, baik alami maupun dari kegiatan manusia (antropogenik), yang menyerap dan
memancarkan kembali radiasi infra merah. Sebagian radiasi dari matahari dalam bentuk
gelombang pendek ini diterima permukaan bumi dan dipancarkan kembali ke atmosfer
dalam bentuk radiasi gelombang panjang (radiasi infra merah). Radiasi gelombang
panjang yang dipancarkan matahari yang kemudian oleh GRK (yang ada pada lapisan
atmosfer bawah dekat dengan permukaan bumi) akan diserap dan menimbulkan efek
panas yang dikenal sebagai “Efek Rumah Kaca”.(3) Gas rumah kaca (GRK) adalah istilah
kolektif untuk gas-gas yang memiliki efek rumah kaca, seperti klorofluorokarbon (CFC),
karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3) dan uap air
(H2O). Beberapa gas tersebut memiliki efek rumah kaca lebih besar daripada gas
lainnya. Sebagai contoh, metana memiliki efek 20- 30 kali lebih besar dibanding dengan
karbon dioksida, dan CFC diperkirakan memiliki efek rumah kaca 1000 kali lebih kuat
dibanding dengan karbon dioksida.(4) Beberapa Sumber emisi GHG global berdasarkan
sektor adalah industri (29 persen), perumahan (11 persen), perkantoran (7 persen),
transportasi (15 persen), pertanian (7 persen), penyediaan energi (13 persen),
Penggunaan Lahan, Perubahan Lahan, Hutan (LULUCF) (15 persen), dan limbah (3
persen).(5) Saat ini konsentrasi GRK sudah mencapai tingkat yang membahayakan iklim
bumi dan keseimbangan ekosistem. Peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer sebagai
akibat adanya pengelolaan lahan yang kurang tepat, antara lain adanya pembakaran
vegetasi hutan dalam skala luas pada waktu yang bersamaan dan adanya pengeringan
lahan gambut. Kegiatan-kegiatan tersebut umumnya dilakukan pada awal alih guna
lahan hutan menjadi lahan pertanian.(3)
Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan Bumi. Memanasnya bumi telah diobservasi peneliti sejak tahun 1950-an dan
terus bertambah panas sejak itu.(6) Pemanasan global terjadi akibat proses efek rumah
kaca (Greenhouse effect). Alaminya efek rumah kaca berfungsi sebagai penghangat suhu
di bumi agar menjadi nyaman untuk ditinggali makhluk hidup di bumi. Iklim global
telah berubah pada tingkatan yang cukup besar (IPCC, 1995). Perubahan tersebut terjadi
karena adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, salah satunya
adalah karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4), seiring dengan semakin banyaknya
emisi gas – gas tersebut mengakibatkan penumpukan di atmosfer dan membuat suatu
lapisan yang menghalangi pantulan radiasi matahari ke arah luar atmosfer sehingga
radiasi matahari dikembalikan ke bumi akibatnya suhu bumi menjadi semakin
menghangat. Dampak tersebut juga tentunya mengakibatkan terjadinya penurunan
(7)
kualitas udara. Tetapi baru-baru ini terdapat fakta yang cukup bertolak belakang
dengan apa yang selama ini diyakini banyak orang, berdasarkan kutipan CNN Indonesia,
polusi udara atau daerah yang kualitas udaranya rendah karna banyak terdapat bahan
polutan seperti karbon justru dapat memperlambat terjadinya pemanasan global. Hal ini
disebabkan karena dengan banyaknya partikel karbon diudara menyebabkan tumbuhan
menjadi “mesin karbondioksida” aktif yang menyaring bahan polutan seperti karbon
sehingga menyebabkan kualitas udara menjadi bersih dan mengurangi resiko terjadinya
pemanasan global
Daftar Pustaka :