Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

KBK FITOKIMIA
FMIPA UNIVERSITAS GARUT

LEMBAR KERJA

Nama Peserta Resty Purnamasari

NPM 24041117047

Kelas/Shift A/1 Kelompok 3

Modul Fraksinasi & Sub Fraksinasi Tanggal 27 April


2020
Instruksi Peserta:
Pelajari soal yang diberikan secara terpisah untuk setiap kelompoknya
1. Gambarlah rangkaian alat yang digunakan untuk ECC/KCV serta tuliskan nama alat pada
bagian-bagiannya
2. Jelaskan langkah-langkah untuk melakukan ECC.
3. Pilihlah metode kolom yang digunakan
4. Urutkan pelarut yang digunakan pada saat melakukan pemisahan
5. Analisa data dari pola KLT tersebut
6. Identifikasi perkiraan senyawa yang didapatkan
7. Lampirkan sitasi dan pustaka yang digunakan

Lembar Kerja
Kode Soal: A1
1. Gambarlah rangkaian alat sesuai dengan keterangan yang tertera pada soal, beri nama
pada bagian-bagian alat tersebut
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM
KBK FITOKIMIA
FMIPA UNIVERSITAS GARUT

2. Jelaskan langkah-langkah untuk melakukan prosedur pemisahan sesuai dengan


keterangan yang tertera pada soal
Untuk melakukan ekstraksi cair-cair bisa menggunakan 2 metode
1. ECC secara bertahap
2. ECC secara bertingkat
- Sampel di larutkan dalam salah satu pelarut (rafinat)
- Kemudian di masukan kedalam corong pisah dan ditambahkan pelarut (ekstraktan)
Untuk penambahan pelarut dianjurkan untuk menambahkan pelarut dari pelarut non
polar ke pelarut polar. Alasannya ketika pelarut polar lebih dahulu di tambahkan dia
tidak akan selektif memisahkan senyawa (polar, non polar, semi polar) akan menarik
semua senyawa, tetapi ketika ditambahkan senyawa nonpolar, senyawa yang tertarik
akan senyawa nonpolar lanjut ke semi polar dan nanti sisanya tinggal senyawa yang
polar.
- Dilakukan pengocokan
- Sampel akan terdistribusi diantara 2 fase sampai terjadinya kesetimbangan.
- Akan terbentuknya 2 lapisan yang terpisah
- Kemudian dipantau hasil penyederhanaan fraksinasi menggunakan kromatografi lapis
tipis
Untuk ECC secara bertahap diawali dengan di esktraksi menggunakan methanol dan
air panas kemudian terdapat ampas dan ekstrak, kemudian partisi ECC dengan n
heksan(mernarik senyawa nonpolar), paritisi ECC dengan etil asetat, sehingga akan
tersisa fraksi etil asetat (senyawa semi polar) dan fraksi air (senyawa polar saja)
Untuk ECC secara bertingkat ekstraksi dengan n heksan (menarik senyawa non polar),
sisanya semi polar dan polar, kemudian di ekstraksi menggunakan etil asetat (menarik
senyawa semi polar), terakhir sisa ampasnya merupakan senyawa polar yang nantinya
akan di ekstraksi menggunakan methanol.

3. Pilihlah metode kolom yang akan digunakan berdasarkan studi kasus yang tertera pada
soal serta jelaskan alasan pemilihan metode tersebut
Untuk memantau hasil penyederhanaan fraksinasi menggunakan kromatografi . karena
pada studi kasus soal diatas memilki fase gerak cair dan fase diam cair maka dapat
disimpulkan bahwa kromatografi yang bisa digunakan adalah KCV, dan dikihat dari jumlah
sampel yang digunakan nya juga lumayan banyak yaitu 5 gram.

4. Berdasarkan data keterangan pelarut yang didapatkan pada soal, urutkan pelarut tersebut
berdasarkan kepolaran dari yang tidak polar hingga yang paling polar
1. N- heksan
2. Diklorometan
3. Asam asetat
4. Asetonitril
5. Air
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM
KBK FITOKIMIA
FMIPA UNIVERSITAS GARUT

5. Berdasarkan data dari pola KLT yang tersedia lakukan Analisa terhadap poin-poin berikut:
senyawa X
Keterangan Hasil Alasan
Nilai Rf Rf = b/a Senyawa yang memiliki
= 4/6 kepolaran rendah akan
= 0,66 terelusi lebih cepat daripada
Kepolaran senyawa Non polar senyawa polar, karena
senyawa polar terikat lebih
kuat pada silika yang
mengandung silanol
(𝑆𝑖𝑂𝐻2 ) yang memiliki
afinitas lebih besar terhadap
senyawa polar. Sehingga
senyawa yang non polar
akan tertarik ke atas, dan
senyawa polar akan berada
dibawah

Senyawa Y
Keterangan Hasil Alasan
Nilai Rf Rf = c/a Senyawa yang memiliki
= 2/6 kepolaran rendah akan
= 0,33 terelusi lebih cepat daripada
Kepolaran senyawa Polar senyawa polar, karena
senyawa polar terikat lebih
kuat pada silika yang
mengandung silanol
(𝑆𝑖𝑂𝐻2 ) yang memiliki
afinitas lebih besar terhadap
senyawa polar. Sehingga
senyawa yang non polar
akan tertarik ke atas, dan
senyawa polar akan berada
dibawah

6. Berdasarkan data pola KLT yang diperoleh lakukan identifikasi perkiraan senyawa yang
mungkin diperoleh, pilih penampak bercak yang dapat digunakan
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM
KBK FITOKIMIA
FMIPA UNIVERSITAS GARUT

Pemeriksaan Pola KLT

Sinar Tampak UV 254 UV 366

Ket : (diukur menggunakan garis panjang pada word urutan a-e dimulai dari yang paling panjang)
A = 5,72 cm
B = 2,38 cm
C = 1,75
D = 0,9 cm
E = 0,16 cm
Nilai Rf Sinar Tampak UV 254 UV 366
Senyawa B Rf = b/a = 2,38/5,72 = Rf = b/a = 2,38/5,72 = Rf = b/a = 2,38/5,72 =
0,41 0,41 0,41
Senyawa C Rf = c/a = 1,75/5,72 = Rf = c/a = 1,75/5,72 = -
0,3 0,3
Senyawa D Rf = d/a = 0,9/5,72 = Rf = d/a = 0,9/5,72 = Rf = d/a = 0,9/5,72 =
0,15 0,15 0,15
Senyawa E Rf = e/a = 0,16/5,72 = Rf = e/a = 0,16/5,72 = -
0,02 0,02

Kesimpulan Perkiraan Senyawa dan Alasan:


Perkiraan senyawa : Kurkumin
Bercak noda yang dihasilkan pada sinar UV warna hijau) ada 4 noda bulat yang dapat terbaca,
sedangkan pada sinar UC 366 ada 2 bercak noda bulat yang terbaca. Dilihat dari tingginya noda
plat yang di hasilkan pada sinar UV 254 dan 366 memiliki nilai Rf yang sama da nada 2 noda
bercak yang tidak terbaca di UV 366.
Menurut studi litelatur noda-noda hasil KLT dapat diusulkan sebagai senyawa kurkumin (noda
1) dan demetoksikurkumin (noda 2). Intensitas warna noda 1 lebih pekat daripada noda 2
(demetoksikurkumin), sehingga dapat memberikan indikasi awal bahwa kandungan senyawa
kurkumin lebih besar daripada senyawa demetoksikurkumin. Senyawa bisdemetoksi kurkumin
tidak terdeteksi, diduga kadarnya relatif kecil
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM
KBK FITOKIMIA
FMIPA UNIVERSITAS GARUT

Penampak bercak yang dapat digunakan Penampak bercak yang dapat digunakan yaitu pada
senyawa B dan senyawa D

Cara membuat Pelat TLC 7×7 cm ditandai dengan pensil batas Kadar
Air dan Uji Fisik bawahnya kira-kira 1 cm dari ujung
bawah sebagai tempat penotolan sampel dan batas
atas kira-kira 1 cm dari ujung atas untuk menandai
pelarut. Kemudian disiapkan pula bejana
pengembang yang berisi campuran pelarut CHCl3:Et-
OH sebanyak (14,7 ml: 0,3 ml). Selanjutnya, seluruh
sampel (segar, O1, O3, O5, L1, L3, L5) ditotolkan
dalam satu pelat KLT. Kemudian pelat KLT
dimasukkan dalam bejana pengembang yang telah
disiapkan. Lalu dilakukan elusi sehingga pelarut
merambat sampai tanda batas atas yang telah
ditandai. Pelat diangkat, dikeringkan sebentar lalu
nodanya dilihat dibawah lampu UV pada panjang
gelombang 254 nm.

Pustaka:
- Bambang Cahyono, Muhammad Diah Khoirul Huda, dan Leenawaty Limantara,
PENGARUH PROSES PENGERINGAN RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza
ROXB) TERHADAP KANDUNGAN DAN KOMPOSISI KURKUMINOID, Universitas
Diponegoro
- Prasetyorini, TOKSISITAS BEBERAPA EKSTRAK RIMPANG CABANG TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) PADA LARVA UDANG ( Artemia salina Leach ),
Universitas pakuan
- Wahyuning Setyani, Rendemen Minyak Astiri Rimoang Temulawak dengan identifikasi
Kromatografi Lapis Tipis, STIFAR “Yayasan Farmasi” Semarang

Anda mungkin juga menyukai