Anda di halaman 1dari 3

Nama : Wulan Novi Hastuti

Nim : C1C017036

MK : Manajemen Keuangan Daerah

1. Jelaskan keunggulan perubahan/reformasi basis pencatatan akuntansi


menjadi basis akrual pada keuangan daerah

Basis Kas mengakui dan mencatat transkasi pada saat kas diterima/
dikeluarkan. Basis Kas tidak mencat utang, piutang dan aktiva secara
komprehensif. Akuntansi basis kas digunakan untuk menunjukan ketaatan pada
anggaran belanja (spending limits). Akuntansi basis kas mempunyai kelemahan,
yaitu menghasilkan laporan keuangan yang kurang komprehensif untuk
pengambilan keputusan serta tidak dapat menggambarkan kinerja organisasi
secara lebih baik. Dan tidak mampu memberikan informasi aset, utang-piutang,
dan ekuitas secara komprehensif.

Basis Akrual mengakui transaksi keuangan pada saat terjadinya, yaitu


ketika sudah menjadi hak atau kewajibannya meskipun belum diterima/
dikeluarkan kasnya. Dengan basis akrual organisasi akan mengakui adanya utang,
piutang dan asset.

Perubahan secara langsung dari basis kas menjadi basis akrual akan
bersifat radikal, padahal selama bertahun-tahun basis kas telah mendarah daging
bagi pegawai keuangan pemerintah daerah. Penerapan secara langsung basis
akrual membutuhkan daya dukung teknologi serta sumber daya manusia yang
memiliki latar belakang pendidikan akuntansi yang memadai. Permasalahan
penerapan basis akuntansi bukan sekedar masalah teknis akuntansi, yaitu
bagaimana mencatat transaksi dan menyajikan laporan keuangan, tapi yang lebih
penting adalah bagaimana menentukan kebijakan akuntansi (accounting policy),
perlakuan akuntansi untuk suatu transaksi (accounting treatment), pilihan
akuntansi (accounting choice) dan mendesain / menganalisis sistem akuntansi
yang ada.
2. Apa yang menjadi kelemahan dari berubahnya sistem anggaran
tradisional menjadi sistem anggaran berbasis prestasi kerja

metode penganggaran tradisional memiliki beberapa kelemahan, antara


lain:
a. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan
dengan rencana pembangunan jangka panjang.
b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak
pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
c. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut
menyebabkan anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat
untuk membuat kebijakan dan pilihan sumberdaya, atau memonitor
kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis
dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.
d. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara
keseluruhan sulit dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan
konflik, overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen.
e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran
modal/investasi.
f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut
sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan hal
tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan (korupsi
dan kolusi).
g. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak
memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai
akibatnya adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.
h. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan
mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti
seringnya dilakukan revisi anggaran dan ’manipulasi anggaran.
i. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang
menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah
dan tindakan.

Perubahan system anggaran traisional menjadi system anggaran berbasis


prestasi kerja. Perubahan system penganggaran ini meliputi perubahan dalam
proses penganggaran dan perubahan struktur anggaran.  Perubahan system ini
tidak hanya menyangkut proses penganggarannya saja, tapi juga perubahan
struktur anggaran. Struktur anggaran dirubah dari struktur anggaran tradisional
menjadi penganggaran berbasis kinerja.

Penggunaan system penganggaran kinerja di pemerintah daerah telah


membawa perubahan yang radikal terkait dengan perubahan dalam perencanaan
anggaran, pengisian anggaran, dan pelaporan anggaran. Secara manajerial
perubahan struktur ini berpengaruh terhadap perubahan paradigma anggaran,
sedangkan secara teknis berpengaruh pada kode rekening anggaran dan tata cara
pencatatannya.

Pada anggaran tradisional, kinerja anggaran diukur dari sisi inputnya, yakni
dilihat dari kemampuannya dalam penyerapan anggaran. Anggaran yang tidak
terserap (sisa anggaran) harus dikembalikan lagi ke rekening kas Negara dan
sebagai konsekuensinya anggaran satuan kerja tersebut untuk tahun berikutnya
terancam tidak akan ditambah bahkan bisa dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai