Anda di halaman 1dari 6

3.

1 TUJUAN AUDIT SIKLUS PENDAPATAN

Tujuan adanya audit siklus pendapatan adalah mengungkapkan ada atau tidaknya salah saji
yang material dalam pos Pendapatan Daerah. Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang
sah.

3.2 PROSES PEMERIKSAAN

Proses pemeriksaan atas siklus pendapatan mencakup pemeriksaan atas:

1. Pendapatan Daerah, yang meliputi: Pos Pajak Daerah, Retribusi Laba, Bagian Laba
Usaha Daerah, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah.

2. Dana Perimbangan, yang mencakup atas: Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus. dan Dana Perimbangan dari Pusat.

3. Lain-lain Pendapatan yang sah.

Sesuai dengan lingkup pemeriksaan tersebut, maka koreksi dilakukan atas salah saji yang
ditemukan dalam pemeriksaan.

3.3 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

Transaksi-transaksi dalam siklus pendapatan ini sangat berpengaruh terhadap laporan


keuangan. Kesalahan dalam membedakan antara pendapatan yang diterima secara tunai dengan
pendapatan yang diterima secara kredit (piutang) akan menimbulkan salah saji dalam laporan
keuangan.

Risiko bawaan dari sildus pendapatan pada banyak entitas adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan dari siklus pendapatan ini, antara lain:

1. Volume transaksi yang selalu tinggi.

2. Masalah akuntansi yang berkembang.

Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Semakin
tinggi volume transaksi maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pencatatan transaksi tersebut. Di samping itu, masalah akuntansi yang sedang berkembang juga
perlu diperhitungkan.

3.4 JENIS KOREKSI ATAS PEMBUKUAN PENDAPATAN

jenis koreksi atas pembukuan pendapatan adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa perhitungan


anggaran tahun lalu.

2. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian pendapatan daerah.

3. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo akhir tahun anggaran / sisa perhitungan
anggaran tahun anggaran perhitungan.

4. Kesalahan penyajian dalam Daftar Lampiran Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran


Perhitungan.

5. Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang terdiri atas:

a) Kesalahan pembukuan (kekeliruan dalam pencatatan).

b) Kesalahan pembebanan.

c) Kesalahan penjumlahan dan pengurangan Angka (aritmatika).

3.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENYUSUN KOREKSI


PEMBUKUAN PENDAPATAN

1. Bahwa sistem pembukuan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Kepmendagri No


29 Tahun 2002 (yang belum mengikuti perubahan sesuai dengan Permendagri No 13
Tahun 2006) adalah pembukuan yang masih menggunakan sistem pencatatan tunggal
(single entry).

2. Perbedaan antara perkiraan dengan penerimaan yang sebenarnya, serta perbedaan antara
perkiraan dengan pengeluaran sebenarnya, dengan menyebutkan selisih kurang atau
lebih.
3.6 PETUNJUK PEMERIKSAAN POS PER POS

3.6.1 Pemeriksaan atas Pos Pendapatan Asli Daerah

1. Lakukan pengujian untuk menentukan apakah nilai realisasi Pos Pendapatan Pajak
Daerah dan Pos Retribusi Daerah yang dibukukan telah mencakup seluruh hak daerah
yang telah diterima oleh Kas Daerah pada Tahun Anggaran Perhitungan. Untuk itu,
Salinan Rekening Koran Kas Daerah yang diperoleh kemudian diteliti untuk menentukan
apakah terdapat setoran melalui transfer atas Pajak dan Retribusi Daerah yang dilakukan
pada Tahun Anggaran Perhitungan dan telah diterima oleh Kas Daerah, tercantum pada
sisi kredit Rekening Koran Kas Daerah, dan telah dibukukan pada sisi debit, tetapi belum
dibukukan pada Ayat bersangkutan dan belum disajikan dalam Lampiran Perhitungan
Anggaran Pendapatan. Apabila terjadi hal demikian, lakukan koreksi tambah sejumlah
setoran yang belum dibukukan dan belum disajikan dalam lampiran tersebut. Lakukan
koreksi kurang apabila terjadi hal yang sebaliknya, yaitu setoran Pajak dan Retribusi
Daerah yang diterima oleh Kas Daerah pada Tahun Anggaran yang lalu tetapi baru
dibukukan dan disajikan dalam Lampiran Tahun Anggaran Perhitungan.

2. Lakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan berupa Surat Tanda Setoran (STS) Untuk
menentukan apakah posting atas penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah tersebut telah
sesuai dengan Ayat Pendapatan yang bersangkutan dan telah disajikan sesuai dengan ayat
tersebut. Apabila terjadi kesalahan pembebanan, lakukan koreksi tambah dan koreksi
kurang pada masing-masing Ayat yang dimaksud.

3. Lakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan pemungutan Pajak Daerah,
seperti PT PLN atas pemungutan PPJU, untuk menentukan apakah jumlah PPJU yang
disetorkan ke Kas Daerah dan telah dibukukan dengan Ayat Pendapatan PPIJU adalah
Pendapatan Bruto yang belum dipotong upah pungut dan belum dikompensasikan dengan
pembayaran rekening listrik pemda. Apabila Pendapatan PPJU yang dibukukan dan
disajikan dalam Lampiran tersebut adalah Pendapatan Neto, maka koreksi tambah pada
Ayat Pendapatan PPJU dilakukan sebesar upah pungut ditambah biaya rekening listrik
pemda, sekaligus dilakukan pula koreksi tambah pada Pasal Biaya Upah Pungut dan
Pasal Belanja Ongkos Kantor untuk Langganan Listrik.

4. Dari hasil konfirmasi tersebut di atas, kesalahan penyetoran atas pendapatan PPIU oleh
PT PLN dapat diketahui. Misalnya, PPIU yang semestinya merupakan hak Pemerintah
Daerah “X” tetapi oleh PT PLN disetorkan ke Kas Pemerintah Daerah “Y.” Hal ini berarti
bahwa bagi Pemerintah Daerah “Y,” ada bagian Pendapatan PPJU yang bukan haknya.
Atas kejadian ini, apabila sampai akhir tahun anggaran pendapatan PPJU tersebut belum
disetorkan kembali dan tidak disajikan sebagai pendapatan dalam Perhitungan UKP
Tahun Anggaran Perhitungan Pemerintah Daerah “Y,” maka lakukan koreksi kurang pada
Lampiran Ayat Pendapatan PPJU sebesar Pendapatan PPJU yang bukan haknya, dan
lakukan pula koreksi tambah sebesar PPJU yang bukan haknya tersebut.

5. Apabila terjadi sebagaimana disebutkan di atas (butir 4) dan oleh Pemerintah Daerah “Y”
pada Tahun Anggaran Perhitungan Pendapatan PPJU yang bukan haknya tersebut telah
dikembalikan kepada Pemerintah Daerah “X,” tetapi nilainya lebih dari jumlah yang
menjadi haknya, dan ternyata kelebihan pengeluaran tersebut tidak dimuat dalam Bagian,
Pos, dan Pasal Belanja, maka koreksi tambah sebesar kelebihan tersebut dilakukan atas
Belanja dan dilakukan pula koreksi pada sisi pendapatan sejumlah PPN yang menjadi hak
Pemerintah . Daerah “X" dan pada sisi belanja sejumlah yang dikembalikan (termasuk
kelebihannya).

6. Lakukan pengujian untuk menentukan apakah pengembalian Pajak Daerah kepada Wajib
Pajak yang dilakukan dengan penerbitan SPMU pada Tahun Anggaran Perhitungan telah
diperhitungkan dengan mengurangi nilai realisasi penerimaan Pajak Daerah yang
disajikan dalam Lampiran pada ayat bersangkutan. Bila belum dikurangkan. maka
lakukan koreksi kurang sebesar pengembalian pajak tersebut.

3.6.2 PEMERIKSAAN ATAS POS DANA PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN


DAERAH

1. Lakukan pengujian untuk menentukan apakah nilai realisasi pendapatan Pos Bagi Hasil
Pajak yang terdiri atas Bagi Hasil PBB, BPHTB, PPh Pasal 21, dan Pos Bagi Hasil Bukan
Pajak Sumber Daya Alam yang antara lain terdiri atas IHH,IHPH ], luran tetap
(Landrent), luran Kuasa Usaha Pertambangan, Pungutan Hasil Perikanan, Minyak Bumi,
dan Gas Alam serta Pos Dana Alokasi Umum (DAU), Pos Dana Alokasi Khusus (DAK),
dan Pos Dana Darurat untuk Bencana Alam yang dibukukan pada masing-masing Ayat
Pendapatan bersangkutan telah mencakup seluruh hak daerah yang telah diterima oleh
Kas Daerah pada Tahun Anggaran Perhitungan. Untuk itu, salinan Rekening Koran Kas
Daerah yang diperoleh kemudian diteliti untuk menentukan apakah terdapat transfer atas
Bagi Hasil, DAU, DAK, dan Dana Darurat yang dilakukan pada Tahun Anggaran
Perhitungan dan telah diterima oleh Kas Daerah, tercantum pada sisi kredit Rekening
Koran Kas Daerah, serta telah dibukukan pada sisi debit tetapi belum dibukukan pada
Ayat bersangkutan dan belum disajikan dalam Lampiran Perhitungan Anggaran
Pendapatan. Apabila terjadi hal yang demikian, lakukan koreksi tambah sejumlah transfer
yang belum dibukukan dan belum disajikan dalam Lampiran tersebut. Lakukan koreksi
kurang apabila terjadi hal yang sebaliknya, yaitu Transfer Bagi Hasil, DAU, DAK, dan
Dana Darurat yang telah diterima oleh Kas Daerah pada Tahun Anggaran yang Lalu
tetapi dibukukan dan disajikan dalam Lampiran Tahun Anggaran Perhitungan.

2. Lakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan Bagi Hasil, DAU, DAK, dan Dana
Darurat berupa bukti transfer untuk menentukan apakah posting atas penerimaan transfer
tersebut telah sesuai dengan Ayat Pendapatan yang bersangkutan dan apakah telah
disajikan pada Lampiran sesuai dengan Ayat tersebut. Apabila terjadi kesalahan
pembebanan, lakukan koreksi tambah dan koreksi kurang pada masing-masing Ayat
dimaksud.

3. Lakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan penyaluran Bagi ! [asil PBB,
seperti Kantor Pelayanan PBB dan Kantor Cabang Bank lndonesia setempat, untuk
menentukan apakah jumlah Bagi Hasil PBB yang diterima oleh Kas Daerah dan
dibukukan pada Ayat Pendapatan Bagi Hasil PB B adalah Pendapatan Bruto termasuk
upah pungut PBB yang menjadi llak Daerah. Apabila Pendapatan Bagi Hasil PBB yang
dibukukan dan disajikan dalam Lampiran tersebut adalah Pendapatan Neto, maka
lakukan koreksi tambah pada Ayat Pendapatan Bagi Hasil PBB sebesar upah pungut
PBB, sekaligus lakukan pula koreksi tambah pada Pasal Belanja Lain-Lain Biaya Upah
Pungut PBB.
4. Dari hasil konfirmasi tersebut di atas dapat diketahui adanya kesalahan penyaluran atas
Bagi Hasil PBB. Misalnya, Bagi Hasil PBB yang semestinya merupakan hak Pemerintah
Daerah “X," tetapi disalurkan ke Kas Pemerintah Daerah “Y," Hal ini berarti bahwa bagi
Pemerintah Daerah “Y” terdapat Pendapatan Bagi Hasil PBB yang bukan haknya. Atas
kejadian ini, apabila sampai Akhir Tahun Anggaran Bagi Hasil tersebut belum
dikembalikan dan tidak disajikan sebagai pendapatan dalam Perhitungan UKP Tahun
Anggaran Perhitungan Pemerintah Daerah “Y," maka lakukan koreksi kurang pada
Lampiran Ayat Pendapatan Bagi Hasil PBB sebesar Pendapatan Bagi Hasil PBB yang
bukan haknya, dan lakukan pula koreksi tambah pada Pendapatan UKP sebesar Bagi I
lasil PBB yang bukan haknya tersebut.

5. Apabila terjadi sebagaimana disebutkan di atas (butir 4) dan oleh Pemerintah Daerah “Y”
pada Tahun Anggaran Perhitungan Bagi Hasil PBB tersebut telah dikembalikan kepada
Pemerintah Daerah “X” tetapi nilainya lebih dari jumlah yang menjadi haknya, dan
ternyata kelebihan pengeluaran tersebut tidak dimuat dalam Belanja, maka lakukan
koreksi tambah sebesar kelebihan tersebut atas Belanja dan lakukan pula koreksi pada sisi
pendapatan sejumlah Bagi Hasil PBB yang menjadi hak Pemerintah Daerah “X” dan
pada sisi belanja sejumlah yang dikembalikan (termasuk kelebihannya).

Anda mungkin juga menyukai