Anda di halaman 1dari 13

Kasus Laporan Ganda Ba

nk Lippo
Kelompok 2

01
Wulan Novi Hastuti (C1C017036)

02
Helmi Azizati Manel (C1C017104)

03
Sakdiyah (C1C017112)
Profil Perusahaan


PT Bank Lippo Tbk merupakan perusahaan yang menyediakan produk perbankan
umum dan pelayanan dengan segmen konsumen dan perusahaan di Indonesia.
Perusahaan ini menyediakan account pribadi, kartu debit, kartu distribusi, kartu kredit,
produk investasi, bancassurance, safe deposit dan produk dan layanan pembayaran. PT
Bank Lippo Tbk juga menawarkan deposito, giro, pengiriman uang, pembukaan,
rekening tabungan, pembiayaan perdagangan, dan produk bank draft dan jasa. Pada
24 April 2007, beroperasi 400 cabang dan kantor serta  693 anjungan tunai mandiri.
Sejarah Bank Lippo dimulai pada tahun 1948 didirikan oleh Mochtar Riady dengan grup
Lippo hingga sempat menjadi bank ke-9 terbesar dalam jumlah aktiva yang dimilikinya.
Overview Kasus
Dalam Press release bapepam, ternyata
terdapat 3 versi laporan keuangan PT Bank Lippo
Tbk per 30 september 200, dari 3 versi ini semuanya Manajemen Lippo beralasan, perbedaan
dinyatakan telah diaudit, yaitu: itu terutama pada kemerosotan nilai
1. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 Aset Yang Diambil Alih (AYDA) dari
September 2002 yang diiklankan di surat kabar Rp 2,393 triliun pada laporan publikasi
pada tanggal 28 November 2002; dan Rp 1,42 triliun pada laporan ke BEJ.
2. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 Akibatnya keseluruhan neraca dan akun-
September 2002 yang disampaikan ke BEJ pada akun berbeda secara signifikan, termasuk
tanggal 27 Desember 2002; penurunan rasio kecukupan modal
3. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 (CAR) dari 24,77 persen menjadi 4,23
September 2002 yang disampaikan oleh persen.
Akuntan Publik KAP Prasetio, Sarwoko
&Sandjaja kepada Manajemen PT Bank Lippo
Tbk pada tanggal 6 Januari 2003.
Dalam sebuah konferensi pers, Presiden Direktur Bank
Lippo, I Gusti Made Mantera, menjelaskan bahwa
perbedaan isi laporan disebabkan adanya peristiwa setelah
Tanggapan
tanggal neraca (subsequent event), yakni berupa Manajemen
penurunan nilai aset yang diambil alih (AYDA) dari Rp 2,4
triliun menjadi Rp 1,42 triliun. Menurut seorang
pejabat Bank Lippo yang tak mau disebut namanya,
penurunan drastis nilai aset yang kebanyakan berbentuk
properti ini terjadi karena saat itu --Juni 2002-- BPPN
mengguyur pasar melalui penjualan aset secara besar-
besaran dengan harga obral. "Akibatnya, ketika aset itu
dinilai otomatis nilainya turun," kata pejabat itu. Namun,
yang menarik, pihak direksi terkesan berusaha menutupi
fakta bahwa aset tersebut berasal dari Grup Lippo, yang
diserahkan kepada Bank Lippo menjelang rekapitalisasi
pada tahun 1999.
Bapepam Periksa Akuntan yang Mengaudit Bank Lippo

Badan Pengawas Pasar Modal pada senin 3 Saat laporan keuangan Lippo pertama
februari 2003, memeriksa kantor akuntan publik kali keluar kepada publik, yaitu ke Bank
Ernst & Young, Sarwoko and Sanjaya, yang Indonesia, kantornya belum selesai
mengaudit laporan keuangan PT Bank Lippo mengaudit laporan keuangan itu.
Tbk. Pemeriksaan ini untuk mengklarifikasi "Valuasinya belum selesai karena belum
pernyataan Managing Partners Sarwoko Iman menyesuaikan agunannya," kata dia,
Sarwoko beberapa waktu lalu, yang mengaku sambil menambahkan ada selisih waktu
hanya mengaudit laporan keuangan Lippo yang sekitar 3 minggu dari laporan ke BI dan
dilaporkan ke Bursa Efek Jakarta. Menanggapi selesainya audit oleh kantornya. Jadi, dia
hal ini, Managing Partners Sarwoko yaitu Iman tidak tahu menahu kenapa ada laporan
Sarwoko, bersikukuh bahwa kantornya hanya keuangan yang sebenarnya belum beres
mengaudit laporan keuangan Lippo yang diaudit tapi sudah dilaporkan ke BI.
dilaporkan ke BEJ "Kita cuma merasa
membuat audit report ke BEJ tuh,".
Penjelasan Dari Pihak Bank Lippo
Dari fakta yang telah diuraikan sebelumnya, PT.
Kedua, dalam paparan publik di Hotel
Bank Lippo Tbk telah dua kali memberikan
Aryaduta Jakarta tanggal 11 Februari
penjelasan dan pemaparan kepada publik
2003. Manajemen PT. Bank Lippo Tbk
berkaitan dengan adanya perbedaan dalam
kembali menegaskan bahwa angka-angka
Laporan Keuangan per 30 September 2002
yang disajikan dalam Laporan Keuangan
yang disampaikannya.
per 30 September 2002 yang telah
Pertama, dalam pengumuman penjelasan di
dipublikasikan ke media massa pada 28
Harian Investor tanggal 17 Januari 2003. PT
November 2002 dalam rangka memenuhi
Bank Lippo Tbk menegaskan bahwa Laporan
peraturan BI adalah angka-angka yang
Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30
akurat dan benar serta telah disajikan
September 2002 adalah informasi yang akurat
sesuai Pernyataan Standar Akuntansi
dan benar serta mencerminkan kinerja Bank
Keuangan (PSAK) & Pedoman Akuntansi
Lippo yang sesungguhnya yakni CAR 24,77%
Perbankan Indonesia (PAPI).
dan NPL 9,03%.
Putusan Atas Kasus Laporan Ganda Bank Lippo
Sanksi BEJ atas Bank Lippo berupa peringatan
keras, selain itu BEJ mewajibkan Bank Lippo
menyerahkan laporan kemajuan (progress Pihak yang bertanggung jawab terhadap
report) setiap minggu sekali mulai dari tanggal pelanggaran ini adalah Akuntan Publik
24 Februari sampai keluar laporan keuangan Drs. Ruchjat Kosasih dari KAP Prasetyo,
auditan tahun 2002. Sarwoko & Sandjaja sebagai
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) penanggung jawab pemeriksaan atau
pun memberikan sanksi. Dalam siaran persnya audit atas laporan keuangan PT.
pada 17 Maret 2003 mengumumkan pemberian Bank Lippo Tbk per 30 September 2002.
sanksi administratif kepada Direksi PT. Bank Atas kelalaian yang dilakukannya,
Lippo Tbk berupa kewajiban menyetor uang ke Bapepam memberi sanksi administratif
Kas Negara sejumlah Rp.2,5 miliar. Sedangkan berupa kewajiban menyetor uang ke Kas
terhadap PT.Bank Lippo Tbk diwajibkan untuk Negara sebesar Rp. 3,5 juta.
memberikan penjelasan ke pemegang saham
perihal kekurang hati-hatian yang dilakukan dan
sanksi administratif yang diterima oleh PT. Bank
Lippo Tbk di Rapat Umum Pemegang Saham.
Hubungan Antara Etika Bisnis dan Etika Profesi
Terhadap Kasus Laporan Ganda Bank Lippo

1. Etika bisnis
Dalam etika bisnis, Bank Lippo telah melanggar hukum mengenai
pelaporan keuangan, dimana seharusnya laporan keuangan pada
tahun yang sama hanya dapat diaudit oleh satu pihak saja dan
memiliki satu versi tidak lebih. Tetapi Bank Lippo telah melakukan
pengauditan laporan keuangan lebih dari satu kali dan memiliki
tiga versi laporan keuangan. Hal tersebut telah melanggar hukum
sehingga perusahaan akan menerima saksi yang telah ditetapkan
sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal-hal yang dilakukan oleh
Bank Lippo telah merugikan banyak pihak dari para pemegang
saham hingga para calon investor atau pemakai laporan keuangan
Hubungan Antara Etika Bisnis dan Etika Profesi
Terhadap Kasus Laporan Ganda Bank Lippo

2. Etika Profesi
Pihak akuntan publik telah mengabaikan kepentingan publik yang
berupa transparansi laporan keuangan serta objektivitas terhadap
laporan yang diaudit terlepas dari siapa pengguna laporan dan
kepentingannya, dengan ditemukannya laporan ganda Bank Lippo
telah memuktikan bahwa auditor yang bersangkutan telah bias
dalam penerbitan laporan audit hingga menyebabkan banyaknya
asumsi yang beredar atas laporan keuangan yang diterbitkan.
Analisis dalam Etika Profesi
Akuntan publik telah melakukan pelanggaran kode etik
profesi akuntansi
Infographic dengan mengganda laporan keuangan.
Designed
Tindakan mencantumkan
Easy to change colors, photos laporan
and Text. yang belum diaudit
dengan mengiklankan dimedia masa dengan kata sudah
di audit melanggar integritas, dimana seorang akuntan
harus sangat jelas dan jujur dalam pekerjaannya secara
profesional maupun hubungan bisnis. Dapat dilihat dari
kasus ini bahwa akuntan publik belum mengerjakan
profesinya secara profesional. Seharusnya akuntan
publik melaksanakan jasa profesinya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan,
sesuai keahliannya dan dengan berhati-hati.
Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat kita simpulkan beberapa hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan kode etik akuntan
publik dan pelanggaran yang dilakukan oleh akuntan publik
atau KAP :
1. Bentuk pelanggaran yang dilakukan adalah memberikan
laporan keuangan yang berbeda-beda kepada publik.
Sudah sepatutnya akuntan publik bekerja secara
profesional dan memiliki sifat kehati-hatian.
2. Dampak pelanggaran kode etik yang dilakukan akuntan
publik adalah kerugian bagi investor yang
memanfaatkan hasil audit akuntan publik, berkurang
atau bahkan hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan publik, dan pada akhirnya
akan merugikan profesi akuntan itu sendiri.
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai