Anda di halaman 1dari 7

“Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo, sendiri oleh pihak Bank Lippo.

Berdasarkan laporan yang


terdapat di BEJ, total aktiva yang dimiliki oleh Bank Lippo
Informasi Yang Menyesatkan”
berubah menjadi Rp 22,8 triliun (turun Rp 1,2 triliyun). Selain
Pada tanggal 28 November 2002 Bank Lippo
itu, ternyata Bank Lippo harusnya mencatat kerugian sebesar
mempublikasikan laporan keuangannya untuk periode per 30
Rp 1,3 triliun, yang awalnya berdasarkan publikasi dari pihak
September 2002. Pada publikasi tersebut, tercatat bahwa total
Bank Lippo, perusahaan tersebut tercatat memperoleh laba
aktiva yang dimiliki oleh Bank Lippo per 30 September 2002
(Tempo, 2003b). Munculnya laporan keuangan ganda ini
sebanyak Rp 24 triliun dengan laba bersih sebanyak Rp 98
langsung ditanggapi oleh pihak KAP yang mengaudit LK Bank
miliar. Selain itu pada publikasi tersebut, pihak manajemen
Lippo yaitu Ernst and Young, Sarwoko dan Sanjaya. Menurut
Bank Lippo juga menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut
KAP tersebut, laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
telah di audit dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Bank Lippo tanggal 27 November 2002 tersebut merupakan
Namun, permasalahan dan keanehan muncul ketika adanya
LK yang belum selesai diaudit oleh KAP tersebut, hanya LK
perbedaan isi laporan keuangan Bank Lippo untuk periode per
yang dilaporkan ke BEJ yang telah diaudit (Tempo, 2003b).
30 September 2002 yang dilaporkan Bank Lippo kepada Bursa
Berdasarkan kejadian tersebut, pihak Bank Lippo berdalih,
Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 27 Desember 2002 dengan
penyebab adanya perbedaan tersebut dikarenakan terjadinya
laporan keuangan yang sebelumnya telah dipublikasikan
penurunan nilai agunan yang diambil alih (AYDA) yang 2003). Paparan tersebut berisikan pernyataan/penjelasan pihak
awalnya Rp 2,393 triliun turun menjadi Rp 1,42 triliun. Bank Lippo terkait adanya laporan keuangan ganda Bank
Penurunan aset ini juga berdampak pada nilai capital Adequacy Lippo Per 30 September 2002 dan menjelaskan kinerja
Ratio (CAR) yang turun menjadi 4,23% (awalnya 24,77%). keuangan perusahaan hingga periode 31 Desember 2002
Akan tetapi, alasan yang diberikan oleh pihak Bank Lippo (Tempo, 2003b).
tersebut dibantah oleh beberapa pihak. Beberapa pihak Bank Lippo telah terbukti melakukan kecurangan dengan
menduga bahwa Bank Lippo telah melakukan manipulasi mempublikasikan laporan keuangan yan menyesatkan bagi
laporan keuangan secara sengaja. Hal ini dibuktikan dengan publik. Atas perbuatan tersebut, Badan Pengawas Pasar Modal
melihat aset agunan yang dimiliki Bank Lippo. Agunan yang (Bappepam) memutuskan untuk memberikan peringatan yang
dijadikan aset oleh Bank Lippo tersebut ternyata merupakan keras untuk pihak Bank Lippo dan memberikan sanksi
aset yang berasal dari Grup Lippo, yaitu PT Bukit Sentul Tbk; administratif bagi Bank Lippo tersebut (Tempo, 2003a). Sanksi
PT Lippo Karawaci Tbk; PT Lippo Securities Tbk; PT Panin Administratifnya yaitu pihak Bank Lippo harus membayarkan
Insurance Tbk; PT Lippo Cikarang Tbk; dan PT Hotel Prapatan denda ke kas Negara sebesar Rp 2.500.000.000 saja (Tempo,
(Sumantyo, 2003). Atas kasus ini BEJ, meminta Bank Lippo 2003c). Selain itu Bappepam juga mewajibkan pihak
untuk mengadakan paparan publik (paling lambat 15 Januari manajemen Bank Lippo untuk  menyerahkan laporan kemajuan
(progress report) pada BEJ seminggu sekali di mulai tanggal ganda tersebut yang berdampak pada penyesatan informasi
24 Febuari sampai dengan keluarnya laporan keuangan tahunan pada publik.
auditan tahun 2002. Berdasarkan data yang telah dijelaskan pada ringkasan
Bappepam tidak hanya memberikan sanksi kepada pihak kasus di atas, dapat dilihat bahwa pihak Bank Lippo sudah
Bank Lippo saja, akan tetapi Bappepam juga memberikan tampak sekali melakukan tindakan manipulasi laporan
sanksi berupa denda kepada KAP Ernst and Young, Sarwoko keuangan, dapat terlihat adanya perbedaan isi laporan
dan Sanjaya selaku KAP yang bertanggung jawab atas audit keuangan yang awalnya mereka publikasikan secara mandiri
Laporan Keuangan Bank Lippo pada periode tersebut. Pihak dengan laporan keuangan yang di laporkan di BEJ. Manipulasi
KAP tersebut diwajibkan untuk membayar denda ke kas yang paling terlihat adalah pihak Bank Lippo dengan sengaja
Negara hanya sebesar Rp 3.500.000 saja (Tempo, 2003c). memanipulasi data aktiva dan labanya, yang mana di keduanya
Pemberian sanksi kepada KAP ini dikarenakan KAP ini mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding dengan
dianggap lalai menjalankan tugasnya sebagai pihak yang data yang sebenarnya.
memeriksa laporan keuangan Bank Lippo pada periode Pada dasarnya perusahaan yang melakukan tindakan
tersebut, sehingga menyebabkan adanya laporan keuangan manipulasi laporan keuangan, terutama memanipulasi untuk
meningkatkan nilai pos tertentu ditujukan agar perusahaan
tersebut “terlihat memiliki kinerja yang baik di hadapan pihak Dengan diperolehnya opini WTP pada perusahaan tersebut
eksternal” padahal tidak. Dampaknya biasanya pada berarti telah menunjukan bahwa laporan keuangan tersebut
peningkatan harga saham ataupun untuk memikat hati pihak telah disusun secara wajar dan sesuai dengan Standar
eksternal seperti investor untuk menginvestasikan dananya Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku, yang artinya laporan
melalui pembelian saham. Contoh lainnya adalah agar keuangan Bank Lippo bebas dari berbagai praktik ilegal
dimudahkan untuk memperoleh suntikan dana dari pihak terlebih lagi fraud. Tentunya dengan diperoleh opini WTP
kreditur. Tidak menutupi bahwa tujuan awal atau penyebab tersebut, turut berperan penting untuk memikat hari para
pihak manajemen tersebut melakukan manipulasi tersebut guna investor untuk investasi pada Bank Lippo.
untuk memperoleh keuntungan seperti yang telah dijelaskan Praktik manipulasi yang dilakukan oleh pihak Manajemen
sebelumnya, terutama untuk memikat para calon investor untuk Bank Lippo tersebut, juga telah menunjukan bahwa pihak
segera menanamkan saham pada Bank Lippo, terlebih lagi manajemen juga turut melakukan tindakan/praktik manajemen
pada publikasi laporan keuangan yang dilakukan secara laba. Menurut Herawaty (2008) manajemen laba merupakan
mandiri oleh Bank Lippo tersebut, menyatakan bahwa laporan tindakan judgement dalam laporan keuangan yang dapat
keuangan tersebut telah di audit dan mendapatkan opini WTP merubah laporan keuangan yang akhirnya dapat menyesatkan
(padahal belum di audit). pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Contohnya pada kasus ini terlihat pada laba pe 30 September terjadi/dapat dihindari. Hal ini dikarenakan menurut Guna dan
2002 yang seharusnya mengalami kerugian sebesar Rp 1,3 Herawaty (2010) pada dasarnya tujuan dengan dilaksanaknnya
triliun, kemudian diganti oleh pihak manajemen dengan GCG ini bertujuan untuk membuat berbagai/serangkaian
memperoleh laba bersih sebanyak Rp 98 miliar. mekanisme yang dapat mencegah dan membatasi asimetri
Padahal manajemen laba yang dilakukan tersebut bertujuan informasi, termasuk contohnya adalah manajemen laba.
negatif yang dapat merugikan banyak pihak. Praktik Dalam pelaksanaannya, GCG dilaksanakan dengan 5
manajemen laba ini tentunya terkesan negatif, karena pihak prinsip utama, antara lain akuntanbilitas, transparansi,
manajemen Bank Lippo melakukannya untuk menarik banyak responbility, indepedensi, dan keadilan. Berkaitan dengan
investor agar menanamkan dananya pada Bank Lippo. kasus yang melanda Bank Lippo ini, terlihat bahwa perusahaan
Secara keseluruhan, menurut penulis penyebab utama ini telah melanggar 2 prinsip dari GCG tersebut, yaitu
munculnya kasus ini dikarenakan lemahnya implementasi transparansi dan responsibility. Prinsip transparansi
Good Corporate Governance (GCG) pada manajemen Bank menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya perusahaan harus
Lippo. Jika implementasi GCG menyampaikan setiap informasi dengan jelas, akurat, dapat
Bank Lippo terlaksana dengan baik, maka kasus manipulasi dipertanggungjawabkan, dan tentunya tidak menyesatkan.
laporan keuangan yang terjadi pada Bank Lippo ini tidak akan Informasi yang dimaksud termasuk informasi yang terdapat
pada laporan keuangan di sebuah perusahaan. Sedangkan yang   Akhir dari perjalanan kasus yang menimpa Bank Lippo ini
dimaksud dengan prinsip responsibility ialah suatu organisasi yaitu Bank Lippo terbukti bersalah dikarenakan adanya kasus
dalam pelaksanaan setiap kegiatan/operasional harus sesuai laporan keuangan ganda ini. Atas kasus ini, Bappepam selaku
dengan aturan yang berlaku. Berkaitan dengan kasus ini, lembaga yang berwenang memutuskan bahwa Bank Lippo
apabila pihak manajemen Bank Lippo sepakat dan hanya akan mendapatkan sanksi administratif berupa denda
berkomitmen untuk melaksanakan GCG dengan baik, maka sebesar Rp 2.500.000.000.
kasus manipulasi laporan keuangan ini dapat terhindarkan. Hal             Menurut penulis, sanksi yang diterima oleh Bank Lippo
ini dikarenakan, dalam pelaksanaanya jika pihak manajemen tidak tepat. Melihat fakta dari kasus ini, secara jelas bahwa
menjalankan dengan baik GCG-nya, maka tentunya pihak pihak manajemen Bank Lippo telah terbukti melakukan
manajemen akan senantiasa mengawasi/mengontrol pembuatan manipulasi laporan keuangan dan membuat pernyataan bahwa
Laporan Keuangan agar sesuai dengan aturan/standarnya laporan keungan tersebut telah di audit (padahal belum), yang
(pelaksanaan prinsip transparansi dan responbility). Sehingga berdampak pada penyesatan informasi terhadap pihak-pihak
dapat dipastikan salah satu penyebab utama adanya kasus yang berkepentingan. Atas fakta tersebut, sudah dapat dilihat
manipulasi laporan keuangan ini terjadi dikarenakan lemahnya bahwa kasus ini telah melanggar Pasal 93 Undang-Undang
dalam pelaksanaan GCG pada manajemen Bank Lippo. Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal, yang berarti kasus ini tergolong sebagai kasus pidana Dampak dengan pelanggaran Pasal 93 tersebut ialah pihak
bukan hanya tergolong pelanggaran administrasi saja. Pasal 93 yang melakukan tindakan penyesatan informasi tersebut (dalam
tersebut berbunyi: Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa hal ini Bank Lippo) seharusnya mendapatkan sanksi pidana
pun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang berupa kurungan penjara paling lama 10 tahun dan denda
secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga paling banyak Rp 15.000.000.000. 
mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat
pernyataan dibuat atau keterangan diberikan :

 Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya


mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut
secara material tidak benar atau menyesatkan; atau
 Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam
menentukan kebenaran material dari pernyataan atau
keterangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai