Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Putu Dwika Sasta Paramita

NIM : 2115834098
Kelas : 4D MBP
No. : 17
Matkul : Etika Bisnis

Study Kasus :
Menemukan masalah atau isu penyimpangan etika bisnis pada kegiatan keuangan beserta
solusinya.

Hasil Study Kasus :


Laporan Ganda Bank Lippo
Sumber : Emil Bachtiar, Kasus-Kasus Etika Bisnis dan profesi, Salemba Empat, 2008
Laporan keuangan merupakan hal yang penting dan esensial untuk pengambilan berbagai
keputusan baik bagi pihak internal maupun eksternal. Laporan keuangan disusun dan disusun
oleh akuntan dengan memperhatikan etika profesi akuntan bahwa akuntan harus memiliki
tanggung jawab profesional dan profesional, standar teknis, kepentingan umum, integritas,
kerahasiaan, objektivitas, dan kompetensi. Dengan menerapkan etika ini, akuntan dapat
menghasilkan laporan keuangan yang andal dan up-to-date.
Bank Lippo adalah bank umum yang menghimpun dana dari masyarakat melalui
tabungan dan deposito. Dana yang tersedia dari pinjaman yang diberikan akan digunakan untuk
membiayai investasi di anak perusahaan. Afiliasi adalah perusahaan yang dikendalikan oleh
perusahaan lain karena memiliki kepemilikan/saham atau pemegang saham yang sama.
Pada tahun 2002, Bank Lippo memalsukan laporan keuangan tertanggal 30 September
2002 dengan membuat laporan keuangan ganda yang berbeda dengan laporan keuangan yang di
publikasikan di publik dan di BEJ.
Kasus PT. Bank Lippo Tbk berawal dari laporan keuangan triwulan III tahun 2002 yang
diterbitkan oleh PT pada tanggal 30 September 2002. Bank Lippo Tbk menyatakan bahwa
terdapat ketidaksesuaian antara informasi dalam laporan keuangan yang disajikan kepada
masyarakat melalui iklan di surat kabar nasional pada tanggal 28 November 2002 dengan
laporan keuangan yang diajukan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Laporan tersebut berisi pernyataan dari manajemen PT. Lippo Bank Tbk bahwa laporan
keuangan disusun berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang telah diaudit oleh KAP
Prasetio, Sarwoko, Sandjaja (penanggung jawab Drs. Ruchjat Kosasih) dengan Pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian.
Laporan disajikan dalam bentuk perbandingan antara 30 September 2002 (diaudit)
dan 30 September 2001 (unaudited).Dicantumkan, Nilai Agunan Yang Diambil Alih ("AYDA")
per 30 September 2002 sebesar Rp. 2,393 triliun, total asset per 30 September 2002 sebesar Rp.
24,185 triliun, Laba tahun berjalan per 30 September 2002 sebesar Rp. 98,77 miliar, dan Rasio
Kewajiban Modal Minimum Yang Tersedia (CAR) sebesar 24,77%.
Pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002, tanggal yang sama
yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 27 Desember 2002, ternyata
disampaikan laporan yang berbeda. Laporan itu mencantumkan Pernyataan manajemen PT. Bank
Lippo Tbk bahwa Laporan Keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan "audited"
yang tidak disertai dengan laporan auditor independen yang berisi opini Akuntan Publik.
Dari kronologi kasus laporan keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 september 2002 yang
disampaikan ke publik per 28 november 2002, Bank Lippo telah melakukan pelanggaran pasal
93 Undang-undang Pasar Modal.
Oleh karena ketiga unsur dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal telah terpenuhi
maka tindakan pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam memberikan keterangan atau
informasi laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik merupakan
suatu tindakan penyesatan informasi publik (misleading information). Dengan demikian,
memang benar telah terdapat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Lippo, Tbk.
Sanksi BEJ atas Bank Lippo adalah berupa peringatan keras, selain itu BEJ mewajibkan
Bank Lippo menyerahkan laporan kemajuan (progress report) setiap minggu sekali mulai 24
Februari sampai keluarnya laporan keuangan auditan tahun 2002.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pun memberikan sanksi. Dalam siaran persnya
tanggal 17 Maret 2003 mengumumkan pemberian sanksi administratif kepada Direksi PT. Bank
Lippo Tbk berupa kewajiban menyetor uang ke Kas Negara sejumlah Rp. 2,5 miliar. Sedangkan
terhadap PT. Bank Lippo Tbk diwajibkan untuk memberikan penjelasan kepada pemegang
saham perihal kekurang hati-hatian yang telah dilakukan serta sanksi administratif yang diterima
oleh PT. Bank Lippo Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham berikutnya.
Pihak yang bertanggung jawab dalam pelanggaran ini adalah Akuntan Publik Drs.
Ruchjat Kosasih dari KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja sebagai penanggung jawab
pemeriksaan atau audit atas laporan keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002. Atas
kelalaian yang dilakukannya Bapepam menjatuhkan sanksi administratif berupa kewajiban
menyetor uang ke Kas Negara sebesar Rp. 3,5 juta.

Solusi Permasalahan :
Berdasarkan kasus di atas, perbuatan yang dilakukan Bank Lippo ini berupa pemalsuan laporan
keuangan yang berbeda dengan yang dilaporkan di public dan di BEJ. Kelembekan sikap otritas
bursa dalam menyelesaikan masalah Bank Lippo ini diduga karena adanya orang kuatyang
menjadi dewan komisars di Bank Lippo. Dari kasus ini terlihat ke tidak profesionalan BEJ,
BPPN, dan manajemen Bank Lippo itu sendiri. Mereka pun terbkti melakukan pelanggaran
hukum atas pasal 93 Undang-Undang Pasar Modal. Pelanggaran hukum ini terjadi karenasistem
yang ada dalam laporan keuangan yang cukup rumit dan retan menghadirkan kelalaian dari pihak
pelaku pasar modal. Sedikit saran terkait kasus ini agar kedepannya tidak terjadi lagi maka
pemerintah harus lebih serius memperhatikan agar penerapan undang-undang dilaksanakan oleh
masyarakat dan aparat kejaksaan supaya lebih tanggap. Serta kepada Bapepam dalam melakukan
pengawasan terhadap setiap laporan keuangan yang dilakukan perusahaan harus lebih ketat.

Anda mungkin juga menyukai