(PENDAPAT HUKUM)
Dengan Hormat,
Dengan ini kami sampaikan pendapat hukum kami, Alfitra & Partners, kepada PT.
Bank Lippo Tbk yang merupakan sebuah Perseroan Terbatas yang mempunyai
lini usaha di bidang ekonomi dan perbankan. Pendapat hukum ini kami sampaikan
dengan tujuan akan dilakukannya upaya hukum terhadap pihak Manajemen PT.
Bank Lippo Tbk oleh BEJ, saran terhadap prinsip prinsip Good Corporate
Governance di Pasar Modal dalam kasus laporan keuangan PT. Bank Lippo Tbk,
dimana mengenai Prinsip Good Corporate Governance diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 yaitu Transparancy (Transparansi),
Accountability (Akuntabilitas), Responsibility (Pertanggungjawaban), dan
Fairness (Kewajaran).
Pendapat hukum ini diberikan dalam kerangka hukum dan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendapat yang
diungkapkan, terbatas pada pertanyaan yang timbul di bawah hukum negara dari
Klien dan hanya didasarkan pada hukum dan peraturan yang berlaku sebagaimana
tanggal yang tertera pada pendapat hukum ini. Pendapat ini didasarkan pada
penjelasan yang disampaikan oleh Klien, serta dilengkapi dengan bukti-bukti dan
dokumen-dokumen yang diterima dari Klien sampai dengan dikeluarkannya
pendapat hukum ini dengan asumsi bahwa dokumen-dokumen yang diperoleh
tersebut adalah benar sesuai dengan fakta hukumnya.
1
A. Fakta Hukum
1. Laporan keuangan Triwulan III tahun 2002 yang dikeluarkan tanggal 30
September 2002 oleh PT. Bank Lippo Tbk sebagi pelaksanaan kewajiban
PT Bank Lippo Tbk. atas ketentuan Bank Indonesia. Terdapat perbedaan
informasi atas Laporan Keuangan yang disampaikan ke public melalui
iklan di sebuah surat kabar nasional yaitu Surat Kabar Harian Investor
pada tanggal 28 November 2002 dengan Laporan Keuangan yang
disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 27 Desember 2002.
2. Dalam laporan di surat kabar tersebut dimuat adanya pernyataan
manajemen PT. Bank Lippo Tbk bahwa Laporan Keuangan tersebut
disusun berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit
oleh KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja (penanggung jawab Drs. Ruchjat
Kosasih) dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Penyajian laporan
tersebut dibuat dalam bentuk komparasi per 30 September 2002 (audited)
dan per 30 september 2001 (unaudited). Dicantumkan:
- Nilai Agunan Yang Diambil Alih (“AYDA”) per 30 September 2002
sebesar Rp. 2,393 triliun,
- Total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 24,185 triliun,
- Laba tahun berjalan per 30 September 2002 sebesar Rp. 98,77 miliar,
dan
- Rasio Kewajiban Modal Minimum Yang Tersedia (CAR) sebesar
24,77%.
3. Pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk, tanggal yang sama yang
disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ), ternyata disampaikan laporan
yang berbeda. Laporan itu mencantumkan Pernyataan manajemen PT.
Bank Lippo Tbk bahwa Laporan Keuangan yang disampaikan adalah
Laporan Keuangan “audited” yang tidak disertai dengan laporan auditor
independen yang berisi opini Akuntan Publik. Penyajian laporan juga
dilakukan dalam bentuk komparasi per 30 September 2002 (audited) dan
per 30 September 2001 (unaudited). Dicantumkan:
2
- Nilai Agunan Yang Diambil Alih Bersih (“AYDA”) per 30 September
2002 sebesar Rp. 1,42 triliun,
- total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun,
- Rugi bersih per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,273 triliun, dan
- Rasio Kecukupan Modal Minimum (CAR) sebesar 4,23%.
4. Pada tanggal yang sama ditemukan perbedaan. Perbedaan tersebut baik
dalam jumlah AYDA, total aktiva, CAR, bahkan kondisi untung rugi. Atas
hal tersebut.
5. Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002
disampaikan pada tanggal 6 Januari 2003 oleh Akuntan Publik KAP
Prasetio, Sarwoko & Sandjaja kepada manajemen PT. Bank Lippo. Dalam
laporan tersebut dikemukakan bahwa Laporan Auditor independen yang
berisi opini Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih dari KAP Prasetio,
Sarwoko & Sandjaja dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan
Auditor Independen tersebut tertanggal 20 November 2002, kecuali untuk
catatan 40a tertanggal 22 November 2002 dan catatan 40c tertanggal 16
Desember 2002. Penyajian dalam bentuk komparasi per 30 September
2002, 31 Desember 2001 dan 31 Desember 2000, dengan laporan:
- Total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun,
- Nilai Agunan Yang Diambil Alih Bersih (AYDA) per 30 September
2002 sebesar Rp. 1,42 triliun,
- Rugi bersih per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,273 triliun
- Rasio Kecukupan Modal sebesar Rp. 4,23%.
6. Ada 3 buah laporan keuangan yang dinyatakan telah diaudit tetapi terdapat
perbedaan diantara ketiganya.
7. Hanya ada 1 laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September
2002 yang diaudit dengan opini wajar tanpa pengecualian yang
disampaikan pada tanggal 6 Januari 2003 oleh Akuntan Publik KAP
Prasetio, Sarwoko & Sandjaja kepada manajemen PT. Bank Lippo.
Laporan tersebut berisi opini Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih dari
KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja dengan pendapat wajar tanpa
3
pengecualian. Laporan Auditor Independen tersebut tertanggal 20
November 2002, kecuali untuk catatan 40a tertanggal 22 November 2002
dan catatan 40c tertanggal 16 Desember 2002. Penyajian dalam bentuk
komparasi per 30 September 2002, 31 Desember 2001 dan 31 Desember
2000
8. 2 laporan keuangan lainnya ternyata belum diaudit. Kedua laporan
keuangan ini disusun berdasarkan laporan Keuangan Konsolidasi yang
telah diaudit oleh KAP Prasetio, Sarwoko, & Sandjaya dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian (untuk laporan yang diiklankan di surat kabar)
dan pernyataan dari Manajemen PT Bank Lippo Tbk bahwa laporan
keuangan yang disampaikan adalah laoran keuangan “audited” yang tidak
disertai dengan laporan Auditor Independen yang berisi opini Akuntan
Publik (untuk laporan yang disampaikan kepada BEJ)
9. Terdapat ketidakcocokan antara keterangan yang diberikan oleh pihak
manajemen PT Bank Lippo Tbk dengan pihak auditornya yang berarti
dalam hal PT Bank Lippo Tbk tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangannya dalam laporan
keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik tanggal 28
November 2002.
B. ISU HUKUM
Bahwa setelah melihat dan mempelajari fakta hukum diatas, maka isu hukum
yang dapat diambil adalah:
1. Dari ketiga laporan keuangan tersebut ternyata hanya ada satu laporan
keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September 2002 yang diaudit
dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Akuntan Publik Drs.
Ruchjat Kosasih dari KAP Presetio, Sarwoko & Sandjaja, dengan laporan
auditor independen No. REC-0031/02 dengan tanggal ganda (dual dating)
tertanggal 20 November 2002 (kecuali untuk catatan 40a tertangal 22
November 2002 dan catatan 40c tertanggal 16 Desember 2002) yang
disampaikan kepada Manajemen PT Bank Lippo Tbk. pada tanggal 6
4
Januari 2003. Sedangkan, dua laporan keuangan lainnya ternyata belum
diaudit.
5
D. ANALISA HUKUM
1. Berdasarkan Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal :
Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau
Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada
Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat; dan
menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada
masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga
Efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah
terjadinya peristiwa tersebut.
6
Sehubungan dengan ketentuan diatas, maka PT Bank Lippo Tbk selaku
badan usaha yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dalam pasal 5
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, maka PT Bank Lippo Tbk
memiliki kewajiban yang diantaranya adalah dengan menerapkan suatu
prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan membuat laporan tentang
kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan
koordinasi Penanaman Modal. Prinsip tata kelola yang baik yang harus
dilaksanakan oleh PT Bank Lippo Tbk antara lain keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).
7
Dewan Komisaris wajib memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good
Corporate Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
8
1. persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK); dan
2. rasio Posisi Devisa Neto (PDN).
f. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); dan
g. informasi mengenai komposisi pemegang saham dan susunan
pengurus.
9
tepat dan dilakukan secara profesional dengan cara menunjuk auditor
yang independent, qualified, dan competent. Perbuatan Manajemen
PT Bank Lippo Tbk. yang telah lalai karena mencantumkan kata
“audited” di dalam laporan keuangan yang sebenarnya belum diaudit
merupakan sebuah bentuk ketidakhati-hatian yang merupakan
tanggung jawab dari Manajemen PT Bank Lippo Tbk.
10
pada iklan laporan keuangan per 30 September 2002 pada tanggal 28
November 2002, dan laporan keuangan yang tidak disertai dengan
laporan auditor independen dan telah terdapat penilaian kembali
terhadap Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) dan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) pada laporan keuangan PT Bank
Lippo Tbk. per 30 September 2002 yang disampaikan ke BEJ pada
tanggal 27 Desember 2002. Bahwa atas tindakan tersebut, PT Bank
Lippo Tbk dapat merugikan Bapepam karena memanipulasi pasar,
sehingga PT Bank Lippo Tbk dapat dituntut dengan ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 104 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal yakni diancam dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000,- (lima
belas miliar rupiah).
11
September 2002 yang disampaikan ke BEJ pada tanggal 27 Desember
2002 adalah berupa sanksi administrative sebagaimana ketentuan
diatas.
12
(accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu
kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
Keempat, independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara
profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Kelima,
kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka
menerapkan kelima prinsip dasar tersebut di atas, bank wajib
berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan minimum serta
pedoman yang terkait dengan pelaksanaan good corporate
governance.”
Dari penjelasan yang dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa pihak
Manajemen PT Bank Lippo Tbk. Telah melakukan kelalaian yaitu
berupa pencantuman kata “audited” di dalam laporan keuangan yang
sebenarnya belum diaudit. Pengumuman laporan keuangan merupakan
pemenuhan terhadap prinsip Good Corporate Governance khususnya
prinsip transparansi. Dari prinsip transparansi tersebut, dapat dilihat
bahwa kewajiban untuk menginformasikan laporan keuangan
hendaknya dilakukan secara tepat dan dilakukan secara profesional
dengan cara menunjuk auditor yang independent, qualified, dan
competent.
13
PT Bank Lippo Tbk. yang menyampaikan dua laporan keuangan yang
tidak diaudit. Sehingga, perlu dibentuk sebuah komite audit di bidang
laporan keuangan untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat
manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi
keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.
Adapun ketentuan mengenai mekanisme check and balances telah
terdapat dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.1 tentang benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu, Peraturan Bapepam LK No. IX.E.2
tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan usaha yang dilakukan
Perusahaan Terbuka, peraturan Bapepam-LK No.VIII.G.11 Tentang
Tanggug Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
14
dari prinsip transparency, accountability, responsibility, independency
dan fairness.
Adapun faktor-faktor yang perlu dinilai oleh PT. Bank Lippo Tbk., ialah
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Seluruh persyaratan tugas dan tanggung jawab harus memenuhi
ketentuan yang berlaku
2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Seluruh persyaratan tugas dan tanggung jawab harus memenuhi
ketentuan yang berlaku
3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite
Kecukupan struktur, kualifikasi, kompetensi dan tanggung jawab
Komite harus sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance
4. Penanganan Benturan Kepentingan
Bank Lippo Tbk., perlu memiliki kebijakan, sistem dan prosedur
penyelesaian benturan kepentingan yang memadai
5. Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank
Bank Lippo Tbk. perlu memenuhi kriteria mengenai kepatuhan bank
terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta pemenuhan komitment dengan lembaga otoritas
yang berwenang
6. Penerapan Fungsi Audit Intern
Pelaksanaan fungsi audit intern Bank Lippo Tbk., perlu digerakkan
agar dapat berjalan secara efektid dan memenuhi pedoman intern serta
sesuai dengan standar minimum yang telah ditetapkan dalam SFAIB.
7. Penerapan Fungsi Audit Ekstern
Pelaksanaan audit oleh akuntan publik perlu berjalan dengan efektif
berdasarkan prinsip check and balances dan memenuhi persyaratan
dan ketentuan yang berlaku
15
8. Penerapan Manajemen Risiko Termasuk Sistem Pengendalian
Intern
Penerapan Manajemen Risiko dan Pengendalian intern harus efektif
dan diminimalisir kelemahan dalam penerapannya
9. Penyedia Dana Kepada Pihak Terkait (related party) dan
Penyediaan Dana Besar (Large Exposure)
Bank perlu memiliki kebijakan, sistem dan prosedur tertulis untuk
penyediaan dana besar yang tidak terdapat pelanggaran dan
pelampauan BMPK
10. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank,
Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance dan Pelaporan
Internal
Bank perlu transparan dalam menyampaikan informasi keuangan dan
non keuangan kepada publik melalui media yang mudah diakses oleh
publik. Cakupan informasi keuangan dan non keuangan harus tersedia,
tepat waktu penyampaiannya, lengkap, akurat, baru, dan utuh
11. Rencana Strategis Bank
Rencana korporasi (corporate plan) dan rencana bisnis bank (business
plan) disusun secara realistis serta memperhatikan faktor eksternal
maupun internal yang disesuaikan dengan visi misi bank.
16
kewajaran (fairness) dan kesetaraan diantara berbagai kepentingan
termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholder
lainnya.
17
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2.”
18
7. Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang
Saham mengenai masalah yang dianggap penting bagi kepentingan
Perseroan.
8. Melaporkan dengan segera kepada Rapat Umum Pemegang Saham
apabila terjadi gejala menurunnya kinerja Perseroan. 9.
Memberitahukan kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sejak ditemukannya (a) pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang keuangan dan perbankan dan (b) keadaan atau
perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha
bank.
19
sehingga memberikan iklim bisnis yang sehat dan lingkungan kerja
yang kondusif.
3. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris terkait dengan
kewajiban perusahaan dalam memperhatikan dan mengakomodasi
kepentingan Pemegang Saham Minoritas (Minority Shareholder)
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Memastikan bahwa proses nominasi calon Dewan Komisaris, Direksi
dan Pejabat Eksekutif yang jelas, proses seleksi yang transparan serta
memenuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Memastikan bahwa perusahaan memiliki kebijakan evaluasi kinerja
bagi masing-masing anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan
Pejabat Eksekutif yang pelaksanaannya dilakukan secara transparan,
dan dikaitkan dengan paket dan struktur remunerasinya
6. Memastikan bahwa anggota Dewan Komisaris dan Direksi memiliki
komitmen untuk menghindari segala bentuk benturan kepentingan
(conflict of interest), perangkapan jabatan dan perilaku insider trading
sebagaimana dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Menjaga rahasia Bank dan kerahasiaan atas seluruh dokumen dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Komite.
8. Melaporkan hasil kegiatan Komite GCG kepada Dewan Komisaris
untuk dituangkan dalam Laporan Tahunan Bank.
10. Dalam kasus ini, aset yang dialihkan (AYDA) milik PT. Bank Lippo
termasuk dalam aset tetap sesuai dengan pengertian yang tercantum dalam
PSAK Revisi 2014. Dalam PSAK Revisi 2014 yang dimaksud dengan :
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrative; dan
20
b. Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
11. Pengukuran aktiva tetap dilakukan selain pada awal perolehan juga
dilakukan setelah aset tersebut diperoleh, dengan menggunakan dua
metode sesuai dengan PSAK 16 yaitu :
Apabila revaluasi dilakukan untuk yang kedua kali dan seterusnya, terdapat
perlakuan yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah:
Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan
tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Namun kenaikan tersebut harus diakui di dalam laporan laba rugi
hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang
pernah dilakukan sebelumnya dalam laporan laba rugi.
21
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut
diakui dalam laporan laba rugi. Namun penurunan nilai akibat
revaluasi tersebut langsung didebit ke dalam ekuitas pada bagian
surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo
kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
22
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan analisis yang telah kami lakukan, maka langkah hukum yang kami
rekomendasikan kepada PT Bank Lippo Tbk adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat sistem checks and balances antara direksi dan komisaris
dengan manajemen PT Bank Lippo Tbk agar penerapan prinsip
akuntabilitas di dalam PT Lippo Tbk dapat terwujud guna meningkatkan
kepercayaan investor dan kreditur terhadap PT Bank Lippo Tbk.
2. Membuat laporan keuangan dengan mengacu pada pedoman yang layak
dan terpercaya, seperti peraturan PSAK. Terhadap pengakuan,
pengukuran, serta pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Revisi 1998.
Adapun komponen laporan keuangan berisikan neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan yang mana laporan keuangan tersebut harus mencantumkan
nama perusahaan, cakupan laporan keuangan, tanggal atau periode yang
dicakup oleh laporan keuangan, mata uang pelaporan, satuan angka yang
digunakan dalam penyajian laporan keuangan dengan mempersyaratkan
pertimbangan dan estimasi pada setiap transaksi untuk menghindari proses
kecurangan dan proses ketidakhati-hatian.
3. Laporan keuangan harus dibuat dengan cukup detail, tidak dilakukannya
laporan berganda, dan memaparkan laporan keuangan berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan tidak menyalahgunakan jual beli saham
dengan mengikuti aturan dalam BEI mengenai transaksi jual beli saham.
4. Menunjuk auditor yang independen, layak, dan kompeten guna
mewujudkan prinsip transparansi dalam PT Lippo Bank Tbk agar
masyarakat mengetahui bahwa transaksi jual beli saham PT Bank Lippo
mengikuti ketetapan dan peraturan yang berlaku yang berada di bursa efek
pasar modal.
23