PENDAHULUAN
Suramadu yang menyerap 20% dari total penduduk Madura untuk bekerja dalam
penting dalam proses produksi barang dan jasa, disamping itu juga merupakan
pihak yang ikut menikmati hasil pembangunan. Dalam hal ini, ada hak dan
(UMR). 1 Saling ketergantungan inilah yang harus dibina sebaik-baiknya agar tidak
ada terjadi kesenjangan antara pengusaha dengan para pekerja. 2 Pengusaha sebagai
1
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada Pasal 90 ayat (1)
menyebutkan bahwa “pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89”.
2
Bandingkan dengan Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis
ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999), hal. 114-115.
1
perusahaan dengan cara meraih keuntungan setinggi-tingginya sesuai modal
yang telah ditanamkan dan menekan biaya produksi serendah- rendahnya (termasuk
upah pekerja /buruh) agar barang dan atau jasa yang dihasilkan dapat bersaing di
kesejahteraan yang lebih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Kedua
kepentingan yang berbeda ini akan selalu mewarnai hubungan antara pengusaha
dinyatakan bahwa :
”Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
dan peningkatan daya beli golongan upah rendah. Perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja maksudnya adalah bahwa setiap pekerja berhak untuk
3
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, (Jakarta : Pradnya Paramitha,
2004), hlm. 101
2
Pengertian pekerja atau dapat dikatakan buruh pada saat ini di mata
masyarakat awam sama saja dengan tenaga kerja. 4 Padahal dalam konteks sifat
dasar pengertian dan terminology diatas sangat jauh berbeda. Secara teori,dalam
pemilik modal (owner) disebut dengan kapitalis; dan kelompok buruh adalah orang-
orang yang diperintah dan dipekerjakan berfungsi sebagai salah satu komponen
dalam proses produksi. Dalam teori Karl Marx tentang nilai lebih, disebutkan
bahwa kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut sebagai majikan
dan kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih tu disebut
buruh.Dari segi kepemilikan capital dan aset-aset produksi, dapat ditarik benang
tujuan sama yaitu menghasilkan barang dan/atau jasa sehingga perusahaan dapat
terus berjalan. Apabila karena satu dan lain hal perusahaan terpaksa ditutup maka
yang mengalami kerugian bukan saja pengusaha karena telah kehilangan modal,
penghidupan.
4
Bandingkan dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada
Pasal 1 angka (2) menyebutkan bahwa ”pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.
5
Loc.cit.
3
Didorong dengan adanya tujuan yang sama ini maka timbul hubungan yang
barang dan/atau jasa yang dikenal dengan istilah hubungan industrial. Dalam
dalam hal ini penting sekali mengingat perusahaan bagi pemerintah betapapun
dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai salah satu sumber
Ada etika bisnis dalam konteks Indonesia yang tidak boleh mengabaikan
Negara- negara barat sudah menjadi welfare state yang hak kaum buruh sudah
kesejahteraan kaum buruh pada konteks ini sudah tertinggal jauh oleh konsep
4
Kapitalis.
belakang. Pada satu sisi,buruh menjadi komponen penting dalam proses produksi
karena memiliki peran merubah bahan mentah dan alat produksi lainnya agar
memiliki nilai.Walaupun bahan mentah dan alat produksi sudah memiliki nilai
tersendiri namun buruh melengkapi melalui kerja yang dilakukan dalam proses
produksi. Nilai yang diberikan oleh kerja buruh sangat penting sehingga perannya
tidak dapat ditiadakan. Pada sisilain, ternyata peran buruh dalam proses produksi
tersebut tidak dihargai dengan semestinya. Apa yang dimaksud oleh kerja yang
dilakukan oleh buruh dalam proses produksi dalam system ekonomi kapitalistik
bukanlah biaya produksi kerja yang dilakukan buruh dalam satu jam, satu hari,
buruh. 6
diterima pekerja atas jasa yang diberikan dalam proses memproduksi barang atau
standar kebutuhan dasar buruh,antara lain untuk pangan, sandang, perumahan dan
kebutuhan lainnya. Pada prinsipnya, upah hanya sekedar dijadikan alat untuk
mempertahankan buruh agar dapat bekerja. Agar buruh dapat bekerja, ia harus
menderita lesu dan tidak produktif, sehingga kesejahteraan dan kualitas hidup buruh
6
Tua Hasiholan Hutabarat, Realitas Upah Buruh Industri, (Makalah : Perserikatan
Kelompok Pelita Sejahtera, 2006), hal. 45.
5
dan keluarganya harus tetap dipelihara. 7
akan menerima upah sesuai dengan biaya produksi seorang buruh agar dapat tetap
bekerja. Artinya, upah yang diterima hanya merupakan bentuk biaya pengganti
pengeluaran hidup buruh secara minimal. Prinsip sistem pengupahan seperti itulah
ini di Indonesia. Percepatan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi seperti yang saat
sehingga dapat mengacu produksi dan konsumsi masyarakat. Salah satu strategi
Konsep ini merupakan kata kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dikarenakan
negara. 8
pada awal industrialisasi yang menghisap tenaga kerja kaum buruh. Karena itu,
masalah- masalah buruh seperti upah yang adil, keselamatan ditempat kerja,
dalam etika yang memfokuskan problem-problem yang nyata dalam dunia bisnis
dan industri.
7
Payaman J. Simanjuntak, Reformasi Sistem Pengupahan Nasional, (Jakarta : Informasi
Hukum, 2004), dikutip Tua Hasiholan Hutabarat, Ibid., hal. 46.
8
Ibid.
6
industri. Di Indonesia konsep hubungan industrial yang dianut adalah Hubungan
Industrial Pancasila (selanjutnya disebut HIP) yang lahir dari hasil Lokakarya
Nasional yang diselenggarakan dari tanggal 4 sampai 7 Desember 1974 dan diikuti
oleh wakil dari organisasi buruh / pekerja, organisasi pengusaha, wakil pemerintah,
dan unsur perguruan tinggi. HIP adalah hubungan antara para pelaku dalam proses
didasarkan atas nilai yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila Pancasila
dan UUD 1945, dan tumbuh serta berkembang di atas kepribadian bangsa dan
kebudayaan nasional Indonesia. Dengan demikian landasan ideal dari HIP adalah
Penyelenggara Jaminan Sosial, peraturan yang berlaku adalah Pasal 1601 a Bab 7A
jaminan social buruh tidak selalu ada jaminan dari perusahaan. Problem buruh
seperti yang selalu dihadapi oleh pengusaha, antara lain: mengenai upah yang
7
rendah. 9
10
Mengenai Upah Minimum Regional (UMR) ,di Kota Pekabaru
mengacu pada Keputusan Gubernur Riau No. 561 / 5492 / K / 2009 tentang
bahwa UMR Kota Pekanbaru pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.345.000,- (satu
juta tiga ratus empat puluh lima ribu rupiah). UMR tersebut hanya berlaku
selama 1 (satu) tahun masa kerj dan merupakan upah terendah, sedangkan
untuk yang bekerja lebih dari 1 (satu) tahun harus dinegosiasikan secara
bipartite antara pekerja / buruh atau serikat pekerja / buruh dengan pengusaha
Kesepakatan Kerja atau yang sering disebut dengan kontrak kerja. Apabila
kondisi buruh yang ada di Sumatera Utara, khususnya di Kota Pekabaru sama-
sama mengalami tekanan dalam berbagai bentuk, salah satunya tekanan dalam
sisi pengupahan. Hal itu diakibatkan oleh standar umum kebijakan pengupahan
adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau
9
Ibid., hal. 64.
10
8
pelaku industry untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh
Dengan upah yang begitu minim sehingga tidak menjamin tenaga kerja
untuk mendapatkan kesejahteraan dan kehidupan yang layak maka disinilah ada
peran pihak ketiga yang menanggung segala biaya yang ditimbulkan jika tenaga
kerja mengalami haldemikian. Pihak ketiga yang dimaksud adalah Jaminan Sosial
pada Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1981, program Askes didasarkan pada
dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta, pegawai negeri sipil (PNS),
11
Sutardji, Analisis Kepuasan Peserta Jamsostek pada Kantor Cabang PT. Jamsostek
Edy Purwo Saputro, “Mengurai Benang Kusut Problem Buruh”, http://www.infoanda.com/
linksfollow.php?lh=VlJZUFJVVlcD, diakses pada 19 Mei 2014.
9
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pada hakikatnya program jaminan sosial
dihadapi oleh tenaga kerja. Program tersebut terdiri dari: Program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK); Program Jaminan Hari Tua (JHT); Program Jaminan
Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, pada
suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
13
Yohandarwati, et.al., “Desain Sistem Perlindungan Sosial Terpadu”, Direktorat Ke-
pendudukan, Kesejahteraan Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan, BAPPENAS,
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/343/, 2003, diakses pada 24 Maret 2014.
10
pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
penyelenggara sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2013 tentang
Cabang Kota Pekanbaru yang melakukan strategi pemasaran yang berorientasi pada
pelanggan.
Tabel 1
Jumlah Perusahaan yang Terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan
Kantor Cabang Kota Pekanbaru Tahun 2013-2014
No Urut Jumlah Yang Belum Persentase
Perusahaan Terdaftar
1 1127 877 33,3%
Jumlah 100%
Sumber Data : Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Pekanbaru
dari Kantor Cabang Pekanbaru periode Oktober 2013 hingga Oktober 2014, jumlah
11
perusahaan. Padahal Undang-Undang No 3 tahun 1992 bersifat wajib bagi seluruh
yang menarik minat penulis untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut
dengan judul: Tinjauan Yuridis Terhadap Fungsi Dan Peran Program BPJS
Pekanbaru
B. Rumusan Masalah
berikut:
12
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Kegunaan penelitian
terkait.
13
D. Kerangka Teori
sosial, untuk mengkaji jaminan sosial tenaga kerja terlebih dahulu dilihat
sekomprehensif mungkin.
kemungkinan yang terjadi pada tenaga kerja; dan penyedia layanan untuk
kesejahteraan, baik karena memenuhi kebutuhan hidup,dan tanpa hal tersebut para
pekerja akan menjadi tidak nyaman apabila terjadi suatu hal yang dapat
tanggung jawab bersama dan mengumpulkan resiko, dimana tanggung jawab atas
resiko seseorang diterima oleh orang lain dalam hal ini pihak ketiga. Bahkan jika,
pekerja sendiri,namun dalam prakteknya sering tidak mungkin bagi pekerja untuk
kemelaratan.
14
Perlindungan sosial yang dalam upaya memberikan perlindungan sosial
bagi pekerja beserta keluarganya, banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
Namun, tidak bisa diterapkan dengan baik. Hal ini dikarenakan lemahnya
peristiwa yang dialami oleh pekerja dengan demikian para pekerja akan merasa
15
E. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis sosiologis yaitu suatu
terhadap
2. Lokasi Penelitian
a. Populasi
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pihak
Pekanbaru .
16
Sampel dilakukan dengan metode sensus yaitu menetapkan sampel
Tabel 2
Hasil Sensus Terhadap Pihak - Pihak Yang Terkait
No Responden Populasi Sampel Persentase
4. Sumber Data
Sebagai kerangka dasar pemikiran dan pedoman dalam penulisan ini, maka
Penulis melengkapi data dengan bersumber dari bahan hukum primer dan sekunder
a. Data Primeir
b. Data Sekunder
c. Data Tertier
Bahan Hukum Tertier ini merupakan bahan dari bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder, dalam hal ini Penulis dapatkan dari Kamus Umum
17
Bahasa Indonesia dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan
tulisan ini
Pekanbaru).
diteliti, yang pada umumnya dalam daftar pertanyaan ini telah disediakan
pertanyaan model essai, dimana dalam hal ini respoden sendirilah yang
Pekanbaru .
c. Wawancara
18
telah mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang dibuatnya,
secara terstruktur dan non struktur kepada seperti Kepala Kantor Cabang
d. Kajian Kepustakaan
jalan Cut Nyak Dien Pekanbaru sehingga didapat data-data yang akurat
6. Analisis Data
data dan hasil observasi yang kemudian dipadukan dengan beberapa teori
dasar tentang tindak pidana aborsi sehingga diperoleh suatu kesimpulan dari
penulisan ini.
19
BAB II
KOTA PEKANBARU
jaminan sosial merupakan hak setiap warga negara bahkan termasuk warga negara
isi dari deklarasi tersebut terdapat pada Article 22, 1948-1998 mengatakan bahwa:
14
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 180.
15
Ibid.
16
“Universal Declaration of Human Rights 1948-1998”,
http://www.wunrn.com/reference/pdf/univ_dec_hum_right.pdf., diakses pada 27 Agustus 2010
20
terhadap HAM. Selain itu, implikasi social security bagi redistribusi
pendapatan telah mendapat rekomendasi dari PBB untuk masuk dalam The
kesejahteraan sosial. 18
Di samping itu, ILO juga menyebutkan ada tiga kriteria yang harus dipenuhi
17
Loc.cit.
18
Ibid.
19
Ibid., hal. 181.
21
pencegahan, penyakit, memberikan bantuan pendapatan apabila
sebagai konsekuensi yang logis dari masalah kebijakan makro ekonomi. Kebijakan
security”. Istilah ini untuk pertama kalinya dipakai secara resmi oleh Amerika
Serikat dalam suatu undang-undang yang bernama ”The Social Security Act of
1935”. Kemudian dipakai secara resmi oleh New Zealand pada tahun 1938
20
Moh. Syaufi Syamsuddin, “Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja
Wanita”, Informasi Hukum, Kamis, 09 November 2006, dikutip Adrian Sutedi, Ibid.
21
Bambang Purwoko, Towards A Social Security Reform : The Indonesian Case, (Jakarta
: Jamsostek, 1999), hal. 6, dikutip Redja dalam Adrian Sutedi, Ibid.
22
Adrian Sutedi, Ibid
22
ILO :
Regional Training Seminar ISSA di Jakarta bulan Juni 1980, mengatakan bahwa :
begitu luas, seakan-akan jaminan sosial itu sendiri telah mencakup bidang
pembinaan. Ketiga bidang ini kalau dikaitkan lebih jauh lagi apa yang dinamakan
23
Zainal Asikin, et.al., Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997), hal. 78, dikutip Surya Perdana, Ibid., hal. 58.
24
Ibid.
25
Ibid.
23
perlindungan buruh, sehingga amat luaslah ruang lingkupnya. Kalau
atas, maka yang dimasukkan ke dalam jaminan sosial ini hal-hal yang
Kesehatan Kerja. 26
lain 27 :
bekerja.
lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun
keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh
26
Ibid.
27
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Edisi 1, Cetakan 1, (Jakarta
: Sinar Grafika, 2009), hal. 122.
28
”Visi dan Misi”, Op.cit.
24
BPJS Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda
membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan
B. Landasan Yuridis
Perlindungan bagi tenaga kerja diatur lagi pada tahun 1951 dengan
1952 jo. Peraturan Menteri Perburuhan No. 8 Tahun 1956 tentang Pengaturan
Undang-undang tentang tenaga kerja yang agak lengkap lahir pada tahun
Kerja diatur tentang Penyelenggaraan Asuransi Sosial Bagi Tenaga Kerja Beserta
29
Ibid.
30
Adrian Sutedi, Ibid., hal. 184.
31
Ibid., hal. 184.
25
Keluarganya. Pada tahun 1977 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.
(ASTEK), Asuransi Kematian (AK), dan Tabungan Hari Tua (THT). Bersamaan
dengan itu diterbitkan pula Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1977 tentang
ASTEK. 32
Terbatas (PT) melalui Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1990. Pada tahun 1992,
Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang mewajibkan
Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan
Indonesia (hal ini dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun
Kerja). 33
32
Ibid.
33
PT. Jamsostek, Kumpulan Peraturan Perundangan Pemerintah Mengenai Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, (Jakarta : Jamsostek, 1999), lihat juga Depnakertrans, Himpunan Peraturan
Perundang-Undangan Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Industrial, Syarat-Syarat Kerja,
PTKA dan Perlindungan Tenaga Kerja, (Jakarta : Karya Puri Utomo, 2001), dikutip Adrian Sutedi,
Ibid., hal 185.
26
C. Sejarah Lahirnya Jaminan Sosial Tenaga Kerja
program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial
yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja/buruh di
sektor formal. 34
proses yang panjang, dimulai dari Undang-Undang No. 33 Tahun 1947 jo.
Perburuhan No. 48 Tahun 1952 jo. Peraturan Menteri Perburuhan No. 8 Tahun
Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja
semakin transparan. 35
34
Ibid., hal. 178
35
Ibid.
27
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 tentang Pelaksanaan Program
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko
sosial. 37
pada Pasal 34 Ayat (2), dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
36
Ibid.
37
Ibid.
28
pekerja, sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi
normatif tenaga kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. BPJS
Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Ibid.
29
BAB III
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, mengatur 4 (empat) program
Kematian (JK); Jaminan Hari Tua (JHT); dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
(JPK). Namun, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang
Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
Jasa Konstruksi.
dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
30
social ini tidak dirasakan secara optimal oleh peserta.
diamanatkan dalam pasal 28 ayat (3) dan pasal 34 ayat (2) UUD Negara Republik
dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang mengakibatkan hilang
mencari laba, akan tetapi tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-
masyarakat Kota Kota Pekanbaru, baru dirasakan oleh tenaga kerja yang
tenaga kerja, namun demikian para pekerja rela untuk dipotong gajinya untuk
31
pekerja atas pembayaran iuran bila dibandingan dengan Negara-negara yang
sangat kecil, bila dibandingkan dengan Malaysia iuran THT 11 % dan iuran
Malaysia.
lain masih terlalu sedikit (sekitar 20%). Manfaat yang diperoleh peserta juga masih
sangat terbatas. Dapat dikatakan belum dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
dalam kehidupan, juga paham arti jaminan social sampai kegenari yang akan
dating, jika telah ditumbuh kembangkan maka rakyat Indonesia telah siap dalam
bekerja dan mencintai pekerjaannya dengan baik, Negara sudah berbuat yang
32
terbaik kepada rakyatnya, maka sebagaimana program negara untuk
Fungsi dan peranan program BPJS Ketenagakerjaan dalam jaminan sosial yang
meliputi :
6) Jasa Konstruksi
41
“Lindung”, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/., diakses pada 05 Agustus 2010
33
umum dapat dijelaskan bahwa pengertian perlindungan hukum adalah
terhadap pengusaha”. 42
dalam Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi : “setiap orang
berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil
42
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum dalam Negara Hukum Pancasila,
Makalah disampaikan pada Simposium tentang Politik. Hak Azasi dan Pembangunan Hukum
dalam Rangka Dies Natalis XL/Lustrum VIII, Universitas Airlangga, 3 November 1994, dikutip
Asri Wijayanti, Op.cit., hal. 10.
43
Zainal Asikin, et.al., Op.cit., hal. 5, dikutip Asri Wijayanti, Ibid.
34
Berdasarkan uraian mengenai hakikat hukum ketenagakerjaan di atas
pengerahan.
dilakukan dalam batas waktu tertentu atau tanpa batas waktu yang
44
Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta : Djambatan, 1985), hal. IX,
dikutip Asri Wijayanti, Ibid., hal. 11.
35
d) Bidang keamanan kerja;
pekerja atas alat-alat kerja yang dipergunakan oleh pekerja. Dalam waktu
relatif singkat atau lama akan aman dan ada jaminan keselamatan
Untuk saat ini kompensasi ataupun batas maksimal upah yang diakui
36
B. Hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan (Persero)
1. Hambatan Kelembagaan
bab sebelumnya di atas maka ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi BPJS
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN sebenarnya sangat positif, karena akan
beberapa negara lain, seperti Thailand, pemerintah harus menyediakan dana yang
besar. Di Thailand, untuk jaminan sosial masyarakat miskin, seperti petani dan
jaminan sosial untuk Pegawai Negeri Sipil saja tidak disubsidi pemerintah. Hal
ini berbeda dengan pegawai swasta, dimana tanggungan perusahaan untuk BPJS
menjadi badan dan bukan persero lagi. Langkah ini dilakukan untuk menghindarkan
45
Ibid., hal. 213.
46
Ibid.
37
kepada pemerintah, sehingga dana itu bisa digunakan untuk kesejahteraan kaum
Tenaga Kerja telah diubah maka jaminan sosial ini akan dikelola oleh Tripartit. 47
Langkah ini cocok dengan praktik yang dilakukan di banyak negara lain. Di
menyadari hal itu dan sudah melakuka beberapa langkah ke arah sana. Misalnya,
pekerja/buruh, dalam bentuk : kredit pemilikan rumah; bantuan untuk korban PHK;
dan kesejahteraan pekerja. Sikap tegas perlu diambil mengingat masih banyaknya
dan bukan hanya dilihat dari bentuk kepesertaannya. Jadi pelaksanaan undang-
47
Ibid.
48
Ibid.
49
Ibid.
50
Gerry Silaban, “Program Jamsostek, Hambatan dan Upaya Mengejar Kepesertaan”,
http://library.usu.ac.id/download/fkm/k3-gerry2.pdf., diakses pada 19 Agustus 2014, hal. 3-4.
38
Pemerintah No. 14 Tahun 1993 serta peraturan pelaksanaannya merupakan
landasan hukum bagi perlindungan pekerja di bidang JKK, JK, JHT, JPK, dan
terhadap ketentuan ini diancam sanksi hukum berupa denda sebesar Rp. 50 juta
Kota Kota Pekanbaru wajib melaporkan hal tersebut ke Kepolisian untuk diproses
lebih lanjut. Kepolisian disini berfungsi untuk menegur pengusaha agar tidak
Dalam hal teguran tersebut tidak digubris, barulah laporan dibuat Berita
dan ini pekerjaan yang tidak ringan mengingat jumlah pegawai Pengawas Disnaker
yang tersedia saat ini terbatas hanya 1.194 orang, kemudian kemungkinan
51
Ibid.
39
terjadinya ”main mata” (kolusi) antara oknum pengawas dengan pengusaha dan
adanya perusahaan yang dilindungi oleh pejabat sehingga kebal hukum. Walaupun
perusahaan. 52
Tidak Maksimal
berfungsi dan masih banyak yang belum memiliki data kepesertaan Program BPJS
Ketenagakerjaan. Selain itu, agar Tim KF provinsi lebih pro-aktif dalam melakukan
koordinasi. 53
52
Ibid.
53
Loc.cit., hal. 207.
40
2. Hambatan Substansi
Ketenagakerjaan
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya tudingan dari sejumlah
Indonesia tersebut. Usulan ini adalah contoh dari semangat liberalisasi yang salah
arah. 54
belum tentu menjadi lebih baik, tetapi justru bisa terancam. Misalnya, perusahaan
swasta itu bisa untung, tetapi juga bisa bangkrut. Jika kondisi buruk itu terjadi, siapa
tersebut gagal memberikan jaminan sosial bagi pekerja/buruh dan akan cenderung
Jika yang dipersoalkan adalah pelayanan yang kurang baik atau belum optimal,
pihak BPJS Ketenagakerjaan (Persero) tentunya tidak menutup diri dan berbesar
54
Ibid, hal. 214
55
Ibid.
41
BPJS Ketenagakerjaan (Persero) dapat melakukan pembenahan, serta
yaitu terdiri atas JKK, JK, JHT, dan JPK. Secara jelas dan terinci pelaksanaannya
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, Keputusan Presiden No. 22
Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja dan Peraturan
Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pembayaran iuran BPJS
ditanggung pengusaha adalah iuran JKK, JK, dan JPK, sedangkan iurang JHT
56
Ibid.
57
Ibid, hal. 205.
42
ditanggung bersama oleh pengusaha dan pekerja/buruh. Besarnya iuran JKK terdiri
atas lima tarif sesuai dengan tingkat resiko kecelakaan dengan persentase dari
0,24% - 1,74% dari upah sebulan; iuran JK sebesar 0,3% dari upah; iuran JPK 3%
dari upah bagi pekerja/buruh lajang dan 6% dari upah bagi pekerja/buruh yang
sebesar 5,7% yang ditanggung bersama, yaitu 3,7% oleh pengusaha dan 2% oleh
pekerja/buruh. 58
Ketenagakerjaan dalam waktu yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang telah
diatur. Dalam hal ini, pengusaha wajib memiliki daftar pekerja/buruh beserta
perusahaan sesuai dengan Undang- Undang No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor
mestinya, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya tuntutan dan protes yang
datang dari kalangan Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB), LSM, DPR/D, dan
58
Ibid.
59
Ibid.
43
(Persero) maupun instansi ketenagakerjaan dan secara luas beritanya disiarkan oleh
surat kabar dan media elektronik, baik nasional maupun daerah. Namun, tampaknya
terdaftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan sampai dengan Agustus 2014 baru
1267 perusahaan (59,42% aktif perusahaan dan 37,2%, non-aktif). Adapun jumlah
perusahaan yang terdaftar per Juni 2014 adalah 435 perusahaan dengan jumlah
Tabel 4
Total Peserta Program BPJS Ketenagakerjaan
JENIS AKTIF NON AKTIF JUMLA
Perusahaan 59,42 % 37,2 % 1267
Tenaga Kerja 87.500 27.500 H
115.000
Sumber : PT. BPJS Ketenagakerjaan (Persero) Cabang Kota Pekanbaru, data per bulan Juni
2014.
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak aktif dalam
Program BPJS Ketenagakerjaan hampir 1/2 dari jumlah peserta perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta tenaga kerja yang tidak aktif sebanyak 1/4 pekerja dari
60
Ibid.
61
Ibid., hal. 206.
62
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil II, “Executive Summary dan Key Performance Indicator
per Bulan Juni 2010”, (pekanbaru : Jamsostek Kanwil II, 2014), hal. 1.
44
jumlah peserta tenaga kerja.
pelaksanaan program yaitu masih dijumpai Perusahaan Daftar Sebagian Upah (PDS
Upah), artinya perusahaan tidak melaporkan upah yang sebenarnya (upah pokok +
tunjangan tetap) dari seluruh pekerja/buruh, tetapi yang dilaporkan hanya sebatas
UMP/UMK atau upah pokok saja. Demikian juga jumlah pekerja/buruh yang
didaftarkan hanya sebagian saja (PDS TK), artinya tidak semua didaftarkan.
Misalnya, jumlah pekerja 500 orang yang didaftar hanya 250 orang saja dan juga
hanya mendaftar sebagian program dari empat program (PDS Program) dan
dipilih oleh perusahaan sendiri apabila benefit program asuransi tersebut lebih besar
BPJS Ketenagakerjaan. 64
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah kebenaran data upah, yang
63
Loc.cit.
64
Adrian Sutedi, Ibid.
45
terjadi, perusahaan lalai memberikan data upah pekerja/buruh yang akurat, tetapi
pernah terjadi. 65
kesejahteraan pekerja, sebenarnya cukup membesarkan hati. Hal ini seiring dengan
Seperti tenaga kerja mengalami resiko kerja pada saat bekerja perusahaan
65
Ibid.
66
Ibid.
46
pola kerjanya lebih profesional dan memenuhi standar sebagai mana diatur dalam
negatip, hal inilah yang perlu diubah cara berpikirnya sehingga dengan
produktifitasnya dengan melingungi hak pekerja sehingga tenaga kerja tidak lagi
kawatir terhadap resiko kerja yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pekerjaan
Ketenagakerjaan dalam membayar iuran, maka mereka dihimpun dalam satu wadah
yang sejenis dalam bentuk koperasi, seperti Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM),
(HNSI/HKTI), tukang becak, pedagang kaki lima, dan lain-lain. Dalam jabatan
47
mengurus hak-hak peserta atas jaminan, memperingati peserta yang menunggak
dilaksanakan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kemampuan dari tenaga kerja
Ketenagakerjaan bagi tenaga kerja di luar hubungan kerja ini, dapat segera
masyarakat untuk menjadi peserta. 68 Hal lain yang perlu diwaspadai adalah
adanya tudingan dari sejumlah kalangan yang salah kaprah, bahwa BPJS
jaminan sosial bagi tenaga kerja Indonesia tersebut. Usulan ini adalah contoh dari
belum tentu menjadi lebih baik, tetapi justru bisa terancam. Misalnya, perusahaan
67
Adrian Sutedi, Ibid., hal. 208.
68
Ibid.
69
Ibid., hal. 214.
48
swasta itu bisa untung, tetapi juga bisa bangkrut. Jika kondisi buruk itu terjadi, siapa
tersebut gagal memberikan jaminan sosial bagi pekerja/buruh dan akan cenderung
Jika yang dipersoalkan adalah pelayanan yang kurang baik atau belum optimal,
pihak BPJS Ketenagakerjaan (Persero) tentunya tidak menutup diri dan berbesar
Pekanbaru ditinjau dari segi Sumber Daya Manusia-nya maka akan ditemui jumlah
Account Officer dengan jumlah perusahaan maupun cakupan wilayah kerja tidak
dinilai rendah karena didorong oleh beberapa hal. Pertama, tidak seperti program
mendistribusikan dana yang diperolehnya dari peserta yang lebih kaya ke peserta
70
Ibid.
71
Ibid.
49
yang lebih miskin. Disamping itu, Program BPJS Ketenagakerjaan juga tidak
mempunyai jaminan minimum atas jumlah pensiun yang akan diperoleh para
peserta pada saat mereka pensiun. Kedua, peserta BPJS Ketenagakerjaan hanya
akan menerima jumlah dana yang telah disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan
(Persero) ditambah dengan bunga tetap dan tidak menerima bagian dari hasil
sistem tabungan hari tua (provident fund), serta bukan sebuah sistem asuransi sosial
dimana selain merupakan tabungan hari tua, jaminan sosial juga berfungsi sebagai
minimum, dan masuknya hasil investasi jaminan sosial sebagai bagian dari paket
dan perusahaan untuk mengikuti program jaminan sosial sangat berkurang. Hal ini
dibuktikan dengan temuan yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 50% dari
bahwa banyak pekerja/buruh dan perusahaan yang merasa bahwa Program BPJS
72
Ibid., hal. 209.
73
Ibid.
74
International Labor Organization, Social Security and Coverage for All : Restructing
50
f. Standar Rumah Sakit Sebagai Provider Belum Memenuhi Harapan
sendiri obat yang dibutuhkan. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang keluar
kesehatan melalui rumah sakit yang lebih baik, kesehatan pekerja/buruh terjamin
Ketenagakerjaan (Persero). 76
Hanya Program Jaminan Kesehatan saja yang dianggap relatif bersih dari
bagi pekerja/buruh untuk mengambil pensiun dini, seperti yang terjadi pada saat
the Social Security Scheme in Indonesia – Issues and Options, (Jakarta : International Labor
Organization,2003), hal. 63, dikutip Adrian Sutedi, Ibid., hal. 209.
75
Ibid.
76
Selma Widhi Hayati & Munir, “Questioning the Social Security System in Post-
Suharto Indonesia”. (Asian Labor Updates, Issue 35, June-August, 2014), dikutip Adrian Sutedi,
Ibid., hal. 210.
77
Chad Leechor, Reforming Indonesia’s Pension System, Policy Research Working
Paper No. 1677, (Washington DC : The World Bank, Oktober 1996), hal. 36, dikutip Adrian Sutedi,
Ibid
51
krisis ekonomi melanda Indonesia mulai tahun 1997. Dalam hal ini, dana BPJS
pengangguran, yang sampai saat ini belum ada di Indonesia. Akibat dari
penarikan dana awal ini, jumlah dana yang ada di PT. BPJS Ketenagakerjaan
(Persero), yaitu sebesar 11,7% dari total pungutan BPJS Ketenagakerjaan (Persero),
jauh lebih tinggi daripada biaya administrasi perusahaan jaminan sosial di ASEAN
lainnya. Sebagai contoh, di Malaysia hanya 2% dan di Singapura hanya 0,5%. Juga
tidak ada laporan keuangan atau laporan kinerja BPJS Ketenagakerjaan (Persero)
yang disediakan untuk dan dapat diakses oleh para peserta Program BPJS
ini sendiri. 80
78
International Labor Organization, Op.cit., hal. 90, dikutip Adrian Sutedi, Ibid.
79
Adrian Sutedi, Loc.cit..
80
Ibid.
52
Program BPJS Ketenagakerjaan sebagai mekanisme utama bagi sistem
Pertama, jumlah angkatan kerja Indonesia sangat besar, akan sangat sulit bagi
perusahaan manapun untuk mencapai dan mengelola jumlah nasabah sebesar itu.
Selain itu, kinerja PT. BPJS Ketenagakerjaan (Persero) dalam mengelola program
merupakan hal yang umum pada dana pensiun lainnya di Indonesia, baik yang
Ketenagakerjaan seperti yang masih berlaku hingga kini perlu dihapuskan karena
sistem ini justru merupakan faktor penghambat bagi pengembangan sistem BPJS
informal, yaitu sekitar dua pertiga bagian dari total pekerja/buruh. Walaupun
sektor informal, tetapi hal ini hanya akan tercapai dalam jangka waktu yang sangat
81
Titik Anas, Op.cit., dikutip Adrian Sutedi, Ibid., hal. 212.
82
Ibid.
53
C. Upaya apakah yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan (Persero) dalam
Pekanbaru
Bentuk kerja sama ini akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama. Nota
kesepahaman atau M.o.U tersebut akan dibuat antara PT. BPJS Ketenagakerjaan
(Persero) Cabang Kota Pekanbaru dengan Serikat Pekerja/Buruh yaitu SPSI, SBSI,
Hal ini ditempuh agar para sintua (penatua) di seluruh Indonesia otomatis akan
karena program HKBP memiliki sinergi yang sama-sama membawa mission sacre
HKBP seperti pendeta dan sintua (penatua) dan para pekerja di Gereja yang
mengalami sakit, hamil, kecelakaan kerja, meninggal dan lainnya akan ada jaminan
yang diperolehnya. Jaminan Kematian dan uang kubur yang disediakan BPJS
83
Sanco Manullang, “Upaya Peningkatan Pelayanan, Pimpinan HKBP Kunjungi PT.
Jamsostek (Persero) Cabang Medan”, Harian Sinar Indonesia Baru, Rabu, 17 Juni 2009.diakses pada
tanggal 15 Oktober 2014.
54
Ketenagakerjaan cukup besar, mencapai Rp. 16,8 juta, akan sangat membantu
keluarga yang ditinggalkan, sementara iuran yang dibayar hanya Rp. 3.000,- per
selalu bersama-sama, saling membantu, baik hidup maupun mati. Artinya, orang
tidak akan takut meninggal, sebab yang meninggal tidak meninggalkan beban. 84
terobosan yang bisa dilakukan perusahaan dalam rangka sosialisasi kepada peserta
(customer service) yang bukan hanya memeriksa kelengkapan berkas untuk diurus
ke kantor, tetapi juga dapat menentukan pesertanya mendapat jaminan rawat inap
atau tidak. Begitu pula ketika pasien akan pulang dari rumah sakit, cukup
mengurus di rumah sakit tersebut. Hal ini akan memudahkan peserta dalam
buruh/pekerja peserta atau keluarga yang sedang dirawat di rumah sakit, sekaligus
84
Ibid.
85
Ibid.
86
Ibid.
55
memberikan dukungan penuh kepada pasien sehingga cepat pulih dan sembuh dari
penyakit. 87
image negatif yang selama ini bertumpu pada BPJS Ketenagakerjaan (Persero). 89
No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yakni harus
JKK, JK, JHT, dan JPK dan lainnya yang diamanatkan oleh undang-undang
tersebut. Hal terpenting lagi, yakni dana iuran peserta tidak akan berkurang bahkan
JHT-nya bertambah besar, bahkan harus lebih besar dari bunga bank. 90
87
Ibid.
88
Ibid.
89
Ibid., hal. 216
90
Ibid.
56
(Undang-Undang No.3 tahun 1992) setiap pekerja dijamin haknya untuk
jumlah tenaga kerja yang tercatat sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan. 91
berikut 92 :
Ketenagakerjaan;
Ketenagakerjaan;
maka pelayanan dapat diupayakan satu hari selesai (one day services) 93 .
91
Ibid.
92
Ibid.
93
Wawancara dengan Kepala Cabang Medan PT. Jamsostek (Persero), Medan, 18
Agustus 2010.
57
sehingga tidak ada lagi kesan dari peserta (pengusaha) bahwa prosedur
baik karena tujuannya untuk meringankan beban para pekerja dari bahaya risiko
pekerjaan yang dihadapi terutama kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk
terlepas dalam hal mencari keuntungan dari usaha yang dijalankan disamping
menghimpun dana (rising fund) dari para peserta program BPJS Ketenagakerjaan
(Persero) tidak hanya berdiam diri saja, sebaiknya diupayakan bagaimana agar
Suatu hal yang tidak kalah penting bahwa BPJS Ketenagakerjaan (Persero)
harus mampu menimbulkan etos kerja dan semangat kerja sebagai upaya untuk
Communication-IMC)
94
Loc.cit
58
meningkatkan pemahaman kepada stakeholders dan laju penambahan kepesertaan
hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Jadi, IMC merupakan suatu sinergi,
penuh apabila kita sudah mengidentifikasikan satu per satu pesan inti yang
mengarahkan pada satu ide kreatif besar dan dapat pula diimplementasikan pada
segala bidang yang kita tekuni. Atau, kita boleh mengatakan mampu
sewa mobil Avis berjalan selama beberapa tahun, dan pertimbangan unsur-
terkontrol dengan jelas dan berhati-hati. Usaha Avis ternyata cukup berhasil. Setiap
95
Wawancara dengan Kepala Cabang Pekanbaru PT. Jamsostek (Persero)
96
Tom Duncan, Principles of Advertising and Integrated Marketing Communication,
2nd Edition, (New York : McGraw Hill, 2005), dikutip Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang
Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2009), hal. 29
97
Ibid.
59
berhadapan dengan audiens sasaran ia selalu mengatakan, ”Karena kami hanya
menjadi nomor dua di dunia maka kami akan terus melakukan upaya ekstra untuk
dalam pikiran kita. Komunikasi yang dilakukan jeans Levi’s, baik melalui iklan
pada berbagai media massa (TV, Radio, Surat Kabar, dan Majalah), promosi pada
toserta, maupun melalui teknik-teknik lain selalu menyampaikan pesan inti yang
sama. Model komunikasi tersebut akan mudah dimengerti kapan pun kita melihat
secara jelas. Dalam IMC, teknik komunikasi yang lengkap dan komprehensif akan
98
Ibid.
99
Ibid.
100
Ibid.
101
Mas’ud Muhammad, “Peran Komunikasi Pemasaran Terpadu Dalam Meningkatkan
Citra dan Laju Kepesertaan Jamsostek di Wilayah I”, disampaikan pada Executive
Management Development Program (EMDP) LPPM, Jakarta 23 Januari 2009, hal. 13-18.
60
d) Kunjungan/audiensi (Pimpinan Media Cetak & Elektronik, Kepala
k) Lomba menulis.
61
BAB IV
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dengan judul “Analisis Juridis Terhadap Fungsi dan Peran
bahwa :
62
B. Saran
tenaga kerja.
sebanding.
63