Anda di halaman 1dari 15

Pekanbaru, 16 April 2018

Nomor : 119/B/RADARPKU/IV/2018
Lampiran :-
Hal : Klarifikasi Aduan Kuasa Hukum Asep Ruhiat dan Partner
selaku Kuasa Hukum PT Bank Riau Kepri

Kepada Yth.
Komisi Pengaduan Dewan Pers
Gedung Dewan Pers Lt.7
Jl. Kebon Sirih No. 32-34 Jakarta Pusat
Di_
Tempat

Dengan Hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Bunyana
Jabatan : Penanggungjawab Redaksi
www.radarpekanbaru.com
Alamat : Jl. Arifin Ahmad Blok B Nomor 8
Pekanbaru - Riau

Menindaklanjuti klarifikasi atau sanggahan terhadap aduan dari Asep Ruhiat dan Partner selaku kuasa
hukum PT Bank Riau Kepri terkait beberapa berita yang ditayangkan oleh Media Siber
radarpekanbaru.com. Maka kami akan menjawab pada setiap point dengan sebenar-benarnya sesuai
dengan Kode Etik Jurnalistik pasal 1 yang menjelaskan “Wartawan Indonesia bersikap independen,
menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk”.

Terhadap hal tersebut, akan kami uraikan satu-persatu sehingga menjadi jelas, sebagai berikut :
1. Pemberitaan pada tanggal 18 Februari 2017 yang berjudul :
 Apa Kabar Kasus Obligasi Rp 1,4 Triliun BRK , Menjadi Tanda Tanya
2. Pemberitaan pada tanggal 9 Maret 2018 yang berjudul :
 Dugaan Mark-Up Sewa Ruko DPRD Riau Segera Panggil Dirut Bank Riau Kepri
3. Pemberitaan pada tanggal 12 Maret 2018 yang berjudul :
 Komisi III DPRD Riau, Ancam Laporkan Dirut Bank Riau-Kepri ke KPK
4. Pemberitaan pada tanggal 21 Maret 2018 yang berjudul :
 Dirut Bank Riau Kepri Kembali Magkir, Dewan Segera Layangkan Panggilan ke
Tiga
5. Pemberitaan pada tanggal 22 Maret 2018 yang berjudul :
 Membuka Tabir Mega Skandal, DPRD Segera "Angket" Bank Riau Kepri
6. Pemberitaan pada tanggal 27 Maret 2018 yang berjudul :
 Kemunduran Bank Riau Kepri (BRK) Ditangan Irvandi Gustari, Inilah Hasil Kajian
Komisi III DPRD Riau

Terhadap listing pemberitaan diatas akan kami jawab berdasarkan Analisa Pemberitaan
Menyesuaikan Kode Etik Jurnalistik secara detail, berikut jawaban terhadap artikel artikel tersebut :

================================================================
Pemberitaan pada tanggal 18 Februari 2017 yang berjudul :

Apa Kabar Kasus Obligasi Rp 1,4 Triliun BRK , Menjadi Tanda Tanya

RADARPEKANBARU.COM - Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Provinsi Riau seakan
menutup rapat-rapat terkait dugaan kerugian atau penyimpangan terhadap penerbitan obligasi senilai Rp
500 milyar dan pembelian obligasi senilai 1,4 triliun Bank Riau Kepri (BRK), pasalnya saat dimintai
keterangan tak satupun pejabat pengawas keuangan dan perbankan tersebut bisa dan mau ditemui.

OJK yang sejatinya sebagai lembaga pengawas keuangan dan praktek keuangan perbankan selalu
menghindari saat dimintai konfirmasi awak media. Rabu (6/4) awak media mendatangi langsung kantor
perwakilan OJK di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru.

Muhammad Nurdin Subandi Kepala OJK Riau saat didatangi ke kantornya yang satu komplek dengan
perkantoran Bank Indonesia (BI) melalui staf humasnya menyatakan bahwa tidak bisa diganggu karena
sedang sibuk. Begitu juga dengan Kapala Bidang Pengawasan, Elfira.

"Bapak tidak bisa diganggu, kecuali sudah ada janji ketemu sebelumnnya"kata Bayu staff humas OJK
Rabu (6/4) beberapa waktu yang lalu.

Karena tidak bisa ditemui, awak media coba menghubungi melalui telepon genggamnya ke nomor
0811957xxx mengenai perkembangan hasil pemeriksaan OJK terkait pembelian obligasi tersebut.

Ketika dihubungi langsung meskipun nada sambung berbunyi, namun hingga 3 kali tak kunjung diangkat
oleh M. Nurdin Subandi, pun saat dihubungi kembali nomor yang dituju sudah tidak aktif kembali.
Begitu juga dengan Kepala Bidang Pengawasan, Elfira yang menolak ditemui dengan alasan ada rapat.
Walaupun sudah dihubungi ke selulernya 085355997xxx

Sebelumnya, Muhammad Nurdin Subandi Kepala OJK Riau sudah pernah dipanggil oleh Pihak Kejaksaan
Tinggi Riau, untuk dimintai keterangan. Ia mengatakan tidak mengetahui adanya dugaan penyimpangan
yang dilakukan oleh oknum Bank Riau Kepri terhadap pembelian Obligasi tersebut.(radarpk/rcc).

Sumber :
1. Bayu (Humas Otoritas Jasa Keuangan Riau);
2. Pemberitaan dimuat pada tanggal 18 Februari 2017 dan sudah berlangsung lebih dari 1 (satu)
tahun baru diangkat sebagai aduan ke Dewan Pers. Kami menilai aduan pada artikel ini sangat
tidak substantive atas ketidakpahaman pengadu seolah olah hanya mencari kesalahan.
3. Pemberitaan ditulis hanya menunjuk pada satu sumber yaitu OJK Riau selaku Lembaga
Pengawas yang dibentuk berdasarkan ketentuan Undang-Undang No 11 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan. Sehingga konteks judul sesuai dengan artikel yang dimuat, yaitu untuk
mempertanyakan kasus Obligasi Bank Riau Kepri 1,4 Triliun yang menjadi temuan OJK Riau.

Pemberitaan pada tanggal 9 Maret 2018 yang berjudul :

Dugaan Mark-Up Sewa Ruko DPRD Riau Segera Panggil Dirut Bank Riau Kepri

RADARPEKANBARU.COM - DPRD Riau minta Bank Riau-Kepri Cabang Jakarta dilakukan audit
independen agar transparan dan profesional dalam menjalankan praktek perbankan.

Pasalnya Bank plat merah milik pemda Riau ini dinilai tidak efektif dan berpotensi hanya menjadi
beban bagi Pemda Riau.

Bank ini juga diduga hanya menguntungkan oknum dan korporasi, hingga tidak sejalan dengan
visinya menumbuh kembangkan ekonomi Rakyat Riau.

Demikian disampaikan oleh anggota DPRD Riau, Adriyan saat melakukan sidak bersama rombongan
Komisi III di kantor cabang Bank Riau-Kepri , Jumat (9/3) Jakarta.
DPRD Riau bahkan menemukan biaya sewa ruko yang dipergunakan untuk kantor Cabang di Jakarta
terdapat selisih harga yang sangat pantastis.

" Rp. 1,4 miliar pertahun dikalikan lima tahun, berkisar Rp. 6 miliar, hanya untuk biaya sewa ruko
yang dijadikan kantor cabang," katanya.

Hal senada juga disampaikan anggota komisi III DPRD Riau, Nasril.

Menurut Nasril bahwa pihaknya bahkan telah melakukan uji petik perbandingan harga sewa ruko
dengan tetangga yang bersebelahan dengan kantor cabang Bank Riau-Kepri di Jakarta, terdapat
selisih harga yang sangat jauh.

Harga sewa ruko disebelahnya, hanya berkisar Rp 350 hingga Rp 400 juta pertahun. Sementara
dalam dokumen Bank Riau-Kepri terdapat besaran harga sewa Rp. 1,4 Miliar pertahun.

" Namun kami tidak mau terburu-buru mengatakan ini mark'up, kami akan coba investigasi dulu,
namun data ini sudah kami kantongi," tutur Nasril.

Rekan anggota DPRD Riau lainnya, M. Arfah juga mengatakan bahwa Komisi III akan mengatur
jadwal memanggil Dirut Bank Riau-Kepri terkait manajemen pengelolaan Bank milik pemda ini.

"Segera kita panggil Dirut nantinya, Dewan akan evaluasi total kinerja Bank Riau-Kepri terutama
terkait keberadaan kantor cabang di Jakarta," tegasnya.

Saat ditanyakan apa kira-kira rekomendasi dewan atas sidak ini, dirinya mengatakan sebaiknya
Kantor Cabang di Jakarta ditutup.

"Kalau menurut kami sebaik di tutup, karena hanya menjadi beban keuangan daerah, pendapatannya
di Jakarta tidak sesuai dengan harapan," tutupnya. (radarpku)

Sumber :
1. Adriyan, Nasril, M Arfah adalah Tiga Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau)
terkait hasil sidak di Kantor Bank Riau Kepri Cabang Jakarta pada tanggal 9 Maret 2017.
2. Tidak hanya radarpekanbaru.com yang melakukan pemberitaan dengan mengedepankan
statement atau pernyataan dari anggota DPRD Riau pada saat sidak karena mengejar deadline
pemberitaan. Akan tetapi hampir puluhan media mempublikasikan hal yang sama, dengan
beberapa link berita yang saya salinkan sebagai berikut :
- https://www.potretnews.com/berita/baca/2018/03/10/wow-biaya-sewa-ruko-kantor-cabang-
bank-riau-kepri-di-jakarta-rp14-miliar-per-tahun-padahal-ruko
- http://www.toriau.co/read-1-5482-2018-03-15-dugaan-mark-up-dprd-riau-investigasi-sewa-
kantor-brk-cabang-jakarta-.html
- http://okeline.com/berita-4068-fantastis-sewa-ruko-untuk-kantor-bank-riau-kepri-di-jakarta-
mencapai-14-miliar-per-tahun-apakah-ada-markup.html
- http://harianriau.co/mobile/detailberita/4861/waduh-bank-riau-kepri-sewa-kantor-di-jakarta-
senilai-5-m
3. Menjawab aduan terhadap artikel yang dimuat diatas, sungguh sangat ironis apabila melaporkan
tanpa mengedepankan hak jawab terhadap paragraph artikel mana yang tidak sesuai justru
tidak dicantumkan pengadu, sehingga menjadi kabur terhadap aduan yang dibuat terhadap
artikel ini atau ketidakmengertian pengadu dalam membuat aduan.

Pemberitaan pada tanggal 12 Maret 2018 yang berjudul :

Komisi III DPRD Riau, Ancam Laporkan Dirut Bank Riau-Kepri ke KPK

RADARPEKANBARU.COM - Menanggapi hasil sidak di kantor cabang Bank Riau-Kepri di Jakarta 9


maret 2018 lalu, komisi III akan bekerja cepat.

Demi transparansi dan keterbukaan informasi Bank Riau-Kepri segera akan diaudit, mulai dari laporan
keuangan hingga audit kinerja pelaksanaan praktek perbankan.

Demikian disampaikan legislator Riau, Suhardiman Amby kepada Radar, (11/3) minggu di Pekanbaru.

Menurut Suhardiman pihaknya melalui komisi III DPRD Riau akan segera memanggil Direksi dan
jajaran Komisaris dalam waktu dekat.

"Komisi III segera panggil Komisaris dan Direksi dalam waktu dekat, kita akan minta hasil audit
laporan keuangan, dan audit kinerja, secara transparan, kemudian akan kita lakukan kajian dengan
ahli perbangkan," kata Suhardiman yang juga sekretaris komisi III ini.
Suhardiman mengatakan tidak tertutup kemungkinan bahwa DPRD Riau akan melaporkan ke
penegak hukum apabila ada temuan dugaan korupsi nantinya.

"Jika ditemukan indikasi korupsi kita akan serahkan penanganannya kepada aparat hukum, baik
Kepolisian, Kejaksaan maupun KPK, biarlah mereka yang melakukan penyidikan maupun
penyidikan,"tegasnya.

Dari data yang dikantongi komisi III DPRD Riau, setidaknya Bank milik pemda ini memiliki 20 unit
kantor cabang, 42 unit kantor cabang pembantu, 35 unit kedai, 34 unit kantor kas, 4 unit butik dan
7 unit kantor payment point.

"Itu semua kantor ngontrak", tuturnya.

Masih menurut Suhardiman bahwa pihaknya akan meminta data biaya kontraknya dari pihak
manajemen Bank Riau-Kepri.

"se-Provinsi Riau dan Kepri akan kita minta kontraknya, karna kita memduga banyak yang mark-up, "
tegasnya.

Dugaan Mark-up Sewa Ruko

Sebagaimana diketahui rombongan Komisi III melakukan sidak di kantor cabang Bank Riau-Kepri ,
Jumat (9/3) Jakarta.

DPRD Riau menilai bahwa keberadaan kantor cabang di Jakarta tidak efektif dan sama sekali tidak
profit hingga terkesan mati suri.

Anggota DPRD Riau, Adriyan saat melakukan sidak bersama rombongan Komisi III di kantor cabang
Bank Riau-Kepri , Jumat (9/3) lalu meminta agar kantor Cabang di Jakarta agar di evaluasi, ia juga
menyarankan sebaiknya agar kantor cabang di perkuat di daerah yang membutuhkan.

Pada saat sidak siang (9/3) di Jakarta, tidak satu orangpun nasabah melakukan transaksi.

"Sepi bahkan sudah siang tak ada satupun nasabah yang datang," kata Adriyan.
DPRD Riau bahkan menemukan biaya sewa ruko yang dipergunakan untuk kantor Cabang di Jakarta
terdapat selisih harga yang sangat pantastis.

"Rp. 1,4 miliar pertahun dikalikan lima tahun, berkisar Rp. 6 miliar lebih, hanya untuk biaya sewa
ruko yang dijadikan kantor cabang," katanya.

Hal senada juga disampaikan anggota komisi III DPRD Riau, Nasril.

Menurut Nasril bahwa pihaknya bahkan telah melakukan uji petik perbandingan harga sewa ruko
dengan tetangga yang bersebelahan dengan kantor cabang Bank Riau-Kepri di Jakarta, terdapat
selisih harga yang sangat jauh.

Harga sewa ruko disebelahnya, hanya berkisar Rp 350 hingga Rp 400 juta pertahun. Sementara
dalam dokumen Bank Riau-Kepri terdapat besaran harga sewa Rp. 1,4 Miliar pertahun.

" Namun kami tidak mau terburu-buru mengatakan ini mark'up, kami akan coba investigasi dulu,
namun data ini sudah kami kantongi," tutur Nasril.

Rekan anggota DPRD Riau lainnya, M. Arfah juga mengatakan bahwa Komisi III akan mengatur
jadwal memanggil Dirut Bank Riau-Kepri terkait manajemen pengelolaan Bank milik pemda ini.

"Segera kita panggil Dirut nantinya, Dewan akan evaluasi total kinerja Bank Riau-Kepri terutama
terkait keberadaan kantor cabang di Jakarta," tegasnya.

Saat ditanyakan apa kira-kira rekomendasi dewan atas sidak ini, dirinya mengatakan sebaiknya
Kantor Cabang di Jakarta ditutup.

"Kalau menurut kami sebaik di tutup, karena hanya menjadi beban keuangan daerah, pendapatannya
di Jakarta tidak sesuai dengan harapan," tutupnya. (radarpku)

Sumber :
1. Adriyan, Nasril, Suhardiman Amby adalah Tiga Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Riau dari Komisi III) terkait hasil sidak di Kantor Bank Riau Kepri Cabang Jakarta pada
tanggal 11 Maret 2017;
2. Bertepatan pada hari libur Perbankan (Sabtu dan Minggu), awak media sudah coba beberapa kali
menghubungi Corporate Secretary bernama Winovri pada tanggal 11 Maret 2018 tersebut untuk
mengedepankan keberimbangan pemberitaan bahkan sudah memberitahukan melalui SMS
namun tidak mendapat tanggapan. Sehingga pemberitaan pun harus laik publish.
3. Artikel pemberitaan sama sekali tidak memiliki indikasi itikad buruk yang ditulis atau dimuat
redaksi. Karena tulisan dalam artikel ini adalah peristiwa yang harus dimuat dan telah melakukan
crosscheck ke pihak Bank Riau Kepri. Hasil balasan terhadap pemuatan berita ini dimuat
radarpekanbaru dengan link berita sebagai berikut :
 http://radarpekanbaru.com/news/detail/8598/desk-corporate-secretary-brk,-winovri-:-kami-
telah-menyipkan-data-yang-diminta-pihak-dprd-riau.html

Pemberitaan pada tanggal 21 Maret 2018 yang berjudul :

Dirut Bank Riau Kepri Kembali Magkir, Dewan Segera Layangkan Panggilan ke Tiga

RADARPEKANBARUCOM - Dirut Bank Riau Kepri DR. Irvandi Gustari dua kali mangkir dipanggil DPRD
Riau.

Dewan segera melayangkan panggilan ke-3 (tiga) terhadap manajemen Bank Riau dalam rangka
dimintai keterangan dan informasi terkait sejumlah permasalahan di Bank milik pemda itu.

Demikian diungkapkan sekretaris komisi III DPRD Riau, Suhardiman Ambi kepada Radar, rabu (21/3)
sore.

Menurut Suhardiman, pihaknya menggap perlu kehadiran para petinggi Bank Riau untuk dimintai
keterangan.

Setidaknya ada tiga permasalahan yang perlu klarifikasi langsung dari pihak Bank Riau Kepri, antara
lain:

Pertama, kasus dugaan mark-up sewa gedung Kantor Cabang dan sejumlah Kedai Bank Riau Kepri
milyaran rupiah.

Kedua, kasus dugaan pelanggaran administrasi yang beraroma KKN atas penunjukan sejumlah
kolega pejabat di lingkungan Bank Riau Kepri. Dewan menerima aduan adanya penunjukan atas adik
kandung Dirut menempati jabatan penting di Bank Riau Kepri tanpa melalui proses fit and profertes.
Selanjutnya jabatan kabag rumahtangga BRK diberikan kepada Fitria, yang juga merupakan adik ipar
dari Dirut Bank Riau Kepri.

Ketiga kasus dugaan sejumlah kredit fiktif di Bank Riau-Kepri.

"Dugaan skandal di Bank Riau Kepri harus dituntaskan," katanya.

Suhardiman mengatakan pihaknya berjanji akan menggunakan


Hak angket jika manajemen Bank Riau-Kepri mangkir untuk yang ketiga kalinya.

Hak Angket Dewan perlu digunakan guna melakukan penyelidikan atas sejumlah kasus di BRK
dengan melibatkan pihak penegak hukum.

"Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009, Dewan bisa menggunakan
Hak angket," tuturnya.

Masih menurut Suhardiman, bahwa pihak tak main-main atas persoalan Bank Riau-Kepri.

"Kita optimis bahwa skandal Bank Riau-Kepri akan terbongkar sampai ke akarnya," tegas
Suhardiman. (radarpku)

Sumber :
1. Suhardiman Amby, Sekretaris Komisi III, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau
wawancara pada tanggal 21 Maret 2017;
2. Bank Riau Kepri melalui Corporate Secretary Winovri tidak pernah bersedia dan mau mengangkat
telephone untuk menanggapi setiap wacana dalam bentuk statement yang disampaikan oleh
Komisi III DPRD Riau terkait wacana pemanggilan Manajemen Bank Riau Kepri untuk Rapat
Dengan Pendapat (Hearing);
3. Dalam penjelasan artikel tersebut, DPRD Riau yang memiliki kewenangan untuk mengawasi
kinerja Perbankan Daerah saja tidak dihargai. Bahkan DPRD Riau sudah melayangkan panggilan
ketiga. Apalagi media sebagai pilar yang menjadi fungsi kontrol sosial dan pengawasan hanya
dipandang sebagai musuh karena memberitakan fakta yang sebenarnya.
Pemberitaan pada tanggal 22 Maret 2018 yang berjudul :

Membuka Tabir Mega Skandal, DPRD Segera "Angket" Bank Riau Kepri

RADARPEKANBARUCOM - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau segera menggunakan hak
angket dalam rangka menghadapi pihak manajemen Riau Kepri ( BRK) yang tidak bergeming ketika
dilakukan pemangilan secara tertulis sebanyak tiga kali.

Sebuah hak untuk melakukan penyelidikan yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) terpaksa kami lakukan terhadap manajemen Bank Riau-Kepri.

Demikian disampaikan Sekretaris Komisi III DPRD Riau, Suhardiman Ambi, kamis (22/3) sore.

Menurut Suhardiman, pihaknya menduga bahwa BRK melakukan penyimpangan dalam praktek
pelaksanaan suatu undang-undang dalam kebijakan yang berkaitan dengan hal penting, strategis,
dan berdampak luas pada keberlangsungan masa depan BRK.

"Surat panggilan ketiga sudah kita layangkan hari ini," tuturnya.

Masih menurut Suhardiman bahwa Dirut BRK telah melakukan pembangkangan terhadap lembaga
DPRD Riau.

"Pembangkangan BRK semakin hebat. Jika sudah ketiga tak juga di kirim data yang diinginkan maka
kita akan serahkan ke aparat hukum. Dan tidak tertutup kemungkinan DPRD menggunakan Hak
interpelasi atau angket," kata Suhardiman kembali menegaskan.

Dewan Endus Skandal BRK

Sebagaimana diketahui sebelumnya Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau mengendus
adanya praktik membangun Dinasti di Bank Riau Kepri semenjak Direktur Utama Irvandi Gustari
menjabat sebagai pucuk pimpinan di Bank Pelat Merah ini.
Puncak dari aduan ini sejak bergulirnya surat pengunduran diri hampir 90 an karyawan Bank Riau
Kepri yang menunggu proses pengesahan dari Manajemen dan mutasi besar-besaran yang dilakukan
oleh Direktur Utama BRK. Dewan mencium ada yang berjalan tidak baik dalam menajemen Bank Riau
Kepri. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Suhardiman Amby, Sekretaris Komisi III DPRD Riau,
Rabu (21/3) kemarin.

"kan baru-baru ini kita dengar terjadi pengunduran diri hampir 90 an karyawan Bank Riau Kepri serta
mutasi besar-besaran di jajaran Manajemen", jelasnya.

Dewan menerima aduan adanya aroma KKN di tubuh Bank kebanggaan masyarakat Riau ini. Tanpa
proses seleksi atau fit and proper test, kapasitas jauh dari harapan. Dimana kolega, teman-teman
dan sahabat karib ditempatkan pada jabatan strategis. Sedangkan karyawan potensial diduga di
nonjobkan.

Menurut Suhardiman,"sudah terjadi semacam Dinasti barulah yang ditegakkan di Bank Riau Kepri.
Artinya Bank Riau Kepri sudah digunakan untuk kepentingan pribadi, jauh dari harapan untuk
kepentingan daerah.

Diterangkannya lagi,"kita meminta sesegera mungkin dilakukan audit investigasi dan kinerja oleh
Pemegang Saham", terang Politisi Hanura ini.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari sumber Internal BRK sendiri, Direktur Utama Bank Riau
Kepri menempatkan beberapa keluarga, saudara dan koleganya.

Dalam hal ini dapat dikroscek langsung dimana Irvandi Gustari memiliki sepupu di Divisi Human
Capital (MSDM) dengan jabatan Pinbag berinisial RSD, adiknya di Divisi Treasuri berinisal RN, FT
diketahui sebagai adik ipar yang menjabat Pinbag Rumah Tangga di Divisi Umum dan keponakannya
tanpa assestment ditunjuk menjadi Pimpinan Kedai di Sei Kijang serta saudaranya yang berinisial KK
menjabat Sekretaris Direksi. Sehingga ada anekdot BPD itu adalah singkatan Bank Pertalian Daerah.
(radarpku)

Sumber :
1. Suhardiman Amby, Sekretaris Komisi III, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau
wawancara pada tanggal 22 Maret 2017;
2. Panggung bagi Bank Riau Kepri dimuat pada artikel pada tanggal 23 Maret 2017:
 http://radarpekanbaru.com/mobile/detailberita/8608/pihak-brk-mengaku-telah-menyerahkan-
dokumen-audit-kap-5-tahun-terakhir-ke-dprd-riau.html

Pemberitaan pada tanggal 27 Maret 2018 yang berjudul :

Kemunduran Bank Riau Kepri (BRK) Ditangan Irvandi Gustari,


Inilah Hasil Kajian Komisi III DPRD Riau

RADARPEKANABRUCOM - Jika penghargaan yang terus diterima Bank Riau Kepri (BRK) dari berbagai
tempat rasanya kita pasti berfikir bahwa penghargaan tersebut dengan kinerja berjalan seiiring atau
secara gamblang dapat kita katakan karena kinerja yang cemerlang BRK mendapat penghargaan.

Ternyata diluar dugaan kita, BRK justru di poles diluar namun hancur didalam. Demikian
disampaikan Skeretaris Komisi III DPRD Riau, Datuk Suhardiman Ambi kepada Radar, minggu (26/3)
malam.

Suhardiman merasa bingung dan gemas melihat kinerja BRK."Lihat grafik kinerja yang saya buat
untuk menganalisa kinerja BRK berikut dengan membuat perbandingan dimasa dirut yang lalu
dengan dirut yang saat ini, "katanya.

Dengan mengedukasi masyarakat dan para pemegang saham Suhardiman berharap kebiasaan
pencitraan berubah menjadi perbaikan kinerja dan yang terpenting Bank Riau Kepri (BRK) mampu
menghilangkan nepotisme.

"Karena adanya KKN selama ini yang merusak kinerja Bank Riau Kepri," tutur Datuk. Sudardiman
juga memaparkan grafis yang ia buat untuk menganalisa pertumbuhan dari komponen penting di
Bank Riau Kepri (BRK).

"Dari grafis yang saya buat kita dapat lihat pertumbuhan dari komponen penting didunia perbankan,
seperti asset pada periode dirut yang lalu bisa tumbuh sebesar 68,75% , dana pihak ketiga tumbuh
65,37% , kredit tumbuh 208,35%, jaringan kantor tumbuh sebesar 118,75%, " jelas Suhardiman.
Bagaimana dengan saat ini asset terlihat dari grafik cendrung mendatar pertumbuhannya , dana
pihak ke tiga cenderung turun terutama giro ,sedangkan tabungan tumbuhnya mendatar tidak
signifikan, deposito juga flat.

"Jika ini yang terjadi bagaimana bisa Bank Riau Kepri (BRK) mendapat penghargaan yang begitu
banyak karena sepengetahuan saya sebagai seorang yang berpendidikan sarjana ekonomi dan
master ekonomi merasa award atau penghargaan yang dikejar dirut BRK yang hampir setiap
bulannya memperoleh rata rata 2 penghargaan hanya bersifat pencitraan karena ketidak mampuan
dirinya dalam mengelola Bank milik pemda tersebut," tambah Datuk.

Masih menurut Suhardiman bahwa tidak adanya visi yang jelas atas apa yang menjadi goal dari
seorang dirut dalam 1 periode kepemimpinan nya.

"Saya berfikir patut menduga kapasitas beliau yang basicnya seorang pemimpin divisi di Bank dengan
asset 1/3 dari BRK dan kompleksitas masalah yang tidak serumit BRK , saya meilai Irvandi Gustari
belum siap mengelola BRK karena culture yang ada di bank swasta dengan bank pemda itu berbeda,"
tegasnya.

Sudardiaman juga membongkar grafik kinerja kredit dan laba BRK. Bahwa Perjuni tahun 2012 saja
dirut lalu mampu memberikan laba sebesar 223 miliar , artinya setengah tahun saja di tahun 2012
brk bisa membukukan laba 223 miliar.

"Bagaimana dengan saat ini laba masih berkisar diangka 400 sehingga tidak ada peningkatan .
Bagaimana laba dapat meningkat jika karyawan merasa ngak nyaman dan cenderung takut dengan
sikap arogansi direksi .Bagaimana BRK mau maju jika orang-orang yang punya kapasitas, kapabilitas
dan integritas disingkirkan karena dianggap bertentangan sama direksi." tutup Suhardiman.
(radarpku)

Sumber :
1. Suhardiman Amby, Sekretaris Komisi III, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau
wawancara pada tanggal 26 Maret 2017; artikel merupakan Produk Jurnalistik (Opini).
Narasumber merupakan seorang anggota DPRD Riau yang memiliki profesi sebagai akuntan
sebelum menjabata atau menduduki posisi di Dewan. Dan menaungi pengawasan dibidang
Perbankan, sehingga mampu membuat kajian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk Opini dan
dimuat di Media Siber RadarPekanbaru.com;
2. Panggung bagi Bank Riau Kepri menanggapi hasil kajian Dewan dimuat pada link artikel berikut :
 http://radarpekanbaru.com/mobile/detailberita/8710/ojk-riau-simpulkan-bahwa-kondisi-brk-
baik..html

Bahwasanya 6 artikel berita yang kami tulis dan publikasikan sudah dikaji dan sesuai kaidah
dan Kode Etik Jurnalistik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai
berikut :

a. Kode Ketik Jurnalistik pasal 3, yang berbunyi,


Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah.

Sehingga apa yang Pengadu nilai dan anggap manajemen Redaksi kami melakukan penggiringan opini
adalah keliru. Sesuai dengan sumber-sumber yang kami muat diatas.

Bahwa terhadap permintaan Saudara untuk mencabut pemberitaan-pemberitaan tersebut


diatas dapat dilakukan apabila Manajemen Redaksi kami RadarPekanbaru terbukti tidak
menjalankan Undang Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

Sesuai dengan yang termaktub dalam Penjelasan Umum Undang-Undang PERS No 40 Tahun 1999, yang
menjelaskan :

Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan. Pers yang meliputi media cetak, media elektronik dan media lainnya
merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan tersebut. Agar pers
berfungsi secara maksimal sebagaimana diamanatkan Pasal 28 Undang-undang

Dasar 1945 maka perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers. Fungsi maksimal itu diperlukan karena
kemerdekaan pers adalah salah satu perwujudan kedaulatan rakyat dan merupakan unsur yang sangat
penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Dalam kehidupan yang demokratis itu pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin, sistem
penyelenggaraan negara yang transparan berfungsi, serta keadilan dan kebenaran terwujud.

Pers yang memiliki kemerdekaan untuk mencari dan menyampaikan informasi juga sangat penting untuk
mewujudkan Hak Asasi Manusia yang dijamin dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor: XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, antara lain yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi sejalan dengan

Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hak Asasi Manusia Pasal 19 yang berbunyi : "Setiap orang
berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan
memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan
buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah".

Pers yang juga melaksanakan kontrol sosial sangat penting pula untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, maupun penyelewengan dan
penyimpangan lainnya.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang
Dari uraian diatas disampaikan sebagai bentuk KLARIFIKASI kami kepada Pengadu yang dimediasikan
langsung oleh Komisi Pengaduan Dewan Pers. Adapun kami sangat mengharapkan KOREKSI (HAK
KOREKSI) dari Pengadu pada produk Jurnalistik mana yang menurut penilaian Pengadu tidak sesuai
dengan yang diberitakan. SEHINGGA TIDAK MEMUNCULKAN STIGMA NEGATIVE TERHADAP
RENDAHNYA PENGETAHUAN PENGADU MENGENAI BAGAIMANA MEMBUAT HAK JAWAB DAN
PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA PERS UNTUK TIDAK MELAKUKAN KRIMINALISASI
DAN PEMBREDELAN PERS ITU SENDIRI. Berdasarkan penyampaian point-point kami diatas kami
meminta bantuan Dewan Pers untuk memilah dan mengoreksi kembali Pengaduan yang dibuat oleh
Pengadu.

Demikian KLARIFIKASI TERTULIS ini kami sampaikan, atas kerjasama dari Komisi Pengaduan Dewan
Pers kami mengucapkan terimakasih.

Hormat Kami,
Manajemen
RadarPekanbaru.Com

Bunyana
Penanggungjawab Redaksi

Anda mungkin juga menyukai