Anda di halaman 1dari 3

Tugas Soal Manajemen Keuangan Syariah

Pertemuan Ke-9
Rabu, 13 Mei 2020

Nama : Eric Eka firdianto


NPM : 1710211178
Kelas : 8-SM01

1. Perbedaan Antara Sukuk dan Obligasi ?

Sukuk (Obligasi Syariah)

Sukuk atau sebenarnya adalah syariah yang merupakan surat berharga yang
diterbitkan dan diresepkan oleh investor atas aset yang menjadi dasar yang diterbitkan
sukuk ( underlying asset ) tanpa dilepaskan dari penerapan prinsip-prinsip syariah.
Seluruh prosesnya dan pemanfaatannya harus berlandaskan hukum Islami (Syariah).

Obligasi Konvensional

Obligasi konvensional diumumkan dari pihak penerbit kepada pihak investor,


sedangkan pihaknya tidak memerlukan aset dasar. Penerbitan tidak menggunakan
dasar-dasar dan prinsip syariah, sehingga tidak ada yang perlu syariah terkait
penggunaan dana hasil persetujuan. Pengembaliannya juga mengandung bunga yang
memang sudah umum digunakan, dan tidak sesuai dengan semua tujuan yang
diterimanya. Obligasi juga hanya dapat meraih investor konvensional, dan tidak dapat
dipilih sebagai instrumen investasi bagi para investor syariah.

Sukuk memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan obligasi. Perbedaan antara
sukuk dengan obligasi adalah sebagai berikut:
2. perbedaan saham Syariah dan saham konvensional? 

Saham syariah memiliki ciri tertentu yang membedakannya dari saham


konvensional. Saham syariah pada dasarnya memiliki pengertian yang sama dengan
saham konvensional yakni surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas
suatu perusahaan. Perbedaannya adalah saham syariah berbasis pada prinsip syariah,
maka setiap hal yang berkaitan dengan saham itu tidak boleh bertentangan dengan
prinsip syariah.

Tidak ada perbedaan antara mekanisme perdagangan dan pencatatan saham


syariah dan saham konvensional. Sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No.80 Tahun 2011,
mekanisme perdagangan saham di BEI sudah sesuai dengan prinsip syariah yakni Bai
Al Musawammah. Hanya saja tidak semua saham yang terdaftar di BEI dapat
dikategorikan sebagai saham syariah. Sebuah saham akan masuk dalam kategori
syariah jika telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Saham syariah ditujukan bagi kalangan Muslim maupun non-Muslim yang


ingin merasa tenang dan yakin bahwa investasinya bersifat halal. Berikut adalah
persyaratan agar saham sebuah perusahaan dapat dianggap sebagai saham syariah :

1. Kegiatan Perusahaan Tidak Bertentangan dengan Prinsip Syariah

Sebuah saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika berasal dari
perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Contoh perusahaan yang bertentangan dengan prinsip syariah adalah yang
berkaitan dengan perjudian, perdagangan yang dilarang secara syariah, jasa
keuangan ribawi, jual beli risiko yang mengandung ketidakpastian, memproduksi,
mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa
haram, serta perusahaan dengan transaksi yang mengandung unsur suap.

2. Total Utang Lebih Kecil dari Aset

Perusahaan harus memiliki total utang berbasis bunga yang lebih kecil
dibandingkan dengan total aset. Utang berbasis bunga tidak boleh lebih dari 45%
dari total aset perusahaan.

3. Pendapatan Tidak Halal Lebih Kecil dari Pendapatan Usaha

Sebuah perusahaan harus memiliki pendapatan usaha yang lebih besar


daripada pendapatan bunga ataupun pendapatan tidak halal lainnya. Batas
maksimal pendapatan bunga ataupun pendapatan tidak halal lainnya adalah
sebesar < 10% dibandingkan dengan pendapatan usaha perusahaan secara
keseluruhan.
4. Saham Terdaftar di DES

Saham syariah yang resmi adalah saham yang terdaftar dalam DES
(Daftar Efek Saham). DES adalah daftar perusahaan mana saja yang memiliki
saham syariah. Daftar ini diterbitkan oleh OJK dan Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) 2 kali dalam satu tahun. Anda dapat
melihat daftar ini di website resmi OJK.

3. Perbedaan Reksadana Biasa dan Reksadana Syariah

Reksa Dana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh Manajer Investasi, yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip
syariah di pasar Modal.

Perbedaan reksadana biasa dan reksadana syariah antara lain :

Dalam pemilihan jenis Reksa Dana Syariah yang tepat, investor wajib
mengetahui besar kecilnya risiko yang berbanding lurus dengan besar kecilnya
return yang akan diterima. Risiko yang dapat terjadi dalam berinvestasi di Reksa
Dana Syariah tersebut antara lain adalah risiko berkurangnya nilai unit penyertaan,
risiko likuiditas, risiko wanprestasi, serta risiko kondisi politik dan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai