Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah
MENIKAH
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan keluarga pada pasangan baru
pada mata kuliah Keperawatan keluarga dengan lancar dan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi
kita semua. Kami menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami
sangat berterima kasih apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik
dan saran pada makalah ini.
MANADO, 5 APRIL
2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………….1
A. Latar belakang …………………………………………………………1
B. Tujuan penulisan……………………………………………………… 2
C. Manfaat …………………………………………………………………2
BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………...3
A. Konsep keluarga ………………………………………………………..3
B. Tahap perkembangan keluarga ………………………………………10
C. Proses keperawatan keluarga …………………………………………14
BAB III : PENUTUPAN ……………………………………………………….41
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..41
B. Saran …………………………………………………………………….41
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadinoto (2010) Sebuah survei yang dilakukan oleh BKKN
pada tahun 2010, perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun
telah menikah sebanyak lebih dari 22.000. Jumlah dari perempuan
muda berusia 15-19 yang menikah lebih besar jika dibandingkan
dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun.(http://bkkbn.go.id)
Pasangan suami istri perlu belajar menyesuaikan diri untuk
menghadapi transisi dalam kehidupan mereka untuk menjalani
kehidupan berkeluarga.Penyesuaian diri tidak berarti yang satu harus
mengubah diri untuk disesuaikan dengan yang lain, melainkan adanya
pengertian dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada pada
diri suami atau istri sehingga dengan penuh kesadaran dapat
dilakukan usaha untuk menyelaraskan hubungan mereka
(Nainggolan,2003).
Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Anjani & Suryanto
(2006) mengenai faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian
perkawinan adalah baik suami maupun istri tidak dapat menerima
perubahan sifat dan kebiasaan diawal pernikahan. Hal tersebut
tercermin pada bagaimana pasangan menyikapi perubahan, perbedaan,
pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam
perkawinan, yang dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup dalam
berumah tangga, ketidakbahagiaan yang dirasakan masing-masing
pasangan, membuat pasangan suami istri merasa gagal dalam
menyesuaikan diri satu samalain.
1
Kegagalan pasangan dalam mempertahankan perkawinan
diakibatkan karena tidak terpenuhinya kepuasan yang dirasakan
pasangan dalam menjalani kehidupan perkawinannya. Ketidakpuasan
itu muncul akibat pasangan tidak mampu menyelesaikan konflik
yang terjadi dalam rumah tangga.
Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama,
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Masing-masing
menghadapi perpisahan dengan keluarga sendiri dan orang tuanya, mulai
membina hubunganungan baru dengan keluarga dan kelompok social
lainnya.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang
“asuhan keperawatan keluarga pada pasangan baru menikah”
B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dan batasan karakteristik pada
pasangan baru menikah
2. Mahasiswa mamapu mengetahui tugas perkembangan keluarga pada
pasangan baru menikah
3. Mahasiswa mampu megetahui masalah-masalah kesehatan dan
promosi pada pasangan baru menikah
4. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat dalam tahap
perkembangan pada pasangan baru menikah
5. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan keluarga berdasar
tahap perkembangan
C. MANFAAT
Dalam pembuatan asuhan keperawatan keluarga ini di buat untuk
mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasangan yang baru menikah,
agar dapat mengetahui masalah apa saja yang bisa terjadi pada pasangan
yang baru menikah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi keluarga
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Sulistyo Andarmoyo,2012).
Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki
dan perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Pasangan baru menikah adalah
keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang belum mempunyai anak
(baru menikah).
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah
keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.
3
4. Mempunyai tujuan (menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota)
(Sulistyo Andarmoyo,2012).
2. Tipe-tipe keluarga
Beberapa tipe keluarga adalah sebagai berikut.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak,
baik karena kelahiran natural maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin)
Merupakan satu unit kelurga tempat asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga
pasangan sejenis (guy/lesbian families).
4. Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian
pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak
atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga
kohabitasi mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family)
4
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi
yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim,
misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu
menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan
keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu
ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun
tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses
semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui
pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat
oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari
hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah
sekelompok orang tinggal disebuah asrama.
3. Fungsi dan struktur keluarga
Setiap keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya,
ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga an pencari nafkah.
Peran informal ayah adala sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan system
pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut.
1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberkan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan
belajar berperan di lingkungan social.
5
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
4. Konsep keluarga
1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antarkeluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996),
tahapan keluarga sejahtera terdiri dari:
a. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB
b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi
dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
kebutuhan social psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera III
6
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya
belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif
dalam kegiatan masyarakat
e. Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan
sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social yang tinggi.
2. Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
3. Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan,
ekonomi, social budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual
serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga
sejahtera.
4. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian
masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran
dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan
kesadaran dan tanggungjawab.
5. Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-
mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan
7
keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.
6. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya
yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang
berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal
untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
8
10. semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir
sehingga dapat melaksanakan fungsi mereka masing-masing.
11. Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke
atas memiliki penghasilan yang tetap.
12. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun
mampu membaca dan menulis latin.
13. Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah.
14. Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi
dan mempunyai dua anak atau lebih yang hidup.
c. Keluarga sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14,
tetapi belum mampu melaksanakan indicator-indikator sebagai
berikut.
15. Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan
agama.
16. Keluarga mempunyai tabungan
17. Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
18. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
19. Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling
kurangsekali dalam 6 bulan.
20. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio,
dan televise.
21. Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
d. Keluarga sejahtera III
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21,
tetapi belum mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.
22. Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu
tertentu) dan sukarela dalam bentuk material kepada
masyarakat.
23. Keluargaaktif sebagai pengurus yayasan atau institusi
masyarakat.
9
e. Keluarga sejahtera III plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah
mampu melaksanakan semua indicator (23).
10
6. Pertengkaran tak penting
7. Terobsesi dengan bayi
c. Tugas perkembangan
1. Membentuk hubungan intim
2. Belajar hidup dengan pasangan
3. Memulai sebuah keluarga
4. Mengatur rumah tangga
5. Memutuskan dan bekerja menghadapi tujuan bersama
6. Menetapkan pedoman kekuasaan dan masalah pembuatan keputusan
7. Membuat standar untuk interaksi diluar keluarga
8. Membuka hubungan dengan orang lain untuk kehidupan sosial
9. Memilih nilai, moral, dan ideologi yang dapat diterima oleh keduanya
10. Mendiskusikan untuk mempunyai anak
11
kesulitan yang dialami dalam penyesuaian seksual pernikahan
tersebut.
2. Penyuluhan konseling keluarga berencana
Keluarga berencana termasuk masalah kontroversional, Jika
program keluarga berencana dimaksudkan untuk membatasi kelahiran,
maka hukumnya haram. Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran.
Bahkan terdapat banyak hadits yang mendorong umat Islam untuk
memperbanyak anak. Adapun jika penggunaannya dengan maksud
berkonsentrasi dalam berkarier atau supaya hidup senang atau hal-hal
lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan
wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh.
3. Komunikasi dan informasi.
Dalam pernikahan, komunikasi adalah kendaraan utama yang
digunakan pasangan untuk berhubungan dan saling mengatur;
proses sosial dan kognitif mendasari komunikasi pasangan
diasumsikan akan menjadi peran utama dalam kemampuan pasangan
untuk beradaptasi terkait perkembangan relasional dan kepuasan
yang berlangsung (Ayub, 2010).
Banyak penelitian yang sudah dilakukan membandingkan
pola komunikasi pada pasangan yang bahagia dan tidak bahagia. Salah
satu penelitian mengindikasi bahwa pasangan yang tidak bahagia
adalah yang mengalami
1. Kesulitan untuk menyampaikan pesan positif,
2. Kesalahpahaman antar pasangan lebih sering terjadi,
3. Kurangnya kesadaran untuk memahami bahwa ada
kesalahpahaman dalam komunikasi,
4. Sering dan secara intens menggunakan pesan negatif, dan
5. Sering kali membedakan diri dengan hubungan yang dianggap
lebih baik.
12
Temuan ini juga mendukung bahwa pasangan dengan
komunikasi yang baik dalam memecahkan masalah lebih sedikit
dilaporkan mengalami stress dan ketidakpuasan di pernikahannya
dibandingkan dengan mereka yang memiliki komunikasi yang
rendah dalam pemecahan masalah (Sher, dalam Ayub, 2010).
Pasangan Baru Menikah
13
6. penyuluh dan konsultan, peerawat dapat berperan dalam memberikan
petunjuk asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga disamping
menjadi penasihat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan
keluarga (Sulistyo Andarmoyo,2012)
14
b. Pemeriksaan fisik
c. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
a. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga:
Nuclear Family yang terdiri dari ayah,ibu dan belum mempunyai
seorang anak
15
masalah hubungan komunikasi dan interasksi antara orang tua dan
anak dewasa awal, bingung dalam tugas perkembangan keluarga
saat ini
b. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa:
Tn. T berasala dari suku Jawa dan Ny. K berasal dari suku jawa .
Keduanya sangat serasi dengan hubungna pernikahan yang mereka
jalani saat ini .
b) Penghasilan:
Penghasilan Tn. R : Rp. 1.500.000,00/bln
c) Upaya lain:
Tidak Ada
16
d. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi nonton TV dan
mendengarkan radio di rumah. Kadang-kadang kumpul-kumpul dengan
sanak saudara atau tetangga dekatnya
b. Type rumah:
17
Permanen
c. Kepemilikan:
Pribadi
e. Ventilasi/cendela:
Baik
f. Pemanfaatan ruangan:
g. Septic tank: letak dibelakang rumah berjarak meter dari rumah
h. Sumber air minum : Air Galon
i. Kamar mandi/WC: memiliki masing – masing satu
j. Sampah limbah RT : dibuang ditempat pembuangan sampah sejauh 2
km
k. Kebersihan lingkungan:
keadaan kebersihan lingkungan selalu terjaga karena setiap bulannya
masyarakat selalu mengadakan gotong royong untuk membersihkan
lingkungan
18
seperti acara pernikahann semua keluarga berkumpul. Interaksi
keluarga besarnya dengan masyarakat sekitar cukup baik dan di
wilayahnya sudah menjadi kebiasaan untuk saling membantu.
19
b. Fungsi sosialisasi
Ny.K berencana jika anaknya sudah lahir nanti akan membesarkan
dan mendidik anaknya bersama suaminya.
d. Fungsi reproduksi
20
Tn.T dan Ny.K berencana memiliki 3 orang anak. Satu laki-laki dan
dua perempuan. Ny.K belum mengetahui akan menggunakan alat
kontrasepsi apa untuk upaya pengendalian jumlah anggota kelurga.
Keluarga Tn.T megatakan belum mengetahui tentang kesehatan
reproduksi
e. Fungsi ekonomi
Dengan jumlah pendapatan Rp.1.500.000/bulan keluarga Tn.T
mengatakan sudah dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan.
21
CVI. KEADAAN GIZI KELUARGA
Pemenuhan gizi:
biasanya Ny K selalu memasak sayur dan lauk – pauk serta tidak mengkonsumsi makanan yang berpengawet
Upaya lain: -
BB 85 kg 40 kg
TB 172 cm 150 cm
2 Kepala :
Rambut keriring, hitam, dan bersih Lurus, coklat, halus dan bersih
22
Mata konjungtiva baik, penglihatan baik, Konjungtiva baik, sclera bersih,
penglihatan kurang baik, menggunakan
sinusitis (-),
kacamata minus
polip (-), penciuman baik
Hidung
sinusitis (-),
mulut bersih, mukosa lembab, lidah bersih, gigi
polip (-), penciuman baik
cukup.
Mulut
mulut bersih, mukosa lembab, lidah
bersih, gigi cukup.
23
Pendengaran baik, serumen (-)
3 Leher Tidak ada pembesaran vena jugularis Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar Tiroid
4 Dada
Mamae Tidak ada pembengkakan,simetris antara kiri dan Perubahan bentuk mamae pasca operasi
kanan pada bagian kiri dan kanan
· Inspeksi
24
· Palpasi Saat bernafas tidak menggunakan otot
bantuan pernafasan. Pengembangan
Saat bernafas tidak menggunakan otot bantuan
paru simetris.
pernafasan. Pengembangan paru simetris.
Paru
· Inspeksi
Tidak ada bengkak, fremitus normal. RR 22x/menit
Tidak ada bengkak, fremitus normal.
RR 20x/menit
Tidak ada penimbunan cairan, dan tidak ada
pembesaran paru.
· Palpasi Tidak ada penimbunan cairan, dan
Bunyi nafas normal, tidak terdengar suara ronchi
tidak ada pembesaran paru.
maupun mengi.
25
· Auskultasi
Irama teratur, suara tambahan tidak ada Letak normal ics 2 dan 3 – 5dan 6
TD : 120/90 mmHg
· Perkusi
· Auskultasi
5 Abdomen
· Inspeksi Simetris, warna normal, asites (-), ada bekas luka Simetris, warna normal, asites (-).
pasca operasi usus buntu.
26
Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada benjolan.
·
inspeksi
Berfungsi dengan baik. Berfungsi dengan baik.
27
· Perkusi Reflek patella (+) Reflek patella (+)
28
a. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini
Tn. T: Menurutnya Tn T dirinya tidak pernah menderita penyakit
berat kronis maupun akut
An. K sampai saat ini tidak ada penyakit yang di derita
29
ANALISA DATA DAN
A. Analisa Data
30
mengetahui tentang
kesehatan reproduksi
Data Obyektif :
Masalah kesehatan
yang dirasakan oleh
keluarga Tn.T saat ini
mengenai kekhawatiran
Ny.K tentang janinnya.
Sejauh ini keluarga
hanya bertanya pada
teman atau tetangga di
sekitar rumah.
Data obyektif :
31
Ny.K sebagai istri
berperan untuk
mengurus rumah
tangga seperti
memasak, mencuci
baju,mengatur
keuangan dll. Serta
lebih bersabar dalam
menahan rindu dengan
suaminya yang mencari
nafkah.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kurang pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga baru
menikah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah tugas perkembangan keluarga baru menikah.
2. Resiko terjadinya konflik berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah komunikasi pada keluarga baru nikah.
32
C. Skoring prioritas diagnose keperawatan keluarga baru menikah
1. Kurang pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga baru
menikah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah tugas perkembangan keluarga baru menikah
Total masalah :
33
harus segera ditangani
Total 3 2/3
E. Intervensi
1. Kurang pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga baru
menikah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah tugas perkembangan keluarga baru menikah.
34
hari keluarga teman, sekelompok positif atas
dapat: sosial pengetahuan
1.mengenal klien
masalah •Jelaskan tentang
perkembangan tugas
keluarga baru perkembangan
menikah keluarga baru
2. membuat menikah
keputusan dala •Minta keluarga
m perencanaan mengulang
dengan keluarga kembali materi
kapan dan yang telah
jumlah anak dijelaskan
yang diinginkan •Berikan pujian
terhadap
kemampuan
keluarga
memahami
materi yang
diberikan
2.Diskusikan
dengan keluarga
perencanaan
keluarganya.
Bantu
keluarga
membuat
keputusan kapan
dan berapa
jumlah anak yang
diinginkan
35
Berikan
reinforcement
positif jika
keluarga mampu
membuat
keputusan yang
baik sesuai
dengan sumber
daya yang
dimiliki.
36
beberapa hari penting untuk tugas
keluarga perkembangan
dapat: kelurga nantinya.
1.mengenal
masalah
komunikasi
dalam
keluarga
2 membuat
keduanya
saling
memahani
dan mengerti
serta lebih
bersabar
dengan
keadaan yang
kadang tidak
memihak
37
tanggal
Minggu,29 17.00 Melakukan S: Ny.K mengatakan
September kontrak dengan mengerti apa yang telah
2019 keluarga didiskusikan dan akan
Mengkaji membicarakan dengan
tingkat suaminya.
pengetahuan Ny. K mengatakan
keluarga tentang pengetahuannya tentang
tugas kesehatan wanita bertambah
perkembangan O: Ny.K aktif dalam diskusi
keluarga baru dan ada respon terhadap
menikah pertanyaan evaluasi.
Memberi A: masalah teratasi sebagian
reinforcement P: evaluasi pada pertemuan
positif atas berikutnya.
pengetahuan
klien
Menjelaskan
tentang tugas
perkembangan
keluarga baru
menikah
Meminta
keluarga
mengulang
kembali materi
yang telah
dijelaskan
Memberikan
pujian terhadap
kemampuan
38
keluarga
memahami
materi yang
diberikan
Mendiskusikan
dengan keluarga
perencanaan
keluarganya.
Membantu
keluarga
membuat
keputusan kapan
dan berapa
jumlah anak
yang diinginkan
Memberikan
reinforcement
positif jika
keluarga mampu
membuat
keputusan yang
baik sesuai
dengan sumber
daya yang
dimiliki.
39
Senin , 30 17.00 Menjelaskan S: Ny.K mengatakan
September komunikasi yang baik mengerti dan akan
antara suami kepada dicoba jika ada masalah
istrinya dan sebaliknya akan dibicarakan baik-
Menjelaskan baik.
pentingnya O: Ny.K menerima
komunikasi dalam konsep dengan baik
keluarga baru nikah A: masalah teratasi
dan kepercayaan P: motivasi keluarga
sehingga tidak terjadi lebih intensif.
pertengkaran
Menjelaskan
keutuhan keluarga itu
penting untuk tugas
perkembangan kelurga
nantinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tugas perkembangan kelaurga pada tahap keluarga baru menikah
yaitu: membangun perkawinan, menghubungkan jaringan persaudaraan
secara harmonis, membina hubungan dengan keluarga lain: teman dan
40
kelompok social, serta merencanakan penambahan anggota baru
(mempersiapkan menjadi orangtua), mendiskusikan rencana punya anak.
Pada keluarga Tn.T pada tahap perkembangan pasangan baru
menikah memiliki 2 masalah yaitu Kurang pengetahuan tentang tugas
perkembangan keluarga baru menikah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas perkembangan
keluarga baru menikah. dan Resiko terjadinya konflik berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah komunikasi pada
keluarga baru nikah.
B. SARAN
Sebaiknya sebagai seorang perawat/calon perawat harus selalu
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasangan keluarga pemula, agar
bias menjalin hubungan keluarga yang harmonis ke depanya nanti.
41
DAFTAR PUSTAKA
Alder, E.S. (2010). “Age, Education Level, and Length of Courtship in Relation to
MaritalSatisfaction”. Master's thesis. Pacific University.
https://commons.pacificu.edu/spp/145/