Oleh:
Kelompok VI
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2019/2020
Sejarah Singkat Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia
Pasar modal Indonesia didirikan pada tahun 1900-an ketika Indonesia dijajah Belanda.
Kemudian pasar modal Indonesia mengalami pasang surut, sempat mengalami pasang surut
pada masa orde lama. Perkembangan pasar modal Indonesia pada masa orde baru dimulai 10
Agustus 1977 ketika pasar modal Indonesia diaktifkan kembali oleh pemerintah, bapepam
dan PT. Dana Reksa. Akan tetapi, pasar modal Indonesia baru berkembang dengan pesat
setelah pemerintah melakukan deregulasi pada pasar modal dan perbankan dengan
mengeluarkan Pakto 1988. Hal ini terus berlangsung sampai tahun 1997 ketika krisis
ekonomi menghantam Indonesia.
Pasar modal Indonesia mulai bangkit pada tahun 2002 yang ditandai dengan kenaikan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 8% setelah mengalami penurunan sebesar 6% pada
tahun 2001 dan 39% pada tahun 2000. Setelah itu pasar modal Indonesia terus berkembang
dengan cukup baik, puncaknya pada tanggal 9 Januari 2008 dimana IHSG mencacat rekor
tertinggi nya pada level 2.830,26. Akan tetapi krisis ekonomi global yang disertai dengan
penurunan harga minyak membawa dampak buruk terhadap pasar modal Indonesia, hal ini
menyebabkan pasar modal Indonesia ditutup pada level 1,355.41 di akhir tahun 2008 atau
turun 51% dari penutupan akhir 2007. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang
disertai dengan kondisi politik yang kondusif setelah pemilu 2009 mampu membuat pasar
modal Indonesia untuk kembali pada level 2000, terakhir pada penutupan 18 Desember IHSG
ditutup pada level 2,509.58
Pengertian Go Public
Pada hakekatnya go public secara terjemahannya adalah proses perusahaan yang “go public
atau pergi ke masyarakat”, artinya perusahaan itu memasyarakatkan dirinya yaitu dengan
jalan memberikan sarana bagi masyarakat untuk masuk dalam perusahaannya, yaitu dengan
menerima penyertaan masyarakat dalam usahanya, baik dalam pemilikan maupun dalam
penetapan kebijakan pengelolaan. Go public adalah penawaran saham atau obligasi kepada
masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pertama kali, artinya bahwa pihak
emiten/perusahaan yang menerbitkan efek pertama kalinya melakukan penjualan efek.
Peristiwanya disebut penawaran efek/surat berharga, sedangkan kegiatan ini disebut sebagai
pasar perdana (primary market). Efek yang telah dijual ke masyarakat umum, selanjutnya
akan dicatatkan di bursa efek. Di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek
Indonesia (BEI). alam istilah pasar modal, go public sering disebut sebaga IPO (initial public
offering), yaitu penawaran pasar perdana kepada masyarakat. Perusahaan memiliki berbagai
alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang
ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari
kreditur berupa hutang, pembiayaan bentuk lain atau dengan penerbitan surat-surat utang,
maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan
melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan
kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public. Penawaran Umum atau sering pula
disebut Go Public adalah kegiatan penawaran saham atau Efek lainnya yang dilakukan oleh
Emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Arti
dari go public yang sering kita dengar adalah istilah yang dipakai oleh suatu perusahaan yang
mengijinkan masyarakat memiliki perusahaan tersebut dengan cara membeli saham. Go
public adalah gaya baru menjadi investor sebuah perusahaan tanpa bersusah payah
membangun perusahaan dari dari nol.
Ada dua hal secara garis besar yang melatarbekangi perusahaan melakukan go public. Dua
hal tersebut berkaitan dengan aspek finansial maupun nonfinansial.
1. Berbagai kepemilikan
Perusahaan go public yang menjual sahamnya pasar bursa, berarti proses kepemilikannya
hanya dimiliki oleh pendiri kini sebagian dimiliki oleh public. Hal ini berarti proses
kepemilikan para pendiri menjadi berkurang.
Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan tersebut pada
dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk berkembang dengan cara yang baik dimasa
mendatang. Para pemegang saham, pendiri,dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir
dengan berbagai pemenuhan peraturan tersebut, karena cukup banyak pihak profesional yang
dapat manfaatkan jasanya untuk membantu.
Salah satu kewajiban perusahaan yang harus lakukan adalah melakukan pengungkapan secara
luas (extent of sclosure), akurat, benar, dan akuntable baik yang terkait financial maupun non
financial. Dengan demikian, terdapat konsekuensi logis yang harus ditanggung perusahaan
yang go public, yaitu tambahan biaya dalam rangka keterbukaan laporan perusahaan.
Sesungguhnya kekuatan ini tidak boleh terjadi, karena sebagaimana peraturan perundangan
yang berlaku bahwa yang jual untuk publik hanya sebagaian dari saham yang keluarkan
perusahaan. Untuk itu pemegang saham pendiri tetap memiliki potensi untuk mengendalikan
perusahaan. Kecuali jika pemegang saham pendiri bermaksut menjual keseluruhan porsi
saham yang dimiliki.
Proses Go Public
Pada Mei 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengubah peraturan penetapan fraksi harga
( tick size ). Saham yang berharga di bawah Rp200 memiliki fraksi saham Rp1 dengan
maksimal perubahan Rp10. Sementara, saham dengan rentang harga Rp200 sampai kurang
dari Rp500 memiliki fraksi saham Rp2 dengan maksimal perubahan Rp20. Saham harga
Rp500 sampai kurang dari Rp2000 memiliki fraksi saham Rp5 dengan maksimal perubahan
Rp50. Adapun saham dengan harga Rp2000 sampai kurang dari Rp5000 memiliki fraksi
saham Rp10 dengan maksimal perubahan Rp100, serta saham berharga Rp5000 ke atas
memiliki fraksi saham Rp25 dengan maksimal perubahan Rp250.
Fraksi harga saham adalah batasan rentang perubahan harga saham pada suatu saat. Sebagai
ilustrasi, saham PT X memiliki harga pembukaan ( opening price ) Rp175 atau memiliki
fraksi harga Rp1. Artinya, harga saham PT X tersebut hanya akan dapat berubah Rp1 per kali
penawaran dan maksimal perubahannya Rp10, atau harga penutupan maksimal bagi saham
terkait adalah Rp185 pada sesi perdagangan di hari tersebut.
Tujuan dari penetapan fraksi harga adalah untuk mengurangi volatilitas perubahan harga
saham di pasar modal serta menambah partisipasi masyarakat sebagai investor ritel sebab
biaya investasi menjadi lebih terjangkau, atau meningkatkan likuiditas dan aktivitas
perdagangan saham.
Penyelesaian Transaksi
Penerapan penyelesaian transaksi dana melalui bank sentral ini sesuai dengan salah
satu Principles for Financial Market Infrastructures (PFMI) yang dikeluarkan
oleh Committee on Payments of Market Infrastructure (CPMI) dan IOSCO. PFMI merupakan
standar internasional bagi infrastruktur pasar keuangan untuk memperkuat dan menjaga
stabilitas keuangan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen
menambahkan bahwa tujuan fasilitas Full CeBM adalah untuk mengurangi risiko dan
meningkatkan efisiensi transaksi dipasar modal.
“Tujuannya adalah mengurangi risiko di intermediaries di pasar modal. Ini juga menjadi
bagian dari proses efisiensi yang menjadi tantangan ke depan karena investor identification
juga telah mencapai 1 juta investor. Bagi kami, masa depan pasar keuangan kita adalah
investor ritel,” tuturnya.
Sejak diimplementasikan pada 22 Juli — 2 Agustus 2019, rata-rata nilai perputaran dana di
BI terkait penyelesaian transaksi di pasar modal tercatat sebesar Rp11,4 triliun per hari.
Adapun rata-rata frekuensi dana masuk sebesar 233 instruksi per hari dan dana keluar sebesar
589 instruksi per hari.
Penerapan penyelesaian transaksi dana melalui bank sentral secara menyeluruh untuk
penyelesaian transaksi efek di pasar modal juga sesuai dengan salah satu PFMI nomor 9
tentang penyelesaian dana.
Di dalamnya, disebutkan bahwa penyelesaian dana untuk infrastruktur pasar keuangan akan
lebih baik menggunakan bank sentral. Tujuannya, untuk meminimalkan dan mengendalikan
risiko kredit dan risiko likuiditas atas penyelesaian dana tersebut.
Untuk itu, KSEI selaku Financial Market Infrastructure (FMI) direkomendasikan untuk
melakukan penyelesaian transaksi dana melalui bank sentral.
Sebelumnya, penyelesaian dana terkait keperluan penyelesaian transaksi di pasar modal oleh
pemegang rekening KSEI, yakni perusahaan efek dan bank kustodian, harus dilakukan
melalui bank komersial yang ditunjuk oleh KSEI sebagai bank pembayaran. Dengan
penerapan Full CeBM, rekening khusus di bank yang digunakan untuk penempatan dana
yang tersimpan di rekening efek akan dilakukan di rekening giro KSEI di BI dan tidak lagi
ditempatkan dalam rekening KSEI di bank pembayaran.
Implementasi Full CeBM dilakukan secara bertahap. Dalam tahap pertama, bank kustodian
wajib melakukan penyelesaian dana menggunakan sistem BI-RTGS untuk semua transaksi
dalam rupiah per Juni 2015.
Selanjutnya, sistem BI-RTGS juga digunakan untuk transaksi Surat Berharga Negara (SBN)
dalam rupiah oleh perusahaan efek per Maret 2016. Kemudian, pada 2018, BI-RTGS mulai
digunakan oleh sebagian perusahaaan efek untuk penyelesaian transaksi dana.
Penerapan Full CeBM dilakukan efektif per 22 Juli 2019, di mana seluruh pemegang
rekening KSEI telah melakukan penyelesaian dana menggunakan sistem BI-RTGS untuk
semua transaksi dalam rupiah.
Ke depannya, KSEI juga berencana untuk menjadi anggota Sistem Kliring Nasional (SKN)
BI. Hal ini untuk memberikan alternatif penyelesaian dana yang lebih murah dan efisien bagi
Pemakai Jasa KSEI.
Melengkapi penerapan Full CeBM ini, karena batas waktu penyelesaian transaksi tidak lagi
bergantung pada jam operasional bank pembayaran, maka sejak 22 Juli 2019, KSEI telah
memperpanjang waktu penyelesaian transaksi yang hingga pukul 16.00 WIB dari sebelumnya
pukul 15.00 WIB.
Sejak diberlakukan Full CeBM, bank pembayaran yang bekerja sama dengan KSEI dalam
periode 2019-2022, akan mengalami perubahan fungsi dari sebelumnya sebagai bank
penyelesaian dana transaksi di pasar modal menjadi bank penyedia fasilitas intraday kepada
perusahaan efek.
1. Saham
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai
pemegang saham (Shareholder atau stockholder). Saham ada 2 macam yaitu saham preferen
(preferred stock) dan saham biasa (common stock). Saham preferen adalah jenis saham yang
memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulaif. Hak
kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang
mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun mengalami keuntungan, sehingga saham
preferen akan menerima laba dua kali. Sedangkan saham biasa adalah jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut,
maka pemegang saham biasa yang akan menderita terlebih dahulu.
2. Obligasi
Obligasi (Bond) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada
masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi
(bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi
yang dibayarkan.
3. Bukti Right
Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Hak memebeli dimiliki oleh pemegeng saham lama. Harga tertentu berarti harganya
sudah ditetapkan di muka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike
price atau exercise price). Apabila pemegang saham lama yang menerima bukti right tidak
mampu atau idak berniat menukarkan bukti right dengan saham, maka bukti right tersebut
dapat dijual di bursa efek melalui broker efek. Apabila pemegang bukti right lalai
menukarkannya dengan saham dan waktu penukaran sudah kadaluwarsa, maka bukti right
tersebut tidak berharga lagi, atau pemegang bukti right akan menderita rugi.
4. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan
kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan menrbitkan
obligasi. Pemegang waran tidak akan menderita kerugian apapun seandainya waran itu tidak
dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi strike price waran, maka waran sudah saatnya
untuk ditukar dengan saham. Namun pemegang saham masih dapat menunggu sampai harga
saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya belum kadaluwarsa. Apabila
pemegang warantidak ingin menebusnya, maka waran itu dapat dijual di bursa efek melalui
broker. Apabila waktu untuk mendapatkannya sudah kadaluwarsa dan pemegang waran lalai
menebusnya, maka waran tersebut akan menjadi kertas yang tidak bernilai lagi.
5. Produk turunan atau biasa atau disebut derivative
Contoh produk derivative adalah indeks harga saham dan indeks kurs obligasi. Indeks saham
dan indeks obligasi adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan
lindungi nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang
secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga
jual. Mekanisme perdagangan produk derivative ini dilakukan
(3) Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) Dijalankan oleh PT. Kliring dan Penjamin Efek
Indonesia (KPEI)
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah pihak yang menyelenggarakan jasa
kliring dan penjaminan transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Ex :
PT. KPEI (PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia).
Fungsinya adalah:
- Melakukan kliring(proses penentuan hak dan kewajiban pelaku bursa atas suatu transaksi)
terhadap tiap transaksi.
- Melakukan penjaminan terhadap penyelesaian suatu transaksi bursa.
Kliring Penjamin Efek Indonesia ( KPEI )
Kegiatan para investor dan para emiten di bursa adalah jual dan beli, tentunya akan banyak
transaksi keuangan antar bank yang akan terjadi dalam 1 hari. Untuk itu diperlukan 1
Lembaga yang menampung dan mencatat semua transaksi kliring yang bisa di pertanggung
jawabkan pencatatan semua transaksi yang terjadi di bursa. Untuk kepentingan inilah di
bentuk Lembaga Kliring dan Penjaminan yang merupakan pihak yang menyelenggarakan
jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa.
Tugas dari Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) adalah mengawasi,
melaksanakan dan penjaminan atas semua transaksi kliring di bursa agar berjalan dengan
teratur, wajar dan efisien.