Anda di halaman 1dari 6

GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

Body Dysmorphic Disorder (BDD) awalnya dikategorikan sebagai


dysmorphophobia. Istilah tersebut untuk pertama kalinya dimunculkan oleh seorang
doktor Italia yang bernama Morselli pada tahun 1886. Dysmorphophobia berasal dari
bahasa Yunani, “dysmorph” yang berarti misshapen dalam bahasa Inggris. Kemudian
namanya diresmikan oleh American Psychiatric Classification menjadi Body
Dysmorphic Disorder (BDD). Sebenarnya, sejak Freud praktek sudah disinyalir
mengenai gejala ini yang oleh Freud sendiri dinamakan sebagai ‘wolf man’. Karena
gejala Body Dysmorphic Disorder (BDD) tersebut terjadi pada seorang pria bernama
Sergei Pankejeff yang mempunyai masalah dengan kecemasan terhadap bentuk
hidungnya.
Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh memiliki perasan subjektif yang
pervasif mengenai keburukan beberapa aspek penampilan walaupun penamilan
mereka normal atau hampir normal. Inti gangguan ini adalah keyakinan atau ketakutan
seseorang yang kuat bahwa ia tidak menarik atau bahkan menjijikan. Rasa takut ini
jarang bisa dikurangi dengan pujian atau penentraman meskipun pasien yang khas
dengan gangguan ini cukup normal penampilannya.

EPIDEMIOLOGI
Gangguan dismorfik tubuh adalah keadaan yang sediki dipelajari sebagian
karena pasien lebih cenderung pegi ke dermatologis, interni, atau ahli bedah plastik
daripada pergi ke psikiater. Satu studi pada satu kelompok mahasiswa perguruan
tinggi menemukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa sedikitnya memiliki beberapa
preokupasi terhadap aspek tertentu penampilan mereka dan pada 25% mahasiswa,
permasalahan tersebut memiliki sekurangnya mempengaruhi secara bermakna pada
perasaan dan fungsi mereka. Walaupun 25% jelas merupakan suatu perkiraan yang
berlebihan (overestimate), gangguan dismorfik tubuh atau suatu varian subsindromal
mungkin sering ditemukan. Penelitian lain pada pasien yang datang ke klinik bedah
plastik menemukan bahwa hanya 2% pasien tersebut memenuhi kriteria diagnostik,
jadi yang menyatakan bahwa pasien dengan kriteria diagnostik lengkap mungkin
sangat jarang ditemukan.
Data yang ada menyatakan bahwa usia yangpaling sering untuk onset
terjadinya gangguan dismorfik tubuh adalah antara 15 dan 20 tahun, dan wanita agak
lebih sering terkena dibandingkan laki-laki. Pasien yang terkena juga kemungkinan
tidak menikah. Gangguan dismorfik tubuh sering kali ditemukan bersama-sama
dengan gangguan mental lainnya. Satu penelitian menemukan bahwa lebih dari 90%
pasien dengan gangguan dismorfik tubuh pernah mengalami depresif berat didalam
hidupnya; kira-kira 70% pernah mengalami suatu gangguan kecemasan dan kira-kira
30% pernah menderita suatu gangguan psikotik.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan dismorfik tubuh saat ini masih tidak diketahui. Komoriditas
yang tinggi dengan gangguan depresif, riwayat keluarga adanya gangguan mood dan
gangguan obsesif-komplusif yang lebih tinggi daripada yang diharapkan, dan
responsivitas gangguan yang dilaporkan terhadap obat spesifik serotonin menyatakan
bahwa, sekurangnya pada beberapa pasien, patofisiologi gangguan yang terjadi
mungkin melibatkan serotonin dan mungkin berhbungan dengan gangguan mental
lainnya. Mungkin juga dapat terpengaruh kultural atau sosial yang bermakna pada
pasien dengan gangguan dismorfik tubuh karena penekanan konsep tentang
kecantikan yang sterotipik yang mungkin ditekankan pada keluarga tertentu dan
didalam sebagian besar kultur. Didalam odel psikodinamika, gangguan dismorfik tubuh
dipandang sebagai pengalihan konflik seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh
yang tidak berhubungan. Asosiasi tersebut terjai melalui mekanisme pertahanan
represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi dan proyeksi.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan dismorfik tubuh mengharuskan
suatu preokupasi dengan kecacatan dalam penampilan yang tidak nyata (dikhayalkan)
atau penekanan yang berlebihan (overemphasis) terhadap kecacatan ringan.
Preokupasi menyebabkan penderitaan emosional pada pasien atau jelas mengganggu
kemampuan pasien untuk berfungsi dalam bidang yang penting.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh

1 Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan


sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.
2 Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
3 Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
*Tabel dari DSM IV. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ed 4. Hak Cipta
American Psychiatric Association, Washington 1994

2.4.4 GAMBARAN KLINIS


Permasalahan yang paling sering melibatkan kerusakan tubuh,
khususnya yang berhubungan dengan bagian spesifik (sebagai contoh hidung).
Suatu penelitian menemukan bahwa pada umumnya, pasien memiliki
permasalahan tentang empat bagian tubuh selama perjalanan gangguan.
Bagian tubuh yang menjadi permasalahan spesifik dapat berubah-ubah selama
pasien terkena gangguan.

Lokasi Defek yang Dibayangkan pada 30 Pasien dengan Gangguan Dismorfik Tubuh
Lokasi N %
Rambut 19 63
Hidung 15 50
Kulit 15 50
Mata 8 27
Kepala,wajah 6 20
Seluruh bentuk tubuh, struktur 6 20
Tulang
Bibir 5 17
Dagu 5 17
Lambung, pinggang 5 17
Gigi 4 13
Tungkai, Lutut 4 13
Payudara, Otot pektoralis 3 10
Wajah buruk (umum) 3 10
Telinga 2 7
Pipi 2 7
Bokong 2 7
Penis 2 7
Lengan,pergelangan tangan 2 7
Leher 1 3
Dahi 1 3
Otot-otot wajah 1 3
Bahu 1 3
Pinggul 1 3

*aTotal adalah lebih dari 100%karena sebagaian pasien memiliki "defek" pada lebih dari
satu tempat
*bTermasuk rambut kepala pada 15 kasus, pertumbuhan jenggot pada dua kasus, dan
rambut tubuh laim pada tiga kasus
*cTermasuk Jerawat pada tujuh kasus, garis wajah pada tiga kasus, dan termasuk
masalah kulit lain pada tujuh kasus
* dTermasuk masalah bentuk pada lima kasus dan ukursn pada satu kasus
(K.A. Phillips,S.L. McElroy,P.E.Keck Jr., H.G.Pope, J.I. Hudson : Body Dysmorphic
Disorder:30 Cases of Imagined Ugliness. Am J Psychiatry 150:303,1993)

Adapun bentuk-bentuk perilaku yang mengindikasikan Body Dysmorphic


Disorder (BDD) (menurut Watkins, 2006; Thompson, 2002; Wikipedia, 2006;
Weinshenker, 2001; dan David Veale) adalah sebagai berikut:
Secara berkala mengamati bentuk penampilan lebih dari satu jam per hari atau
menghindari sesuatu yang dapat memperlihatkan penampilan, seperti melalui
cermin atau kamera.
Mengukur atau menyentuh kekurangan yang dirasakannya secara berulang-ulang.
Meminta pendapat yang dapat mengukuhkan penampilan setiap saat.
Mengkamuflasekan kekurangan fisik yang
dirasakannya. Menghindari situasi dan hubungan sosial.
Mempunyai sikap obsesi terhadap selebritis atau model yang mempengaruhi
idealitas penampilan fisiknya.
Berpikir untuk melakukan operasi plastik.
Selalu tidak puas dengan diagnosis dermatologist atau ahli bedah plastik.
Mengubah-ubah gaya dan model rambut untuk menutupi kekurangan yang
dirasakannya.
Mengubah warna kulit yang diharapkan memberi kepuasan pada penampilan.
Berdiet secara ketat dengan kepuasan tanpa akhir.
Weinshenker (2001) menyatakan bahwa diagnosis gangguan kecemasan, rasa
malu dan juga depresi seringkali merupakan suatu konsekuensi dari gangguan ini dan
pasien mungkin juga memiliki sifat gangguan kepribadian obsesif-komplusif, skizoid
dan narsistik

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS


Onset gangguan dismorfik tubuh biasanya bertahap. Orang yang terkena
mungkin akan mengalami peningkatan permasalahan tentang bagian tubuh tertentu
sampai orang mengetahui bahawa fungsinya terpengaruh oleh permesalahan. Pada
saat itu orang mungkin akan mencari bantuan medis atau bedah plastik untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Tingkat keprihatinan tentang masalah
mungkin hilang dan timbul dengan berjalannya waktu, walaupun gangguan dismorfik
tubuh biasanya merupakan suatu gangguan kronis jika dibiarkan tidak diobati.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien gangguan dismorfik tubuh dengan prosedur bedah,
dermatologis, dental dan prosedur medis lainnya untuk menyelesaikan defek yang
dideritanya hampir selalu tidak mendapatkan hasil. Adapun obat tetrasiklik, inhibitor
monamin oksidase, dan pimozide telah dilaporkan berguna pada kasus individual, dan
semakin banyak data yang menyatakan bahwa obat spesifik serotonin sebagai
contoh : clomipramine (Anafranil) dan fluoxetine (Prozac) dapat efektif dalam
menurunkan gejala sekurang-kurangnya 50% pasien. Pada tiap pasien dengan
gangguan mental penyerta, seperti gangguan depresif atau ganggauan kecemasan,
maka gangguan penyerta harus diobati dengan farmakoterapi dan psikoterapi yang
sesuai. Berapa lamanya pengobatan harus dilanjutkan jika gejala gangguan dismorfik
tubuh telah menghilang masih belum diketahui.

Gambar 3. Algoritma Penatalaksanaan Gangguan Dismorfik Tubuh

Anda mungkin juga menyukai