EPIDEMIOLOGI
Gangguan dismorfik tubuh adalah keadaan yang sediki dipelajari sebagian
karena pasien lebih cenderung pegi ke dermatologis, interni, atau ahli bedah plastik
daripada pergi ke psikiater. Satu studi pada satu kelompok mahasiswa perguruan
tinggi menemukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa sedikitnya memiliki beberapa
preokupasi terhadap aspek tertentu penampilan mereka dan pada 25% mahasiswa,
permasalahan tersebut memiliki sekurangnya mempengaruhi secara bermakna pada
perasaan dan fungsi mereka. Walaupun 25% jelas merupakan suatu perkiraan yang
berlebihan (overestimate), gangguan dismorfik tubuh atau suatu varian subsindromal
mungkin sering ditemukan. Penelitian lain pada pasien yang datang ke klinik bedah
plastik menemukan bahwa hanya 2% pasien tersebut memenuhi kriteria diagnostik,
jadi yang menyatakan bahwa pasien dengan kriteria diagnostik lengkap mungkin
sangat jarang ditemukan.
Data yang ada menyatakan bahwa usia yangpaling sering untuk onset
terjadinya gangguan dismorfik tubuh adalah antara 15 dan 20 tahun, dan wanita agak
lebih sering terkena dibandingkan laki-laki. Pasien yang terkena juga kemungkinan
tidak menikah. Gangguan dismorfik tubuh sering kali ditemukan bersama-sama
dengan gangguan mental lainnya. Satu penelitian menemukan bahwa lebih dari 90%
pasien dengan gangguan dismorfik tubuh pernah mengalami depresif berat didalam
hidupnya; kira-kira 70% pernah mengalami suatu gangguan kecemasan dan kira-kira
30% pernah menderita suatu gangguan psikotik.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan dismorfik tubuh saat ini masih tidak diketahui. Komoriditas
yang tinggi dengan gangguan depresif, riwayat keluarga adanya gangguan mood dan
gangguan obsesif-komplusif yang lebih tinggi daripada yang diharapkan, dan
responsivitas gangguan yang dilaporkan terhadap obat spesifik serotonin menyatakan
bahwa, sekurangnya pada beberapa pasien, patofisiologi gangguan yang terjadi
mungkin melibatkan serotonin dan mungkin berhbungan dengan gangguan mental
lainnya. Mungkin juga dapat terpengaruh kultural atau sosial yang bermakna pada
pasien dengan gangguan dismorfik tubuh karena penekanan konsep tentang
kecantikan yang sterotipik yang mungkin ditekankan pada keluarga tertentu dan
didalam sebagian besar kultur. Didalam odel psikodinamika, gangguan dismorfik tubuh
dipandang sebagai pengalihan konflik seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh
yang tidak berhubungan. Asosiasi tersebut terjai melalui mekanisme pertahanan
represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi dan proyeksi.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan dismorfik tubuh mengharuskan
suatu preokupasi dengan kecacatan dalam penampilan yang tidak nyata (dikhayalkan)
atau penekanan yang berlebihan (overemphasis) terhadap kecacatan ringan.
Preokupasi menyebabkan penderitaan emosional pada pasien atau jelas mengganggu
kemampuan pasien untuk berfungsi dalam bidang yang penting.
Lokasi Defek yang Dibayangkan pada 30 Pasien dengan Gangguan Dismorfik Tubuh
Lokasi N %
Rambut 19 63
Hidung 15 50
Kulit 15 50
Mata 8 27
Kepala,wajah 6 20
Seluruh bentuk tubuh, struktur 6 20
Tulang
Bibir 5 17
Dagu 5 17
Lambung, pinggang 5 17
Gigi 4 13
Tungkai, Lutut 4 13
Payudara, Otot pektoralis 3 10
Wajah buruk (umum) 3 10
Telinga 2 7
Pipi 2 7
Bokong 2 7
Penis 2 7
Lengan,pergelangan tangan 2 7
Leher 1 3
Dahi 1 3
Otot-otot wajah 1 3
Bahu 1 3
Pinggul 1 3
*aTotal adalah lebih dari 100%karena sebagaian pasien memiliki "defek" pada lebih dari
satu tempat
*bTermasuk rambut kepala pada 15 kasus, pertumbuhan jenggot pada dua kasus, dan
rambut tubuh laim pada tiga kasus
*cTermasuk Jerawat pada tujuh kasus, garis wajah pada tiga kasus, dan termasuk
masalah kulit lain pada tujuh kasus
* dTermasuk masalah bentuk pada lima kasus dan ukursn pada satu kasus
(K.A. Phillips,S.L. McElroy,P.E.Keck Jr., H.G.Pope, J.I. Hudson : Body Dysmorphic
Disorder:30 Cases of Imagined Ugliness. Am J Psychiatry 150:303,1993)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien gangguan dismorfik tubuh dengan prosedur bedah,
dermatologis, dental dan prosedur medis lainnya untuk menyelesaikan defek yang
dideritanya hampir selalu tidak mendapatkan hasil. Adapun obat tetrasiklik, inhibitor
monamin oksidase, dan pimozide telah dilaporkan berguna pada kasus individual, dan
semakin banyak data yang menyatakan bahwa obat spesifik serotonin sebagai
contoh : clomipramine (Anafranil) dan fluoxetine (Prozac) dapat efektif dalam
menurunkan gejala sekurang-kurangnya 50% pasien. Pada tiap pasien dengan
gangguan mental penyerta, seperti gangguan depresif atau ganggauan kecemasan,
maka gangguan penyerta harus diobati dengan farmakoterapi dan psikoterapi yang
sesuai. Berapa lamanya pengobatan harus dilanjutkan jika gejala gangguan dismorfik
tubuh telah menghilang masih belum diketahui.