Anda di halaman 1dari 3

Gangguan Somatisasi

Gangguan somatisasi merepresentasikan bentuk ekstrim dari gangguan somatoform


dimana gejala multipel yang melibatkan berbagai sistem organ tidak dapat dijelaskan
secara medis. 2
Beberapa bentuk kronis dari proses somatisasi tidak dapat memenuhi kriteria
gangguan somatisasi, sehingga dimasukkan dalam kategori gangguan
somatoform tidak terinci (lihat bab selanjutnya).
> Prevalensi gangguan somatisasi adalah sebagai berikut :
Prevalensi sepanjang hidup 0,2-2% pada wanita dan 0,2% pada pria. Rasio
wanita : pria adalah 5:1. Onset biasanya dimulai saat remaja
Adanya asosiasi antara sexual abuse dengan gangguan somatisasi. Pada pasien-
pasien semacam ini gejala umumnya berupa nyeri pelvik kronik dan gangguan
gastrointestinal fungsional
> Etiologi gangguan somatisasi adalah sebagai berikut :
● Faktor Psikososial
Penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui. Secara psikososial gejala
gangguan ini merupakan bentuk komunikasi sosial yang bertujuan untuk
menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau menyimpulkan
perasaan. Pengajaran orang tua, contoh orang tua, dan budaya dapat
mengakibatkan pasien terbiasa menggunakan somatisasi.1
● Faktor Biologis
Transmisi genetik yang berperan dalam gangguan somatisasi terjadi pada 10-
20% wanita turunan pertama sedangkan saudara laki-lakinya cenderung
menjadi penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial. Pada
kembar monozigot transmisi terjadi 29% sedangkan dizigot 10%. 1
> Presentasi Klinis
Pasien yang memiliki gangguan somatisasi datang dengan keluhan somatik yang
banyak serta riwayat yang rumit. Bahkan terkadang pasien sudah melakukan
pemeriksaan dengan alat-alat canggih. Gejala umum yang dikeluhkan adalah
mual, muntah, sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek,
amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Pasien beranggapan ia sakit
sepanjang hidupnya. Sering terdapat gejala neurologik seperti gangguan
keseimbangan, merasa ada gumpalan di tenggorokan, afonia, retensi urin, hilang
modalitas sensorik raba dan nyeri, buta, bangkitan, hilang kesadaran bukan
karena pingsan. 1
Pasien merasa menderita dan sering mengalami depresi serta kecemasan.
Ancaman bunuh diri sering dilaporkan namun angka bunuh diri aktual sangat
jarang. Pasien gangguan somatisasi biasanya tampak mandiri, terpusat pada
diri, haus penghargaan, serta manipulatif.
Menurut DSM-IV-TR, gangguan somatisasi memiliki kriteria diagnosis sebagai
berikut1,2,3,4:
● Riwayat gejala fisik yang banyak (atau suatu keyakinan bahwa dirinya sakit)
yang mulai sebelum usia 30 tahun, berlangsung selama beberapa tahun, dan
mengakibatkan perilaku mencari pertolongan medis (”medical seeking
behavior”) atau hendaya yang bermakna.
● Kombinasi dari gejala-gejala yang tidak terjelaskan, yang terjadi kapanpun
selama perjalanan dari gangguan, yang semuanya harus dipenuhi. Gejala-gejala
yang dimaksud antara lain:
○ 4 gejala nyeri (melibatkan minimal 4 lokasi atau fungsi yang berbeda
meliputi kepala dan leher, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada,
rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, dan saat berkemih)
○ 2 gejala gastrointestinal selain nyeri (meliputi mual, kembung, muntah,
diare, dan intoleransi makanan)
○ Satu gejala seksual (kehilangan keinginan seksual, disfungsi seksual,
mens ireguler, perdarahan mens yang berlebihan, muntah-muntah selama
hamil)
○ Satu gejala pseudoneurologik yang bukan nyeri (meliputi gangguan
keseimbangan, kelemahan, kesulitan menelan, afonia, retensi urin,
halusinasi, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, disosiasi, dan
kehilangan kesadaran)
● Gejala-gejala tersebut bukanlah akibat gangguan kondisi medis, ataupun
kalau terdapat gangguan kondisi medis, gejala dan efeknya pada pasien
melebihi dari apa yang biasanya dapat disebabkan gangguan kondisi medis
tersebut.
● Gejala-gejala tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat secara sengaja atau
berpura-pura
> Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit gangguan somatisasi bersifat kronik. Diagnosis biasanya
ditegakkan sebelum usia 25 tahun, namun gejala awal sudah dimulai saat
remaja. Masalah menstruasi merupakan gejala paling dini yang muncul pada
wanita. Keluhan seksual sering berkaitan dengan perselisihan dalam
perkawinan. Periode keluhan yang ringan 6-9 bulan, sedangkan yang berat 9-12
bulan. Biasanya pasien sudah memulai mencari pertolongan medis sebelum 1
tahun.
> Tatalaksana
● Pendekatan untuk tatalaksana gangguan somatisasi harus bersifat realistis
dan berfokus pada care dan bukan cure.
● Beberapa poin klinis yang bermanfaat, berdasarkan asumsi bahwa adanya
kebutuhan psikologis yang merupakan penyebab mendasar dari gangguan
somatisasi:
○ Pasien tidak selalu mencari kesembuhan tetapi mungkin menginginkan
adanya relasi dengan praktisi
○ Pasien ingin dokter mengakui bahwa dirinya sakit
○ Berikan reassurance (dukungan) secara lambat dan berhati-hati. Pasien
seringkali tidak suka dan menolak (resisten) dengan pernyataan-
pernyataan bahwa dirinya tidak sakit, bahwa gejalanya bersumber dari
emosi/psikis.
○ Hindari dikotomi tubuh-pikiran dalam menginterpretasikan gejala
○ Tunjukkan kepedulian pada distress pasien dan tunjukkan keinginan
untuk menolong
○ Hindari penjelasan prematur mengenai hubungan antara gejala fisik dan
fenomena psikologis. Lakukan penjelasan secara bertahap yang membuat
pasien mengerti dan menganggapnya serius. Hindari saran-saran yang
menyatakan bahwa segala masalah terletak dalam “kepala” pasien
● Targetkan optimalisasi fungsi
○ Usahakan untuk mengerti sumber stres dan sarana coping, serta
tetapkan target untuk perilaku adaptasi yang lebih baik
○ Tanamkan agar pola perilaku dan komunikasi pasien jangan
seperti orang sakit terus menerus. Kapan saja bila memungkinkan,
bicarakan hal-hal lain dan diskusikanlah selain daripada gejala fisik
○ Ajarkan bahwa adanya relasi erat antara tubuh, otak, dan pikiran
dengan menggunakan contoh-contoh sederhana yang bisa diterima
pasien (muka memerah bila merasa malu, mulut kering bila
berbicara di depan umum, sesak dan jantung berdegup cepat bila
cemas, sakit kepala bila tegang)
● Buat jadwal pertemuan terencana, misalnya 1 bulan sekali
● Batasi penggunaan alat diagnostik dan obat-obatan. Beberapa pemeriksaan
fisik yang terfokus dan pemeriksaan lab yang kadang-kadang saja sifatnya.
Tanda (sign) harus lebih diandalkan daripada gejala (symptoms)
● Terapi kelompok dan terapi kognitif-perilaku dapat bermanfaat
● Belum terdapat psikofarmaka yang efektif untuk mengatasi gejala gangguan
somatisasi, dan hanya dianjurkam bila terbukti ada komorbid gangguan
psikiatris lainnya.
> Prognosis
Gangguan somatisasi cenderung bersifat kronis dan berfluktuasi. Remisi total
jarang tercapai. Dengan tatalaksana yang tepat maka distress dapat dikurangi
namun tidak dapat sama sekali dihilangkan.

Anda mungkin juga menyukai