Anda di halaman 1dari 4

Gangguan Nyeri

1. Definisi

Menurut DSM-IV gangguan nyeri adalah nyeri yang merupakan


keluhan utama dan menjadi fokus perhatian klinis. Faktor psikologislah yang
berperan dalam pengalaman nyeri pasien dan perilaku mencari pertolongan
medis.

2. Epidemiologi

Sekitar 7 juta orang di Amerika mengeluhkan hendaya akibat nyeri


pinggang bawah. Gejala nyeri sendiri merupakan gejala paling umum yang
akan dijumpai dalam praktek kedokteran. Waspadai keluhan nyeri akibat
ketergantungan opioid dan benzodiazepine iatrogenik. Nyeri kronik biasanya
dikaitkan dengan gejala depresi berat (25-50%) atau dystimia (60-100%).

3. Etiologi
a. Faktor Psikodinamik
 Bentuk ekspresi konflik intrapsikis secara simbolik melalui
tubuh.
 Pasien dengan aleksitimia tidak mampu mengekspresikan
perasaannya secara verbal sehingga menggunakan tubuh
untuk mengekspresikannya.
 Beberapa orang menganggap luka emosional sebagai
kelemahan sehingga memindahkan (displacing) masalah
pada tubuh.
 Bisa juga sebagai bentuk penebusan terhadap rasa berdosa
atau bersalah.
 Cara untuk mencari cinta
b. Faktor perilaku

Perilaku nyeri diperkuat ketika pasien dihargai atau


dicemaskan dan dihambat ketika pasien diabaikan.
c. Faktor interpersonal

Nyeri yang sulit diobati dapat menjadi sarana untuk


memanipulasi hubungan interpersonal, misalnya memastikan
kesetiaan pasangan untuk mempertahankan perkawinan yang rapuh

d. Faktor Biologis

Defisiensi endorfin dapat menjadi penyebab. Demikian


juga pada pasien dengan kelainan struktur limbik dan sensorik,
abnormalitas tersebut dapat menjadi faktor predisposisi.

4. Gambaran klinis

Pasien dengan gangguan nyeri akan datang dengan keluhan utama


nyeri di berbagai lokasi biasanya nyeri pinggang bawah, nyeri kepala, nyeri
fasial atipikial. Pasien umumnya punya riwayat panjang perawatan medis
dan pembedahan. Banyak yang mengunjungi beberapa dokter, meminta obat
dalam jumlah besar, bahkan mendesak pembedahan.

5. Kriteria Diagnosis

Berdasarkan DSM-IV:

a) Nyeri pada satu tempat atau lebih yang menjadi fokus utama dan
cukup berat untuk menjadi perhatian klinis.
b) Nyeri menyebabkan penderitaan klinis bermakna atau hendaya
dalam bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
c) Faktor psikologis berperan penting dalam awitan, keparahan,
eksaserbasi, atau bertahannya nyeri.
d) Gejala atau defisit tidak dibuat dengan sengaja atau berpura-pura.
e) Nyeri tidak dapat dijelaskan sebagai akibat gangguan mood,
cemas, atau psikotik, dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Beri kode sebagai berikut :

 Gangguan nyeri berasosisasi dengan faktor psikologis :


dimana faktor psikologis dinilai mempunya peranan dalam
awitan, keparahan, eksaserbasi, atau bertahannya nyeri.
Bilamana ada gangguan medis umum hal tersebut dinilai
tidak berperan dalam gejala nyeri yang ditimbulkan.
 Gangguan nyeri berasosiasi baik dengan faktor psikologis
maupun kondisi medik umum. Gangguan medis umum
yang dimaksud perlu dicantumkan pada Axis III pada
bagan diagnosis multiaksial.

Selanjutnya juga perlu digolongkan apakah berdasarkan perjalanannya


gangguan nyeri ini bersifat akut atau kronik, dengan kriteria akut < 6 bulan
dan kronik 6 bulan atau lebih.

6. Perjalanan Klinis

Nyeri muncul secara tiba-tiba dan derajat keparahan meningkat dalam


beberapa minggu atau bulan

7. Tatalaksana
1) Kenali dan tangani semua gangguan medis umum yang mungkin
berkontribusi terhadap gejala nyeri.
2) Seperti pada gangguan somatisasi dan hipokondriasis, target
tatalaksana bukanlah kesembuhan melainkan perawatan, sebab
tidak mungkin menghilangkan nyeri.
3) Terapis perlu mendiskusikan sejak awal bahwa sumber nyeri
pasien adalah psikogenik, menjelaskan berbagai sirkuit dalam otak
yang terlibat dengan emosi seperti sistem limbik akan
mempengaruhi sensorik. Namun terapis harus memahami bahwa
nyeri yang dialami pasien sebagai sesuatu yang nyata.
4) Klinik nyeri (pain clinic) dengan pendekatan multidisipliner sering
bermanfaat, sekaligus menunjukkan pada pasien bahwa
penderitaan mereka ditangani secara serius.
5) Terapi perilaku yang membimbing pasien untuk menerima rasa
nyeri dan mengoptimalisasi fungsi mereka walaupun tetap ada rasa
nyeri.
6) Farmakoterapi yang dapat menolong adalah golongan antidepresan
trisiklik dan SSRI. Golongan analgetik, sedatif, dan anticemas
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan ketergantungan dan
memperparah gejala.
8. Prognosis

Prognosis umumnya kronik dan pada akhirnya menimbulkan


penderitaan dan ketidakberdayaan.

DAFTAR PUSTAKA:

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit
FKUI : Jakarta. 2010

Anda mungkin juga menyukai