TINJAUAN PUSTAKA
karena adanya dua motif yaitu (1) perbedaan sumberdaya dan teknologi tiap
negara, dan (2) untuk mencapai skala ekonomis, yang mengarah pada tujuan
Untuk mendapatkan manfaat perdagangan atau gain from trade (Krugman dan
@encerminkan interaksi dari kedua motif tersebut menjadi awal bagi David
can teknologi yang dimiliki oleh tiap negara menciptakan keunggulan bagi negara
dua negara akan memberikan keuntungan jika tiap negara mengekspor komoditi
nDj D
tin kemungkinan produksi ditentukan oleh alokasi dari satu sumberdaya yaitu tenaga
n j Dns
ja
ua
n kerja antar sektor sehingga biaya oportunitas diukur dari produktivitas tenaga
” kerja yang dicurahkan pada tiap sektor. Tenaga kerja tersebut diasumsikan
dapat ditransfer dari sektor yang relatif tidak efisien kepada sektor yang relatif
lebih efisien. Asumsi pada model ini mengimplikasikan bahwa tidak hanya semua
12
Ada dua alasan mengapa perdagangan internasional memiliki efek kuat pada
istribusi pendapatan yaitu (1) sumberdaya tidak dapat dipindahkan dengan tepat
dan tanpa biaya dari satu sektor ke sektor Iain, dan (2) tiap sektor berbeda alam
internasional adalah Model Faktor Spesifik. Model ini dikembangkan oleh Paul
dua sektor tersebut. Model faktor spesifik juga mengasumsikan adanya faktor
§ produksi lain disamping tenaga kerja yang merupakan faktor produksi spesifik
manufaktur dan pangan, dengan tiga faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal
dan lahan. Manufaktur men,qgunakan faktor produksi modal dan tenaga kerja
faktor produksi lahan dan tenaga kerja (tanpa modal). Pada kasus tersebut,
13
tenaga kerja disebut mobf/e factor yang dapat digunakan di tiap sektor
sementara modal dan lahan disebut specific factor yang dapat digunakan
faktor
yang dapat berpindah antar sektor dan faktor spesifik untuk penggunaan
sementara faktor spesifik pada sektor-sektor impor dirugikan, dilain pihak untuk
faktor mobile yang dapat berpindah pada tiap sektor memiliki dua
XS Sm
Dx Sx
Dm
QS Qe 0
Eksportir Dunia
yang sama. Proses perdagangan antar negara terjadi jika ada perbedaan
harga jika kondisi autarki. Misalnya harga di negara eksportir adalah Px jika
harga Px, jika harga dinaikkan menjadi Px’ maka terjadi kelebihan penawaran
H
a
b sebesar qs - qd yang membentuk kurva penawaran ekspor (XS). Demikian
Ci
pt
a seterusnya apabila harga terus meningkat maka jumlah penawaran ekspor
Di juga meningkat.
lin
d
u Gambar 1c menjelaskan kondisi keseimbangan harga di negara importir
n
g
Ui
imana harga keseimbangan adalah Pm, jika harga diturunkan pada Pm' maka
-
n permintaan domestik meningkat sementara penawaran domestik berkurang.
d
a 3
n Konsekuensinya adalah kelebihan permintaan sebesar Qd —Os yang menjadi
Awal terbentuknya kurva permintaan impor (MD). Sebaliknya yka harga naik
urva penawaran ekspor dan kurva permintaan impor. Selama harga dunia yang
erbentuk lebih tinggi dari harga domestik eksportir maka jumlah ekspor adalah
asumsi tidak ada disorsi perdagangan maka volume ekspor makin banyak,
hal ini
terjadi, makin rendah harga dunia dengan asumsi tidak ada distorsi
§ negatif. Harga dunia terjadi pada perpotongan kurva penawaran ekspor (XS) dan
kurva permintaan impor (MD) yaitu Pw, sedangkan volume perdagangan (Qw)
sama dengan kelebihan penawaran eksportir dan atau kelebihan permintaan
pasar dunia. Distorsi perdagangan dilakukan dari dua sisi yaitu dari sisi
eksportir x
c
can sisi importir.
untuk mencapai tujuan yang bervariasi dan terkadang timbul konflik tujuan,
•mdapun tujuan tersebut misalnya : harga bahan baku dan pangan yang murah
kebijakan
tinj dengan asumsi hal Iain konstan. Analisis pada sektor spesifik lebih ditekankan
au
u
sa
na pada harga, produksi, pendapatan dan efek-efek dari kebijakan perdagangan
tu
yang dilakukan. Kelebihan model ini adalah sederhana untuk dipahami dan
kebijakan.
17
Negara yaitu negara eksportir dan importir, (2) tarif impor adalah tarif spesifik,
can (3) negara importir adalah negara besar dalam perdagangan artinya volume
impor dapat mempengaruhi harga. Secara grafis efek ekonomi tarif impor dapat
Dx Sx xs Sm
Pw’-r
Pw .
Pw 1,: 3
MD
Dm
MD-t
0
qd qd’ qs’ qs Qw’ Qw >O Q
C QsQs ad Qd
Eksportir Dunia
lM{DOFtlr
lebih tinggi sehingga pada Gambar 2b kurva permintaan impor (MD) bergeser
paralel ke bawah dengan jarak vertikal sebesar tarif. Harga dunia yang terbentuk
adalah Pw' (mengalami penurunan). Pada sisi importir (Gambar 2c) harga yang
domestik importir menyebabkan volume impor turun menjadi Qd’-Qs’. Pada sisi
berkurang, demikian pula halnya volume ekspor di negara eksportir turun karena
lonsumsi domestik. Efek lain kebijakan tarif impor adalah adanya penerimaan
penawaran ekspor (XS), jika XS elastis maka daerah (b+d) makin besar dari (e)
Pembatasan impor
gkan industrinya, hal ini hanya bermanfaat untuk tujuan jangka pendek karena berdampak pada inefisiensi penggunaan sumber daya. D
impor dengan asumsi (1) ada dua negara yaitu negara eksportir dan
negaraimporter,dan negaraimportiradalahnegarabesar,dapat
Dx Sx XS Sm
Pq
Pw
MD’ MD Dm
Eksportir
Dunia Importir
permintaan impor (MD) menjadi kurva patah (MD’) sehingga harga dunia yang
terbentuk adalah Pw’, pada harga tersebut, volume penawaran ekspor berkurang
H
a
b menjadi qs’-qd’ (Gambar 3a). Namun pada sisi importir (3c) kekurangan komoditi
Ci
pt
a akibat pembatasan impor ditutupi dengan menambah produksi domestik
1+2+3+4).
lebih kecil dari kerugian (2+3+4) artinya manfaat yang diterima importir tidak bisa
terdapat dua negara yaitu eksportir dan importir, dan (2) negara eksportir adalah
(a
Dx
Dx XS Sm
Pw
MD
Dm
”0 Qw’ Qw Qs Qs Qd’Qd
qd qd’ qs Eksportir
Dunia Importir
Pada sisi eksportir, jika daerah (e) lebih besar dari daerah (d) maka
dan pemegang kuota akan mendapat keuntungan dari perdagangan. Pada sisi
pajak ekspor
Tal ini menyebabkan harga yang diterima produsen domestik menjadi lebih
¿rendah dari harga dunia sebesar pajak yang ditetapkan (Grennes, 1984).
dapat
ekspor sejajar ke kiri atas (berkurang) sebesar pajak, akibatnya adalah harga
dunia meningkat menjadi Pw’ (Gambar 5b). Peningkatan harga dunia pada sisi
tinj bergerak sepanjang kurva ke kiri atas artinya terjadi pengurangan volume
au
as
nu impor menjadi Qd’-Qs’.
at
Penurunan volume perdagangan sama artinya dengan penurunan volume
m
as
ala ekspor sehingga pada sisi eksportir harga yang diterima produsen domestik
h.
setelah pajak adalah pw’-t yaitu lebih rendah dari harga dunia sehingga
produsen
23
H
a
b
Ci
pt Dx XS Sm
a
Di Pw
lin
d
::Pw
u
n
g
Ui
-
n
d
a
n
permintaan dan penawaran. Untuk tingkat pajak tertentu, jika f lebih besar dari
data time series mengasumsikan bahwa data yang digunakan adalah stasioner
000). Suatu data time series dikatakan stasioner apabila memenuhi kriteria
Kondisi yang memenuhi ketiga kriteria tersebut disebut juga "weak stationary”
memenuhi salah satu atau lebih kriteria tersebut. Konsekuensi dari meregresi
ketelitian dalam analisis regresi karena hampir selalu studi-studi empiris ekonomi
su
memuat variabel nonstasioner (trending variable) seperti pendapatan, konsumsi,
at
u permintaan uang, tingkat harga, aliran perdagangan dan nilai tukar. Data time
m
as series ekonomi cenderung menunjukkan proses stokastik (random walk)
al
ah
25
dimana :
§, = Konstan drift
§=1
u/= error
Suatu variabel (Yr) dikatakan memiliki unit root jika koefisien § = 1, lebih
elasnya Yt yang dicirikan dengan memiliki unit root dan drift (random walk with rft)
eterminasi (R2) yang tinggi namun hanya karena adanya trend, sementara variabel
Memiliki arti (meaningless) dalam interpretasi ekonomi. Jadi level stasioner data
time series dapat dideteksi apabila data tersebut mengandung unit root. Uji
Dickey Fuller (DF) dan Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat digunakan untuk
tujuan tersebut.
sebagai berikut :
variabel in level karena masalah spurious sehingga perlu lag satu periode
menjadi
26
(2.3)
rusial pada solusi ini adalah (1) terjadi autokorelasi pada eror ve = ‹ - It-1
osehingga sulit dalam proses estimasi (2) mengabaikan informasi jangka panjang
hubungan antar variabel in level hilang). Solusi ini menjadi tidak relevan untuk
dimana kriteria jangka panjang dari model selalu diperhitungkan. Sementara itu
jangka panjang antar variabel in level. Untuk itu solusi first difference diabaikan
untuk menganalisis isu-isu jangka panjang dan solusi Error Correction menjadi
“general to specific” yaitu dari reduced form yang bersifat umum ke persamaan
ECM.
H
a
k 1 - (b1 b2)**
ci
p Parameter yang muncul dalam ECM memiliki interpretasi yang jelas
m
ta
ili dimana k merupakan parameter kecepatan menyesuaikan (adjustment) untuk
k
IP
mencapai keseimbangan, b, adalah hubungan jangka pendek yang
(I
n mencerminkan respon segera (immediate) dari variabel Yt terhadap
st
it
ut perubahan variabel Xt sehingga disebut juga elastisitas jangka pendek.
P
er
Sementara pm dan 01 menunjukkan hubungan jangka panjang variabel Ym
ta
ni dan Xt.
a
B
Selain syarat data nonstasioner pada data time series, persamaan
ECM terdapat kombinasi linear variabel yang nonstasioner yaitu (YOU - /0 - 1 t-1)
- I(0). Kombinasi linear ini disebut kointegrasi. Konsep kointegrasi pertama kali
g ECM. Kointegrasi berarti bahwa meskipun suatu variabel yang secara individu
• nonstasioner namun kombinasi linear antara dua atau lebih variabel tersebut
(parameter
kesalahan dilakukan pada model tersebut. Kombinasi linear dalam ECM harus
vi • < P‹ • 1Xt-1 error <0 dikoreksi oleh (-k) sehingga naik menuju
keseimbangan
Yt-1› po + 1Xt-1 error >0 dikoreksi oleh (-k) sehingga turun menuju
keseimbangan.
diaplikasikan untuk mencapai beberapa tujuan yaitu (1) pengendalian laju inflasi
pasokan minyak sawit kasar di dalam negeri melalui pembatasan ekspor untuk
mencapai tujuan tersebut adalah (1) penetapan pajak ekspor, (2) penetapan
cadangan penyangga minyak sawit kasar, dan (4) pelarangan ekspor. lnstrumen
kebijakan yang sangat populer dan banyak menimbulkan kontroversi antar pihak-
pihak yang berkepentingan adalah pajak ekspor (tax expod) dan pelarangan
minyak sawit kasar selama empat bulan. Hal ini disebabkan selama tahun 1997
H sebanyak mungkin minyak sawit produksinya sebagai respon dari devaluasi nilai
a
k rupiah dan tingginya harga minyak sawit kasar di pasar dunia. lmplikasinya
ci
p
m adalah kurangnya pasokan dalam negeri diiringi dengan peningkatan harga di
ta
ili
k
pasar domestik. Untuk itu, pada April 1998 melalui SK Menperindag
IP
No.181/MPP/Kept/4/1998 dan juga sesuai dengan isi memorandum tambahan
(I
n
st
yang dicapai pemerintah Indonesia dengan Dana Moneter Internasional (IMF)
it
ut maka pelarangan ekspor diganti dengan pajak ekspor sebesar 40 persen
P
er
sebagai usaha untuk menormalkan harga domestik. Pajak ekspor ditetapkan dari
ta
ni selisih antara target harga yang ditentukan pemerintah dengan harga ekspor
a
B
aktual. Sejak April 1998, pajak ekspor meningkat dan secara beransur-ansur
vertikal maupun horizontal dalam suatu industri, misalnya studi yang dilakukan
oleh Djaenudin (2000) dan Zulkifli (2000) menganalisa minyak sawit kasar dalam
H subindustri minyak goreng sawit. Sedangkan studi yang dilakukan oleh Purwanto
a
k
ci
(2002) menganalisa minyak sawit kasar sebagai bagian horizontal dari minyak
pt
a nabati. Selain itu studi mengenai permintaan dan penawaran pasar minyak sawit
m
ili
kI juga dilakukan oleh Suryana (1986), Susilowati (1989) serta Manurung (1993).
P
Suryana (1986) menggunakan model Almost Ideal Demand System
(I
n
st (AIDS) dengan periode analisis 1964-1983 menyimpulkan bahwa permintaan
it
P
minyak sawit bersifat inelastis terhadap harga di pasar Jepang, Indonesia,
er
ta Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan Malaysia namun elastis untuk pasar
ni
a
B Amerika. Analisis permintaan dalam perdagangan dilakukan dengan
n
o menggunakan model Armington yaitu teori permintaan untuk komoditi-komoditi
yang dibedakan menurut negara asalnya. Model ini memperlihatkan bahwa untuk
produk yang sama yang dihasilkan oleh negara-negara eksportir memiliki pangsa
* Meskipun harga yang ditawarkan produk suatu negara lebih rendah, tidak akan
g merebut pangsa ekspor produk negara lain. Berdasarkan hasil pengujian sifat
n j Dns
• dibedakan menurut negara asalnya namun tidak berlaku untuk minyak sawit
produksi malaysia dan Indonesia artinya terdapat daya substitusi untuk produk
dua negara tersebut. Permintaan minyak sawit untuk pasar Amerika tidak
31
pasar minyak sawit Indonesia. Studi ini mendisagregasi konsumen utama minyak
sawit yaitu Amerika Serikat, MEE dan Jepang, sedangkan produsen utama
adalah Malaysia dan Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
H
dan penawaran ekspor produsen utama. Hasil yang diperoleh menyimpulkan
ak
ci bahwa permintaan impor minyak sawit Amerika, Jepang dan MEE bersifat
p
m
ta inelastis, sementara perubahan harga minyak sawit Malaysia berpengaruh kuat
ili
k pada penawaran ekspor minyak sawit Indonesia.
IP
B
Studi yang dilakukan oleh Manurung (1993) lebih terfokus pada dampak
(I
n kebijakan-kebijakan pemerintah dan faktor ekonomi eksternal dalam
st
it
ut perdagangan minyak sawit terhadap perubahan kesejahteraan. Sistem
elastis untuk Amerika dan lnelastis untuk Eropa. Pada sisi kebijakan
diketahui
bahwa impor minyak sawit Eropa dan Amerika responsif terhadap kebijakan
efektif jika harga di pasar internasional lebih tinggi dari pasar domestik, demikian
pula dengan penetapan pajak ekspor 5 persen hanya akan mengurangi devisa.
domestik.
sawit kasar sebagai bahan baku minyak goreng sawit. Dengan menggunakan
3
y_ sistem persamaan simultan dan metode pendugaan 2SLS, penelitian ini
minyak goreng sawit maupun harga minyak sawit kasar, (2) ekspor minyak sawit
kasar tidak responsif terhadap harga ekspor minyak sawit kasar, harga minyak
goreng sawit dan nilai tukar dalam jangka pendek dan jangka panjang namun
respon terhadap produksi minyak sawit kasar, dan (3) harga ekspor minyak sawit
kasar respon terhadap harga dunia minyak sawit dalam jangka panjang dan tidak
perilaku ekspor minyak sawit yaitu : (1) perilaku ekspor minyak sawit kasar
* Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan produksi dan pajak ekspor, hal
ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Djaenudin (2000), (2) perilaku
*. ekspor minyak sawit Malaysia dipengaruhi oleh produksi dan stok minyak sawit,
O lag harga dan lag nilai tukar sangat mempengaruhi ekspor pada tahun berjalan
karena Malaysia melakukan Forward Trading, (3) perilaku impor minyak sawit di
China, Pakistan dan Jepang elastis terhadap konsumsi dan inelastis terhadap
kenaikan pendapatan, dan (4) perilaku harga minyak sawit dunia menunjukkan
tin properti data time series yang digunakan terutama untuk data-data perdagangan
jo
uo dan beberapa variabel makro yang cenderung merupakan variabel trend.
su
no
tu Penelitian-penelitian sebelumnya tidak memperhatikan stasionaritas dari variabel-
ml
os sehin99a
variabel yang membangun model perdagangan minyak sawit
prasarat terhadap terhadap data sehingga lolos uji untuk suatu model
perdagangan minyak sawit Indonesia. Selain itu sebagian besar penelitian yang
telah dilakukan lebih menekankan pada produk minyak sawit kasar sehingga
relevan dengan kriteria ekonomi disamping dapat digunakan untuk validasi dan
° sistem persamaan simultan yang statis, namun pada kenyataannya model ini
' cenderung mengabaikan proses adjustmen yang terjadi dalam permintaan dan
dalam pasar komoditi pertanian adalah spesifikasi dinamis error correction model
35
dinamis yang mampu menangkap efek jangka pendek dan jangka panjang
perubahan harga dan pendapatan yang dapat digunakan untuk memprediksi dan
simulasi kebijakan. Model yang dibangun adalah untuk tujuh komoditi pertanian
yang diekspor dari negara-negara ASEAN ke Uni Eropa. Hasil studi menjelaskan
bahwa konsep kointegrasi dan ECM sesuai untuk studi mengenai trade flow
H
a
k komoditi pertanian, ECM mampu merepresentasikan proses menghasilkan data
ci
pt
a (data generating process) untuk arus komoditi pertanian dari negara-negara
m
ili ASEAN ke Uni Eropa. Selanjutnya studi ini juga menunjukkan pentingnya
kI
P
inspeksi pada properti data time series. Aplikasi ECM juga dilakukan dalam studi
(I
n Siregar (2003) yang secara khusus membahas pangsa sektor pertanian jangka
st
it
ut panjang dan dinamika ekspor pertanian untuk kasus komoditi pertanian
P Indonesia. Studi yang juga mengaplikasikan kointegrasi dan ECM dalam arus
er
ta
ni perdagangan yaitu studi yang dilakukan oleh Tambi (1999), studi ini menganalisa
a
B faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi coklat, kopi dan kapas di
Cameroon. Hasil studi ini bahwa ekspor coklat dan kopi ditentukan secara
model ECM sesuai untuk menangkap efek jangka panjang dan juga efek jangka
Untuk itu kombinasi model mengenai struktur perdagangan minyak sawit dengan
model ekonometrika ECM lebih lanjut akan diaplikasikan dalam penelitian yang
utama.