Tugas 2 Missie R W Joltuwu Tingkat 1 B
Tugas 2 Missie R W Joltuwu Tingkat 1 B
KETAHANAN KELUARGA
OLEH
TINGKAT: 1 B
NIM : PO530324019495
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
berjudul bentuk-bentuk kegiatan peningkatan keluarga.Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas yang diberihkan oleh dosen mata kuliah sekaligus untuk menambah
pengetahuan pembaca khususnya penulis mengenai bentuk-bentuk kegiatan peningkatan
keluarga
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Tentukan siapa yang akan menjadi petugas (pengumpul data dengan cara
wawancara)untuk bertanya ke keluarga. Untuk kelancaran dalam pengambilan data
maka enumerator harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
2. Memastikan siapa yang akan berwenang mengelola data, sehingga pada saat data
selesai dikumpulkan maka mekanismen pengumpulan data lebih sistematis.
c. Menganalisis data.
d. Menginterpretasikan data.
e. Menyusun dan menyampaikan laporan.
5. Tentukan siapa yang akan menjadi responden untuk setiap keluarga. Unit analisis
pada survei pendataan ketahanan keluarga adalah keluarga.
a. Buatlah surat pengantar dari Desa kepada keluarga yang terpilih dengan draft
surat pengantar.
b. Lakukan wawancara satu per satu keluarga dimulai dari blok tempat tinggal
tertentu di RW yang terpilih.
Kemitraan gender merupakan kerjasama secara setara dan berkeadilan antara suami
dan istri serta anak-anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, dalam melakukan
semua fungsi keluarga melalui pembagian pekerjaan dan peran, baik peran publik, domestik
maupun sosial kemasyarakatan (Puspitawati, 2017). Adanya kemitraan gender yang baik
dalam keluarga dapat meningkatkan ketahanan keluarga tersebut.
Kemitraan gender dalam keluarga tidak hanya mencakup kemitraan suami istri dalam
melakukan domestik (pekerjaan membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian dan
sejenisnya), namun termasuk pula meluangkan waktu bersama dengan Pembangunan
Ketahanan Keluarga 2016 Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| 1717 keluarga, agar
kebersamaan dalam keluarga selalu terjalin sehingga ketahanan keluarga dapat tercipta.
Selain itu, kemitraan gender dalam keluarga juga diterapkan dalam pengelolaan keuangan
keluarga. Dimana dalam pengelolaan keuangan keluarga ditentukan pasangan suami dan istri
secara bersama-sama, meskipun istri memegang kendali keuangan keluarga, namun ia harus
selalu mengkomunikasikan pemanfaatan uang yang dikelolanya sehingga akan menguatkan
ketahanan suatu keluarga.
Berbicara peran serta orang tua dalam pendidikan mungkin jika kita lihat saat ini
mulai mengalami pergeseran. Tuntutan ekonomi membuat para orang tua sibuk bekerja
sehingga melalaikan tanggungjawabnya dalam hal mendidik anak. Khususnya peran ibu yang
sudah mulai tergantikan. Mereka beranggapan bahwa dengan memasukkan anak mereka
kesekolah apalagi sekolah-sekolah unggul kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan
keinginannya. Namun perlu dicatat bahwa sampai kapanpun pendidikan keluarga tetap
menjadi dasar utama dalam pembentukan kepribadian anak. Baru didukung oleh pendidikan
di sekolah dan dimasyarakat. Sebagaimana pendidikan itu terdiri dari pendidikan formal, non
formal dan informal seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.
Kesinergian antara lebaga pendidikan, masyarakat dan orang tua harus tetap terjaga.
Jangan sampai orang tua lupa akan tanggung jawabnya dan berbuat hal-hal yang tidak patut
di contoh sebagai figur bagi anak-anaknya di dalam keluarga. Seperti beberapa kasus yang
terjadi mulai dari orang tua memenjarakan guru karena tidak terima guru mencubit anaknya
sampailah kasus yang sekarang ini sedang hangat dibicarakan tentang orang tua memukuli
seorang guru SMK di Makassar karena tidak terima anaknya dimarahi disebabkan tidak
mengumpulkan tugas. Sehingga jika orang tuanya saja seperti ini tidak heran kalau anak-anak
usia sekolah saat ini dengan mudah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan dan
norma yang ada. Karena pepatah mengatakan "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya",
Pernyataan di atas tentunya tidak bisa di generalisir untuk semua orang tua, karena
masih banyak orang tua yang baik diluar sana. Namun meskipun demikian perlu kita
renungkan dan pikirkan juga secara seksama karena tidak bisa dipungkuri kejadian seperti ini
akan terulang kembali apabila tidak dicarikan solusi secepatnya.
Berbicara solusi terkait beberapa kasus di atas kita bisa melihat kembali kebelakang
kenapa sebagian orang tua bisa berbuat sedemikian. Menurut hemat penulis ini terjadi karena
kurangnya kesadaran orang tua disebabkan mininya pengetahuan yang dimiliki dalam hal
tanggung jawab pendidikan bagi anak mereka masing-masing. Oleh karena itu saatnyalah
pendidikan harus diarahkan pada dua elemen penting yaitu tidak hanya berfokus pada
pendidikan bagi anak, namun juga harus mengarah pada pendidikan bagi orang tua. Dengan
harapan apabila orang tua memiliki pengetahuan mereka akan sadar betul bahwa sebelum
mendidik anak, mereka harus mendidik diri mereka terlebih dahulu. Menjadikan ayah dan ibu
sebagai contoh atau suritauladan bagi anak-anaknya. Orang tua menyadari mana peran ibu
dan peran seorang ayah.
Selain itu, meningkatkan ekonomi dapat membangun hubungan baik antara suami dan
istri karena salah satu pemicu terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
adalah masalah ekonomi. Suami harus bisa mendukung pekerjaan istri memahami pentingnya
pemberdayaan ekonomi perempuan.
Indicator terkait indeks pembangunan keluarga kini masuk dalam pendataan keluarga
yang di lakukan badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN). Upaya
BKKBN yaitu dalam menetapkan kebijakan peningkatan pembangunan keluarga antara lain
adalah membentuk kelompok kegiatan (poktan) yang lansung menyentuh keluarga Indonesia
seperti bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja ( BKR ), bina keluarga lansia
( BKL) dan peningkatan keluarga sejahtra.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemitraan gender dalam keluarga tidak hanya mencakup kemitraan suami istri dalam
melakukan domestik (pekerjaan membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian dan
sejenisnya). Upaya meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan melalui
pengembangan IR (industri rumahan ) ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
ekonomi, tapi sebagai pintu masuk menuju terwujudnya ketahanan keluarga. Hal ini
disebabkan karena kemajuan ekonomi berdampak pada tingginya tingkat pendidikan anak,
anak mendapat asupan gizi yang baik, dan hak-hak anak lainnya dapat terpenuhi.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan ketahanan keluarga perlu ada dukungan dari berbagai pihak
melalui bentuk kegiatan peningkatan ketahanan keluarga misalnya kegiataan
pendatan,ekonomi dan gender yang dapat meningkatkan ketahanan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta