Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN

KETAHANAN KELUARGA

Topik: Bentuk bentuk kegiatan peningkatan ketahanan keluarga

Dosen Pengampu: Dr.Bringiwatty Batbual,A.Md.Keb.,S.Kep.Ns,.MSc

OLEH

NAMA : MISSIE R W JOLTUWU

TINGKAT: 1 B

NIM : PO530324019495

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
berjudul bentuk-bentuk kegiatan peningkatan keluarga.Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas yang diberihkan oleh dosen mata kuliah sekaligus untuk menambah
pengetahuan pembaca khususnya penulis mengenai bentuk-bentuk kegiatan peningkatan
keluarga

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kupang , 18 mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan pendataan ketahanan keluarga............................................................3

2.2 Kegiatan peningkatan kesetaraan gender...........................................................5

2.3 Pendidkan pembelajaran untuk ayah dan ibu………………………………….7

2.4 Kegiatan ketahanan ekonomi melalui industri rumahan……………………….9

2.5 indikator pembangunan keluarga……………………………………………….10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................12

3.2 Saran..................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga yang mampu mengembangkan kehidupannya dengan selalu memegang


prinsip-prinsip nilai yang kuat, dan senantiasa menjaga komunikasi antar anggota
keluarga dan sabar dalam menghadapi setiap masalah serta mampu meminimalisisr
pengaruh negatif yang  dapat menyebabkan kekacauan dalam keluarga maka keluarga
tersebut mempunyai ketahanan keluarga yang kuat.
Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya yang menyuluruh dan terpadu
yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat melaksanakan fusngsinya secara optimal. Sedangkan kualitas
keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang mencangkup aspek pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial budaya dan kemandirian keluarga.
Perwujudan kemandirian keluarga ditopang dengan dua tiang utama yaitu keluarga
kecil agar bebannya tidak terlalu berat, dan keluarga sejahtera dengan ekonomi yang kuat.
Dan untuk meningkatkan ketahan ekonomi dilakukan oleh keluarga melalui usaha
ekonomi produktif yang tergabung dalam kelompok
Pemberdayaan keluarga dibidang ekonomi merupakan salah satu usaha yang
dilakukakn untuk meningkatkan potensi keluarga dalam hal kesejahteraan. Pelaksanaan
Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga, telah dikembangkan oleh BKKBN melalui
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
Oleh karena itu didalam makah ini akan di bahas mengenai bentuk-bentuk kegiatan
peningkatan ketahanan keluarga agar ketahanan keluarga dapat ditingkatnkan lagi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk kegiatan pendataan ketahanan keluarga?
2. Apa saja kegaiatan peningkatan kesetaraan gender dalam keluarga?
3. Apa saja pendidikan pembelajaran untuk ayah dan ibu?
4. Apa saja kegiatan peningkatan ketahanan ekonomi melalui industri rumahan?
5. Apa saja indikator pembangunan keluarga?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kegiatan pendataan ketahanan keluarga
2. Untuk mengetahui peningkatan kesetaraan gender dalam keluarga
3. Untuk mengetahui pendidikan pembelajaran untuk ayah dan ibu
4. Untuk mengetahui peningkatan ketahanan ekonomi melalui indusrti rumahan
5. Untuk mengetahui indikator pembangunan keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan pendataan ketahanan keluarga

1. Tentukan siapa yang akan menjadi petugas (pengumpul data dengan cara
wawancara)untuk bertanya ke keluarga. Untuk kelancaran dalam pengambilan data
maka enumerator harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

2. Memastikan siapa yang akan berwenang mengelola data, sehingga pada saat data
selesai dikumpulkan maka mekanismen pengumpulan data lebih sistematis.

Peran dan fungsi pengelola data adalah :

a. Sebagai koordinator penanggung jawab kegiatan pengumpulan data


bekerjasama dengan FEMA dan PKGA.

b. Melaksanakan entry, checking dan cleaning data.

c. Menganalisis data.
d. Menginterpretasikan data.
e. Menyusun dan menyampaikan laporan.

3. Memastikan siapa yang bertanggungjawab atas data. Pihak yang bertanggungjawab


atas data memiliki fungsi dan peran sebagai :

a. Koordinator dalam menggunakan data bekerjasama dengan SKPD lain.

b. Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan terutama entry data dan pengolahan


serta analisis data.
c. Menyediakan sarana dan prasarana kegiatan entry, pengolahan serta analisis
data.
d. Melakukan fungsi kontrol dengan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi.

4. Memilih lokasi pengambilan data. Petugas berkooordinasi dengan petugas desa


dalam memilih lokasi pengambilan data. Langkah-langkah dalam pemilihan lokasi
pengumpulan data :

a. Siapkan peta desa.


b. Siapkan data profil desa.
c. Metode sampling yang dilakukan adalah metode sensus keluarga pada lokasi
RW terpilih dengan kriteria RW yang banyak mempunyai penduduk miskin
atau pra-KS dan KS 1 baik berdasarkan kriteria BPS maupun BKKBN.
d. RW yang terpilih kemudian disurvei
e. Dipilih 1 sampai 2 RW dengan metode sensus pada seluruh keluarga yang
bertempat tinggal di RW tersebut.
f. Cek Kartu Keluarga (KK) yang ada di kantor desa terhadap keluarga yang
tinggal di RW terpilih.

5. Tentukan siapa yang akan menjadi responden untuk setiap keluarga. Unit analisis
pada survei pendataan ketahanan keluarga adalah keluarga.

Kriteria keluarga adalah, sebagai berikut:

a. Keluarga terdiri atas suami dan/atau istri.


b. Mempunyai anak atau tidak mempunyai anak.
c. Yang disebut anak adalah anak kandung atau anak angkat yang masih menjadi
tanggungan keluarga dengan rentang usia 0-25 tahun (usia mahasiswa tingkat
sarjana) yang masih tinggal serumah atau tinggal di tempat kos di luar rumah.
d. Keluarga dengan berbagai tipe yang tinggal di lokasi terpilih.
e. Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai dengan membuat surat pernyataan.
Ada 8 tipe keluargayang diwawancara oleh enumerator, yaitu:
a. Tipe 1: Keluarga lengkap/utuhterdiri atas suami dan istri; minimal mempunyai
1 anak yang masih tinggal serumah atau sekolah di luar rumah; mempunyai
orangtua lansia.
b. Tipe 2: Keluarga lengkap/utuhterdiri atas suami dan istri;tidak punya anak;
mempunyai orangtua lansia.
c. Tipe 3: Keluarga lengkap/utuhterdiri atas suami dan istri; minimal mempunyai
1 anak yang masih tinggal serumah atau sekolah di luar rumah; tidak
mempunyai orangtua lansia.
d. Tipe 4: Keluarga lengkap/utuhterdiri atas suami dan istri; tidak punya anak;
tidak mempunyai orangtua lansia.
e. Tipe 5: Keluarga tunggal; minimal mempunyai 1 anak yang masih tinggal
serumah atau sekolah di luar rumah; mempunyai orangtua lansia.
f. Tipe 6: Keluarga tunggal; tidak punya anak; mempunyai orangtua lansia.
g. Tipe 7: Keluarga tunggal; minimal mempunyai 1 anak yang masih tinggal
serumah atau sekolah di luar rumah; tidak mempunyai orangtua lansia
h. Tipe 8: Keluarga tunggal; tidak punya anak; tidak mempunyai orangtua lansia.

6. Tata Cara petugas Dalam Melakukan Persiapan Sebelum Wawancara

a. Buatlah surat pengantar dari Desa kepada keluarga yang terpilih dengan draft
surat pengantar.
b. Lakukan wawancara satu per satu keluarga dimulai dari blok tempat tinggal
tertentu di RW yang terpilih.

2.2 Kegiatan peningkatan kesetaraan gender dalam keluarga.

Kemitraan gender merupakan kerjasama secara setara dan berkeadilan antara suami
dan istri serta anak-anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, dalam melakukan
semua fungsi keluarga melalui pembagian pekerjaan dan peran, baik peran publik, domestik
maupun sosial kemasyarakatan (Puspitawati, 2017). Adanya kemitraan gender yang baik
dalam keluarga dapat meningkatkan ketahanan keluarga tersebut.

Kemitraan gender dalam keluarga tidak hanya mencakup kemitraan suami istri dalam
melakukan domestik (pekerjaan membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian dan
sejenisnya), namun termasuk pula meluangkan waktu bersama dengan Pembangunan
Ketahanan Keluarga 2016 Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| 1717 keluarga, agar
kebersamaan dalam keluarga selalu terjalin sehingga ketahanan keluarga dapat tercipta.
Selain itu, kemitraan gender dalam keluarga juga diterapkan dalam pengelolaan keuangan
keluarga. Dimana dalam pengelolaan keuangan keluarga ditentukan pasangan suami dan istri
secara bersama-sama, meskipun istri memegang kendali keuangan keluarga, namun ia harus
selalu mengkomunikasikan pemanfaatan uang yang dikelolanya sehingga akan menguatkan
ketahanan suatu keluarga.

Selain keterbukaan pengelolaan keuangan, pengambilan keputusan dalam keluarga


juga menjadi salah satu indikator ketahanan keluarga. Meskipun suami yang berperan sebagai
kepala keluarga, namun dalam menjalankan tugasnya tidak boleh otoriter. Tetapi, harus
dijalankan secara bijaksana dan mengakomodasi saran dan pendapat dari pasangannya,
sehingga dapat menguatkan ketahanan keluarga tersebut. Misalnya, apabila pengambilan
keputusan untuk penentuan jumlah anak dilakukan bersama-sama antara suami dan istri maka
ketahanan keluarga tersebut cukup kuat.
2.3 Pendidikan pembelajaran untuk Ayah dan Ibu

Berbicara peran serta orang tua dalam pendidikan mungkin jika kita lihat saat ini
mulai mengalami pergeseran. Tuntutan ekonomi membuat para orang tua sibuk bekerja
sehingga melalaikan tanggungjawabnya dalam hal mendidik anak. Khususnya peran ibu yang
sudah mulai tergantikan. Mereka beranggapan bahwa dengan memasukkan anak mereka
kesekolah apalagi sekolah-sekolah unggul kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan
keinginannya. Namun perlu dicatat bahwa sampai kapanpun pendidikan keluarga tetap
menjadi dasar utama dalam pembentukan kepribadian anak. Baru didukung oleh pendidikan
di sekolah dan dimasyarakat. Sebagaimana pendidikan itu terdiri dari pendidikan formal, non
formal dan informal seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.

Kesinergian antara lebaga pendidikan, masyarakat dan orang tua harus tetap terjaga.
Jangan sampai orang tua lupa akan tanggung jawabnya dan berbuat hal-hal yang tidak patut
di contoh sebagai figur bagi anak-anaknya di dalam keluarga. Seperti beberapa kasus yang
terjadi mulai dari orang tua memenjarakan guru karena tidak terima guru mencubit anaknya
sampailah kasus yang sekarang ini sedang hangat dibicarakan tentang orang tua memukuli
seorang guru SMK di Makassar karena tidak terima anaknya dimarahi disebabkan tidak
mengumpulkan tugas. Sehingga jika orang tuanya saja seperti ini tidak heran kalau anak-anak
usia sekolah saat ini dengan mudah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan dan
norma yang ada. Karena pepatah mengatakan "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya",

Pernyataan di atas tentunya tidak bisa di generalisir untuk semua orang tua, karena
masih banyak orang tua yang baik diluar sana. Namun meskipun demikian perlu kita
renungkan dan pikirkan juga secara seksama karena tidak bisa dipungkuri kejadian seperti ini
akan terulang kembali apabila tidak dicarikan solusi secepatnya.

Berbicara solusi terkait beberapa kasus di atas kita bisa melihat kembali kebelakang
kenapa sebagian orang tua bisa berbuat sedemikian. Menurut hemat penulis ini terjadi karena
kurangnya kesadaran orang tua disebabkan mininya pengetahuan yang dimiliki dalam hal
tanggung jawab pendidikan bagi anak mereka masing-masing. Oleh karena itu saatnyalah
pendidikan harus diarahkan pada dua elemen penting yaitu tidak hanya berfokus pada
pendidikan bagi anak, namun juga harus mengarah pada pendidikan bagi orang tua. Dengan
harapan apabila orang tua memiliki pengetahuan mereka akan sadar betul bahwa sebelum
mendidik anak, mereka harus mendidik diri mereka terlebih dahulu. Menjadikan ayah dan ibu
sebagai contoh atau suritauladan bagi anak-anaknya. Orang tua menyadari mana peran ibu
dan peran seorang ayah.

2.4 Kegiatan peningkatan ketahanan ekonomi melalui industri rumahan

 Upaya meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan IR


(industri rumahan ) ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan ekonomi, tapi sebagai
pintu masuk menuju terwujudnya ketahanan keluarga. Hal ini disebabkan karena kemajuan
ekonomi berdampak pada tingginya tingkat pendidikan anak, anak mendapat asupan gizi
yang baik, dan hak-hak anak lainnya dapat terpenuhi. 

Selain itu, meningkatkan ekonomi dapat membangun hubungan baik antara suami dan
istri karena salah satu pemicu terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
adalah masalah ekonomi. Suami harus bisa mendukung pekerjaan istri memahami pentingnya
pemberdayaan   ekonomi perempuan.

2.5 Indikator pembangunan keluarga

Indicator terkait indeks pembangunan keluarga kini masuk dalam pendataan keluarga
yang di lakukan badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN). Upaya
BKKBN yaitu dalam menetapkan kebijakan peningkatan pembangunan keluarga antara lain
adalah membentuk kelompok kegiatan (poktan) yang lansung menyentuh keluarga Indonesia
seperti bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja ( BKR ), bina keluarga lansia
( BKL) dan peningkatan keluarga sejahtra.

BKKBN telah melakukan kajian indicator pembangunan yang sedang di kembangkan


keluarga yang sedang di kembangkan dalam 8 dimensi yaitu dimensi legalitus, agama,
kesehatan, ekoni, lingkungan, pendidikan, social budaya dan psikologis. Yaitu meliputi

1. Kecukupan pangan dan gizi (2 indikator)


2. Kesehatan keluarga (1 indikator)
3. Ketersediaan lokasi tetap untuk tidur (1 indikator)
4 Variabel:
1. Tempat tinggal keluarga (1 indikator)
2. Pendapatan keluarga (2 indikator)
3. Pembiayaan pendidikan anak (2 indikator)
4. Jaminan keuangan keluarga (2 indikator)
2 Variabel:
1. Keharmonisan keluarga (2 indikator)
2. Kepatuhan terhadap hukum (1 indikator)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya yang menyuluruh dan terpadu


yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat melaksanakan fusngsinya secara optimal. Kegiatan pendataan ketahanan
keluarga meliputi Tentukan siapa yang akan menjadi petugas (pengumpul data dengan cara
wawancara)untuk bertanya ke keluarga. Untuk kelancaran dalam pengambilan data maka
enumerator harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Kemitraan gender dalam keluarga tidak hanya mencakup kemitraan suami istri dalam
melakukan domestik (pekerjaan membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian dan
sejenisnya).  Upaya meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan melalui
pengembangan IR (industri rumahan ) ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
ekonomi, tapi sebagai pintu masuk menuju terwujudnya ketahanan keluarga. Hal ini
disebabkan karena kemajuan ekonomi berdampak pada tingginya tingkat pendidikan anak,
anak mendapat asupan gizi yang baik, dan hak-hak anak lainnya dapat terpenuhi. 

3.2 Saran

Untuk meningkatkan ketahanan keluarga perlu ada dukungan dari berbagai pihak
melalui bentuk kegiatan peningkatan ketahanan keluarga misalnya kegiataan
pendatan,ekonomi dan gender yang dapat meningkatkan ketahanan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2016. Pemberdayaan perempuan dan ketahanan keluarga.Graha Ilmu;

Yogyakarta

Adi, Isbandi. Rukmito. Pemberdayaan (2013). Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi


Komunitas. Jakarta: Lengkap Penerbit Fakultas Ekonomi Yuniversitas Indonesia.
Achir, Y.A Pembangunan Kesejatraan Keluarga: Sebagai Wahana Pembangunan Bangsa.
Prisma( Vol.6) Jakarta: LP3ES
Sunarti. E.(2017) Perumusan Ukuran Ketahanan Keluarga . Media Gizi Dan Keluarga

Anda mungkin juga menyukai