Anda di halaman 1dari 12

RESUME ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“ UU Kebidanan NO 4 tahun 2019”


DOSEN PENGAMPUH : ODI L. NAMANGDJABAR, S.ST, M.pd

NAMA : MISSIE R W JOLTUWU


NIM : PO530324019475
TINGKAT :1B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
2020

1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 2019

TENTANG KEBIDANAN

Ada tiga hal yang melatarbelakangi lahirnya Undang-Undang – UU Nomor 4 Tahun


2019 Tentang Kebidanan, yakni :
a. Bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar dapat hidup
sejahtera lahir dan batin, sehingga mampu membangun masyarakat, bangsa, dan
Negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan
anak yang dilaksanakan oleh bidan secara bertanggung jawab, akuntabel,
bermutu, aman, dan berkesinambungan, masih dihadapkan pada kendala
profesionalitas, kompetensi dan kewenangan.
c. Bahwa pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan maupun pengakuan
terhadap profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara komprehensif
sebagaimana profesi kesehatan lain, sehingga belum memberikan perlindungan
dan kepastian hukum bagi bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Kebidanan dalam memberikan pelayanan yang diberikan kepada


perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, pasca
persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, balita dan anak prasekolah, termasuk
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas
dan wewenangnya. Pelayanan yang diberikan ini merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan baik secara
mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Sebelum seorang bidan dapat
memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan menyeluruh, dimana
pada proses pengambilan keputusan serta tindakan yang dilakukan sesuai
dengan ruang lingkup dan berdasar ilmu juga kiat kebidanannya. Bidan
merupakan seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan
kebidanan baik dalam negeri maupun luar negeri yang diakui secara sah oleh
pemerintah pusat dan telah memenuhi syarat untuk melakukan praktik.

Uji kompetensi dilakukan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan


perilaku seseorang. Selain itu, uji kompetensi juga dilakukan kepada seorang
bidan. Bidan yang lulus uji kompetensi akan diberikan surat pengakuan
terhadap kompetensi bidan tersebut. Ketika bidan sudah memiliki sertifikat
kompetensi yaitu bidan yang memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang baik. Sedangkan setifikat profesi merupakan surat tanda
pengakuan untuk melakukan praktik kebidanan yang diperoleh lulusan
pendidikan profesi. Setelah memiliki sertifikat kompetensi selanjutnya bidan

Seorang bidan yang akan mendirikan praktik kebidanan harus memiliki


SIPB (Surat izin praktik Bidan) yang diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota. Fasilitas praktik kebidanan ini sebagaimana dimaksud berupa
tempat atau alat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Bidan Warga Negara Asing adalah bidan yang berstatus bukan Warga
Negara Indonesia. Organisasi Profesi Bidan adalah wadah yang menghimpun
bidan secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Konsil Kebidanan yang selanjutnya disebut Konsil
adalah bagian dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang tugas, fungsi,
wewenang dan keanggotaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Wahana Pendidikan Kebidanan adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan
kebidanan. Pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu
oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Daerah
adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom, Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
BAB II

PENDIDIKAN KEBIDANAN

Pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan akademik, vokasi, dan profesi.


Pendidikan akademik meliputi program serjana, magister dan doktor. Sebagai
bidan jika sudah menyelesaikan pendidikan ditingkat akademik maka bisa
melanjutkan program pendidikan profesi. Pendidikan vokasi yaitu pendidikan
bidan dengan lulusan D3 profesi yaitu program lanjutan dari program pendidikan
serta sarjana atau program sarjana. Pendidikan bidan deselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang diselengarakan oleh npemerintah pusat atau masyarakat
yang tlah memenuhi syarat undang-Undang yang harus menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai wahana pendidikan kebidanan.

Penyelengara pendidikan kebidanan hanya dapat menerima mahasiswa dengan


kouta nasional yang didasarkan pada kebutuhan bidan di daerah masing-masing.
Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan kebidanan harus memiliki
dosen dan tgenaga kependidikan yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dosen pendidikan kebidanan melakukan pendidikan, penelitian,
pengabdian kepada mesyarakat dan pelayanan kesehatan. Tenaga pendidik atau
dosen boleh berasal dari PNS maupun non-PNS. Mahasiswa kebidanan pada akhir
masa pendidikan vokasi harus mengikuti uji kompetensi yang merupakan syarat
kelulusan. Uji kompetensi diselenggarakan sesuai peraturan perundang-undangan
oleng perguraan tinggai dan berkerja sama dengan organisasi profesi. Uji
kompetensi ditujukan untuk mencapai standar kompetensi bidan yang sahkan oleh
meteri. Setelah mahasiswa lulus dari uji kompetensi maka akan mendapatkan
sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
BAB III

REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK BIDAN

Jika seseorang bidan ingin menjalankan praktik kebidanan maka ia wajib


memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) yang diberikan oleh konsil kepada bidan
yang telah memenuhi syarat tertentu, masa berlaku STR ini hanya 5 tahun dan
dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratn. Konsil harus menerbitkan
STR paling alma 30 hari kerja terhitung sejak pengajuan STR diterima. Untuk
menjalankan praktik, bidan juga wajib memiliki izin praktek yang disebut SIPB
(Surat iZin Prakti Bidan) yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten atau
kota. SIPB didapatkan dengan cara bidan harus memiliki STR dan tempat praktik.
SIPB sendiri berlaku apabila STR masih berlaku dan bidan berpraktik ditempat
yang tercantum dalam SIPB. Seorang bidan memiliki paling banyak 2 SIPB yantg
berlaku ditempat praktik Mandiri Bidan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan srelain
ditempat Praktik Mandiri Bidan. SIPB tidak akan berlaku apabila bidan meninggal
dunia, habis masa berlakunya,, dicabut berdasarkan peraturan, dan permintaan
sendiri. Bidan yang tidak menjalankan praktek sesuai dengan SIPB maka akan
dikenakan sanksi berupa teguran tertulis, penghentian kegiatan, atau pencabutan
izin.

BAB IV

BIDAN WARGA NEGARA INDONESIA

LULUSAN LUAR NEGERI

Setiap bidan warga negara indobesia lulusan luar negeri yang akan
menjalankan praktik kebidanan di indonesia wajib memiliki STR dan SIPB yang
diperoleh setelah mengikuti evaluasi kompetensi berupa penilaian kelengkapan
administrasi dan penilaian kemampuan melakukan praktik kebidanan. evaluasi
kompetensi yang dilakukan adalah penilaian kelengkapan administratif dan
penilaian kemampuan melakukan praktik kebidanan.

BAB V

BIDAN WARGA NEGARA ASING

Bidan Warga negara Asing dapat melaksanakan praktik kebidanan di indonesia


berdasarkan permintaan pengguna bidan Warga negara Asing dan harus
mendapatkan izin pemerintah pusat untuk mempertimbangkan ketersediaan bidan
yang ada di indonesia. Bidan Warga negara Asing wajib memiliki STR sementara
dan SIPB, dengan cara melakukan evaluasi kompetensi seperti: penilaian
kelengkapan administratif, keabsahan ijasah; surat keterangan sehat fisik dan
mental,; dan surat pernyataan akan mematuhi ketentuan etika profesi. Mengikuti
evaluasi kompetensi seperti; uji kemampuan melakukan praktik kebidanan
meliputi, uji kompetensi. Setelah melakukan evaluasi kompetensi dan
mendapatkan sertifikat kompetensi maka Bidan warga negara asing dapat
mengajukan STR sementara dan SIPB. STR sementara dan SIPB berlaku hanya 1
tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun berikutnya.

BAB VI

PRAKTIK KEBIDANAN

Praktik kebidanan dilakukan di Praktik mandiri Bidan (PMB) dan fasilitas


Pelayanan Kesehatan sesuai kompetensi, kewenangan, kode etik, standar profesi,
standar pelayanan profesi dan SOP. Bidan lulusan pendidikan D-III hanya dapat
praktik di fasilitas Pelayanan Kesehatan dan lulusan profesi dapat melaksanakan
praktik di PMB dan fasilitas Pelayanan kesehatan. PMB hanya dapat disatu
tempat dan wajib memasang papan nama praktik, dan jika tidak akan di kenakan
sanksi. Sarana dan prasarana di PMB harus sesuai dengan standar.
Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu (Dari pra-konsepsi hingga nifas,
kegawat daruratan dan deteksi dini), memberikan pelayanan kesehatan kepada
anak (seperti asuhan untuk BBl, memberikan imunisasi, dan memantau tumbuh
kembang anak), memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
pemberian KB ( memberikan edukasi, konseling, dan pelayanan kontrasepsi),
melaksanakan tugas berdasarkan wewenang dan di lakukan bersama /sendiri,
dengan tanggung jawab dan akuntabel ( seperti pelimpahan mandat secara tertulis
oleh dokter kepada bidan dan mandat delegatif dari pemerintahan pusat kepada
bidan).

Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan berperan untuk pemberi


pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, penyuluhan, konselor,
pendidik, pembimbing, fasilitator klinik, pemberdayaan masyarakat, dan peneliti.

BAB VII

HAK DAN KEWAJIBAN

1. Hak Bidan :
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan kompetensi, kewenangan dan mematuhi kode etik,
standar profesi bidan dan standar prosedur operasional.
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur dan lengkap dari klien
dan/atau keluarga.
c. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode ettik, standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional dan ketentuan peraturan perundang-undang
d. Menerima imbalan jasa atas pelayanan kebidanan yang telah diberikan.
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar; dan mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan profesi.
2. Kewajiabn Bidan :
a. Memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan kompetensi,
kewenagan, mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan,
standar pelayan operasional dan prosedur operasional
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan lengkap mengenai
tindakan bidan kepada klien dan/ atau keluarga sesai kewenangannya
c. Memperoleh persetujuan dari klien atau keluarganya atas tindakan
yang akan diberikan
d. Merujuk klien yang tidak dapat ditantgani kedokter atau fasilitas
pelayanan kesehatan
e. Mndokumentasikan asuhan kebidanan dengan standar.
f. Menjaga kerahasiaan kesehatan klien
g. Menghormati hak klien.
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai
dengan kompetensi bidan.
i. Melaksanankan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat
j. Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.
k. Mempertahankan dan meningkatakan pengetahuan dan/atau
ketrampilannya melalui pendidikan dan/ atau pelatihan.
l. Melakukan pertolongan gawat darurat.

3. Hak Klien :
a. Memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode
etik, standar profesi, dtandar pelayanan dan standar operasional
prosedur.
b. Memperoleh informasi secara benar dan jelas mengenai kesehatan
klien, termasuk resume isi merekam medis jika diperlukan.
c. Meminta pendapat bidan lain.
d. Memberi persetujuan atau penolakan tindakan kebidanan yang akan
dilakukan.
e. Memperoleh jaminan kerahasiaan kesehatan klien.

4. Kewajiban klien :
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
kesehatnnya.
b. Mematuhi nasehat dan petunjuk bidan.
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku difasilitasi pelayanan kebidanan.
d. Memberi imbalan jasa atas pelayanan kebidanan yng diterima.

Bidan memberikan kerahasiaan klien hanya atas dasar kepentingan


kesehatan klien. Permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakkan hukum. Persetujuan klien sendiri, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VIII

ORGANISASI PROFESI BIDAN

Bidan berhimpun dalam satu wadah organisasi profesi bidan. Apabila di


Indonesia disebut dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) fungsinya antara lain
untuk meningkatkan/ mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, martabat,
etik profesi serta betujuan untuk mempersatukan, membina dan memperdayakan
bidan dalam menunjang pembangunan pelayanan kesehatan. Untuk
mengembangkan ilmu dan standar npendidikan kebidanan organisasi profesi
bidan dapat membentuk badan otonom dalam organisasi profesi.

BAB IX

PENDAYAGUNAAN BIDAN
Dalam rangka pemerataan dan pemenihan kebutahan pelayanan kebidanan,
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan/atau masyarakat melakukan penggunaan
bidan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pendayagunaan bidan
sebagaiman dimaksud yaitu memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan, dan
pengembangan. Pendayagunaan bidan terdiri atas pendayagunaan di dalam dan di
luar negeri dan dilaksanakan melalui penempatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB X

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah melakukan pembinaan dan


pengawasa bidan dengan melibatkan konsil dan organisasi profesi bidan sesuai
dengan kewenagnan masing-masing. Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk
meningkatklan mutu pelayanan kebidanan. melindungi masyarakat dari tindakan
bidan yang tidak sesuai standar, dan memberikan kepastian hukum bagi bidan dan
masyarakat. Pembinaan dan pengawasan ini dilaksanakan dengan ketentuan
perundang-undangan.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, setiap orang yang sedang
mengikuti pendidikan pelayan diploma 4 dapat berpraktik sebagai bidan lulusan
diploma 4 difasilitas pelayanan kesehatan setelah lulus pendidikan kecuali praktik
mandiri bidan. Penerbitan STR yang masih dalam proses, diselesaikan
berdasarkan prosedur sebelum undang-undang ini diundangkan seblum undang-
undang ini berlaku STR dan SIPB yang telah dimiliki oleh bidan sebelum.
Undang-undang ini diundangkan mdin7atakan tetap berlaku samapai jangka
waktu STR dan SIPB berakhir. Bidan lilisan pendidikan kebidanan dibawa
diploma
3 yang telah melakukan praktik kebidanna sebelum undang-undang ini
diundangkan masih tetap melakukan praktik kebidanan untuk jangka waktu paling
lama bulan oktber tahun 2020. Bidan lulusan pendidikan diploma 3 dan bidan
lulusan pendidikan diploma 4 dapat melaksanakan.

Praktik kebidanan secara mandiri di tempat praktik mandiri bidan untuk


jangka waktu paling lama 7(tujuh) tahun setelah undang-undang ini diundangkan.
Bidan lulusan pendidikan diploma 3 juga dapat mengikuti penyetaraan bidan
lulusan pendidikan profesi melalui rekognisi pembelajaran lampau.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Peraturan pelaksanaan dari undang-undang ini harus ditetapkan paling lama 2


tahun terhitung sejak undang-undnag ini diundangkan. Pada saat undang-undang
ini mulai berlaku, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentanagn
berdasarkan undang-undang ini. undang-undang ini mjulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Perundang-undang ini penempatannya didalam lembaran negara
republik Indonesia agar setiap orang mengetahuinya

Anda mungkin juga menyukai