Anda di halaman 1dari 17

SUMBER DAYA ENERGI DAN MINERAL

(Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Geografi Sumber Daya)

Dosen Pengampu :

Drs. Zulkarnain, M.Si.

Dr. M. Thoha BS Jaya, M.S.

Disusun Oleh :

Halasan Leonardo Simaremare

1813034036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai
“Sumber Daya Energi dan Mineral”

Makalah ini dibuat dengan berbagai referensi, sumber dan beberapa


bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan selama mengerjakan
Makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstuktif dari pembaca sangat
diharapkan. Akhirnya, saya berharap agar tulisan sederhana ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Bandar Lampung, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

I. Kata pengantar...........................................................................................i
II. Daftar Isi.....................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................1
1.1....................................................................................... Latar belakang
.............................................................................................................1
1.2................................................................................. Rumusan Masalah
.............................................................................................................2
1.3................................................................................................... Tujuan
.............................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................3


2.1. Pengertian Sumber Daya Energi dan Mineral...................................3
2.2. Klasifikasi Sumber Daya Energi dan Mineral...................................3
2.3. Kegunaan Sumber Daya Energi dan Mineral....................................4
2.4. Masalah Sumber Daya Energi dan Mineral.......................................6
2.5. Indikator Kerusakan dan Pencemaran Sumber Daya Energi
dan Mineral........................................................................................9
2.6. Manajemen Pengelolaan Sumber Daya Energi dan Mineral...........10

BAB III. PENUTUP.......................................................................................13


3.1. Kesimpulan......................................................................................13
3.2. Daftar Pustaka.................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang dikaruniai potensi sumber daya energi dan mineral yang
beragam dan melimpah.Jika ditelusuri dari Kota Serambi Mekkah (mulai dari
pesisir dan perairan Lautan Hindia) sampai Merauke.Selat Bali, ditemui sumber
dan pusat- pusat kekayaan alam yang bisa dikelompokkan menjadi dua sumber
daya mineral: mineral energi (minyak dan gas bumi serta panas bumi) dan mineral
bahan galian logam, non-logam, industri (pasir timah, sulfur, fosfat, mika,
belerang,fluorit, felspar, ziolit dan diatomea).
Berbagai sumber daya mineral yang ada di Indonesia perlu kita ketahui
macamnya. Sumber daya tersebut juga harus dikelola dan dikembangkan dengan
baik agar memberi manfaat bagi manusia. Eksploitasi terhadap berbagai sumber
daya mineral tidaklah boleh sembarangan, harus menjaga lingkungan dan
keberlanjutan, sehingga dapat diwariskan kepada anak cucu kita. Untuk itu dalam
makalah ini akan dijelaskan tentang sumber daya mineral dan macam sumber
daya mineral. Penting bagi kita menyadari akan hasil bumi kita dan cara
mengelolanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pentingnya Sumber Daya Mineral dan Energi bagi kehidupan?


2. Apa sajakah yang termasuk ke dalam pengklasifikasian sumber daya
mineral dan energi ?
3. Apa saja masalah Sumber Daya Mineral dan Energi yang terjadi?
4. Bagaimana manajemen Sumber Daya Mineral dan Energi?

1
1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi tentang


sumber daya energi dan mineral agar dapat mempelajari dan memahami materi
sumber daya energi dan mineral yang berhubungan dengan pentingnya sumber
daya mineral dan energi bagi kehidupan, pengklasifikasian sumber daya mineral
dan energi, permasalahan yang terjadi, dan manajemen sumber daya mineral dan
energi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Daya Energi dan Mineral

Sumber daya mineral dan energi merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui (unrenewable resources). Jumlahnya sumber daya tersebut
sangat terbatas dan proses pembentukan serta pemulihannya membutuhkan waktu
lama. Sumber daya energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra,
yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral seperti batubara dan uranium. Sumber
daya energi di luar air dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin,
arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti kayu
bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang, nuklir,
mekanis, dan panas.
Untuk itu, pemanfaatannya harus digunakan seefektif dan seefisien
mungkin. Sumber daya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya energi (energy
resource) adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan baik sebagai sumber
energi. Sumber daya mineral dan energi dengan keyakinan geologi tertentu dapat
berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang.

2.2 Klasifikasi Sumber Daya Energi dan Mineral

Menurut Sukanto Reksohadiprojo (1994), jenis-jenis sumber daya energi


dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sumber daya energi yang dapat diperbaharui
Sumber daya energi yang dapat diperbaharui atau dapat diisi kembali
atau tidak terhabiskan (renewable) adalah sumber daya energi yang bisa
dihasilkan kembali baik secara alamiah maupun dengan bantuan
manusia.

3
b. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui
Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya
energi yang habis sekali pakai. Misalnya: minyak bumi, gas bumi, dan
batu bara.

Klasifikasi Sumber Daya Mineral :

 Sumber daya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource)


Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan perkiraan pada tahap survei tinjau.

 Sumber daya mineral tereka (inferred mineral resource)


Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap prospeksi.

 Sumber daya mineral terujuk (indicated mineral resource)


Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum.

 Sumber daya mineral terukur (measured mineral resurce)


Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci.

 Sumber daya mineral pra keleyakan (prefeasibility mineral resource)


Dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi pra kelayakan yang
biasanya dilaksanakan di daerah eksplorasi rinci dan eksplorasi umum.

 Sumber daya mineral kelayakan (feasibility mineral resource)


Dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi kelayakan atau suatu
kegiatan penambangan yang sebelumnya dilakukan di daerah eksplorasi
rinci.

2.3 Kegunaan Sumber Daya Energi dan Mineral

a) Peranan Energi dalam pembangunan di Indonesia

Energi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi


tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk pembangunan di
Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan

4
(penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan yang utama untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan.
(Howard,2000)

b) Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara

Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas),
memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia.
Walaupun peranan minyak dan gas bumi dalam penerimaan negara relatif
semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir rata-rata
penerimaan minyak dan gas bumi dibandingkan dengan jumlah penerimaan dalam
negeri masih mencakup yaitu sekitar 30%. Penerimaan minyak dan gas bumi
dipengaruhi antara lain oleh besarnya tingkat produksi minyak mentah dan
kondesat, volume ekspor LNG dan LPG, harga minyak mentah dan biaya
produksi. Unsur lain yang juga penting dan mempengaruhi besarnya penerimaan
minyak dan gas adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Selain
sebagai sumber penerimaan negara, minyak dan gas bumi juga berperan sebagai
sumber penerimaan devisa. (Horne, 2004)

c) Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Dalam hal ini terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi


sedemikian kuat, peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan
meningkatnya konsumsi energi. Di Indonesia tercermin dari meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun mengakibatkan pertumbuhan
konsumsi energi meningkat sebesar 10%. Hubungan tersebut disebut dengan
”elastisitas energi” terhadap kegiatan energi, atau dapat didefenisikan sebagai
perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan pertumbuhan
konsumsi energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi.
Listrik sebagai Sumber Daya Energi Tenaga listrik merupakan sarana
produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan penting
dalam upaya mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana produksi,
tersedianya tenaga listrik dalam jumlah dan mutu pelayanan yang baik serta harga

5
yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju
pembangunan di berbagai sektor lain.
Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya tujuan
pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapapatan
nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan
permintaan tenaga listrik. Di samping itu, tersedianya tenaga listrik yang merata
dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat
meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Minyak bumi, gas bumi dan batu bara merupakan sumber daya energi yang
dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak bumi, gas
bumi dan batu bara sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan pemerintah mengambil
kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi untuk sektor Pembangkit
Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan
berdirinya pusat pembangkit listrik tenaga air, tenaga gas, maupun panas bumi.
(Achnan, 1998)
Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh
konsumen, tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk
mencapai sasaran pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan
serempak dengan tahap pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran
pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahap
pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi. (Bronto, 2004)

2.4 Masalah Sumber Daya Energi dan Mineral

Kegiatan pertambangan sering menjadi sorotan negatif dan perhatian


banyak pihak. Di satu sisi kegiatan pertambangan membawa dampak perubahan
lingkungan. Namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa secara makro
kegitan pertambangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pembangunan nasional.

6
Menurut Susmiyati (2005) terdapat permasalahan dalam pengusahaan
pertambangan dan batubara di Indonesia, yaitu :

1) Penguasaan negara atas bahan galian tambang batubara sangat besar

Konsepsi Hak Menguasai Negara merupakan masalah serius dalam


praktik pertambangan di Indonesia. Konsepsi ini kerap melahirkan
berbagai kebijakan salah kaprah yang berdampak bagi penduduk lokal.
Dari konsepsi ini pula trecipta tindakan – tindakan negara yang tidak
bijak.

2) Kebijakan pertambangan batubara lebih berpihak pada modal asing

Keberpihakan pemerintah kepada investor asing nampak pada pasal 5


Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, yang menyatakan
“Perjanjian dan komitmen Internasional yang berlaku dan akan dibuat
oleh pemerintah juga berlaku bagi daerah otonom.” Ketentuan tersebut
memperlihatkan betapa pemerintah sangat melindungi pengusaha asing
yang telah menanamkan modalnya di Indonesia. Substansi tersebut akan
membahayakan bagi daerah sebab apabila pemerintah pusat mengadakan
perjanjian internasional berkaitan dengan pertambnagan batubara, maka
daerah akan tunduk dengan apa yang dilakukan pemerintah tersebut.

3) Konflik pemilikan lahan dengan penduduk lokal dan meniadakan


posisi masyarakat adat.

Besarnya kekuasaan pemerintah untuk mengeluarkan ijin kuasa


pertambangan batubara mengakibatkan secara sepihak pemerintah dapat
mengklaim suatu wilayah sebagai tanah negara bebas dan memberikan
kuasa pertambangan pada perusahaan tambang berakibat terampasnya
wilayah hidup rakyat. Hal ini yang memicu konflik kepemilikan lahan
dan penduduk lokal.

4) Tumpang tindih lahan dengan sektor lain

Industri pertambangan merupakan industri yang memakan lahan. Untuk


mengeruk bahan tambang diperlukan ketersediaan areal tambang yang

7
sangat luas. Hal ini yang memicu tumpang tindih peruntukan lahan
dengan sektor lain.

5) Pelanggaran HAM dalam pengusahaan pertambangan batubara

Pengusahaan pertambangan batubara sering memunculkan konflik


dengan masyarakat sekitar areal pertambangan. Dalam penyelesaian
sengketa seringkali diwarnai dengan pelanggaran HAM. Seperti yang
terjadi di kasus PT. KPC dengan masyarakat Desa Sekerat yang
mengalami intimidasi selama proses ganti rugi lahan kebunnya. Kasus
PT Thailand di Kalimantan Timur sarat dengan perampasan tanah adat,
kebun dan hutan tanpa ganti rugi.

6) Ketiadaan konsep pencadangan energi

Perspektif yang dimiliki untuk menggali dan memanfaatkan semaksimal


mungkin bahan tambang dengan tidak memiliki konsep mineral reserve,
tak memiliki strategi untuk mengelola agar kekayaan bahan tambang
masih bisa digali terus oleh generasi yang akan datang, atau lebih
panjang pemanfaatannya. Akibatnya, dimana pun bahan galian
terpendam akan segera digali.

7) Tidak berpihak pada lingkungan

Adanya perusahaan pertambangan menimbulkan berbagai masalah


lingkungan bagi kawasan sekitar areal penambangan. Seperti rusaknya
lahan pertanian, sungai, hutan, dan lainnya yang berakibat pada
kehidupan masyarakat sekitar.

8) Reklamasi lahan paksa penambangan tidak dilakukan

Perusahaan yang telah selesai melakukan penambangan harus


melakukan reklamasi lahan. Hal tersebut sudah tercantum dalam Undang
– Undang Pertambangan Nomor 4 Tahun 2009. Namun dalam
pelaksanaannya tidak berjalan efektif. Lahan bekas tambang dibiarkan
menjadi danau yang beracun. Hal ini terjadi karena tidak adanya sanksi
tegas bagi perusahaan tamban yang melakukan pelanggaran.

8
9) Rakyat akan mudah dikriminalkan

Persoalan lain yaitu konsep kriminalisasi terhadap rakyat melalui


Undang – Undang Pertambangan untuk meminggirkan hak rakyat atas
bahan tambang. Hal tersebut tercantum pada pasal 32 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 yaitu “Dihukum dengan hukuman selama
tiga bulan dengan denda setinggi – tingginya sepuluh ribu rupiah, barang
siapa yang berhak atas tanah merintangi atau mengganggu usaha
pertambangan yang sah.” Penyelesaian atas sengketa berkaitan dengan
penambahan batubara hendaknya dapat memenuhi rasa keadilan para
pihak yang bersengketa.

2.5 Indikator Kerusakan dan Pencemaran Sumber Daya Energi dan


Mineral

Beberapa indikator mengenai terjadinya kerusakan sumber daya mineral dan


energi ini dapat kita perhatikan dari uraian berikut ini :

 Semakin banyak dan meluasnya lubang-lubang bekas galian mineral


tambang atau bekas galian tanah untuk pembuatan “bata” dan genting
yang dibiarkan tanpa upaya reklamasi.
 Semakin luasnya areal semak-semak belukar dan tanah gundul bekas
penebangan hutan ilegal dan peladangan bakar yang tidak dihijaukan
kembali.
 Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah/lahan untuk budidaya
pertanian, karena siklus pemanfaatan lahan yang terlalu intensif tanpa
upaya penyuburan kembali (refertilization).
 Semakin banyaknya terjadi tanah longsor di wilayah
pegunungan/perbukitan, dan tanah terbuka bekas penggalian tambang
permukaan (emas, timah, batubara dan lain-lain).
 Semakin bertambahnya areal lahan kritis akibat dibiarkan begitu saja dan
terbakar setiap tahun.
 Semakin kecilnya debit air sungai dari tahun ke tahun.

9
 Semakin besarnya perbedaan debit air sungai pada musim hujan dengan
musim kemarau.
 Semakin dalamnya permukaan air tanah dan mengeringnya sumur
penduduk di daerah ketinggian.
 Adanya penetrasi air asin pada sumur penduduk di beberapa kota
pantai/pesisir.
 Semakin kecilnya “Catchment Water Areas” (daya serap lahan terhadap
curahan air hujan).
 Semakin tingginya pencemaran air sungai (terutama sungai-sungai di
Pulau Jawa).
 Semakin menyempitnya luas areal hutan lindung/hutan alami sebagai
akibat “illegal logging”, (pencurian kayu) terutama di Pulau Jawa.
 Semakin luasnya HPH dan HTI yang kurang diimbangi dengan upaya
reboisasi yang berhasil (karena seringnya dimanipulasi).
 Semakin maraknya pertanian ilegal di kawasan tanah/hutan negara
akibat desakan kebutuhan penduduk miskin, terutama di pulau Jawa.
 Semakin berkurangnya keragaman/jumlah “species” tumbuhan dan
hewan liar, karena banyak yang telah punah sebagai akibat kebakaran
hutan dan perburuan hewan yang sering terjadi.

2.6 Manajemen Pengelolaan Sumber Daya Energi dan Mineral

Menyadari bahwa fungsi sumber daya alam mineral sebagai sumber daya
alam yang tidak terbaharui, masih memegang peranan penting didalam
pembangunan nasional di masa mendatang, maka perlu dikembangkan visi, misi
kebijaksanaan, strategi dan program pembangunan energi dan sumber daya
mineral yang berlandaskan paradigma dan konsep pembangunan berkelanjutan
dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. (Sillitoe,1999) Sehingga
pengelolaan energi dan sumber daya mineral yang berwawasan kemasyarakatan
dan lingkungan hidup didasarkan pada empat faktor mendasar yaitu:

10
1. Pemerataan dan Keadilan

Pemanfaatan sumber daya alam dalam hal ini energi dan sumber daya
mineral untuk semaksimal mgkin untuk kemakmuran rakyat merupakan
dasar kebijaksanaan pembangunan energi dan sumber daya mineral yang
berwawasan kemasyarakatan dan lingkungan hidup. Konsep kemitraan dan
eksistensi yang bersinergi antara kegiatan pertambangan tradisional, skala
kecil menengah dan skala besar perlu dikembangkan, sehingga memberikan
kepastian kepada masyarakat, dunia usaha dan pemerintah tentang arah,
lingkup ruang gerak dan tingkat keleluasaan didalam pelaksanaan
pembanguann energi dan sumber daya mineral yang berwawasan
kemasyarakatan dan lingkungan hidup.

2. Pendekatan Integratif

Pelaksanaan pembangunan energi dan sumber daya mineral harus


dilaksanakan melalui pendekatan kewilayahan yang terintegrasi, dengan
memperhatikan daya dukung sosial, dan keberlanjutan fungsi lingkungan
hidup, keterpaduan seluruh sektor dalam pemanfaatan segenap potensi
kekayaan alam dan sumber daya manusia, optimasi dari seluruh potensi dari
pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki secara merata dan keberkeadilan
dengan menerapkan atas konservasi sumber daya alam serta efisiensi dalam
pengusahaannya.

3. Wawasan Jangka Panjang

Sumber daya mineral adalah sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui oleh karena itu eksploitasinya perlu dilaksanakan dengan asas
efisiensi yang berlandaskan pada pencapaian nilai tambah yang maksimal.
Pemanfaatan sumber daya alam mineral juga harus didasarkan kepada
wawasan keberlanjutan sehingga apabila sumber daya alam habis
dieksploitasi tidak menimbulkan biaya sosial bagi generasi masa depan.
Kegiatan pasca tambang harus dikembangkan berdasarkan dimensi ruang
dan waktu sehingga ‘reklasifikasi’ dari kegiatan pemanfaatan energi dan

11
sumberdaya mineral menjadi kegiatan lainnya (industri, pertanian,
pariwisata, dll) dapat dikembangkan secara simultan.

4. Menghargai Keanekaragaman

Indonesia sebagai negara dan bangsa yang pluralistis, harus dapat


menghargai keanekaragamannya dan menjadikan basis pembangunan energi
dan sumber daya mineral karena keberhasilannya sangat ditentukan oleh
kondisi sosial budaya ekonomi dan ekologi sekitar wilayah kegiatan.
(Darmoyo, 2001). Untuk dapat melaksanakan pembangunan energi dan
sumber daya mineral yang berwawasan kemasyarakatan dan lingkungan
hidup diperlukan keikutsertaan segenap pelakunya (stakeholder) dalam suatu
kemitraan yang sinergis. (Soeria-Atmadja, 2002)

Kemitraan yang sinergis dapat dilaksanakan berdasarkan beberapa hal


dibawah ini :
 Segenap pelaku pembangunan mempunyai visi dan persepsi yang sama
tentang makna pembangunan energi dan sumber daya mineral.
 Segenap pelaku pembangunan mengetahui peran dan posisinya serta
peran dan posisi mitranya.
 Menghargai posisi mitranya dan berpikir positif serta mendukung tugas
dan fungsi mitranya.
 Setiap pelaku memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi yang diciptakan demi kepentingan bersama dalam kerangka
pencapaian tujuan.
 Dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya setiap pelaku harus
berpegang pada etika sosial, etos kerja dan profesionalime.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pentingnya sumber daya mineral dan energi bagi kehidupan adalah untuk
pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Sumber daya mineral dan energi
sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia, hampir semua kebutuhan
hidup manusia berkaitan dengan sumber daya mineral dan energi. Misalnya,
sebagai sumber energi dan bahan bakar.
Sumber daya mineral dapat diklafikasikan menjadi; hipotetik, tereka,
terujuk, terukur, pra kelayakan, kelayakan. Berbagai sumber daya mineral yang
ada di Indonesia sangat banyak macamnya. Sumber daya tersebut juga harus
dikelola dan dikembangkan dengan baik agar memberi manfaat bagi manusia.
Eksploitasi terhadap berbagai sumber daya mineral tidaklah boleh sembarangan,
harus menjaga lingkungan dan keberlanjutan, sehingga dapat diwariskan kepada
generasi selanjutnya.

3.2 Daftar Pustaka

Achnan, K., 1998. Hubungan antara struktur geologi dan lokasi geowisata di
wilayah Bandung dan sekitarnya Jurnal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, v. VIII, h.8 - 14.

Bronto, S., Achnan K., Kartawa, W., Dirk, M.H., Utoyo, H., Subandrio, J. dan
Lumbanbatu, K., 2004a. Penelitian Awal Mineralisasi di Daerah
Cupunagara, Kabupaten Subang – Jawa Barat. Majalah Geologi
Indonesia, v. 19, no. 1, h.12-30.

Sillitoe, R.H., 1999. Styles of High-Sulphidation Gold, Silver and Copper


Mineralisation in Porphyry and Epithermal Environments, the Pacific Rim
Conggress on Mineralisation, Bali – Indonesia, 10-13 October 1999, h.29-
44

13
Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M. and
Priadi, B., 2002. Tertiary magmatic belts in Java. Journal of SE Asian
Earth Science, v. 9, no. 1-2, h.13-27

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

14

Anda mungkin juga menyukai