Penulis
Nama : Fanny Cantika Roseline
NPM : 1851021009
P.S. : Ekonomi Pembangunan
PENDAHULUAN
Teori market area merupakan salah satu kelompok utama teori lokasi
dalam analisa ekonomi regional. Teori ini, dipelopori oleh August Losch,
menitikberatkan dari sisi permintaan (pasar). Losch (1954) mengatakan bahwa
lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
digarapnya.Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli
karena biaya transportasi semakin mahal, sehingga Losch menyarankan agar
lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.
1.2 Tujuan
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh August Losch tahun 1954, yang
mendasarkan analisis pemilihan lokasi optimal pada luas pasar yang dapat
dikuasai dan kompetisi antar tempat.
Teori market area merupakan salah satu kelompok utama teori lokasi
dalam analisa ekonomi regional. Teori ini, dipelopori oleh August Losch,
menitikberatkan dari sisi permintaan (pasar). Losch (1954) mengatakan bahwa
lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
digarapnya.Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli
karena biaya transportasi semakin mahal, sehingga Losch menyarankan agar
lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar. Asumsi dasar Teori Market
Area ini adalah:
1. Konsumen tersebar secara relative merata antar tempat, artinya teori ini
cocok diberlakukan di daerah perkotaan dimana konsentrasi penduduk dan
industry relative merata dibandingkan dengan daerah perdesaan atau
pedalaman.
3. Ongkos angkut per kesatuan jarak (ton/km) adalah sama (No Economies of
Long Haul).
Ukuran market area ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: biaya
transportasi, permintaan per kapita, kepadatan penduduk, skala ekonomi dan
pendapatan (Sullivan, 1996).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alasan Pemilihan Lokasi
Kota Yogyakarta adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kota Yogyakarta adalah kediaman bagi
Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam. Kota Yogyakarta merupakan
salah satu kota terbesar di Indonesia dan kota terbesar keempat di wilayah Pulau
Jawa bagian selatan menurut jumlah penduduk. Kota Yogyakarta juga pernah
menjadi ibu kota RI pada tahun 1946. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah
tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang
berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY.
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan
merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4
daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak
ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki daya Tarik tersendiri bagi
wisatawan local maupun asing. Seperti tempat wisata, makanan khas
tradisionalnya, maupun pusat perbelanjaan. Yogyakarta terkenal dengan
budayanya yang kental dengan sejarah Jawa dan Indonesia. Hal ini menjadi
daya tarik tersendiri untuk para wisatawan dari berbagai daerah. Salah satu yang
menjadi kebudayaannya adalah menjadi seniman dan berkreasi dengan
menghasilkan produk-produk seni khas Jogja seperti kain batik, kerajinan dan
aksesoris. Objek wisata apa yang akan langsung terlintas jika menyebutkan
nama Yogyakarta tentu saja Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
a. Fasilitas
Misalkan saja pasar yang dekat dengan tempat wisata yang terkenal di
Yogyakarta yaitu Malioboro. Dimana banyak wisatawan asing berdatangan.
Sehingga hal ini juga akan berdampak pada pembukaan pasar-pasar lainnya.
Keberadaan pasar modern di suatu wilayah dipengaruhi juga oleh keberadaan
pasar modern di wilayah tetangganya.
b. Aksesibilitas
Selain bandara Kota Jogja juga mempunyai 3 terminal bus yaitu, Terminal
Giwangan yang melayani bus antar provinsi, Terminal Jombor yang melayani
jurusan bus antar kota dalam provinsi, sedangkan Terminal Condong Catur yaitu
terminal bus yang melayani bus dalam kota.
Selain itu juga Jogja memiliki 2 Stasiun kereta api yang terletak di tengah
– tengah kota, yaitu Stasiun Tugu Yogyakarta yang melayani pemberangkatan
dan pemberhentian kereta eksekutif, bisnis, dan ekspress. Kedatangan kereta
dari berbagai wilayah yaitu Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Madiun, dll.
c. Ketersediaan
Kota Yogyakarta adalah wilayah yang ramai dan menarik orang untuk
tinggal disini, karena fakor tersebut ketersediaan lahan disini semakin
berkurang . Semakin ramai suatu kawasan maka kebutuhan akan lahan semakin
meningkat sedangkan ketersediaan lahan semakin sedikit. Ketersediaan lahan
untuk pembangunan permukiman baru di Kota Yogyakarta dari tahun ke tahun
semakin berkurang sehingga harga lahan pun naik karena berlaku prinsip
penawaran tertinggi. Hal ini juga akan berdampak pada Kawasan disekitarnya.
Hal ini sejalan dengan contoh kasus pada jurnal, yaitu adanya
dependensi spasial dalam hal lokasi pasar modern. Artinya bahwa keberadaan
pasar modern di suatu wilayah dipengaruhi oleh keberadaan pasar modern di
wilayah tetangganya. Hal ini didasarkan pada hasil uji nilai Moran’s I
dimanaterdapat hubungan autokorelasi spasial positif. Meski nilainya agak lemah
karena Moran’s I value yang dihasilkan jauh dari nilai +1, namun pola tersebut
berpotensi pada pola mengelompok (clustered) terutama di kota Yogyakarta dan
wilayah yang berbatasan dengan kota Yogyakarta seperti kecamatan Depok di
kabupaten Sleman, kecamatan Banguntapan, Kasihan dan Sewon di kabupaten
Bantul. Pola ini sejalan dengan pola sebaran pasar modern yang divisualisasikan
dengan Geographical Information System (GIS).
Menurut saya dalam kasus analisis Lokasi dan Pola Sebaran Pasar
Modern di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul menggunakan teri
Losch berlaku pada kenyataanya. Dimana, letak suatu pasar itu penting. Jika
suatu pasar sulit di jagkau maka konsumen tentu tidak ma uke pasar tersebut.
Sehinggak faktor lokasi sangat menentukan kondisi suatu pasar
Kekuatan:
Kelemahan :
Kukinul, Vely. PPT Anlok Teori Losch dan Christaller. Surabaya : PWK ITS
http://investasi.jogjakota.go.id/id/more/page/41/Jalan-dan-Transportasi. Diakses
pada 22 Maret 2020.