PENDAHULUAN
1
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit
kardiovaskular menyebabkan 17,5 juta kematian di seluruh dunia, tercatat
bahwa lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada
tahun 2002, angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada
tahun 2020. Di Indonesia, berdasarkan data survei dari Badan Kesehatan
Nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1000 penduduk Indonesia
menderita PJK, pada tahun 2007 terdapat sekitar 400 ribu penderita PJK dan
pada saat ini penyakit jantung koroner menjadi pembunuh nomor satu di
dalam negeri dengan tingkat kematian mencapai 26%.3
1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik
Komprehensif pada Penyakit Jantung Koroner
2
Kedokteran Komunitas dilayanan primer (Puskesmas) dengan tujuan untuk
meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh profesionalitas yang luhur,
mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Selain itu
kompetensi mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi, landasan
ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan.
3
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Penyakit Jantung Koroner
dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa mampu
mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara
komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam
konteks pelayanan kesehatan primer.
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita Penyakit Jantung Koroner dengan
pendekatan kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik,
sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis
Evidence Based Medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor
risiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan penderita Penyakit
Jantung Koroner dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas
Mamajang tahun 2018.
4
1.4.2 Tujuan Khusus
5
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita Penyakit Jantung Koroner.
6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
7
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
Kebiasaan pasien
mengkonsumsi makanan
kurang serat, makanan yang
digoreng serta makanan yang
mengandung tinggi lemak &
kolestrol
Istirahat yang kurang
KELUARGA
PASIEN
Pelayanan Lingkungan
Kesehatan Nyeri dada Pekerjaan
Jarak rumah dengan
puskesmas cukup dialami pada Pasien bekerja
dekat
Pasien memiliki
tahun 2016 lalu sebagai ibu rumah
tangga
BPJS dialami secara
Penyuluhan oleh
petugas kesehatan tiba-tiba
tentang PJK belum
maksimal
dirasakan hingga
tembus
kebelakang dan
seperti tertindih.
Lingkungan fisik
Faktor biologi - Kebersihan lingkungan
- Umur
cukup baik
-Jenis kelamin perempuan
-Riwayat hiperkolestrolemia
-Ventilasi dan
Riwayat Hipertensi lama & tidak penerangan didalam
terkontrol rumah kurang baik
Komunitas
Dukungan gaya hidup sehat dari keluarga kurang
Pemukiman yang padat dan sanitasi lingkunan yang baik
8
2.3 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk biologis
manusia adalah merupakan sistem organ yang terbentuk dari jaringan serta sel-sel
yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan
yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
9
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
10
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
11
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien adalah
seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
III. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. Derajat Fungsi Sosial :
- Derajat 1 :Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
- Derajat 2 :Pasien mengalami sedikit kesulitan.
- Derajat 3 :Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan.
- Derajat 4 :Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung
pada keluarga.
- Derajat 5 : Tak dapat melakukan kegiatan
2.4.1 Defenisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung akibat
penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering
12
ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan jantung
dalam memompa darah dapat hilang.3,4
Menurut WHO, penyakit jantung koroner adalah gangguan pada
miokardium karena ketidakseimbangan antara aliran darah koroner dengan
kebutuhan oksigen miokardium sebagai akibat adanya perubahan pada
sirkulasi koroner yang dapat bersifat akut (mendadak) maupun kronik
(menahun).3,4
2.4.2 Epidemiologi
a. Agent biologis
- Fungsi hormon dan biologi
Respon fisiologis tubuh perempuan dengan laki-laki dalam menghadapi
berbagai jenis faktor resiko dipengaruhi oleh fungsi hormonal dan
biologis. Terutama disini adalah jenis kelamin perempuan memiliki
respon berbeda ketika sebelum masa menopause, yang mana terdapat
hormon estrogen sebagai pelindung dari adanya ancaman penyakit
jantung. Berbeda hal nya pada laki-laki yang cenderung dapat merespon
dengan cepat karena ketiadaan hormon tersebut. Sehingga penyakit
13
jantung cenderung banyak pada laki-laki dari pada perempuan, kecuali
telah tiba masa menopause.
b. Agent kimia endogen
- Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengendap didalam pembuluh arteri
yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai
atherosklerosis atau plak. Plak ini dapat mempersempit ruang pada
pembuluh darah dan akan menghambat aliran darah. Jika plak tersebut
pecah maka akan menciptakan suatu gumpalan darah di daerah tersebut.
Aliran darah ke bagian otot jantung akan terganggu dan mengakibatkan
timbulnya serangan jantung.
- Diabetes
Kondisi dimana adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang
melebihi ambang batas normal. Rentang normal kadar glukosa dalam
darah saat puasa yakni 80-90 ml/dl darah, atau rentang kadar gula saat
tidak puasa berkisar 140-160 ml/dl darah. Diabetes jangka panjang
memberi dampak yang parah pada sistem kardiovaskular. Komplikasi
mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh kecil.
Penyebab penebalan tersebut berkaitan langsung dengan tingginya kadar
glukosa dalam darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia
dan penurunan penyaluran oksigen dan zat gizi ke jaringan.
- Hipertensi
14
tersebut juga dibuktikan dalam hasil penelitian Diana, dkk yang
menyebutkan bahwa tekanan darah yang tinggi secara terus menerus
menyebabkan kerusakan pembuluh darah arteri secara perlahan-lahan.
Arteri tersebut mengalami pengerasan yang disebabkan oleh endapan
lemak pada dinding pembuluh darah, sehingga menyempitkan lumen
yang ada di dalam pembuluh darah yang mana akan membuat aliran
darah menjadi terhalang dan menimbulkan gangguan pada jantung.
c. Agent nutrisi
Zat gizi atau nutrien seperti glukosa, natrium, lemak jenuh berurutan
dapat meningkatkan prevalensi terjadinya penyakit diabetes, hipertensi,
dan kolesterol. Peningkatan yang melebih batas normal akan
meningkatkan faktor resiko terkena penyakit jantung. Kebiasaan
konsumsi (tinggi glikemik, tinggi natrium, rendah serat dan tinggi lemak
jenuh), dan kebiasaan konsumsi minuman (kopi dan alkohol) masi
banyak ditemui di kalangan masyarakat khususnya di kalangan remaja
dan dewasa. Yang mana akan berdampak langsung terhadap komplikasi
beberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol.
Host (Pejamu)
Host adalah suatu inang atau induk yang memiliki peran sebagai penjamu
dan berkarakteristik sebagai makhluk hidup baik itu manusia maupun hewan
serta menjadi tempat persinggahan berbagai jenis penyakit. Penjamu
memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu patogen (mikroorganisme)
penyebab penyakit yang mana dapat atau tidak dapat menimbulkan penyakit
akibat rangsangan tersebut. Efek lain yang dapat ditimbulkan oleh organisme
penyebab penyakit juga ditentukan oleh tingkat imunitas tubuh, susunan
genetik, tingkat pajanan, status kesehatan, dan kebugaran individu tersebut.
15
Dalam penyakit jantung yang tergolong dalam kelompok host yakni usia,
jenis kelamin, gaya hidup, status gizi, tingkat pendidikan, dan sosial
a. Usia
Bertambahnya usia akan menyebabkan meningkat pula penderita PJK,
karena pembuluh darah mengalami perubahan progresif dan berlangsung
secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Perubahan yang
paling dini dimulai pada usia 20 tahun pada pembuluh arteri koroner.
Arteri lain mulai bermodifikasi hanya setelah usia 40 tahun, dan
meningkat seiring bertambahnya umur (Supriyono, 2008). Menurut
penelitian Stangl,dkk disebutkan bahwa sebelum berusia 40 tahun,
perbandingan penyakit jantung antara laki-laki dan perempuan adalah 8 :
1, dan setelah usia 70 tahun perbandingannya adalah 1 : 1. Puncak
insidens penyakit jantung pada laki-laki adalah usia 50-60 tahun,
sedangkan pada perempuan adalah usia 60-70 tahun. Penyakit jantung
pada perempuan terjadi sekitar 10-15 tahun lebih lambat dari laki-laki dan
risiko meningkat setelah menopause (Antman et al, 2010).
b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian oleh American Heart Association (AHA)
tahun 2004 disebutkan bahwa 1 dari 3 wanita dewasa menderita PJK.
Sejak tahun 1984 jumlah kematian akibat PJK pada perempuan lebih
tinggi dari pada laki-laki, sekitar tiga juta wanita memiliki riwayat
serangan jantung akibat PJK 38% wanita yang menderita serangan jantung
akan meninggal lebih awal dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan
laki-laki hanya 25%. Meskipun wanita memiliki serangan jantung pada
usia yang lebih tua daripada laki-laki, perempuan mungkin meninggal
dalam beberapa minggu setelah menderita PJK. Namun 64% dari wanita
yang meninggal mendadak akibat PJK tidak mengalami gejala
sebelumnya. Hasil penelitian dari Lewis et al (2007) mengatakan bahwa
16
morbiditas akibat PJK pada laki-laki lebih besar daripada wanita sebelum
wanita mengalami menopause, karena wanita mempunyai hormon
estrogen yang besifat protektif, namun setelah wanita mengalami
menopause insidensi PJK meningkat dan memiliki risiko yang sama
dengan laki-laki. Hal ini berkaitan dengan menurunnya kadar estrogen
diikuti dengan disfungsi endotel arteri koroner yang ditandai dengan
berkurangnya vasodilatasi normal sebagai respon terhadap faktor stress,
sehingga insidennya cenderung meningkat (Antman & Braundwald,
2010).
c. Gaya hidup
Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food)
yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok,
minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress
menjadi tren masyarakat di era sekarang. Kebiasaan tersebut terbentuk
karena terciptanya suatu lingkungan yang mendukung. Kesadaran pribadi
masing-masing menjadi faktor penentu terhadap berubah atau tidaknya
individu tersebut dalam mengubah pola perilaku dan kebiasaan sehari-
hari.
d. Status gizi
Kejadian prevalensi penyakit jantung memiliki kecenderungan pada
seseorang yang memiliki status gizi berlebih. Seseorang yang memiliki
status gizi berlebihan akan dapat dengan mudah terdampak berbagai
komplikasi berbagai penyakit seperti diabetes, kolesterol, dan hipertensi.
Sedangkan untuk status gizi kurang juga tidak menutup kemungkinan juga
memiliki resiko yang sama. Faktor stress, kurang aktivitas, dan pola hidup
yang salah menjadi faktor utama yang memicu untuk mendukung
terjadinya penyakit jantung.
e. Tingkat pendidikan
17
Pengetahuan akan berbagai jenis faktor resiko terhadap penyakit jantung
sangat diperlukan untuk masyarakat umum guna meminimalisir dampak
atau akibat yang disebabkan. Dengan rendahnya tingkat pengetahuan akan
secara tidak langsung berdampak terhadap kemampuan individu dalam
berfikir dan bertindak sebagai upaya pencegahan penyakit jantung.
f. Sosial
Segala permasalahan baik itu terjadi dalam internal maupun eksternal
keluarga sangat memiliki pengaruh terhadap resiko terkena penyakit
jantung. Stress menjadi pemicu utama dalam intensitas meningkatnya
penyakit jantung.
Environment
Segala sesuatu yang terjadi baik itu diluar maupun didalam kondisi
organisme yakni hewan atau manusia yang memiliki pengaruh terhadap
perkembangan dan memiliki kemungkinan terjadinya penularan suatu
penyakit terhadap organisme tersebut. Faktor lingkungan sangat beragam dan
disesuaikan dengan kondisi organisme atau individu tersebut yang memiliki
resiko terhadap dampak yang diberikan. Dalam penyakit jantung sendiri,
faktor lingkungan disini terbagi atas faktor lingkungan sosial, ekonomi, dan
budaya.
2.4.2.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Variabel
Epidemiologi
a. Distribusi menurut orang (person)
- Distribusi menurut umur
PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena
PJK meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang
berumur 65 tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12
% pada wanita.
- Distribusi menurut jenis kelamin
18
Sebelum berusia 40 tahun, perbedaan kejadian PJK antara pria dan
wanita adalah 8 : 1, dan setelah usia 70 tahun perbandingannya adalah
1 : 1.
- Distrubusi menurut etnik
Penyakit ini menyerang orang-orang di seluruh dunia dari berbagai
suku bangsa. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar
17 juta orang meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler, terutama
PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta).
b. Distriusi menurut tempat
- Lingkungan
Penyakit jantung koroner dapat menyerang di lingkungan mana saja
- Kondisi social Ekonomi
Penyakit jantung koroner dapat menyerang siapa saja baik dari
kalangan menengah atas maupun menengah bawah.
- Distribusi menurut waktu
Penyakit jantung koroner dapat menyerang kapan saja tanpa mengenal
waktu.
2.4.3 Patogenesis
Disfungsi endotel merupakan proses primer terjadinya arterosklerosis
yang dapat disebabkan baik karena bahan kimia maupun stress
hemodinamik akan menyebabkan terjadinya disfungsi endotel. Akibat
terjadinya disfungsi endotel maka akan menyebabkan (1) rusaknya peran
endotel sebagai permeability barier, (2) melepaskan sitokin inflamasi, (3)
meningkatkan produksi molekul adhesi yang merekrut leukosit, (4)
mengganggu pelepasan substansi vasoaktif ( prostasiklin, NO), dan (5)
mengganggu antitrombus. Efek yang tidak diinginkan ini menjadi dasar
terjadinya arteroslerosis. 6
19
Disfungsi endotelium menyebabkan endotel tidak lagi memiliki barier
yang dapat menghambat masuknya lipoprotein ke dalam pembuluh darah
arteri. Peningkatan permeabilitas dari endotel membuat LDL masuk ke
intima,selanjutnya LDL akan terakomodasi di ruang subendotel dengan
berikatan dengan matriks ekstraseluler yaitu proteoglikan. LDL tersebut
akan dioksidasi oleh ROS (Reactive Oxygen Species) dan pro enzym yang
dihasilkan oleh makrofag dan sel otot pembuluh darah sehingga menjadi
mLDL (modified LDL). mLDL ini akan merangsang rekrutmen dari
leukosit ke ruang sub intima (terutama monosit dan limfosit T) melalui 2
cara yaitu (1) ekspresi LAM ( leukocyte adhesion molecule) pada pada
permukaan endotel non adhesi, (2) signal kemoatraktan [MCP 1, IL 8,
interferon inducible protein – 10). 6
20
derived cytokine IFN – γ menghambat sintesis kolagen dan lebih lanjut
sitokin akan merangsang sel busa untuk menghasilkan MMP (matrix
metalloproteinase) yang akan melemahkan fibrous cap sehingga mudah
ruptur. Proses sintesis dan degrasi ini terus berlanjut tanpa menyebabkan
gejala. Kematian dari sel otot dan sel busa baik karena stimulasi inflamasi
yang berlebihan maupun karena apoptosis menyebabkan lemak dan debris
seluler membentuk lipid core. Ukuran dari lipid core memiliki peranan
biomekanikal untuk stabilnya plak. Selain itu deposisi dan distribusi
fibrous cap merupakan hal yang penting dalam intergritas plak, jika
fibrous cap tebal maka plak tersebut akan jarang ruptur yang sering kita
sebut plak stabil, tetapi apabila fibrous cap tipis akan cenderung
menyebabkan ruptur dari plak. 6
21
pembuluh darah 100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST,
sedangkan bila trombus tidak menyumbat 100%, dan hanya menimbulkan
stenosis yang berat akan terjadi angina tak stabil. 6,7
22
2) Unstable angina; kresendo angina, tanpa peningkatan enzim
jantung
2. Plak Stabil (Plak yang memiliki dinding tebal dengan lemak yang
sedikit) angina pektoris stabil; dekresendo angina, tanpa peningkatan
enzim jantung.
1. EKG
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan
angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau.
Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada
pasien hipertensi dan angina; dapat pula menunjukkan perubahan
9
segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Untuk
mendiagnosa STEMI dari EKG adalah adanya elevasi segmen ST
> 1mm pada 2 sadapan ekstremitas atau elevasi ST > 2mm pada 2
sadapan prekordial yang berhubungan, LBBB yang dianggap
baru.11
2. Foto Rontgen
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang
normal; pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar
dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta. 9
3. Laboratorium
- CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4
hari.
- cTn : ada dua jenis, yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat
setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam
23
10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari,
sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
- Mioglobin : dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai
puncak dalam 4-8 jam.
- Ceratinin Kinase (CK) : meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali
normal dalam 3-4 hari.
- Lactic dehydrogenase (LDH) : meningkat setelah 24-48 jam bila
ada infark miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan kembali
normal dalam 8-14 hari.10,12
4. Treadmill test
- Uji Latih Jasmani Ekokardiografi (Stress Eko)
- Uji Latih Jasmani Scintigrafi Perfusi Miokard
- Uji Latih Jasmani Farmakologik Kombinasi Teknik Imaging
5. Teknik Non-invasif
Penentuan KAlsifikasi Koroner dan Anatomi Koroner
1. Computed Tomografi
2. Magnetic Resonance Arteriography
2.4.6 Diagnosis
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang mempunyai
ciri khas sebagai berikut :
1. Anamnesis
- Letak
Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum atau di bawah
sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar
ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan
24
kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah
epigastrium, leher, rahang, gigi, bahu. 9
- Kualitas
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti
di peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak
enak di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-
lebih jika pendidikan pasien kurang. 9
- Hubungan dengan aktivitas
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat melakukan
aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang
berjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat aktivitas ringan
seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah
dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila
pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada
waktu istirahat atau pada waktu tidur malam. 9
- Lamanya serangan
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang
perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri
dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan
infark miokard akut dan bukan angina pektoris biasa. Pada angina pektoris
dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang-
kadang nyeri dada disertai keringat dingin. 9
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak cemas, tidak dapat istirahat (gelisah), sering kali
ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Sekitar seperempat pasien infark
anterior memiliki manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis ( takikardia
dan/atau hipotensi), dan hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan
hiperaktivitas saraf parasimpatis (bradikardia dan/atau hipotensi) tanda fisis
lain pada disfungsi ventrikular adalah , dijumpai S4 dan S3 gallop, penurunan
25
intensitas bunyi jantung pertama, split paradoksikal bunyi jantung kedua.
Dapat ditemukan peningkatan suhu sampai 38ºC dalam minggu pertama pasca
STEMI.10
2.4.7 Penatalaksanaan
Tujuan penanganan pada STEMI adalah:
a. Penanganan kegawatdaruratan diperlukan untuk menegakkan diagnosis
secara
cepat dan penilaian awal stratifikasi risiko, menghilangkan/ mengurangi
nyeri dan
pencegahan atau penanganan henti jantung.
b. Penanganan dini untuk membuat keputusan segera terapi reperfusi
untuk membatasi proses infark serta mencegah perluasan infark serta
menangani komplikasi segera seperti gagal jantung, syok dan aritmia
yang mengancam jiwa.
c. Penanganan selanjutnya untuk menangani komplikasi lain yang timbul
selanjutnya.
d. Evaluasi dan penilaian risiko untuk mencegah terjadinya progresi
penyakit arteri koroner, infark baru, gagal jantung, dan kematian11
a. Tatalaksana awal:
Oksigen 4L/ menit (saturasi dipertahankan > 90%).
Aspirin 160mg (dikunyah).
Nitrat diberikan 5mg SL (dapat diulang 3x) lalu drip bila masih nyeri.
Morfin iv bila nyeri tidak teratasi dengan nitrat. 11
b. Tatalaksana lanjut sesuai indikasi dan kontraindikasi (jangan menunda
reperfusi).
Anti iskemik: nitrat, B-bloker, Ca antagonis.
26
Anti platelet oral: aspirin, clopidogrel.
Anti koagulan: heparin (UFH, LMWH).
Terapi tambahan: Ace inhibitor/ ARB, Statin.
Dosis heparin (UFH) sebagai co-terapi: Bolus iv 60 u/ kg BB
maksimum 4000u, dosis maintenance drip 12u/ kg BB selama 24 – 48
jam dengan maksimum 1000 u/ jam dengan target aPTT 50 – 70s.
Monitoring aPTT 3, 6, 12, 24 jam setelah terapi dimulai. LMWH
dapat digunakan sebagai alternative UFH pada pasien-pasien berusia <
75 tahun dengan fungsi ginjal baik (kreatinin < 2,5 mg/dl pada laki-
laki atau < 2 mg/ dl pada wanita). 11
2.4.8 Komplikasi
Aritmia supraventrikular
Takikardia sinus merupakan aritmia yang paling umum dari tipe ini.
Jika hal ini terjadi sekunder akibat sebab lain, masalah primer
sebaiknya diobati pertama. Namun, jika takikardi sinus tampaknya
disebabkan oleh stimulasi simpatik berlebihan, seperti yang terlihat
sebagai bagian dari status hiperdinamik, pengobatan dengan
penghambat beta yang relatif kerja singkat seperti propanolol yang
sebaiknya dipertimbangkan.13
Gagal jantung
Beberapa derajat kelainan sesaat fungsi ventrikel kiri terjadi pada lebih
dari separuh pasien dengan infark miokard. Tanda klinis yang paling
umum adalah ronki paru dan irama derap S3 dan S4. Kongesti paru
juga sering terlibat pada foto thoraks dada. Peningkatan tekanan
pengisian ventrikel kiri dan tekanan arteri pulmonalis merupakan
temuan hemodinamik karakteristik, namun sebaiknya diketahui bahwa
temua ini dapat disebabkan oleh penurunan pemenuhan diastolik
ventrikel dan / atau penurunan isi sekuncup dengan dilatasi jantung
27
sekunder. Diuretik sangat efektif karena mengurangi kongesti paru-
paru dengan adanya gagal jantung sistolik dan / diastolik. 13
Sistole prematur ventrikel
Depolarisasi prematur yang jarang dan sporadik terjadi pada hampir
semua pasien dengan infark dan tidak memerlukan terapi. Sementara
dulu, ekstrasistole ventrikel distolik yang sering, multifokal atau dini
secara rutin diobati, terapi farmakologik sekarang disediakan untuk
pasien dengan aritmia ventrikel yang lama atau simptomatik. Terapi
antiaritmia profilaktik dengan tiadanya takiaritmia ventrikel yang
penting secara klinis, dikontra indikasikan karena terapi seperti itu
dapat dengan jelas meningkatkan mortalitas selanjutnya. 13
28
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari hubungan
antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih
kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian mengikuti sepanjang
periode waktu tertentu untuk melihat subjek dalam kelompok yang mengalami efek
penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter
layanan primer secara paripurna dan holistik terutama tentang penatalaksanaan PJK
dengan pendekatan diagnosis holistik di puskesmas Mamajang pada tanggal 8
November 2018.
29
3.2.2. Lokasi Studi Kasus
30
Adapun wilayah kerja Puskesmas Mamajang mencakup 6 Kelurahan
yaitu :
5. Kelurahan Mandala
31
Luas wilayah kerja Puskesas Mamajang 2.712 km 2 dengan 21 RW
dan 4.486 RT berada di bagian barat daya Kota Makassar dimana berbatasan
dengan :
32
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mamajang, Kota Makassar
Jumlah penduduk
Puskesmas Mamajang sebanyak 21.264 jiwa, yang terdiri dari 11.057 jiwa
laki-laki dan 10.207 jiwa perempuan dengan ratio jenis kelamin 108,33 % yang
yang menyatakan perbandingan banyak orang yang berada pada usia yang
produktif terhadap usia tidak produktif . Semakin banyak kelompok usia non
33
Komposisi penduduk wilayah kerja Puskesmas Mamajang menurut
kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun)
sebesar 24,0 % , yang berusia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 72,85 % dan
yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 3,54 %, (sumber BPS Kota Makassar)
berada pada usia produktif dan yang paling sedikit yang berusia tua.
kelurahan. Disebabkan oleh jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan luas
Tingkat Pendidikan
Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif sehin
gga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
34
Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, sebab penduduk
yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
Mamajang tidak bisa kami paparkan karena sumber informasi yaitu BPS tidak
Pada tahun 2017 jumlah PAUD di wilayah kerja Puskesmas Mamajang ada 4,
sekolah, untuk tingkat SMP yang ada sebanyak 4 sekolah, untuk tingkat SMA juga
sebanyak 3 sekolah dan ada terdapat sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu 1 sekolah.
Tingkat Ekonomi
tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi.
35
Berdasarkan sumber data BPS Kota Makassar untuk wilayah kerja Puskesmas
sebanyak 2 dan SPBU terdapat 1 . Untuk Usaha Hotel sebanyak 3 Hotel dan
36
- Unit Kesehatan Perorangan
Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas
- Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )
- Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )
- Unit Bidan Komunitas
37
Puskesmas Mamajang sebagai Puskesmas Rawat Inap di Wilayah Kerja Puske
smas terdapat pula berbgaai bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya ma
syarakat seperti Posyandu, Poskesdes, Polindes, adn Posbindu. Kedudukan Puskesma
s diantara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumber daya masyara
kat adalah sebagai pembina.
Tenaga Kesehatan
1. Dokter Umum 3
2. Dokter Gigi 2
3. Dokter Spesialis Obgyn 1
4. Apoteker 1
5. Asisten Apoteker 1
6. Perawat 12
7. Bidan 8
38
8. Analis Kesehatan 2
9. Sanitarian 2
10. Nutrisionis 2
11. Perawat Gigi 2
12. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2
13. Tenaga Sukarela 12
JUMLAH 50
Tabel 6. Data dan Jumlah Tenaga Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Mamajang
39
NO JENIS LAYANAN MUTU LAYANAN PENERIMA PERNYATAAN
DASAR DASAR LAYANAN STANDAR
DASAR
1 Pelayanan Sesuai standar Ibu hamil. Setiap ibu hamil
kesehatan ibu pelayanan antenatal. mendapatkan pelayanan
hamil antenatal sesuai standar.
3 Pelayanan Sesuai standar Bayi baru lahir. Setiap bayi baru lahir
kesehatan bayi baru pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan
lahir bayi baru lahir. kesehatan sesuai standar.
5 Pelayanan Sesuai standar Anak pada usia Setiap anak pada usia
kesehatan pada usia skrining kesehatan pendidikan pendidikan dasar
pendidikan dasar usia pendidikan dasar. mendapatkan skrining
dasar. kesehatan sesuai standar.
40
jiwa berat pelayanan kesehatan
sesuai standar.
41
Pasien datang
Loket pendaftaran
Poli umum
Rujuk Pasien
Poli gigi ke RS
Poli KIA/KB tujuan
Laboratorium
Ruang Tindakan
Apotik
Pasien pulang
BAB IV
42
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keluhan Utama
Nyeri dada
Anamnesis Terpimpin
Pasien mengeluhkan nyeri dada utamanya pada bagian sebelah kiri yang di
alami pada tahun 2016 lalu. Nyeri dada dialami secara tiba-tiba pada saat beristirahat
dan nyeri dirasakan hingga tembus kebelakang serta seperti tertindih. Pasien juga
merasa sesak apabila beraktifitas dan berjalan jauh namun pada saat istirahat
sesaknya berkurang. Riwayat demam tidak ada. Saat ini nyeri kepala (-). batuk (-)
batuk darah (-), riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (+), mual (-), muntah (-),
nyeri ulu hati (-), riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar saat
ini lancar 2 kali sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar
berwarna kuning jernih. Riwayat DM tidak diketahui. Riwayat DM pada keluarga (-).
Riwayat jika mendapatkan luka sukar sembuh (-)
Riwayat Hipertensi (+).
Riwayat penyakit jantung (+). Riwayat penyakit jantung pada keluarga (+)
Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
Riwayat mengkonsumsi makanan yang tinggi kolestrol & lemak (+)
43
Riwayat minum obat hipertensi (+)
Riwayat merokok (-)
Riwayat penyakit maag (-)
Riwayat minum minuman beralkohol (-)
Riwayat penyakit kuning (-)
Pemeriksaan Fisik
Status Present:
Sakit Sedang/Gizi Cukup/ Compos mentis
BB= 55 kg; TB= 147 cm; IMT=21,15 kg/m2 (normal)
Tanda Vital:
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
Suhu : 36,5oC (axilla)
Kepala:
Ekspresi : Normal
Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus: (-)
Gerakan : Kesegala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
44
Pupil : Bulat, isokor, ∅2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Telinga:
Tophi : (-)
Pendengaran : Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening: Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+2 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
45
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)
Paru:
o Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
Bunyi Pernapasan :Vesikuler
Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
Jantung:
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
46
Bunyi Tambahan : Bising (-)
Perut:
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
o Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal
Ekstremitas
- Edema (-)
- Deformitas (-)
- Akral Hangat
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Coronary Arteri Disaes
47
Penatalaksanaan dan Edukasi
A. Medikamentosa
- Clopidogrel /24jam/oral
- Valsartan 160 mg/24jam/oral
- Amlodipin 5 mg/24 jam/oral
- Simvastatin 20 mg/24 jam/oral
B. Non-medikamentosa
- Melakukan olahraga ringan secara rutin.
- Kurangi aktivitas berat.
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup.
- Menghindari makan-makanan yang mengandung lemak dan tinggi
kolestrol.
- Mengurangi konsumsi garam
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga.
Anjuran Pemeriksaan
- Kontrol tekanan darah
- Kotrol kadar kolestrol
Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
48
4.2 Pendekatan Holistik
Profil Keluarga
Pasien Ny. M adalah seorang istri. Ny. M tinggal bersama 2 orang anaknya.
Pekerjaan sehari-hari Ny. H adalah mengurus rumah tangga.
49
Keadaan Rumah Pasien di Jl. Tanjung Lereh No. 23 Tahun 2018
Status kepemilikan rumah: Permanen
Daerah perumahan : Tertata rapih dan bersih
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 7 x 6 m2 Keluarga Ny. M tinggal di rumah
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 3
dengan kepemilikian rumah pribadi.
orang
Ny. M tinggal dalam rumah yang
Luas halaman rumah : tidak ada
sehat dengan lingkungan rumah yang
Lantai rumah dari : tegel cukup padat dan ventilasi yang
Dinding rumah dari : batu
cukup memadai dan dihuni oleh 3
Jamban keluarga : ada
Tempat bermain : tidak ada orang. Dengan penerangan listrik
Penerangan listrik : 1500 watt
1500 watt. Air PDAM sebagai
Ketersediaan air bersih : ada
Tempat pembuangan sampah : ada sarana air bersih keluarga.
50
Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu makanan yang
biasa dihidangkan dari Ny. M terdiri dari nasi, sayur, dan lauk yang digoreng yang
biasanya dimasak sendiri. Sayur yang dikonsumsi cukup bervariasi antara lain
sayuran hijau, terutama kangkung dan bayam baik direbus atau ditumis dan cukup
jarang mengonsumsi buah. Lauk yang dihidangkan bervariasi seperti telur, tahu
maupun tempe. Untuk buah-buahan sangat jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Pola
makan keluarga ini tiga kali sehari, terdiri dari sarapan pagi, makan siang dan makan
malam, diantaranya terkadang keluarga ini mengkonsumsi gorengan yang di buat
sendiri sebagai cemilan. Di dalam sehari, Ny. M memiliki kebiasaan makan sebanyak
dua sampai tiga kali sehari dan suka mengkonsumsi makanan yang mengandung
lemak dan kolestrol.
51
- Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
52
Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda lupa minum obat, apakah ada
anggota keluarga yang selalu √
mengingatkan untuk konsumsi obat
secara rutin?
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak memasak karena
keterbatasan anda akibat penyakit yang √
anda derita, apakah anak anda mau
mengerti dengan anda?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas akibat penyakit
anda, apakah anggota keluarga yang lain √
selalu mendampingi Anda dalam
mengatasi kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan)
Anda disarankan untuk mengurangi
konsumsi makanan yang tinggi purin
dan makanan yang digoreng. Apakah √
anggota keluarga yang lain
mengkonsumsi menu yang sama dan
makan bersama?
Total Skor 7
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 7 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.
53
Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga.
- Cultural:
Pasien memiliki seorang suami yang sudah meninggal dan 5 orang anak
serta 3 orang cucu
- Religious:
Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu dan puasa.
- Economy:
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi.
- Education:
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMP
- Medication:
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari
puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.
Keterangan :
: Laki-laki normal
: Wanita normal
: Wanita PJK
A. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Nuclear family yaitu keluarga yang terdiri atas ibu
dan 2 orang anak. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam rumah.
54
B. Hubungan Anggota Keluarga
Ny. M merupakan istri dengan dua orang anak. Hubungan antara anggota
keluarga cukup baik, mereka sering berkumpul dan berkomunikasi.
4.3 Pembahasan
Diagnosis pada pasien ini adalah penyakit jantung koroner, didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek
risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Analisa Kasus
Tabel Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien post Osteoarthritis.
Skor Resume Hasil Akhir Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- PJK merupakan 2 - Edukasi mengenai - Terselenggara penyuluhan 4
penyakit Degeneratif penyakit dan - Keluarga memahami
dan berbanding lurus pencegahannya melalui bahwa penyakit jantung
terhadap umur penyuluhan gaya hidup koroner memerlukan
55
silaturahmi dengan
tetangga.
Faktor perilaku
kesehatan
- Higiene pribadi yang 3 - Edukasi tentang - Anggota keluarga paham 4
kurang dan pentingnya PHBS dirumah akan pentingnya PHBS
lingkungan yang untuk mencegah infeksi. dan mau
kurang bersih mengaplikasikan dengan
baik PHBS dilingkungan
- Edukasi untuk berobat dan rumah mereka
- Berobat tidak teratur 2 secara teratur serta minum - Pasien berobat secara 5
dan kurangnya obat sesuai anjuran dokter teratur dan minum obat
aktivitas fisik - Edukasi untuk sesuai anjuran dokter
meningkatkan aktivitas - Pasien melakukan
fisik ringan aktivitas fisik ringan
Faktor Psikososial
- Kurangnya perhatian 2 - Menyarankan kepada - Anggota keluarga 4
keluarga pasien anggota keluarga untuk bersedia memberi
terhadap penyakit lebih perhatian dengan perhatian lebih kepada
yang diderita pasien kondisi pasien pasien
- Motivasi untuk
sembuh kurang 2 - Memotivasi pasien serta - Pasien termotivasi untuk 4
menjelaskan kepada sembuh
pasien bahwa penyakitnya
dapat sembuh apabila
pasien berobat secara
teratur
Total Skor 15 29
Rata-rata Skor 2,1 4,1
56
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
Anamnesis Holistik
a. Aspek Personal
Saat kami mendatangi rumah pasien, pasien sedang di dapur kemudian pasien
diberitahu oleh anak pasien bahwa petugas dari puskesmas telah datang. Pasien
baru pertama kali mendapat kunjungan dari pihak pukesmas untuk mengontrol
keadaan pasien, disamping itu pasien sangat begitu senang karena ada teman
57
berbagi cerita. Pasien masih memiliki harapan untuk bisa beraktifitas seperti
sedia kala.
b. Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis Penyakit jantung koroner.
c. Aspek Faktor Risiko Internal
Dulunya pasien sering lupa dan malas ke puskesmas. Pasien kurang
menerapkan pola hidup sehat berupa pola makan yang baik. Pasien selalu
mengutamakan untuk bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan untuk
keluarganya.
d. Aspek Faktor Risiko Eksternal
Ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga pasien
memerhatikan kondisi penyakit pasien serta mengingatkan untuk berobat dan
control di puskesmas.
e. Aspek Fungsional
Tn. S dan Tn. I selalu berada diluar rumah untuk bekerja sebagai wiraswasta.
Ny. M banyak menghabiskan waktu untuk mengurus rumah tangganya
f. Derajat Fungsional
Derajat 3 yaitu ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan.
g. Rencana Pelaksanaan
Pertemuan ke-1: Rumah pasien Jl. Tanjung Lereh No. 23 tanggal 08
November 2018 pukul 13.00 WITA.
58
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi Pasien Pada Pasien dapat Tidak Tidak
personal kepada pasien mengenai saat sadar dan ada menol
penyakit jantung koroner kunjung mengerti akan ak
dan komplikasi serta an pentingnya
memberikan informasi rumah pola hidup
mengenai perkembangan sehat
penyakitnya.
Aspek Memberikan obat PJK Pasien Pada Keluhan yang Tidak Tidak
klinik untuk mengontrol saat dirasakan ada menol
serangan penyakit dan kunjung pasien ak
untuk mengurangi gejala an berkurang,
rumah setelah
mengkonsumsi
obat secara
teratur dan
kontrol di poli
Aspek Mengajarkan bagaimana Pasien Pada Keluhan yang Tidak Tidak
risiko pola makan yang baik, saat dirasakan ada menol
internal menganjurkan untuk kunjung pasien ak
menjaga hygenitas diri an berkurang,.
rumah
Aspek Menganjurkan keluarga Keluarga Pada Keluarga Tidak Tidak
risiko selalu memberi dukungan saat memberi ada menol
external kepada pasien agar selalu kunjung perhatian dan ak
menjaga kesehatannya an dukungan
dan selalu mengingatkan rumah lebih kepada
pasien untuk minum obat, pasien dan
dan mendukung pola diet pasien lebih
pasien. termotivasi
untuk sembuh
59
Menganjurkan kepada
keluarga pasien untuk
tetap meningkatkan
komunikasi yang baik
dengan pasien
Aspek Menganjurkan untuk rajin Pasien Pada Agar kondisi Tidak Tidak
fungsio melakukan control saat tubuh selalu ada menol
nal tekanan darah, control kunjung sehat dan ak
kolestrol, rajin konsumsi an bugar, agar
obat serta menghindari rumah kelemahan
konsumsi makan- pada tubuh
makanan yang pasien bisa
mengandung kolestrol dan berkurang
lemak.
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Nadi : 80
x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,5oC.
B. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Penyakit jantung koroner, didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek
risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Diagnose Psikososial:
60
- Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan.
- Kurangnya aktivitas fisik pada pasien.
- Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kesehatan pasien.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi pencegahan
primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
jantung koroner antara lain:
- Mengontrol kesehatan
- Mengatur pola makan
- Mengontrol diit
2. Pencegahan Sekunder
a. Pengobatan Farmakologi
- Clopidogrel /24jam/oral
- Valsartan 160 mg/24jam/oral
- Amlodipin 5 mg/24 jam/oral
- Simvastatin 20 mg/24 jam/oral
b. Pengobatan Non Farmakologi
- Melakukan olahraga ringan secara rutin.
- Kurangi aktivitas berat.
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup.
- Menghindari makan-makanan yang mengandung lemak dan tinggi
kolestrol.
- Mengurangi konsumsi garam
61
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga.
Terapi Untuk Keluarga
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota
keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada
pasien untuk melakukan aktivitas fisik dan mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung lemak dan kolestrol tinggi. Selain itu apabila kita kembali mengingat
bahwa silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit degeneratif yang tinggi sehingga,
penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola makan serta
melakukan kebiasaan hidup yang sehat.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Penyakit Jantung Koroner, didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik,
aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang
dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik
holistik.
- Diagnosis psikososial:
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan serta kurangnya
perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan pasien.
- Prinsip kedokteran keluarga yang memandang pasien secara holistik harus
senantiasa dijalankan dalam praktik sehari-hari karena ternyata banyak faktor
baik dari internal maupun eksternal pasien yang dapat memengaruhi
perjalanan suatu penyakit.
- Dengan mengetahui faktor-faktor resiko yang ada, maka pencegahan dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. M, maka disarankan
untuk:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan penyakit jantung koroner.
63
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit jantung
coroner serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur
mengonsumsi obat.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan dukungan
lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan mengontrol
penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.
64
DAFTAR PUSTAKA
65
12. Samsu, Nur dan Djanggan Sargowo. Sensitivity and Specificity of Troponin T and
I for diagnosis of Acute Myocardial Infarction. Maj Kedokt Indon 2007: 57:10.
13. Isselbacher, J Kurt. 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13
Volume 3. Jakarta : EGC.
15. Morrow, David A., Elliott M. Antman, Andrew Charlesworth, dkk. TIMI Risk
Score for ST-Elevation Myocardial Infarction: A Convenient, Bedside,
Clinical Score for Risk Assessment at Presentation. An Intravenous nPA for
Treatment of Infarcting Myocardium Early II Trial Substudy. Website
http://circ.ahajournals.org/. Accessed November 5, 2018.
66
LAMPIRAN DOKUMENTASI
67
Gambar 4. Kondisi kamar tidur
Gambar 5. Kondisi WC
68