PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
lingkungan dan bersifat renewable. Hal ini mengingatkan kita akan
ketersediaan sumber tanaman penghasil minyak nabati yang banyak
ditemukan di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku
pembuatan Bahan bakar nabati.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
D. Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian BBN
4
Bioetanol dan biodiesel adalah dua BBN oksigenat paling utama dan
keduanya sekarang telah dikenal baik oleh industri bahan bakar cair di
Indonesia.Bioetanol adalah padanan bensin (premium/pertamax/pertamax-
plus) sedang biodiesel adalah padanan solar atau minyak diesel. Bioetanol
diproduksi dari bahan berkarbohidrat, terutama yang bergula dan/atau
berpati, sedangkan biodiesel diproduksi dari minyak-lemak nabati. BBN
biohidrokarbon belum lagi diproduksi dan digunakan di Indonesia,
sehingga relatif masih belum banyak dikenal. Kelas-kelas utama BBN
biohidrokarbon adalah minyak diesel hijau (green diesel), bensin nabati
(biogasoline), dan bioavtur (jet biofuel, BBN untuk mesin pesawat terbang
jet). Dewasa ini, ketiga BBN biohidrokarbon tersebut diproduksi dari
minyak-lemak nabati.
5
Indonesia juga sangat beruntung karena merupakan negara tropik bergaris-
pantai terpanjang di dunia, sehingga memiliki lahan potensial terbesar
untuk budidaya mikroalga, yaitu tumbuhan renik perairan yang
kemampuan menghasilkan minyak-lemaknya berlipat-lipat kali pohon
kelapa sawit sekalipun. Melalui upaya penelitian dan pengembangan (R &
D) yang tekun dan sistematik, produksi komersial minyak-lemak nabati
berbasis budidaya mikroalga diperkirakan bisa mulai memasok bahan
mentah bagi industri BBN di sekitar tahun 2030.
2. Sejarah BBN
1956. Konsep Peak Oil Theory (POT) digagas oleh MK Hubert. Dengan
kurvanya, Hubert mengatakan bahwa sesudah produksi minyak bumi
dunia melewati titik kulminasi pada tahun 2005, maka produksi minyak
bumi dunia akan mengikuti jalan menurun secara terus-menerus. Selain
volume cadangan yang terus berkurang dan harganya meroket, trio sumber
energi (minyak bumi, gas alam, dan batu bara) memiliki banyak
eksternalitas negatif. Pencemaran lingkungan terjadi hampir di semua
kegiatan eksplorasi, eksploitasi, distribusi, pengolahan, dan pemanfaatan.
Fenomena perubahan iklim dan pemanasan global yang menjadi isu dunia
menuding trio minyak bumi, gas alam, dan batu bara sebagai kambing
hitam.
6
gula dan alkohol. Produksi etanol tumbuh 8,9 persen per tahun.
Permintaan etanol terus meningkat karena harganya dipatok lebih rendah
ketimbang harga bahan bakar fosil yang masih diimpor.
7
memfasilitasi penyediaan benih dan bibit; (d) serta mengintegrasikan
kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman bahan baku
bahan bakar nabati (biofuel). Tanggung jawab utama Deptan dalam hal ini
pada sektor hulu terutama penyediaan benih dan bibit serta fasilitasi
budidaya.
8
29 Desember 2006. Laporan Timnas Pengembangan BBN kepada
Presiden, menyatakan bahwa investasi dalam dan luar negeri untuk
pengembangan bahan bakar nabati (BBN) mencapai 9-10 miliar dolar AS
yang akan ditandatangani pada 9 Januari 2007. Disebutkan pula bahwa
akan ada tambahan dana perbankan sebesar Rp 34 triliun.
9
Januari 2007. Bertempat di kantor Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral telah dilakukan 60 kesepakatan bersama antar berbagai pihak.
Kesepakatan itu antara lain 27 kerjasama antar Pemda Kabupaten dengan
sejumlah LSM seperti di Kabupaten Pacitan, Merauke dan Lampung
Selatan. Kemudian 25 kesepakatan dengan BUMN yang bertugas
mendukung BBN, 6 kesepakatan dengan lembaga peneletian dan
Perguruan Tinggi, seperti IPB dan ITB. Serta 14 kesepakatan penanaman
modal asing dan 26 kesepakatan penanaman modal dalam negeri.
10
ton pada tahun ke 4. Sementara, di Indonesia katanya dapat dihasilkan
hingga 5 ton/ha/th setelah tahun pertama penanaman. Intinya, yield hingga
saat ini belum dapat diprediksi dengan akurasi yang tinggi.
11
tahun 2025 dan minyak nabati murni minimal sebesar 10% pada tahun
2025.
12
berkerjasama, misalnya beberapa wilayah kabupaten yang banyak
pegunungan dan daerah terpencil di Papua.
13
2010-2011. Pada periode ini, semestinya sesuai dengan target Tim
Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati telah diproduksi bioethanol
menjadi 2,5 juta kilo liter. Faktanya?
14
alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter
asam kuat, seperti asam sulfat, asam sulfonat, asam sulfonat
organik atau resin penukar kation asam kuat. Asam-asam
tersebut biasa dipilih dalam praktek industrial)
menggunakan campuran katalis metanol 20% (v/v) dengan
HCl 1% (v/v).
4) Proses transesterifikasi (proses transformasi kimia molekul
trigliserida yang besar, bercabang dari minyak nabati dan
lemak menjadi molekul yang lebih kecil, molekul rantai
lurus, dan hampir sama dengan molekul dalam bahan bakar
diesel) dengan campuran katalis metanol 10% (v/v) dengan
KOH 0,5% (b/v), selama 0,5 jam.
5) Proses pencucian dan pemurnian minyak biodiesel.
15
1) Pengupasan biji dari cangkang, pengeringan, dan
pengepresan kernel menggunakan mesin skrew kapasitas 50
kg/jam.
2) Proses degumming I menggunakan penambahan larutan H3
PO4 dengan konsentrasi 0,25% yang dilanjutkan dengan
proses degumming II menggunakan campuran bentonit dan
zeolit (0,5%:0,5%) b/v
3) Proses esterifikasi menggunakan campuran katalis metanol
20% (v/v) dan HCl 1% (v/v).
4) Transesterifikasi menggunakan campuran katalis metanol
15% (v/v) dan KOH 0,4% (b/v).
5) Pencucian dan pemurnian minyak biodiesel
Sinar
PENGERINGAN
matah
ari
PENGEMPAAN
17
diaduk dengan kecepatan 400 rpm, lalu selama ½ jam
dienapkan, dan dipisahkan antara minyak dan getah (gum).
c. Minyak bersih dipanaskan pada suhu 60o C, kemudian
ditambahkan bentonit 1,5% sambil diaduk selama ½ jam,
lalu diendapkan dan dipisahkan antara minyak dan
bentonitnya.
d. Proses esterifikasi menggunakan campuran katalis metanol
15% (v/v) dan HCl 1% (v/v) pada suhu 60o C sambil
diaduk dengan kecepatan 400 rpm, setelah ½ jam,
kemudian ditambahkan zeolit 1,5% (b/v), sambil diaduk
dengan kecepatan sama selama ½ jam.
e. Proses transesterifikasi mengunakan campuran katalis
metanol 15% (v/v) dan KOH 0,4% (b/v).
f. Pencucian dan pemurnian minyak biodiesel.
18
diaduk dengan kecepatan 400 rpm, setelah ½ jam
ditambahkan zeolit 1,5% (b/v) sambil diaduk dengan
kecepatan selama ½ jam.
Proses transesterifikasi mengunakan campuran katalis
metanol 20% (v/v) dan KOH 0,6% (b/v).
e. Pencucian dan pemurnian minyak biodiesel.
4. Jenis-jenis BBN
19
BBN merupakan salah satu bentuk green energy yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Biodiesel
Merupakan bentuk ester dari minyak nabati. Bahan baku dapat berasal dari
kelapa sawit, jarak pagar, kedelai, dan kelapa. Dalam pemanfaatannya
dicampur dengan minyak solar dengan perbandingan tertentu. B5
merupakan campuran 5% biodiesel dengan 95% minyak solar yang dijual
secara komersiil oleh Pertamina dengan nama dagang biosolar.
b. Bioetanol
Merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi tetes tebu,
singkong, jagung atau sagu. Bioetanol dimanfaatkan untuk mengurangi
konsumsi premium. E5 merupakan campuran 5% bioetanol dengan 95%
premium yag telah dipasarkan Pertamina dengan nama dagang
biopremium. Penggunaan bioetanol sampai dengan E15 tidak perlu
melakukan modifikasi mesin kendaraan yang sudah ada, tetapi untuk E100
hanya dapat digunakan untuk mobil jenis FFV (Flexible Fuel Vehicle).
20
Sumber terbarukan berarti kita tidak perlu khawatir akan terjadinya
krisis di masa depan.
21
sebagai bahan bakar. Kondisi ini akan menyulitkan konsumen
karena hasil modifikasi tidak lagi dijamin oleh garansi pabrik.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Peningkatan produksi dan pemanfaatan bahan bakar nabati atau BBN,
yaitu bahan bakar cair yang berasal dari sumber-sumber nabati (hayati)
dan bersifat serupa sehingga dapat dicampurkan ke dalam BBM,
merupakan cara yang paling efektif untuk menjawab kedua tantangan
utama tersebut. Dunia kini mengenal 2 kategori BBN, yaitu BBN
oksigenat (beroksigen) dan BBN biohidrokarbon (hidrokarbon
22
terbarukan). Sesuai dengan namanya, BBN oksigenat mengandung atom-
atom oksigen dan, karenanya, memiliki dua sifat utama yaitu, hanya bisa
dicampurkan ke dalam BBM padanannya sampai kadar beberapa puluh
persen-volume saja (karena pada kadar lebih besar akan mengharuskan
modifikasi mesin pengguna) dan keberadaan atau pencampurannya ke
dalam BBM membuat emisi mesin (kendaraan) lebih bersih dibanding jika
hanya berbahan bakar BBM murni. Di lain pihak, BBN biohidrokarbon
sama sekali tidak mengandung atom-atom oksigen dan terdiri atas
hidrokarbon-hidrokarbon dalam kelas yang sama dengan hidrokarbon-
hidrokarbon di dalam BBM padanannya tetapi berasal atau terbuat dari
sumber daya nabati (definisi ilmiah sejati dari BBM sebenarnya adalah
bahan bakar hidrokarbon cair asal/basis fosil). Oleh karena wujud
komponen-komponennya ini, maka BBN biohidrokarbon bisa
dicampurkan ke dalam BBM padanannya pada kadar berapa saja, bahkan
sampai kadar 100 %-volume (alias murni) sekalipun, tanpa mengharuskan
dilakukannya modifikasi pada mesin pengguna. Karena kebebasan level
pencampurannya ini, di dalam bahasa Inggris, BBN biohidrokarbon
disebut drop-in biofuels.
B. Saran
23