Abstrak
Dalam studi ini siar yang ada akan dihubungkan dengan konstruksi lantai menerus
menggunakan link slab. Studi yang akan dilaksanakan pada jembatan komposit dengan bentang
12,16,20,25 dan 30 m mempergunakan Standar Bangunan Atas Jembatan komposit dari Direkorat
Bina Program Jalan Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Pemodelan link
slab menggunakan metode analitik, model elemen balok dan model elemen solid.
Hasil studi untuk jembatan komposit dengan konstruksi link slab ini adalah memperoleh
panjang debonding zone dan tebal link slab serta penulangan yang optimum agar memenuhi momen
retak yang diisyaratkan Dan material sebagai pengisi link slab sebaiknya digunakan Engineered
Cementitious Composite (ECC) dengan mutu yang lebih tinggi dari mutu material lantai kendaraan.
1
BAB I lumut yang berakibat rusaknya bearing pad. Di
PENDAHULUAN negara dengan empat musim, kerusakan juga dapat
disebabkan oleh proses deicing.
1.1 Latar Belakang Beberapa permasalahan tersebut pada
Jembatan merupakan bagian dari jalan akhirnya menimbulkan dampak terhadap
yang sangat diperlukan dalam sistem ketidaknyamanan bagi pemakai jalan, biaya yang
transportasi nasional. Peranan jembatan sangat tinggi dalam perawatan dan berkurangnya umur
penting terutama dalam mendukung jembatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan dan banyaknya jembatan panjang di Indonesia
lingkungan. Pertumbuhan daerah menggunakan sistem pratekan diatas dua perletakan,
dikembangkan untuk pemerataan maka perlu dilakukan studi terhadap Konstruksi
pembangunan. Dampak pemerataan Lantai Menerus yang menggunakan Link Slab. Studi
pembangunan dapat membentuk dan ini merupakan pengembangan dari studi terdahulu.
memperkukuh kesatuan nasional yang Bentang jembatan yang di studi 12, 16, 20, 25 dan
berakibat memantapkan pertahanan dan 30 meter sesuai standar bangunan atas jembatan
keamanan nasional. Dari kukuhnya komposit.
kesatuan nasional dapat terwujud sasaran
pembangunan nasional dalam menuju
masyarakat yang adil dan sejahtera. 1.2 Perumusan Masalah
Selama masa kemerdekaan RI, tidak Dalam studi lantai menerus pada jembatan
kurang 88 ribu buah jembatan atau ekuivalen komposit dengan menggunakan link slab ini,
panjang kurang lebih 1000 km yang telah permasalahan yang timbul, yaitu :
dibangun dan di inventarisir walaupun sebagian 1. Bagaimana menganalisa jembatan komposit
kecil merupakan peninggalan masa bentang 12, 16, 20, 25 dan 30 meter dengan
penjajahan. Dari jumlah tersebut tidak kurang menggunakan metode analitik?
dari 29 ribu buah jembatan berada di ruas jalan 2. Bagaimana menganalisa hasil metode analitik
nasional dan provinsi atau ekuivalen panjang dengan menggunakan metode numerik?
kurang lebih 482 km dan sisanya berada di 3. Bagaimana merencanakan penulangan link slab
ruas jalan kabupaten dan tersebar di seluruh agar memenuhi persyaratan?
kepulauan Indonesia yang berjumlah sekitar
17.000 pulau. Dengan memperhatikan kondisi
alam Indonesia yang berupa pulau-pulau 1.3 Batasan Masalah
dengan bukit, pegunungan serta sungai- Batasan masalah yang akan dipakai dalam
sungainya, masih banyak diperlukan tugas akhir ini adalah :
pembangunan jembatan dengan jenis
material beton maupun baja, karena 4 Studi ini tidak membahas detail ECC
material ini mempunyai kekuatan yang tinggi (Engineered Cementitious Composite) yang
dengan pemeliharaan yang relatif rendah. digunakan sebagai bahan material link slab.
Dari sekian banyak jembatan di 5 Studi ini dilakukan untuk jembatan komposit
Indonesia sebagian besar digunakan jembatan bentang 12, 16, 20, 25 dan 30 m.
dengan sistem perletakan sederhana yang 6 Struktur jembatan yang diperhitungkan hanya
berarti struktur antara lantai kendaraan dengan lantai kendaraan dan gelagar utama.
abutmen atau lantai kendaraan jembatan yang 7 Tidak memperhitungkan struktur bangunan
satu dengan yang lainnya terpisah dengan siar. bawah jembatan.
Siar tersebut biasanya ditutup dengan 8 Metode perhitungan untuk studi ini
menggunakan konstruksi yang dinamakan menggunakan metode analitik.
expantion joint. Permasalahan yang muncul 9 Metode numerik menggunakan program SAP
dengan adanya siar tersebut adalah terjadinya 2000.
ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Seiring
dengan bertambahnya waktu, expantion joint
akan mengalami deterioration dan terjadi retak
di sekitarnya. Air hujan juga bisa mengalir
lewat expantion joint. Hal ini akan
mengakibatkan karat pada girder maupun
perletakannya dan tumbuhnya tanaman serta
2
1.4 Tujuan 2.3 Link slab
Tujuan yang ingin dicapai dalam 2.2.1 Pengertian Link Slab
menganalisa link slab ini adalah : Link slab adalah lapisan penghubung yang
1. Menganalisa jembatan komposit bentang berfungsi menghubungkan lantai kendaraan pada
12, 16, 20, 25 dan 30 m dengan jembatan yang terpisah akibat adanya siar antar
menggunakan metode analitik. lantai kendaraan maupun antara lantai kendaraan
2. Menganalisa hasil metode analitik dengan dengan abutmen.
menggunakan metode numerik.
3. Merencanakan penulangan link slab agar
memenuhi persyaratan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2.2 Perkembangan link slab
1 . Caner, A and P. Zia (1998), Behavior and
Design of Link Slab for Jointless Bridge
Decks, PCI Journal, pp.68-80.
4
gempa bumi beberapa waktu lalu. Flyover 2.2.3 Dasar Analisis Link Slab
Janti dengan bentang total 25 x 32.8m Konstruksi link slab ditempatkan pada
dengan balok girder pratekan. Lantai jembatan debonding zone yaitu daerah dimana momen negatif
dibuat menerus dari abutment sampai pilar terjadi karena lantai kendaraan dibuat konstruksi
yang ke lima, terdapat ikatan simpul antara menerus
tulangan longitudinal atas dan bawah.
Direktorat Bina Teknik dan P2JJ DI
Yogyakarta telah melakukan kajian tahapan
pengangkatan dan pergeseran arah lateral
untuk mengembalikan posisi girder pratekan
dan lantai. Tentunya diperlukan ketelitian dan
tingkat kecermatan tinggi terutama pada
bagian dengan konstruksi lantai menerus.
Telah dibuat kerjasama dengan Korean
Highway Corporation berkaitan dengan
pergerakan dan aseismatik struktur. Telah
didatangkan alat dongkrak hidrolik dengan
kapasitas 100 ton dan tegangan kerja
maksimum 700 kg/cm2.
5
2.3 Material
Hal yang perlu diperhatikan dalam A
pemilihan material beton untuk link slab
adalah selain memenuhi kekuatan tekan, juga
diperhatikan kemampuan tariknya disebabkan
terbentuknya retak akibat lentur pada
debonding zone. Engineered Cementitious Desain Link Slab
Composite (ECC), beton berserat kinerja tinggi
dengan kapasitas regangan tarik sampai 3,5%
(350 kali kapasitas tarik beton normal) dan
kapasitas lebar retaknya lebih kecil 100µm, Pembebanan Numerik
dapat digunakan untuk link slab. cek
Sap 2000
BAB III Not OK
METODOLOGI OK
Kesimpulan
3.1 Diagram Alir
Mulai Selesai
BAB IV
PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN DAN
Desain awal balok dan pelat lantai TROTOAR
jembatan
4.1 Perencanaan Lantai Kendaraan
4.1.1 Penulangan Arah Melintang
Pembebanan Analitik
• Data – data perencanaan :
fc’ = 25 MPa
fy = 390 Mpa
Analisa Struktur Selimut beton = 40 mm
Tebal pelat = 200 mm = 20 cm
Diameter tulangan = 16 mm (arah x)
Kontrol Desain Diameter tulangan = 8 mm (arah y)
fc’ = 25 MPa
Not OK
OK Dipakai tulangan D16 – 150 ( As =
1.407 mm2 )
A
4.1.2 Penulangan Arah Memanjang
Dipasang tulangan susut dan suhu dengan
ketentuan sebagai berikut :
6
Tabel 5.1 Perhitungan Luas Penampang Profil dan
Dengan interpolasi untuk tulangan deform ; Karakteristiknya
fy = 390 MPa.
Didapatkan → harga ρ = 0.00188
As min = 0,00188 x 192 x 1000 = 360,96
mm2
Dipakai tulangan D13 – 300
(As = 442,44 mm2 )
BAB V
PERENCANAAN GELAGAR JEMBATAN
7
c. Beban Hidup
Balok melintang atau diafragma tidak
diperhitungkan untuk memikul beban, maka
faktor distribusi α yang sesuai dengan Peraturan
Perencanaan Teknik Jembatan ( BMS ) 1992 = 1
8
M D1
1
= x Q x L2
8 D 1 1
M L 1 = x Q x L2 + x P x L
1 8 L 4 1
= x 1,97 x 12 2 = 35,46 KNm
8 1 1
= x 11,911 x 12 2 + x 76, 44 x 12
8 4
2) Pembebanan akibat gelagar diafragma = 443,72 KNm
4 P 4 × 0,2184
RA = = Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Momen Statis Tertentu
2 2
= 0,44 KN
MD2 =
(RA × 6) − P{(6 − 0,3) + (6 − 4,1)}
=
(0,44 × 6) − 0,2184{(6 − 0,3) + (6 − 4,1)}
= 0,96 KNm
=
1
x 5,76 x 12 = 34,56 KN RA = 11,82 + 0,44 + 34,56 + 16,82 + 109,69
2 = 173,33 KN
1
M D1 = x Q x L2
5.1.1.4 Perhitungan Stiffener ( Pengaku )
8 D a. Pengaku antara ( intermediate stiffener ) :
h = d–2(tf +r)
1
= x 5,76 x 12 2 =103,68 KNm = 400 - 2 ( 21 + 20 ) = 318 mm
8 h
≤ 260
tw
4) Pembebanan akibat aspal & muatan
318
sekunder ≤ 260
q = 1,32 + 1,333 + 0,1493 = 2,803 KN 21
15,14 ≤ 260 → OK !! ( Tidak memerlukan
RA
1
= xQ xL
stiffener antara)
2 D
=
1 b. Stiffener tumpuan :
x 2,803 x 12 = 16,82 KN Tinggi pengaku ( hs ) = h = 318 mm
2
Lebar pengaku ( ws )
1
= x Q x L2
"
M D1 1
8 D W = bf – tw - x , dimana 0 < x <
2
1
= x 2,803 x 12 2 =50,45 KNm Pakai x = 10 mm
8 bf - tw
W= -x
2
5) Pembebanan akibat beban UDL& KEL
408 - 21
1 1 = − 10
RA = x Q x L + x P 2
2 L 2 1 = 183,5 mm
1 1
= x 11,911 x 12 + x 76, 44
2 2
= 109,69 KN
9
- Kriteria tekuk setempat =
t min =
w
95/ Fy
=
183,5
95/ 250
= 30,54
24 x 2,1 x 10
18,2 x 380
6
x 68420, 435
(3 × 1200 2 − 4 × 380 2 )
mm = 0,008 cm
- Kriteria leleh tekan
Rtotal 173330
Aperlu = = =
0,6 Fy 0,6 × 250 d. Lendutan akibat pelat lantai kendaraan
1155,53 mm
4
Aperlu 1155,53 5 Q L
t= = = 6,13 mm • ∆ o (2 ) =
w 183,5 384 E I x
Lebar efektif ( l ) = 25 tw = 25 ( 21 ) =
525 mm 5 5,76 x ( 1200 )
4
l 525 =
Jarak pengaku = = = 262,5 mm 384 2,1 x 10 6 x 68420,435
2 2 = 1,08 cm ( ↓ )
Dipakai pengaku tumpuan 185 x 31 x
318 mm3
e. Lendutan akibat beban hidup lalu lintas terpusat
:
3
1 P L
• ∆ o
( 3 - 1) =
48 E I x
1 76,44 x ( 1200 ) 3
=
48 2,1 x 106 x 192233,42
= 0,007 cm
b. Akibat berat sendiri balok g. Lendutan akibat beban aspal dan muatan
5 QL λ
4 sekunder :
• ∆ o (1 - 1 ) = 4
384 E Ix 5 QL
• ∆ o (3 - 3 ) =
4 384 E I x
5 1,97 x ( 1200 )
= 4
384 2,1 x 10 6 x 68420,435 5 2,803 x ( 1200 )
=
= 0,37 cm ( ↓ ) 384 2,1 x 10 6 x 192233,42
= 0,19 cm
c. Lendutan akibat balok diafragma
• ∆ o (1 - 2) =
P×b
24 × EI
3l 2 − 4b 2 ( )
10
Kekuatan shear connector jenis paku
Lendutan Total : dihitung berdasarkan :
a) Sebelum komposit : 0,0004 d s
2
f' c × Ec
∆ o (1 - 1 ) = 0,37 cm Qult =
SF
(↓) Dimana :
∆ o (1 - 2 ) = 0,008 cm ds = Diameter stud connector
Qult = Kuat geser ultimate untuk stud
(↓) connector
∆ o( 2 ) = 1,08 cm SF = safety factor = 2
(↓) + Ec = 24001,5 × 0,043 × ( )
25 =
∆ = 1,46 cm (↓) 25.278,73 Mpa
5.1.1.7 Kekuatan Stud Connector ( Q ) Gambar 5.5 Penampang Shear Connector Bentang 12 m
11
5.1.1.9 Perhitungan Tegangan Komposit M × yd
σd2 =
Dari perhitungan sebelumnya I komposit
di peroleh hasil : 4941700 × 4,26
M sebelum komposit = 35,46 + =
192233,42
0,96 + 103,68 = 62,354 kg / cm2
= 140,1 KNm
Ibalok = 68420,43 cm 4 M × ye
σe =
Ya = 20 cm I komposit
Yb = 20 cm 4941700 × 35,74
=
192233,42
M setelah komposit = 50,45 + = 918,87 kg / cm2
443,72
= 494,17
KNm
Ikomposit = 192233,42 cm4
Yc = 24,26 cm
Yd = ( Yc - tebal pelat )
= 24,26 – 20 = 4,26 cm Gambar 5.6 Tegangan Komposit Bentang 12 m
Ye = 35,74 cm 5.1.2 Jembatan Bentang 16 m
Untuk perencanaan gelagar utama dipilih profil WF
• Sebelum komposit dengan dimensi : 400 x 400 x 30 x 50
M (balok + pelat ) = 140,1 KNm = Data – data profil :
1401009,6 Kgcm A = 528,6 cm2 ; b = 417 m
M × ya 1401009,6 × 17,8 g = 4,15 kN/m ; tf = 50,00 mm
σa = = d = 460 mm ; tb = 30,00 mm
I balok 68420,43
= 409,53 kg / cm2 5.1.3 Jembatan Bentang 20 m
2 Untuk perencanaan gelagar memanjang dipilih profil
σb = σa = 409,53 kg / cm WF dengan dimensi : 900 x 300 x 15 x 23
Data – data profil :
• Setelah komposit A = 270,9 cm2 ; b = 300 mm
M = 494,17 KNm = 4941700 Kgcm g = 2,13 kN/m ; tf = 23,00 mm
d = 900 mm ; tb = 15,00 mm
M × yc 1
σc = ×
I komposit n 5.1.4 Jembatan Bentang 25 m
Untuk perencanaan gelagar memanjang dipilih profil
4941700 × 24,26 WF dengan dimensi : 900 x 400 x 24 x 38
=
192233,42 × 8,936 Data – data profil :
= 69,77 kg / cm2 A = 519,2 cm2 ; b = 415 mm
g = 4,08 kN/m ; tf = 38,00 mm
d = 925 mm ; tb = 24,00 mm
M × yd 1
σd1 = ×
I komposit n 5.1.5 Jembatan Bentang 30 m
4941700 × 4,26 Untuk perencanaan gelagar memanjang dipilih profil
= WF dengan dimensi : 1200 x 500 x 20 x 35
192233,42 × 8,936 Data – data profil :
= 6,978 kg / cm2 A = 576 cm2 ; tf = 35,00 mm
g = 4,55 kN/m ; tb = 20,00 mm
d = 1200 mm ;b = 500 mm
12
BAB VI 4. Beban super imposed dead load ( q aspal
PERENCANAAN LINK SLAB ) = 1,32 KN/m’
13
θ = 0,0017 + 0,0019
= 0,0036
σs 154,868
= = 99,27%
σy 156
14
6.4 Jembatan Bentang 25 m Untuk perhitungan rotasi pada link slab nilainya
sama dengan rotasi yang terjadi pada gelagar utama
Panjang bentang balok (Lsp) : 25 m dan harus memenuhi persyaratan perencanaan link
Rasio panjang (Lsp/Ldz) :7% slab dimana rotasi yang terjadi tidak melebihi rotasi
Panjang debonding zone (Ldz) : 1,75 m ijin pada link slab yaitu 0,00375 rad.
Tulangan memanjang : D22 – 100 mm
Tulangan melintang : D13 – 300 mm Untuk setiap bentang balok, semakin pendek
Rotasi yang terjadi (θ) : 0,00364 rad debonding zone maka semakin besar tegangan pada
Tegangan tulangan (σs) : 154,19 Mpa tulangan. Dengan demikian besarnya tegangan
Rasio tegangan (σs/σy) : 98,84 % tulangan merupakan fungsi dari rasio tulangan untuk
panjang debonding zone dan rotasi pada link slab,
6.5 Jembatan Bentang 30 m seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
BAB VII
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 7.1 Panjang Debonding Zone vs Tegangan
Tulangan
7.1 Perhitungan Analisa Link Slab
Dalam studi ini untuk setiap bentang
jembatan komposit (Lsp), tinggi balok seperti
ditunjukkan pada kolom 2 tabel 7.1. Dengan
tebal link slab 195 mm dan lebar 1200 mm,
diperoleh rotasi pada link slab maksimum
0,00374 rad (kolom 3 tabel 7.1). Rotasi ini
memenuhi syarat rotasi maksimum yang
diisyaratkan (Qian S. 2009) yaitu sebesar
0,00375 rad. Rasio tulangan sebesar 2,6 % atau
D22-100mm, fc’ = 35 MPa, didapatkan
panjang debonding zone (Ldz) optimum untuk
setiap balok, dimana tegangan tulangan
mendekati 0,4σy. Panjang link slab diusahakan Gambar 7.2 Rasio Tulangan vs Tegangan Tulangan
seminimum mugkin sehingga pekerjaan
repairing sesedikit mungkin.
15
Bentang 30 m
Titik Stress (MPa)
1 -3.15
2 -8.68
3 -2.14
Bentang 12 m
Titik Stress (MPa)
1 -3.01
2 -3.19
3 -1.13
(a)
Bentang 16 m
Titik Stress (MPa)
1 -3.82
2 -5.77
3 -2.21
Bentang 20 m
Titik Stress (MPa)
1 -3.39
2 -6.23 (b)
3 -2.64
Bentang 25 m
Titik Stress (MPa)
1 -2.92
2 -6.49
3 -2.13
(c)
16
Gambar 7.4
( a ) Detail Penulangan Link Slab Arah
Memanjang
( b ) Detail Penulangan Link Slab Arah
Melintang
( c ) Detail Shear Connector Pada
Link Slab
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
a. Besarnya panjang debonding zone
berkisar antara (5.5 – 14.5)% bentang
balok dan rasio tulangan utama yang
diperoleh sebesar 2.6 %.
b. Untuk semua tipe balok semakin
pendek debonding zone, semakin besar
tegangan pada tulangan.
c. Standar jembatan gelagar komposit
depertemen pekerjaan umum yang
dipergunakan sebagai acuan ukuran
profil ternyata tidak memenuhi
persyaratan rotasi untuk pemasangan
link slab sehingga profil gelagar harus
diperbesar sampai memenuhi
persyaratan.
8.2 Saran
a. Untuk jembatan lama yang akan
diperbaiki dengan penambahan link
slab sebaiknya harus di cek dahulu
terhadap persyaratan yang ada untuk
memungkinkan pemasangan link slab.
b. Pemasangan link slab pada jembatan
ini sangat baik sehingga agar studi ini
dapat dilanjutkan dengan tipe balok
serta panjang bentang yang lebih
bervariasi.
17